Anda di halaman 1dari 3

CATATAN HARIAN YANG SEHARUSNYA TAK KUUNGKAP

8 Juli 2020

Apa salahnya kalau aku menulis semua apa yang menjadi beban di hatiku. Aku
tak menyebut nama kamu. Apa yang kurasa di hatiku kuungkapkan untuk
membuang gelisah dan rasa sepi.

9 Juli 2020

Entah mengapa sejak melihat kalian berdua aktif WA bareng semalam hatiku
rasa tak menentu. Walau mungkin itu hanya kebetulan saja. Rasa kecewa di
hatiku tak bisa kusembunyikan. Ingin rasanya aku marah tapi harus pada
siapa. Mengapa tak mudah dan tak bisa kuhapus rasa itu padamu.

Apa sih mau kamu? Kau biarkan aku meraba isi hatimu. Untuk apa semua
batasan itu yang membuat hatiku semakin tak menentu. Mengapa tidak kau
biarkan mengekspresikan apa yang yang kupendam dan apa yang kurasa.
Membiarkan sakit sendiri karena terlalu berharap semua kan menjadi pasti.
Membiarkan menunggu mimpi yang tak kunjung nyata.

Hanya itulah goresan kata-kata pengobat hati luka kala yang kuharap tak jua
bisa kudekap. Hati teriