Anda di halaman 1dari 73

LUNGO

V60

Kurun waktu dimensi demi dimensi sepercik air dibalut


dengan bulir-bulir beraroma. Diteteskan dari sebuah catel
dari setiap detiknya tergagas rapi diimbangi suhu, begitu
sempurna. Aroma mencuar dari lapis ke lapis menembus
memasuki hangit yang tanpa ujung. Udara takkan pernah
salah untuk memilih seorang penikmat sejati. Meluap,
memilih, mencari tuannya itulah sosoknya, semerbak
beraroma khas.

Dunia perkopian memang sedang hangat-hangatnya


belakangan ini. Sejak jaman millenial cukup banyak
muda-mudi yang rela menghabiskan waktu pentingnya
hanya untuk duduk manis disebuah coffee shop
menikmati berbagai jenis minuman kopi mulai dari single
origin maupun coffee latte begitu populer diberbagai
kalangan.

Bukan hal asing lagi minuman ber-menukan coffee latte


menjadi incaran dikala pikiran suntuk dan suasana hati
yang tidak baik-baik saja. Coffee latte, cappucino,
moccacino tak bisa dipungkiri ketiganya adalah kandidat
kuat dikalangan para penikmat kopi pada umumnya.

“Jeckie kau tak tahu apa Citra abis ke atm” Bram


menggerutu.
“Apa iya kamu serius akan hal itu Bram?. Bukannya
Citra bilang ke Ovi ngaku kalo kartu atm-nya diblokir
oleh Ayahnya”. Sontak Jeckie kebingungan
“Apa kau percaya Ovi, lihat saja satu penggal kata
darinya tak bisa kita percaya Jeck!. Ovi memanglah
pribadi yang menarik untuk diperbincangkan tapi kau
tahu itu, sungguh menipu”.

Cobalah untuk tidak stres pada orang-orang curang yang


mengkhianatimu. Saya tahu ini menyakitkan, tetapi
kenyataannya mereka selalu busuk. Mereka tidak akan
pernah berubah, dan kamu sebenarnya jauh lebih baik
sekarang karena setidaknya, kamu tahu siapa mereka
sebenarnya.
Memanglah begitu kehidupan seseorang yang bermuka
dua, palsu. Dan orang sungguhan tidak percaya itu.

“Ya…mau bagaimana lagi, sampai kapanpun busuk


tetaplah busuk, pembohong tetaplah pembohong sebab
pendusta tak akan pernah memahami dirinya sendiri.
Tapi coba tengok Bram, sebenarnya Ovi punya sisi baik
didirinya”.

“Apa kau bercanda Jeck, lihat saja kemarin dia disuruh


Mas Surya checkout green bean kau tahu biayanya
perkilo berapa?”. Tanya Bram kepada Jeckie

“Iya aku tahu, yang kamu maksud green bean dampit


seharga Rp.114.000,00 (seratus empat belas ribu rupiah)
perkilonya”.
“Nah betapa bajingannya si Ovi, berani-beraninya dia
mempalsukan harga ke Mas Surya. Benar-banar
karyawan tak diuntung”. Semakin tak mengendalikan
emosi.
“Apa-apaan Bram bicaramu nglantur. Seluruh catatan,
pembukuan, dan setiap uang keluar masuk selalu jelas
arahnya”. Jeckie terus bepikiran positif .

“Itu dia Jeck, akal bulusnya tak bisa kita remehkan!”.

“Bagaimana kamu membuat spekulasi semacam ini


bram, uang modal dengan uang pengeluaran pasti akan
ketahuan. Pasti akan berbeda, dari apa yang dilakukan
Ovi akan jelas dia mengambil uang berapa dikasir dan
berapa barang yang dia beli untuk kebutuhan kedai.
Semua akan nampak jelas”.

“Hahaha…kau sungguh naif Jeck. Ovi semalam tampak


aneh raut mukanya tampak gelisah bahkan dia salah
tingkah beberapa kali didepan Tika”.

“Ohiya aku tahu Bram semalam yang bagian kasir si


Tika”.

“ Apa si Tika tidak merasa curiga dengan Ovi, katamu


dia seperti orang tidak waras”.

“Disinilah pointnya Jeck, Tika merasa jangkal akan buku


kuitansi yang dia taruh dibawah bungkus charcoal. Ada
bekas sobekan dibagian tengahnya, dan kau tahu itu apa
jeck? Itulah pergerakan Ovi. Dia bodoh dan seakan lupa
bahwa ada rekam jejak CCTV”.
“Langsung dicek?”. Merasa kebingungan

“Ya pastilah, Tika masuk keruang kamera dan meminta


hasil rekam CCTV malam tadi”.

“Lalu apa yang terjadi?”. Tentu saja Jeckie sebagai teman


Ovi nampak tercengang

“Ovi membuka segel kertas kuitansi , laporan diubah


menjadi palsu. Itu mengapa uang keluar masuk cocok.
Sebab harga dikuitansi dirubah olehnya”. “Yasudahlah,
kita diam saja sebagai temannya”.

Satu minggu kemudian.

Bram keluar dari kafe sambil membawa satu cup kopi


susu, pria itu melangkah menyebrangi jalan raya untuk
menuju mobilnya.
Sambil mendengarkan musik ia menjalankan mobil
dengann tenang , memperhatikan jalanan begitu teliti
sampai kepalanya tertoleh kebelakang saat melihat sosok
asing sedang berjalan ditrotoar.
Mobil Bram berhenti dipinggir jalan, ia mundurkan
beberapa jarak lalu membuka kaca mobilnya. “Hei,”
panggilnya.

Gadis yang sedang berjalan dengann ekspresi lesu itu


menoleh, ekspresinya langsung berubah. “Kak??”
Bram tersenyum kecil, harusnya tak ada alasan berhenti
dan memundurkan mobilnya hanya untuk memeriksa
keadaan gadis yang tak pernah ia temui ini.
“Abis pulang kerja, ya? Tanya gadis itu.

“Iya,” Bram mengangguk. “Kenapa jalan sendiri?”

“Saya? Abis dari warung didepan sana kak makan, rumah


deket kok jadi jalan”.

“Oh,” Bram mengangguk, diam sebentar sebelum bicara


lagi. “Ayo saya anter kalo begitu”

“Oh nggak perlu kak, dikit lagi nyampek kok”. Tolaknya


dengan sopan.

Bertepatan dengan itu percikan air mulai turun dari atas,


gadis itu langsung mendongak sambil menutupi
kepalanya.

“Kamu nggak ditakdirkan nolak saya,” ucap bintang


sambil terkekeh.

Gadis tadi menahan senyum, ia pun menggguk. “Okey


mau nggak mau”. Katanya seraya membuka pintu mobil
dan masuk.

“Sudah?”

“Sudah kak”
Bram mengganguk, ia langsung menyalakan mesin
mobilnya. “Alamat?”

“Jalan pemuda nomor tujuh kutorejo,” jawabnya.


“Makasih banyak ya, saya jadi ngerepotin kak”.

“Don’t mention it,”

Gadis itu tersenyum tipis, sempat mencuri pandang ke


arah Bram karena tak munafik pria disampingnya samgat
tampan.

"Saya kira kamu dateng lagi ke KC,"

Garis wajah gadis itu langsung menurun. "Buat apa?"

Bram menoleh sekilas. "What do you mean?"

"Cast saya diganti tiba-tiba, jadi kesempatan hilang,"


jawabnya sambil terkekeh. "Kalo ada yang better than
me, I should leave,"

"I don't think so,"

"Maksudnya?"

"Kamu bisa protes, perjuangin hak kamu,"


Gadis itu terkekeh. "Orang nggak punya kaya saya bisa
berharap apa?" tanyanya. "Bisa ngerasaiin lift KC aja
udah lebih dari cukup,"

"Jangan merendah, semua orang punya nilai,"

"Itu kenyataan,"

"No, you're not,"

"Kenapa nyimpulin gitu? Kita nggak pernah kenal,"

Bram diam sebentar, ia memasuki gang yang disebut


tadi, lalu berhenti di depan rumah kecil bernuansa biru.
"Sampe,"

"Oh," Gadis tadi menoleh. Ia melepas sabuk


pengamannya. "Makasih Pak—"

"Just call me Bram, umur kita nggak beda jauh."

"Riya," Gadis itu ikut memperkenalkan diri.

"Kalo kamu punya kualitas, orang nggak punya hak usir


kamu," ucap Bram. Baru saat itu ia melihat ekspresi
senang, ceria dan penuh harap di gedung KC.

"Semua orang punya kualitas," Riya tersenyum tipis.


"Tapi masih tetep dibawah orang yang derajatnya lebih
tinggi, uangnya lebih banyak, dan kuasanya yang lebih
besar."
Bram terdiam.

Mereka saling menatap lama dengan pikiran masing-


masing.

"Can I kiss you?" tanya Bram tiba-tiba.

Riya mengerjap sesaat, tubuhnya langsung kaku. Ia tak


mengatakan tidak, justru diam menatap wajah tampan itu.

Bram mengusap wajahnya, merasa bodoh menanyakan


hal seperti itu. "Sorry--"

"Let's do it,"

Mereka saling menatap lama, lalu melemparkan senyum.


Sampai sebuah tangan meraih wajahnya, membuat posisi
mereka makin dekat dan terciptalah pertemuan kecil itu.

Bram memajukan tubuhnya untuk memperdalam ciuman


mereka, dan Riya membalasnya dengan gerakan tenang.
Tak menduga pertemuan mereka akan berakhir sepanas
ini.
Keduanya memang jatuh cinta pada pandangan pertama.

Suasana kedai masih seperti biasanya dengan pembeli


yang cukup ramai. Jeckie tiba-tiba datang masuk ke
ruang bar kopi.

Jeckie menegur Keke. “Itu apa Ke?”

“Owh… kenapa, loe mau coba? Kalo gak gue yang


nerusin”. Kebiasaan Keke nyeduh v60 kalo pembeli agak
sepi.

“Yaudah sok, aku yang nersuin. Eh tapi nanggung kamu


aja Ke lagian sudah proses”.

“Sini loe gue kasih tau mantep ini takarannya”

“Itu kamu pake biji gayo, lebih clean gasih rasanya?”

“Iyalah bego. Pertama loe siapin timbangan sama jangan


lupa taker dulu loe mau pakai takaran berapa banding
berapa”

“Lah yang kamu pakai berapa takarannya?”

“Ini gue pake 1 : 15. Lalu siapin alat v60 sekalian kertas
filter. Terus kalo udah siap kaya gini siapin tuh air
mendidih suhunya 92 derajat celcius.”
“Kalo sudah?” Sepertinya Jeckie langsung mengerti apa
yang dikatakan Keke.

“Basahin kertas filternya pakai air tadi”

“owh harus dibahasin dulu ya, biar lengket kopinya atau


bagaimana?”

“Katanya lu mau jadi barista kudet sama si loe. Tadi kan


sudah disipain 24 gram biji kopi sudah gue halusin. Nah
ini tujuan dibasahin supaya aroma dari kertas filternya
ilang”.

“Hahaha lucu juga kalo bau kertas” . Jeckie mulai


mengerti.

“Yaa gitu, abis dibasahin masukin bubuk kopi yang


sudah dihalusin tadi kedalam kertas filter”

“Terus ke?”

“mulai seduh blomming pertama selama 30 detik lalu


diamkan 15 detik . Kemudian blomming kedua terus
sampai air 360 ml. Sudah siapp.

“Owhh… sedikit dimengerti ke hahaha.

Jeckie didalam dirinya yang amat membara ingin sekali


menjadi seorang barista. Bukan hanya sekedar menjadi
profesi, bagi jeckie kopi adalah hobinya.
Macchiato Dan Riya

“Pilihlah sesukamu, pesan saja apa yang kamu suka.


Karena kopi tak pernah menyakiti para penikmatnya,
jadilah dirimu sendiri eskpresikan senyummu. Riya
apakah kamu tahu berdiam diri tanpa isi kepala apa
bisa membuatmu kalap takaruan. Minumlah
secangkir kopi, katanya kau ingin meluluhkan
hatinya Bram. Dengan ini kamu akan menemukan
beribu inspirasi, berjuta juta ide, bermiliyaran
imajinasi dan fantasi. Itulah uniknya kopi, dimana
penikmatnya akan merasakan ketenangan jiwa”.

Adakalanya perasaan berakhir tak berujung tak ada


namanya hubungan yang mulus tanpa masalah pasti
ada saja masalahnya. Dan juga bukan soal
memahami diri sendiri, memanglah cinta tak bisa
dipikir sesederhana itu dan cinta adalah sebuah
kerumitan.
“Bang, gausah nyerocos mulu dari tadi nawarin
minumlah apalah. Kopi ya kopi tinggal diminum apa
bedanya. Mencoba menenangkan diri, sebagai
seseorang dirimu terlalu mencampuri urusan orang
lain. Cabut ajalah, anjing!”

1 bulan kemudian...

"Jadi kamu punya kembaran?"

Bram mengangguk, ia mengangkat dompetnya lalu


menunjukan sebuah foto keluarga. "Bulan yang
rambut panjang, itu Papah, terus Kakak,"

"Kamu yang mana?"

"Paling ujung,"

Riya terkekeh kecil. "Masih muda banget,"


gumamnya. "Ini foto lama, ya?"

"Heem,"

"Yang paling kecil ini?"


"Ponakan aku," jawabnya sambil mengusap rambut
Riya. "Dia punya impian sama kayak kamu, anaknya
bertekad banget,"

"Oh ya?" balas Riya, ia kemudian tersenyum kecil.


"Semoga perjalananya lancar, dia keliatan cantik
banget."

"I know,"

"Bram," panggil Riya yang sedang berada di pelukan


pria itu. "Aku seneng bisa kenal kamu, walaupun
secepet ini."

"Me too,"

"For the first time aku nggak kesepian," ucapnya.


"Karena Ibu sama Ayah udah nggak ada di dunia
ini."

Bram sempat terdiam, ia mengusap rambut Riya lagi.


Mencium keningnya secara singkat. "I'm here,"
bisiknya.

Riya tersenyum kecil, menatap Bram yang kini


berada di atasnya. Pria itu tersenyum sambil
mengusap wajahnya. "Besok dateng ke KC,"

Riya mengerjap. "Apa?"


"Aku udah ngomong sama Pak Farhan—"

"Buat balikin posisi aku? No," Riya langsung


menggeleng. "Terus yang baru disingkirin? Bedanya
kita apa terus?

Bram tersenyum gemas. "Nggak ada yang


disingkirin, cuma pindah peran aja, kamu masih ada
tempat,"

Riya mengulum bibirnya. "Serius...?"

"Duarius," bisiknya.

"Bram ih," Riya memukul pelan perut Bram yang


tidak rata.

"Dateng besok siang, ketemu sama Pak Farhan, aku


udah omongin ini sama dia,"

"Kamu?"

"Lagi ada project di luar, sore aku jemput, deal?"

Riya tersenyum kecil. "Deal," jawabnya sambil


menangkup wajah Bram. "Thank you."

Bram mengangguk kecil, ia melirik sesaat bibir


ranum Riya, lalu menunduk untuk menyatukannya
dengan bibirnya. Mereka saling tersenyum di sela
ciuman, sesekali tertawa tanpa alasan.

"I love you,"

"I love you too."

Riya : ini udah masuk gedung

Riya : hehe

Riya : pulang mampir ke nasi padang yaaa

Bram : oke

Bram : good luck babe


Bram : love u

Bram menatap lama hpnya, lalu tersenyum tipis. Ia


memasukan benda pipih itu ke dalam kantung
celana, kemudian menghampiri orang-orang di
lokasi syuting.

Waktu terus berlalu sampai tak sadar malam telah


tiba, beberapa artis sudah istirahat di tempat yang
disediakan, karena besok mereka akan syuting lagi di
lokasi yang sama.

Bram berjalan ke arah pos kecil tempat makanan


disediakan. Ia duduk di sana sambil membuka
hpnya, entah ke yang berapa kali.

Bram : hei

Bram : are u there?

Bram : udah pulang rumah?

Bram : sorry ga bisa jemput...


Ting!

Bram membuka hpnya lagi, ia langsung tersenyum


lega.

Riya : udah

Riya : its okay

Bram : gimana tadi?

Riya : Bram

Bram : yesss

Riya : i love u so much...

Bram menaikan alisnya, lalu tersenyum kecil tanpa


sempat memikirkan hal lain. Ia menoleh ketika
dipanggil oleh salah satu kru, sambil beranjak Bram
menyimpan hpnya di saku celana.

Tak sadar itu kali terakhirnya tersenyum dengan hati


berbunga-bunga.

Bram berlari sangat kencang, wajahnya pucat pasi


dan tubuhnya basah dengan keringat. Ia berseru
meminta orang yang menghalanginya agar
menyingkir, lalu masuk ke dalam ruangan di mana
ada ranjang yang tertutup dengan kain putih.

Bram mengusap wajah dengan tangannya yang


bergetar, ia melangkah makin dekat dan
menghampiri beberapa polisi.

"Benar, anda saudara Bram?"


Bram tak menjawab, ia terus menatap kain putih
tersebut. Tangannya perlahan terulur, berdoa dalam
hati sebanyak mungkin agar setelah ini ia bernapas
lega.

Namun nasib tak berpihak padanya.

"No..." Bram mulai meneteskan air matanya,


meletakkan kepalanya di atas tubuh yang terbalut
kain putih itu. "Please don't,"

Polisi tadi mengangguk pada temannya, yang


menandakan mayat yang ditemukan di sungai tadi
adalah orang yang dikenal pria ini.

"Don't leave me please..." Bram menangis sangat


keras, dadanya terasa sangat sesak, ia belum
menerima kenyataan bahwa orang di hadapannya
sudah tidak bernapas. "Riya please..."

"Ini sisa barang yang kami temukan di tas beliau,"


Polisi meletakkan sebuah hp, beberapa permen dan
kertas kecil yang membuat Bram berhenti menangis.
Ia meraih kertas basah itu.

"Im not the best, so i lost."

Riya berputus asa atas cintanya kepada Bram. Ia


melihat seorang perempuan yang sedang berduaan
saja dengan Bram, Riya melihatnya. Sakit hatinya,
Riya sengaja mengakhiri hidupnya.

Kegurauan Absurd

Ovi, Bram, Citra, Jeckie, Buggy mereka satu kesatuan


yang tak bisa dipisahkan. Ada satu kata begitu melekat
dibenak mereka itulah kesetiaan. Mereka tak pernah
meninggalkan satu sama lain, apapun yang terjadi selalu
bersama. Biasanya nongkrong dikantin selalu menjadi
jamuannya basecamp sejati.

“Kau tak perlu khawatir 3 bulan lagi kita akan bebas.


Menerjal batu, memupuk mimpi yang selama ini kita
idam-idamkan”
berkatalah Bram dengan penuh ambisinya.

“Akan kukenalkan pada dunia bisnis, akulah Citra


Negoro dengan predikat pengusaha tersukses dalam
jangka 1 tahun dalam debut awalnya”.

Kring-kring bel berbunyi tiga kali menandakan jam


sekolah pada hari sabtu telah usai. Para murid bergegas
pulang menuju rumahnya dan ada juga yang ngopi santai
selepas pulang sekolah.

Hari senin…

Hari senin merupakan hari termalas untuk Ovi, karena


harus bangun pagi banget untuk mengikuti upacara. Ovi
ingin rasa nya pura-pura sakit, tapi apa boleh buat Papa
dan mama nya ini tidak gampang untuk di bohongii. Ovi
pun sedang sarapan dengan tidak bersemangat. Buggy
yang melihat kakaknya seperti itu

"Kalo malas sekolah bilang aja, gak usah pura-pura sakit


gitu" sindir Buggy sambil fokus dengan makanan nya
"Apaasih!" ucap Ovi kesal

Papah dan Mamahnya pun menggelengkan kepala nya


melihat kelakuan anak nya yang selalu seperti ini

"Nanti Azka pindah ke sekolah kamu" ucapan Papahnya


membuat Ovi langsung menoleh dan membesarkan bola
matanya

"Ovu mau pindah sekolah! Ovi gak mau sama Azka!"


ucap Ovi cepat

"Hei! Azka itu seru loh, dia bisa ngejaga kamu" ucap
Mamahnya

"Tapi mah, anak satu ini aja udah buat Ovi pusing.
Apalagi nanti kalau udah ada Azka, bisa pecah kepala
Ovi" ucap Ovi melirik Buggy yang sedang fokus dengan
makanan nyaa

"Beruntung kamu di jaga 2 lelaki tampan" ucap


Mamahnya

"Tapi , Mah ka—" ucapan Ovi langsung dipotong oleh


Buggy.

"Berisik! Makan nanti telat '' ucap Buggy

Ovi hanya melirik dengan wajah kesal nya, sedangkan


Papahnya melihat anak perempuan nya itu pun hanya
tersenyum
Sampai sekolah Ovi langsung turun dan berjalan cepat
memasuki sekolah nya. Sedangkan Buggy justru berjalan
santai, seakan tidak perduli bel berbunyi.

"Citra! Gw gak bawa topi, gimana nih" ucap Ucap Jeckie


datang bersama Bram

Buggy pun melirik topi nya, dan di serahkan kepada


Jeckie

"Tapi, nanti lo gimana" ucap Jeckie

"Gue enggakpapa, sana baris" ucap Buggy menyuruh


Jeckie berlari ke lapangan

Jeckie pun tersenyum dan mengangguk, dia pun berlari


ke lapangan. Citra pun melirik Buggy

"Akhirnya gue ada temen" ucap Citra

"Ayo kita minta hukuman ke guru" ucap Buggy

Citra pun mengangguk, tapi ada yang mencekal tangan


Buggy membuat lelaki itu pun menoleh

"Topi gue ketinggalan di kamar Bugg" ucap Ovi

Buggy pun membesarkan bola matanya, topi dia sudah di


serahkan pada Jeckie. Apa dia harus rela melihat kakak
nya di hukum? Tidak! Ovi gak boleh merasakan
hukuman!

"Pura-pura sakit aja sana ke uks" saran Buggy

Yang jaga uks galak bugg, gilaaa mau di omelin tuh


cewek" ucap Jeckie

"Topi lo mana Bugg?" tanya Ovi dengan wajah panik nya

"Emmm, udah di kasih ke Jeckie" jawab Buggy

Ovi langsung diam, dan berbalik untuk berjalan ke arah


barisan. Dia rela di hukum, toh salah dia juga 'kan

Buggy pun mencekal tangan Ovi, Ovi pun menoleh


dengan wajah penuh tanya

"Pakai topi gue aja" ucap salah satu lelaki

Ovi, Jeckie, dan Buggy pun menoleh. Ternyata itu Azka,


Shakila pun tersenyum manis dan mengambil topi itu

"Azka gimana?" tanya Ovi

"Ovi aja duluan, gak usah mikirin Azka" jawab Azka,


Ovi pun mengangguk

"Makasi" ucap Ovi

Sebelum pergi dia sempatkan mengelus pipi Azka. Azka


yang di perlakukan seperti itu pun merasa ingin terbang.
Sedangkan Buggy pun membesarkan bola matanya. Hei!
Apa apaan ini

Setelah Ovi pergi, Azka pun juga pergi ke barisan yang


berisi siswa-siswa yang tidak memakai atribut lengkap

Setelah selesai upacara, Ovi pun berjalan ke kelas


sendirian. Dia tidak tahu kemana perginya Citra

"Bram!" panggil Ovi

"Apa?" tanya Bram

"Citra mana?" tanya Ovi

"Tadi dia minta dispen, sakit kata mama nya" jawab si


Bram

Ovi pun mengangguk dan berjalan ke arah bangku nyaa


yang kosong

Jam istirahat, Ovi pun berjalan keluar kelas sendiri. Dia


bosan, tidak ada Citra. Shakila pun menoleh ke arah
lapangan

"Ada apaan rame-rame gitu" ucap Ovi

Ovi yang mempunyai sifat penasaran pun langsung


berlari ke arah lapangan

"ada apasi Ra?" tanya Ovi kepada Rara, teman sekelas


nya
"Itu ada yang berantem" jawab Rara

"Siapa?" tanya Ovi

"Kayak nya si cowok yang waktu itu ke kelas kita Ov"


jawab Rara

Ovi pun langsung menyimpulkan kalau itu, Buggy adik


nya

Ovi langsung belari menerobos, kumpulan-kumpulan


orang banyak. Pas dia lihat, benar itu Buggy adik nya
yang sedang berkelahi.

"Bugg!" teriak Ovi tapi tidak bisa membuat kejadian itu


berhenti

"Buggy! Alvano!" teriak guru bk membuat aksi kedua


orang yang sedang bergelut pun menjadi berhenti

"Buggy! Selalu kamu! Tiada hari tanpa berantem" ucap


guru itu

"Kalian berdua! Ikut saya ke ruang bk! Cepat!" bentak


guru itu

Buggy pun menarik pelan tangan, Ovi dan Jeckie untuk


ikut juga. Ovi pun menjadi bingung, kenapa dia harus
ikut juga?
Sampai di ruangan itu, mereka semua pun duduk di sofa

"Ovi ada urusan apa ya ikut masuk?" tanya guru itu

"Emmm"

"Saya yang ajak!" jawab Buggy mengenggam tangan Ovi


erat

"Hft, ada masalah apa lagi el?" tanya guru

"Dia melempar bola basket ke kepala Jeckie!" jawab


Buggy menatap tajam Alvano

"Saya gak sengaja bu" ucap Alvano

"Alesan " cibir Buggy

Sedangkan Jeckie terus menatap tangan Buggy dan Ovi


yang masih saling bertautan

''Jeck tidak apa-apa kan nak?"

"Tidak apa-apa bu" jawab Jeckie sambil mengalihkan


tatapan nya

"Yasudah, Jeckie dan Ovi ibu mohon keluar dulu yaa"


Ucap Ibu guru

Ovi dan Jeckie pun mengangguk dan bangkit dari duduk


nya
"Sini aja!" ucap Buggy menarik Ovi agar tetap duduk

Sedangkan Jeckie pun hanya diam, jadi? Bugg tidak


menyuruh dia untuk tetap di sini juga?

"Bugg" tegur guru itu

"Saya bakal ngehajar cowok itu lagi, kalau Ovi keluar!"


Ancam Buggy

"Yasudah, Jeckie saja yang keluar " ucap guru itu.

Jeckie pun mengangguk dan berjalan keluar ruangan ini


dengan berat hati

Setelah Jeckie keluar, Ovi pun duduk kembali di samping


Buggy

"Buggy dan Alvano besok orang tua kalian tolong datang


ke sekolah ya! Temuii ibu pukul 8, ibu tunggu sampai
jam 3 sore. Kalau tidak datang juga, besok kalian tidak
usah sekolah di sini lagi" ucap ibu guru

"Saya juga gak rugi kalau di keluarin dari sekolah ini "
ucap Buggy acuh

Ovi langsung menoleh pada lelaki yang berbicara ini,


enak sekali berbicara seperti itu. Dasar anak bandel

"Yasudah, mulai besok kamu tidak usah datang lagi ke


sekolah" ucap guru itu kesal
"Tapi, disini ada wanita yang harus saya jaga, terpaksa
harus sekolah" ucap Buggy langsung menarik pelan
tangan Ovi Keluar dari ruangan ini. Alvano pun ikut
keluar

"Untung bapak kamu donatur tetap di sini! Kalau tidak,


sudah saya tendang jauh -jauh kamu Bugg" ucap guru

Di perjalanan menuju kelas, Ovi dan Buggy menjadi


pusat perhatian semua siswa. Sedangkan Ovi dan Buggy
acuh, tak perduli. Mereka terus jalan dengan tangan yang
saling bertautan

Buggy pun membawa Ovi ke kantin. Dia lupa, kakak nya


ini belum makan, kalau sakit pasti dia yang akan
diomelin sama papa dan mama nya itu

Sampai di kantin, Buggy pun menyuruh Ovi duduk di


bangku yang kosong. Sedangkan dia pun memesan
makanan, dan minuman. Tidak lama, Buggy datang
membawa satu nampan yang berisi makanan dan
minuman

"Nih makan" ucap Buggy

"Bisa gak si lu sehari aja jangan buat masalah" ucap Ovi


kesal sambil mengaduk bakso nya

Buggy menjawab dengan gelengan sambil terkekeh


pelan. Dia ikut duduk di samping Ovi
''Gak capek Bugg?" tanya Ovi menatap Buggy serius

"B aja" jawab Buggy sambil memasukan satu sendok


bakso ke dalam mulutnya

"Muka lo setiap pulang sekolah selalu babak belur" ucap


Shakila

"Nama nya juga laki-laki"

"Tapi gak tiap hari juga Buggy!"

"Bisa gak, gak usah terlalu emosian?"

"Nggak, gue gak bisa ngontrol emosi gue. Apa lagi kalau
ngeliat cewek di sakitin sama cowok! Siapapun itu, mau
gue kenal dia kek mau gue gak kenal kek! Gw tetep gak
suka kalo ngeliat itu, emosi gue langsung naik seketika"
ucap Buggy

"Tapi, kalau kayak gini, lo terlalu ikut campur urusan


orang El" ucap Ovi

"Maksud nya?"

"Misal, ada sepasang kekasih sedang berantem dan itu


masalah pribadi mereka. Masa lo mau main tonjok tuh
cowok, itu namanya lo ikut campur masalah orang
Buggl" jelas Ovi
"Tapi gue gak perduli, mau dibilang ikut campur kek.
Yang terpenting, gue tetep gak suka ngeliat cewek di
sakitin atau nangis" ucap Buggy

"Dasar keras kepala!" ucap Ovi kesal

"Memang dan bodoamat!'' ucap Buggy

Ovi pun melirik Buggy kesal dan malas. Kenapa haru


mendapat adik keras kepala seperti dia sih?

"Besok suruh papa ke sekolahan"

Ovi yang sedang memakan bakso nya pun menoleh lagi,


menatap malas Buggy

"Lo aja yang bilang, kan yang punya masalah lo bukan


gue"

"Bantu gue"

"Ya" jawab singkat Ovi membuat Buggy terkekeh. Pasti


kakaknya ini sudah sangat kesal kepada diri nyaa

Pulang sekolah, Ovi pun berjalan ke parkiran dengan


Buggy, Bram, Citra dan juga Jeckie
"Nanti langsung ke cafe nya aja Jeck, gue sama yang lain
nunggu di sana" ucap Bram memakai helm nya, Jeckie
pun mengangguk

"Gue duluan " ucap Bram menjalankan motor nya

Buggy pun menaiki motor dan memakai helm

"Nih pakai" ucap Buggy menyodorkan helm ke Ovi. Ovi


pun menerima dan memakai nya. Buggy pun
memundurkan motor nya

"Naik" ucap Buggy

Ovi pun bersiap untuk naik ke motor tinggi Buggy.


Setelah Ovi naik, Buggy pun menjalankan motor nya
keluar gerbang sekolahan

"Bugg, kadang baik ke gue, kadang cuek kayak sekarang.


Sebenarnya, mau di apa sih. Dia seakan-akan ngasih
harapan ke gue, tapi kadang dia seakan-akan ngebuang
gue begitu aja" ucap Ovi kesal.

Doppio

“Jika perjalanan hidup itu pahit tak perlu disesali lah


Jeck, kau tahu segelas espresso ini dilapisan krema, body
and heart. Setiap bentuknya akan terlihat sebuah
perbedaan, kau tahu smoothnya krema itulah gambaran
ketika hidupmu mulus lus saja tanpa adanya masalah
yang serius.
Lalu dilapis kedua ada body, disini kau akan merasakan
panasnya sebuah perjalanan berbagai awal dari problem
mulai bermunculan.
Dilapis ketiga heart, dititik ini kau bisa saja berputus asa
pedihnya kehidupuan pahitnya takdir mungkin
membutamu tak akan kuat.
Tapi kau harus tahu satu hal Jeckie, hidup itu tak selalu
tentang keindahan dan kebahagian.
Namun sedih rasa duka adanya flavour hidup ini akan
terasa lebih nikmat, itulah yang akan mendewasakanmu.
Jangan jadi lelaki cemgeng tunjukkan pada mereka”.

Bang Hilmy menerangkan sebuah kehidupan bagaikan


kopi demi menguatkan Jeckie menjalani kehidpuan
sebenarnya setelah Jeckie tak lama lagi akan lulus sma
bersama teman-temannya..

Patuh Jeckie menjawab. “Iya bang Hil, aku bakalan


berusaha sekuat tenaga demi semua ini yang ku jalani”.

“Sudah seharusnya Jeck, luluh-lantah kau tetap harus


kuat. Bang Hilmy sambil minum kopinya berbicara
kepada Jeckie

“Thanks ya bang”

“Ya Jeck santailah”


Setelah lulus SMA…

Citra entah kenapa baru saja selang beberapa minggu ia


sudah kangen dan mengunjungi sekolahnya.

“Suasana sunyi sedikit gaduh tampak terasa sesaat saat


aku melewati koridor kelas. Deretan koridor kelas 12
nampak sepi bahkan kosong tiada seorangpun kecuali
aku”

Hari ini bukan hari Citra sekolah .

“Masa sekolahku sudah habis .Aku hadir disini sekedar


tuk berterimakasih pada tempat yang tlah memberi
banyak kenangan selama 3 tahun lamanya . Meskipun tak
semua kenangan terasa manis,tapi setidaknya ,Disini ..
Disekolah ini aku menemukan banyak pembelajaran
berharga yang mungkin takkan ku temui dimana pun .”

Citra mengenang masalalunya.

“Saat-saat masa SMA yang penuh suka duka .


Benar saja apa kata orang .
Masa SMA adalah masa yang paling menyenangkan .
Meskipun bagi ku tidak untuk masa akhir SMA ku .
Tapi setidaknya se bad apapun masa SMAku akan ada
masa kuliah yang lebih berat daripada masa ini”.
Semakin dalam perasaanya mengingat masa SMA nya
dulu.

“Hari ini aku beruntung bisa diizinkan datang kembali


oleh satpam penjaga sekolah ini . "Selamat pagi mbak
Citra". Sapaan yang telah terbiasa mengiringiku slama 3
tahun .
Pak darta . Satpam yg sangat baik nan sopan dari setiap
tutur katanya . Tak heran banyak yg membanggakan
satpam sekolah yg satu ini”

"Maaf mbak Citra mau apa kesini . Sekarang ada rapat


mbak jadi sekolah sudah pulang dari tadi"

"Iya pak saya tau . Saya kangen aja sama sekolah ini .
Pak saya boleh kan main-main ke kelas saya . Saya udah
lama ga mampir ke kelas . Saya kangen suasana sekolah
pak"

"Oh boleh mbak Citra . Kebetulan kelas lagi kosong .


Guru-guru lagi rapat disekolah lain . Jadi mbak Citra
boleh main ke kelas . Kelasnya gak saya kunci mbak
Citra"

"Terimakasih ya pak .saya mau kesana dulu"

"Iya mbak .monggo"

12 Ips 1 Citra buka perlahan pintu kelas .


Kelas yang menjadi tempat akhir kisah SMAnya
Nampak sepi nan kosong . Jendelanya pun berdebu karna
lama kelas ini tak ditempati .
Papannya putih bersih . Tiada tulisan sedikitpun disana .

Citra pun menuju tempat duduk baris kedua deret ketiga


yang sudah tak asing baginya .
Jelas saja tak asing . Karna tempat duduk ini adalah
sejarah kursi terakhir Citra di masa SMA .

masih nampak jelas tulisan disana . " Wels one" tulisan


dibangku yg sengaja Citra coret beberapa bulan yg lalu .

Wels one

tWELve Social ONE

Kelas yang juga menjadi sejarah terakhir Citra di Masa


SMA nya ini

“Awalnya aku Mengira kelas ini adalah kelas yang


membosankan .
Muridnya individual dg ego masing2.
Namun waktu tlah membuktikan .
Bahwa presepsiku salah .
Kelas ini adalah kelas yg mengesankan bagiku .
Memang benar . Awalnya penghuni kls ini sangat
individual . Namun perlahan kekompakan mulai terasa .
Meskipun dari sekian lomba kls ini tlah mendapat banyak
kekecewaan . Namun kekecawaan tersebut tlah terganti
dg doa kesuksesan di masa depan”

Semakin sanjung perasaan Citra


“Terimakasihku pada kelas ini Meskipun tak genap satu
tahun kita bersama Namun kisah-kisah bersama kalian
takkan pernah terulang lagi . Teringat dimana ada setiap
harapan,disitu pula ada doa yang menyertai”.

Tak lepas hanya dari Citra saja. Jeckie dan serekannya


mulai merasakan perbedaan.

“Enaknya kita kerja apaan?” Tanya Ovi

“Emm kita bertiga kan udah jadi barista selama masa


SMA kan sudah magang di cafenya mas Surya. Jadi aku,
Bram, sama Buggy juga akan ke profesi barista” Jeckie
menjawab Ovi dengan rasa penuh harap akan sukses
menjadi seorang barista.

“Iya vi, kenapa memangnya?” Sontak Bram menjawab

“Buggy mohon ijin ya kak, bilangin ke mamah papah”

“Nanti aku sampein ke mamah papah. Jangan ngecewain


mereka berdua” tegas Ovi menasihati Buggy

“Yasudah guys balik dulu ya, sepertinya aku akan


bergabung dengan Citra, daa”

Suasana cafe bang Hilmy terlihat cerah ceria yang ramai


dengan para pengunjung.
“Ayanggggg? Tante Rita kuwalahan gara-gara
pegawainya mengambil cuti sementara waktu.

“Iya sayang abang dibelakang”

“Dibelakangnya ngapain?”

“Iniloh yanggg roasted kopi”

Sepertinya Tante Rita mulai geram “Bang kalo kamu ga


niat buka kedai mending tutup nih kedai”

“Apa toh apaaaa” bang Hilmy juga mulai geregetan

“Customer lagi rame-ramenya malah sibuk roasted.


Roastednya nanti saja. Nih ladenin dulu para customer”

“Bentar lagi Jeckie, Bram, Buggy sama keke ke kedai”

“Tanya tante Rita “loh ngapain?”

“Siapa suruh ambil cuti. Sudah abang pecat semua”

“Yasudahlah terserah ayangg. Capek ngurusin kedai”

“ kamu itu cukup perlu istirahat. Duit kamu mau diapain


buka cabang kek atau apa” bang Hilmy cemburu karena
uang tante Rita lebih melimpah.

Selang beberapa hari. Menunjukkan suasana kedai bang


Hilmy
"Keke tolong jaga kasir sebentar ya, aku ingin pergi ke
toilet dulu"
Ucap Jeckie yang langsung lari ke toilet.

"Iyaaa, hei jangan berlarian seperti itu nanti kau bisa


jatuh"
Keke memperingatkan temannya itu. Tapi Jeckie tidak
mendengar nasihatnya.

Kedai kopi siang ini cukup sepi, hanya ada beberapa


pelanggan saja yang datang. Maklum, kedai baru buka
pukul 11 siang. Dan sekarang baru pukul 12 siang.
Artinya sudah sejam sejak kedai dibuka, biasanya akan
ramai saat pukul sore hari. Dimana orang-orang ingin
menghabiskan waktunya dengan secangkir kopi dan
obrolan ringan di waktu senja.

Music Play, Fire by BTS.

"Bultaorune"

Keke bergaya seperti Min Yoongi by dalam MV Fire


sambil mengelap cangkir kopi yang baru saja dicuci.

Lagu yang pas untuk aku putar di siang hari ini, sangat
energik dan mampu mengusir kantukku.
"Jeckie lama sekali, pasti dia sakit perut."

Keke berjalan menuju meja kasir, duduk sambil


menopang dagunya. Menunggu pelanggan yang ingin
memesan kopi. Sambil terus komat-kamit menyanyikan
lagu idolanya itu.

Ting Ting Ting

Nice pintu kedai kopi berbunyi, berarti ada pelanggan


yang datang. Keke segera bersiap, berdiri tegap dibalik
mesin kasir sambil tersenyum manis ke pelanggan. Itu
merupakan wujud customer service yang baik.

" Selamat datang of Lentera Coffee, ada yang bisa saya


bantu."

Ucap Keke menyapa pelanggan tersebut.

"Ne, hmm aku mau pesan.."

Ucap si pelanggan sambil melihat ke arah menu kopi di


atas kasir.

Belum sempat aku menawarkan kopi terbaik kami


padanya, ia sudah terlebih dulu memilih kopi pilihannya.

"Aku pesan Coffee latte Capucino untuk bawa pulang."


Ucap si pelanggan itu.

"Baiklah, coffee latte capucino satu. Ada pesanan lain?"


Keke mengetik pesanan pelanggan itu. Pelanggan itu
hanya geleng kepala dan segera mengeluarkan uang
untuk membayar sebelum Keke menyebutkan harganya.

"Satu cangkir Coffe latte 20 ribu, uangnya pas ya. Ini


struknya. Silahkan ditunggu."

Keke memberikan struk ke pelanggan itu dan segera


membuat pesanannya.

"Misterius banget pelanggan itu, pakai kupluk dan


masker. Bicaranya juga sangat irit. Ada-ada saja."

Ucap Keke dalam hati, ia agak aneh melihat pelanggan


tersebut.

Tidak lama, pesanan pelanggan misterius itu selesai. Aku


pun menghampirinya dan memberikan kopi itu.
Pelanggan itu hanya mengambilnya dan segera pergi.

"Terima kasih, datang lagi kesini ya"

Ucap Keke sambil membungkuk pada pelanggan itu.

"Yakkk Keke"

Panggil Jeckie

"Nei?"

Sahut Hani
"Eoh orang itu"

Jeckie menunjuk pelanggan misterius yang baru saja


keluar dari kedai.

"Kau mengenalnya?"

Tanya Keke penasaran.

"Iya, dia sering datang kesini dan selalu berpakaian


seperti itu."

Jelas Jeckie

"Kenapa aku tidak pernah melihatnya??"

Ucap Keke yang masih memperhatikan pelanggan itu. Ia


belum jauh keluar dari kedai.

"Bagaimana kau mau melihatnya, kau sendiri sibuk


membuat kopi dan melihat sns idolamu itu."

Jeckie menatap Keke.

"Hehe iya juga ya, aku jarang melihat pelanggan."


Hani terkekeh dan menggaruk tengkuknya.

"Lagipula setelah memesan ia langsung pulang.. jadi


wajar saja kau tidak pernah melihatnya."
Ucap Jeckie sambil kembali ke meja kasir.
"Apa dia sakit? Atau jangan-jangan ia seorang idol??
Apa mungkin dia Jeon Jungkook??????"
Hani mengira-ngira tentang siapa orang itu
.
"Jeckie yaa apa mungkin dia Jungkook??"
Keke menghampiri Jeckie.

"Hentikan omong kosongmu itu. Aku bosan mendengar


namanya."
Ucap Jeckie yang sudah bosan menanggapi Keke jika ia
menyebutkan nama idolanya itu.

Ponselku berdering, ibu menelfonku. Aku pun langsung


mengangkatnya.

"Ne Eomma... ne arraseo"


Ucap Keke di telfon.

"Ada apa Ke?"


Jeckie terlihat penasaran.

"Aniyaa, Eomma ku hanya bilang nanti sebelum pulang


ia minta dibelikan tteoppoki."
Sahut Keke. Jeckie hanya ber Oh ria.

Lonceng pintu kedai berbunyi. Keke dan Jeckie sama-


sama melihat ke arah pintu. Ternyata itu Buggy, ia baru
saja datang. Keke dan Jeckie langsung mengintrogasi
kenapa ia terlambat. Buggy menjelaskan tadi ia ada kelas
tambahan di kampus. Keke dan Jeckie pun maklum.
"Apa orang bermasker itu kesini lagi?"
Tanya Buggy ke Jeckie.
"Aku berpapasan dengannya di luar tadi."
Lanjutnya. Jeckie langsung mengangguk tanpa
mengucapkan sepatah kata. Keke menghampiri kedua
temannya itu dan memasang wajah kepo.

"Kau sering melihatnya juga?"


Tanya Hani. Jun Gi pun mengangguk.
"Hmmm aku yakin dia idol, mana mungkin orang biasa
bertingkah aneh seperti itu."
Lanjutnya.

"Aku punya pikiran yang sama denganmu. "


Sahut Buggy. Ia bersender di meja kasir sambil berpikir
dan menebak-nebak orang itu. Keke pun melakukan hal
yang sama.

Jeckie hanya bisa diam dan mengelengkan kepalanya.


Heran melihat tingkah temannya itu. Ia pun mengusir
pergi kawannya itu dari meja kasir.

"Minggir kalian, aku mau bekerja. Pelanggan datang"


Ucap Jeckie.

Dan benar saja ada seorang pelanggan. Keke pun kembali


ke tempatnya, sementara Buggy bersiap untuk mengganti
bajunya di belakang.
Jika kalian bertanya tempat mana yang paling
menyenangkan untuk berkumpul hanya sekedar
mengobrol atau minum kopi bersama teman, sahabat,
rekan kerja atau bahkan kekasih, pasti kalian akan
menjawab, cafe. Ya tempat sederhana tidak terlalu
mewah namun sangat pas untuk menghabiskan waktu
senggang kalian bersama orang-orang terdekat kalian,
atau bahkan orang yang baru kalian kenal, yang sering
disebut dengan blind date, cukup kuno namun banyak
orang yang sering melakukan hal itu di Jakarta aneh
bukan? Hari ini, suasana di salah satu cafe di Dijakarta
sangat ramai, pegawai cafe yang terletak dekat dengan
salah satu universitas yang buka hampir 24 jam itu kini
sedang disibukkan dengan pekerjaan mereka melayani
pelanggan mereka.

Dream Cafe, ya itulah namanya, sangat sederhana bukan?


Cafe yang didominasi dengan nuansa coklat dan krem,
serta dipenuhi dengan beberapa lukisan yang sederhana
di dinding, kursi dan meja yang bertema vintage yang
dapat membuat nyaman pelanggannya, dan juga meja bar
yang lumayan besar. Terdapat dua orang pelayan kasir,
dan tiga barista disana yang siap melayani kalian, dan
menyuguhkan kopi atau minuman lain yang nikmat. Ini
mungkin baru sebagian yang terlihat dari cafe itu. Jika
kalian turun ke bassement maka kalian akan menemukan
ruangan yang jauh berbeda dari sebelumnya. Bassement
cafe ini terkesan lebih modern, ruangannya tidak sebesar
ruangan cafe utama namun terdapat panggung kecil
disana yang akan menyuguhkan live music yang dapat
menghibur pelanggan, dan juga meja bar yang di design
lebih nyentrik dari meja bar yang ada dilantai pertama.
Kalian tidak akan menemukan kopi atau soft drink disini,
karena bartender di bassement hanya menyediakan
minuman beralkohol saja, maka dari itu bassement ini
hanya akan dibuka jam sembilan malam dan tentu saja
dikhususkan untuk siapa saja yang sudah layak minum
minuman beralkohol.

Seperti saat ini, seorang pria sedang duduk di depan meja


bartender memegang gelasnya yang berisi Vodka,
memutar mutar gelas tersebut, dan hanya menatapnya,
sepertinya pria tersebut tidak tertarik untuk meminum
Vodka nya. Pikirannya kacau dan mungkin hanya segelas
Vodka tidak akan menghilangkan pikiran kacaunya ini.

"Apa kau punya minuman yang lebih keras dari ini?"


ucap pria tersebut kepada bartender didepannya yang
sedang membersihkan gelas-gelas yang menurutnya
sudah terlihat sangat berkilau.

"Sepertinya kau sedang ingin mabuk yah tuan, kalau


begitu bagaimana dengan soju?" bartender yang ber name
tag Yuta tersebut meletakan gelas dan handuk yang ada
ditangannya.

"Kau punya minuman seperti itu ditempat ini?"

"Tentu saja" Yuta berjalan kearah rak dimana banyak


botol soju didalamnya dan mengambil gelas kecil, lalu
menyuguhkan soju tersebut kepada pelanggannya "Ini
dia, silahkan nikmati dan lupakan beban pikiranmu
Tuan"
"Terimakasih Yuta-ssi" ucap Jeckie sambil sekilas
melirik name tag yang tertera di dada bartender tersebut
dan menyebut namanya "Dan jangan panggil aku Tuan
karena terkesan terlalu tua, panggil namaku saja, Jeckie"
lanjutnya.

"Aku merasa sedikit tidak sopan jika memanggil seorang


pelanggan dengan nama, namun jika kau meminta,
baiklah Jeckie-ssi"

Single Presso

Jangan bersenda gurau dengan malam


Tak ada pasar,
Lalu seteguk espresso mampir menyemangati rindu yang
tak berpura.
Asap mengepul dan bicara
Menelaah kopi
mengecap rasa
mengunggah bisu yang penuh teka teki.

Biarlah,
Biarlah hening mencipta suasana.

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Hari ini tidak ada jam kerja. Jadi aku bisa pergi mengunjungi
Coffee Exhibition di Jakarta. Aku hanya pergi seorang diri,
kedua temanku tidak terlalu tertarik dengan kopi. Sudah sangat
sering aku mengunjungi pameran dan seminar kopi. Dari situ
aku bisa belajar membuat kopi yang enak dan menikmati
setiap proses pembuatan kopi dari masih biji kopi sampai
menjadi kopi seduh yang setiap harinya aku hidangkan untuk
pelangganku.

Kali ini Coffee Exhibition bertemakan kopi-kopi dari Eropa.


Aku berkeliling melihat beragam jenis kopi yang ada di Eropa.
Disini kita juga bisa belajar latte art. Aku mampir sebentar ke
stand latte art dan mengikuti arahan pemandu.

Setelah dari latte art, aku istirahat sebentar di kedai kopi


pameran ini yang sengaja dibuka untuk menjual kopi-kopi
Eropa asli. Aku memesan kopi Espresso.

Kini waktunya aku menikmati kopi sambil mendengarkan lagu


Soprano. Tak lama, diluar turun hujan cukup deras.

Aku duduk sendiri di dekat jendela. Rintik hujan sangat


terlihat jelas dari tempatku. Tiba-tiba ada seseorang datang
duduk di depanku.
"Hmm nu.."

Belum sempat aku bertanya, seseorang itu memanggil


namaku.

"Kau Jeckie kan? Barista waktu itu?"


" aku Kim, apa kau ingat?"
Lanjutnya sambil duduk.

"ohhhh Kim, iya aku ingat.. silakan duduk"


Ucap Jeckie.

Ternyata ia adalah Kim, si pria misterius. Pertanyaanku, untuk


apa ia datang kesini??

"apa kau penyuka kopi?"


Hani membuka pembicaraan.

"Yes, aku sangat suka kopi. hampir semua jenis kopi sudah
aku coba."
Jawab Kim.

"ohhh pantas saja kau sering datang ke kafeku."


Kata Jekcie.

"apa kau sering datang ke pameran seperti ini?"


Tanya Kim. Jeckie mengangguk.

Aku pun bercerita tentang pengalamanku belajar membuat


kopi. Ternyata Kim sama sepertiku, suka mengunjungi
pameran kopi seperti ini. Tetapi ia tidak pandai dalam
membuat kopi. Kami saling bertukar cerita, hujan diluar sudah
mulai reda. Kopiku juga hampir habis.

"Kim, aku ingin mengembalikan ini"


Ucap Jeckie sambil mengeluarkan sapu tangan dari dalam tas.
"ini punyamu kan?

"iyaa ini punyaku, kenapa ada padamu."


Tanya Kim.

"aku menemukannya terjatuh di bawah meja,waktu terakhir


kali kau ke kafe."
Sahut Jeckie.

"aku kira hilang entah kemana, ternyata masih ada. Terima


kasih sudah menyimpannya."
Ucap Kim.

"iyaa sama-sama"
Jeck tersenyum.

"minggu depan ada pameran Coffee Show. apa kau mau ikut?
kita bisa pergi bersama"
Ucap Kim.

"Wah? boleh-boleh. kenapa aku tidak tau ya"


Sahut Jeck senang.

"itu pameran terbatas, tiketnya sudah habis terjual. aku punya


2 tiket. tadinya aku pergi bersama teman. tapi ia tidak bisa.
jadi aku menawarkannya padamu."
Kim menjelaskan ke Jeck.

" ohhh seperti itu, pantas aku tidak tau. baiklah aku mau."
Kata Jeck.
"apa aku bisa meminta nomor ponselmu untuk memberi tau
kapan pameran itu"

"iya- iya bisa.. ini nomorku."


Jeck mengeluarkan pulpen dan memo kecil, lalu menulis
nomor ponselnya.

Ujung Masalah

Sekian lama Bram tak bertemu dengan Riya, dia tenggelam


dengan kesibukannya menjadi pebisnis baru coffee dan bisnis
bengkel mobilnya.
Dan alasan utama nya adalah berusaha melupakan sosok Riya.
Ternyata Riya memalsukan kematiannya akibat kecelakaan.

Beberapa kali Bram ke rumah, dia sengaja tak keluar kamar


atau mendadak langsung pergi tanpa pamit, menghindari untuk
tidak berkomunikasi dengan Riya.

Tapi hari ini, Bram tak bisa sembunyi dan mengelak.

"Bram! Kamu jemput Riya! Bunda keluar kota sama ayah


Bagas....ibu mau ke rumah eyang Bunda....." memberi perintah
kepada anaknya.
Setiap Agni dan Bagas keluar kota, Riya diminta orang tuanya
untuk menginap di rumah Aji.
Demi keamanan, menurut mereka.

Bram mematuhi perintah ibunya, dia mengendarai motor ke


rumah Riya.
'Kok aku gugup gini why?!' batin Bram saat mengendarai
motor menuju rumah Riya. Rasa dihatinya tetap sama.

Tiba dirumah Riya, Bram disambut pak Mat, driver Riya.


"Riya kemana Pak?" Tanya Bram dengan sopan.

"Diruang tengah mas... Kayaknya ngerjain skripsi...masuk aja


mas!"

"Iya Pak, makasih.... "

'Skripsi apa? Bulan depan kan wisuda?' Bram bertanya dalam


hati sambil berjalan.

Mendekati ruangan dimana Riya berada, Bram semakin gugup


dan jantungnya berdetak makin kencang.

Pemuda itu mengucapkan salam, tapi Riya tak membalas,


rasanya gadis ini sangat serius dengan dunianya.

"Kamu liat apa Riya?" Bram yang berdiri dibelakang sofa


mengejutkan Riya yang sedang duduk memangku laptop dan
membuka web porn video.

"Kak Bram ngagetin!" Pekik Riya yang terkejut, kali ini dia
memanggil kakak.

Dia memiringkan laptopnya agar Bram tak bisa melihat.


"Kamu liat apa hah? Bokep?!" Tanya Bram ketika melihat
sekilas layar laptop.

"Bukan urusan kakak!"

Buruan tutup! Ayo pulang!" Bram memakai kata pulang


seperti mengajak adiknya.

"Tinggal dikit lagi Riya..... "Bram kembali memanggil Riya.

"Kamu ini cewek, ngapain kamu liat-liat video kayak gitu?"


Bram sedikit memarahi Riya.

Tapi dasar Riya, anak tunggal, jelas dia tak mau kalah dan
disalahkan.

"Di situ nggak ada larangan cewek ngeliat..." Kata Riya


dengan bibirnya yang manyun.

"Ngapain kamu liat begituan?" Bram Ulang.

"Mas sendiri tempo hari ngeliat bokep plays....kenapa? Riya


berbalik tanya.

Bram mati kutu saat dengar ucapan Riya.

"Aku bilangin sama Bunda... "Ancam si Bram.

"Aku bilangin sama Ibu... "Riya menatap seolah menantang


Bram.

"Ck! Kamu itu... Ayo pulang!"


Akhirnya mau tak mau Riya menutup laptopnya dan menuruti
kata Bram.

Selama perjalanan singkat kembali ke rumah, jantung Bram


tidak tenang.

Ini karena ada Riya yang ada dibelakangnya.

Sedangkan si Riya cemberut, karena tujuannya digagalkan


oleh Bram.

Beberapa menit berikutnya Riya dan Bram tiba di rumah Isti.

Di situ ada sepupu Bram yang sedang berkumpul.

"Lama amat!" Kata Dimas melihat Bram dan Riya menuju


ruang keluarga.

Riya yang berwajah cemberut duduk di sebelah Dimas.

"Ngapain di tekuk gitu wajahnya?" Tanya Nesa yang duduk di


bawah, lesehan.

"Nggak dad!" Jawab Riya singkat dan melihat Bram seolah ini
penyebabnya adalah Bram. Lalu dia melengos.

Akhrinya bram meminta hubungan ini berakhir. “Kita putus


aja ya”
Bercengkrama

Antara penjuru persaingan semakin menggelumat tak heran


membuat pusing kepala para owner. Citra yang mulai
kehabisan rudal rahasianya.
“Bagaimana dengan nasib kedai ini, bosman susah payuh jatuh
bangun merintis semua bisnis coffee shop” . Beralih-alih
solidaritaslah pusatnya.

Seperti biasa kedai bang Hilmy selalu diramaikan oleh para


pengunjung. Pemasukan selalu lancar para karyawan ikut
senang. Gaji pokok selalu terpenuhi sampai ke bonus-
bonusnya.

“Jeck?” Bang Hilmy menanyai Jeckie

“Iya bang, bentar ya bang lagi kalibrasi ini”

“Iyaudah selesain dulu Jeck. Emang hari ini pada libur ya kok
bisa?”

“Anak-anak pada ke kedainya Bosman bang.”

Bang Hilmy sontak kaget. “Lohh maksutnya apa! Ini waktu


jam kerja, kalo mau los ya gak kayak gini juga dong Jeck”.
Abang tahu kalo kita semua sohib saling membaur antara
owner dengan para karyawan. Tujuannya apa, supaya kita
solid dalam sebuah tim karena yang diperlukan sebuah
kerjasama”.

Jeckie langsung menghampiri bang Hilmy menunda


kalibrasinya untuk sesaat.

“Kok jadi aku yang kena imbasnya bang. Mereka juga udah ku
tegur”

“Gimana semua ini bisa terjadi. Baru kali ini lohh Jeck”. Bang
Hilmy mulai panas.

“Sebetulnya mereka gak salah-salah amat bang. Jadi ceritanya


itu gini bang waktu saya, buggy, sama keke lagi ngobrol
bareng di bar. Tiba-tiba si Citra sama Ovi temenku ke kedai
kopi kita terus ke bar. Si Citra biang keladinya bang.
Ngedoktrint Buggy awalnya bilang gini si Citra bugg have fun
kah jadi karyawannya? Terus Buggy diajak keluar kedepan
keke malah ikut-ikutan”.

Bang Hilmy semakin menampakkan emosinya. “Lalu yang


mereke bicarakan apa?”

Ragu-ragu Jeckie untuk mengatakannya “begini bang Buggy


sama Keke kemakan omonganmya Citra. Mereka ditawari
coba mesin kopi baru kedai bosman”.

“Apa mesinnya?” Bang Hilmy dengan muka penasaran.

“Simonelli oscar II bang. Mereka tanpa bosa-basi ke kedai


bosman”

“Wah-wah cari masalah nih kedai bosman”


“Nah terus bagaimana bang apa saya susul saja mereka balik
kedai?”

“Lah yang jaga kedai lalu siapa. Telpon saja mereka”

“Handphone mereka ditinggal bang. Mereka buru-buru banget


tadi”

Bang Hilmy muka merah benar-benar marah. “Yasudah biar


ku samperin mereka. Kalo mau ngambil karyawan ga gini juga
caranya”.

Keke dengan Buggy sedang asyik-asyiknya mengkalibarsi


mesin oscar II. Riang sekali muka mereka.

“Mau buat apa Ke?”

“Eh cobain ini deh Bugg latte art”

Bosman mengamati pergerakan Buggy dan Keke dari balik


ruang official

Buggy mencoba berseni dengan latte artnya “Ke request


gambar mumpung lagi on fire ha ha haa”

“Bagaimana kalo kita challange?” Keke menantang

“Gass kuy siapa takut”

“Oke, kita buat basic latte art. Pertama love, kedua tulip,
ketiga rosetta” semangat keke membara.

Bosman menepuk tangan akan gairah semangat mereka.


Waduhhhh hahahaa gimana kalian menyukai mesinnya?”
“Lumayan sih ini bos daripada mesin dikedai kopi kita. Jadi
kapan nih kedai bosman coffee grand opening?” Buggy
bertanya seakan berharap.

“Ohhh itu rahasia hanya para team bosman yang tahu.


Mending kalian ikut bosman sepertinya kalian bahagia disini”.
Bosman memancing buggy dan Keke

“Seriusan toh bos kita mau direcruitment tanpa interview?”


Tanya Keke

Bosman tersenyum kecil “Iya bosman serius, kalian barista


berbakat sangat disayangkan hanya bergelut dikedai yang
begitu-begitu aja”

“Bentar ya bos kita pikir-pikir lebih dulu” sahut Buggy sedikit


cemas

“Yasudah tadi kalian challange, bagaimana kalo yang sampai


tahap swan bosman kasih reward”

Keke Dan Buggy beradu skill nampaknya dengan reward yang


diberikan oleh bosman keduanya jadi malah bersaing.
Sedangkan bang Hilmy bergegas menuju ke kedai bosman”

“Jeck bang Hilmy cap cus jaga kedai”

“Siap bang Hil”

“Rupanya kalian ada dikedai bosman” sesampainya bang


Hilmy sampai dikedai bosman

“Hehehe iya bang” keke tersipu malu


“Itu kedai kenapa ditinggal customer banyak kuwalahan teman
kalian”

Citra mengintip dari balik jendela kedai “Waduhhh gawat ada


bang Hilmy. Bisa gagal semua rencana gw”

Bang Hilmy memerintah “bugg Keke cepet ke kedai”

“Iya bang iya kami minta maaf”

Akhirnya buggy dan keke berhasil dibawa kembali dengan full


senyum oleh Bang Hilmy namun seluruh rencana Citra gagal
untuk menghancurkan kedai Bang Hilmy.
Sebut Aku Buggy

“Ini seberapa coursenya, apa kalian tak paham-paham.


Pertama atur dulu grinder sizenya, apakah seperti ini cara
melayani pelanggan. Kau tak tahu, bilamana customer itu
ada komplain nama kedai kita yang menjadi gimik
kalangan penikmat kopi. Kerja yang benar, grinder
sizenya atur ke mode fine, lalu kalibrasilah kombinasikan
dengan sempurna”. Seraya para karyawan menunduk tak
ada sepatah katapun yang dilontarkan untuk Bos Buggy.

Selepas kejadian konflik antara Bosman demgan Bang


Hilmy membuat Buggy merasa malu akan tindakannya
karena Buggy telah terlibat dalam insiden itu. Pada
akhirnya Buggy nekat merintis bisnis barunya dengan
membuka kedai kopi yang elite dikawasan jalan basra tak
heran seperti kedai kopi bang Hilmy, kedai bosman dan
kedai si Jeckie. Si Jeckie pun sudah risegn dari tempat
Bang Hilmy yang tersisa dari mereka hanyalah Keke.
Jeckie membuka kedai kopi yang cukup elite juga dan
tak kalah dari kedai si Buggy.

“Bos bugg, ini ada undangan seluler yang dikirim lewat


media kita”

“Bagaimana mas Rud, coba bacakan” Buggy penasaran


“Rudy membacakan isi undangan yang dikirim lewat
seluler. “Salam asosiai coffee, dengan hormat kami
mengundang Anda dalam acara perlombaan NCC
National Coffee Challange. Yang diselenggarakan
dikedai coffee. Salam kopi”.

“Wahh berita baik ini buat kedai kita. Bagaimana kalo


kita daftar perlombaan?”

“Boleh bos, alih-alih promosi juga kalo kedai kita juara”

“Bener juga kamu Rud, umpan besar kali ini”

“ iya bener bos Bugg, supaya kedai kita semakin luas


jangkuannya makin dikenal masyarakat.

Bosman terlihat begitu panik daripada kedai milik bang


Hilmy dan Jeckie.

“Ovi kamu ada rencana gak. Bagaimanapun kedai kita


harus nomor satu. Jangan sampai kita kalah dari kedai si
Hilmy apalagi kalah dari kedai kucrit-kucrit. Kedai baru
seperti punyanya Jeckie dan Buggy harus kita sabotase.
Kalo perlu kedai si Hilmy pula.

“Bagaimana Cit rencana bosman?”

Citra mendengar hal tersebut nampak masih bimbang dan


kemudian dia menjelaskan “boss apa gak terlalu beresiko
kalo sampai mensabotase perlombaan?”

“Caranya dong Cit. Kita main halus”. Bosman bermuka


songong
Ovi yang nampak mulai setuju “bagaimana bos kita pakai cara
apa”

Citra memotong pembicaraan “bosss janganlah gegabah.


Dikeidai Jeckie ada Bram akan sulit untuk diperdaya”
Sepertinya tim bosman ingin mencurangi seluruh peserta yang
akan mengikuti lomba. Bosman semakin menggila ketika
melihat persaingan antara coffee shop mulai ketat.

MC “Oke terimakasih semua yang telah datang di coffee


competition. Salam terhormat umtuk kang Cecep selaku ketua
asosiasi coffee diwilayah XI . Senang rasanya bisa bertemu
kalian disini”

Tepuk tangan meriah dari para hadirin yang telah datang

MC “Tanpa berlama-lama lagi perlombaan akan segera


dimulai. Peserta 1 ada tim dari Lentera Coffee penanggung
jawab Mas Hilmy, tim yang ke 2 ada tim dari Bugg Coffee
penanggung jawab Buggy, ke 3 ada tim dari bosman coffee
mana tepuk tangan meriahnya , penanggung jawab Bang
Bosman, yang terakhir dari tim Lungo coffee penanggung
jawab jeckie”.

Tanpa berlama-lama dewan juri memulai pertandingan kopi


kompetisi.

Juri “baiklah saya bacakan peraturannya. Kategori pertama


kita fokus pada single origin. Yang kedua masuk ke tahap seni
latte art, dan yang ketiga masuk di kategori kalibrasi espresso”
setiap kategori doberi waktu 2 jam. Ok, trhee two one goooo.
Mulai”.
Tim jeckie dan yang linnya langsung memulai tahap kategori
pertama membuat v60 dan vietnam drip.
“Bang Hil ini pakai pakai perbandingan berapa v60 nya”
nampak keke kebingungan yang dikejar deadline waktu.

“Pakek satu perbandingan 15 saja ke” saut bang hilmy

“Bram ultimate kita langsung kita keluarin ya” Jeckie tampak


bersemangat

“Jangan dulu jeck, kalo point kita kalah jauh baru kita
keluarin”

“ Oke siap bram”

Tim bosman juga ikut menyibukkan diri. Alih-alih mereka


ingin bertindak curang terhadap para peserta dan mengelabuhi
juri.

Bosman “Citra nanti tuker beannya seluruh peserta”

Citra bergerak namun bimbang “baik bosman langsung ku


laksanakan”

“Bagus”

“Ovi kamu sabotase kelistrikan mesin mereka seluruhnya”

“Oke bos siappp”

“ dengan ini tim kita pasti akan menang hahahaha”

Akhrinta kenjanggalan dirasakan oleh para panitia dan tim


kreatif. Aneh bukan seluruh peserta kelistrikan eror namun
punya bosman lancar-lancar saja. Akhirnya pertandingan
dihentikan dan dibatalkan.

SIAPA YANG PALING HEBAT

Bukan tentang seberapa hebat, bukan tentang seberapa


sukses. Sebuah bisnis bukan suatu tempat ajang untuk
saling bergelut bersaing bahkan membabi buta sesama
seperjuangan. Menjadi seorang pebisnis bukanlah hal
gampang, rugi hanya hal biasa bagi seorang pebisnis
dan bukan hanya soal untung.

Kedai Jeckie sudah mulai beroperasi, sepertinya grand


opening cafenya tergolong sukses untuk seorang
pemula seperti Jeckie. Tak menutup kemungkinan lain
jasa-jasa Bram.

Suasana kedai Jeckie

Gendhis mengantar snack kentang kepada customer


kedai “permisi kak pesanannya kentang goreng atas
nama Lidya?”

Pengunjung “Iya mbak, saya mau tambah lagi”


“Maaf kak untuk pesanannya harus ke bar menu
terlebih dahulu”

Pengunjung rada males gerak dan bingung “ohh


iyaudah mbak makasih”

“Iya kak”

Jeckie baru datang dikedai“Pagi guys, bagaimana


sudah ketemukah kunci laci uang?” Kunci yang entah
tak tahu kemana keberadaannya

Gendhis dan Roby kebingungan “belum kak Jeck, tadi


malem afa disebelah fase bunga mawar. Tapi pagi
open kok gaada”

“Yasudah Robby, langsung saja ke duplikat kunci”

“Ya gabisa bos Jeck” Roby memberi tahu dengan


sopon

“Ohiya hahaha lupa saya”

“Iya Bos Jeck, tukang duplikatnya harus kesini ngecek


lubangnya”

Kedai bang Hilmy serta kedai si Buggy ramai seperti


biasanya. Karena lenter coffee milik Bang Hilmy
coffee shop veteran sudah banyak dikenal oleh para
masyarakat sedangkan kedai bugg coffee toko kopi
menengah atas walaupun kedai baru , kedai si Buggy
tak pernah sepi pengunjung. Namun kedai milik
bosman masih agak sepi dari para pengunjung”.
“Masih sepi ?” Bosman menggaruk-garuk kepala
karena ia bingung akan nasib kedainya yang sering
sepi.

Ovi badmood “gatau ini bos dari pagi, siang, sore gak
dapet customer sama sekali”

“Iya bos, baru tadi ini ada customer” Citra masih


merasa optimis

“Yaudah gapapa”

Bosman mencari sebuah ide “sepertinya kedai kita


salah saing dengan yang lain. Coba kalian turunkan
harga dan juga adakan promo 20%”

“Seriusan ta bos? Citra nampak kebingungan

“Iya, kedai kita memang lagi seret-seretnya”

Ovi mengasih masukan “Bener kok bos yang paling


penting bagaimana caranya para customer bisa
nyaman ditempat kita”

“Iya Cit itu aja dulu buat narik perhatian agar para
pengunjung tertarik” jawab bosman dengan
keyakinannya.

“Mending buy 1 get free 1 boss”

“Oke masukan ditampung”

“Bos kenapa kemarin kita main curang” tanya si Citra

“Kamu mau tahu?


“Iya bos gak seperti biasanya bosman kayak begitu”

“Kau tahu si Hilmy ternyata makek penglaris dan aji-


aji. Sengaja bosman sabotase bosman gak rela kalo dia
yang menang. Lebih baik lomba dibatalkan“.

Citra dan Ovi sontak kaget tercengang “lho iya ta bos?


Gak nyangka banget keliatannya bang Hilmy
orangnya baik”

Digadang-gadang oleh bosman bahwa bang Hilmy


menggunakan penglaris dan aji-aji untuk bisnis
kedainya. Setelah bosman memberi tahu para
karyawannya dikuatirkan berita ini akan menyebar
luas kepada rekan pebisnis yang lain.

COFFEE SHOP

Berjalan seperti biasanya kedai mereka open melayani


para customer. Jeckie sedang termenung dipojokan bar
entah kenapa tak seperti biasanya.

Gendhis menghampirinya “kenapa kak?”

“Gapapa ndhis lagi pusing aja kok”


“Gak ahh kak Jeckie bohong”

Jeckie kebingungan mau jawab apa “gini ndhis,


pebisnis diIndonesia terutama dikota kecil kayak
gini masih merupakan hal tabu. Banyak
masyarakat menganggap remeh bahwa
kesuksesaan hanyalah pangkat belaka [polri, tni,
dokter] sungguh sempit pemikiran masyarakat
kebanyakan. Tolak ukur kesuksesaan Cuma
sebatas itu, jika dibandingkan dengan
pemgusaha/pebisnis sukses gaji mereka tak ada
apa-apanya.”

“Nah terus gimana kak memang maindsetnya


seperti itu akan sulit untuk dirubah”

“Kamu ada benernya ndhis”

“Mending kak Jeckie fokus saja dulu sama kedai


kita”

“Aku ada rencana tutup kedai ndhis, pindah


tempat dan ganti nama”

Ghendis kaget “lohh kak kenapa disini


pemasukan juga lumayan bagus”

“Ada sesuatu hal yang gabisa dijelasin.


Karyawanku tetap kalian kok jadi tenang saja”
jeckie menenangkan Ghendis

Bosman tiba-tiba menuju ke kedainya Buggy.


“Widihhh rame amat ini kedai, konsepnya keren
juga coffee Bugg”

Buggy menyapa “Tumben bosman kemari, pasti


ada hal penting”

“Iya jadi gini Bosman langsung to the point


ajalah”

Buggy menanggapinya dengan santai “silahkan


cerita bosman”

“Kau tahu kan si Hilmy mantan bos mu”

“Iya ada apa sama bang Hilmy”

“Kamu jangan kaget ya”

“ Emangnya bang Hilmy kenapa?”

“Pertama kamu gaboleh ember Bugg”

“Iya santai saja gabakalan ember sloww”

“Jadi gini, waktu aku lewat kedai si Hilmy ada


pocong diatas atao kedainya. Lalu entah kenapa
baunya bau tanah kuburan”

“Loh loh loh jangan sembarangan bosman”


Buggy reflek kaget
“Seriusss Bugg, masih banyak ceritanya “Aku
kan gak takut itu sama hal-hal yang kayak gitu.
Aku cobalah mampir ke kedainya, waktu kesana
ilang pocongnya tapi masih bau tanah kuburan”.

“Iya terus?”

“Aku pesen itu menu di Hilmy ya biasa gaada


masalah apapun. Kan aku cari tempat duduk. Lalu
dapet tuh tempat duduknya, nah tapi ada yang
jangkal”.

“Apa bosman?” Bengong Buggy

“dibawah kayak ada lubang air, tapi perasaanku


ngerasa aneh. Aku buka tuh. Ternyata kamu tahu
apa itu?”

“Loh kok tanya saya ya ndak tau”

“Ternyata ada tali pocong campur kemenyan


sama tanah kuburan”

Gelas yang dipegang Buggy sampai jatuh


mendengar pernyataan Bosman “yang bener
bos?”

“Iya serius ini malah bosman ada rekamannya”

“Coba-coba lihat”

“Nohh liat sendiri kalo gak percaya”


“Wah iya bener, kok bisa bang Hilmy kayak
begitu. Perasaan bang Hilmy orangnya baik-baik
saja”

Tuduhan bosman ternyata bukan hanya omong


kosong. Semua terbukti setelah Buggy
memggerakkan seluruh para asosiasi kopi wilayah
XI. Tim mereka menangkap basah bang Hilmy
memakai penglaris dan aji-aji. Dan kedai si Bang
Hilmy harus ditutup paksa. Dan ternyata
dibelakang kedai bosman ada tanah kuburan
Hilmy mengaku telah menyalahi kedai si
Bosman.

“Pantesan ajg kedai bosman selalu sepi, ternyata


elo Hil dalangnya. Kurang ajar banget. Gue
tampol muka elo”

“Sudah-sudah masalah kan sudah jelas Bang


Hilmy makai penglaris dan aji-aji” jelas Bram
sebagai ketua asosiasi kopi wilayah XI

Masalah pun sudah berlalu Jeckie sudah


mempunyai kedai barunya diwilayah tengah kota.

“Wahhh sukses ya Jeckie setelah kejadian


kemarin kita belajar bahwa kita harus bertindak
sportif tidak main penglaris-penglarisan” tante
Rita mengucapkan selamat

“Bang Hilmy bagaimana mbak?”


“Gatau Jeck , aku sakit hati lihat Hilmy makek
penglaris. Tega-teganya kedai Bosman juga
dirugikan”.

“Iyaudah mbak yang sabar”

“Selamat atas grand openingnya Jeck. Semoga


Lungo Coffee selalu diberkahi” seluruh asosiasi
mengucapkan atas kesuksesan Jeckie”

TAMAT

Anda mungkin juga menyukai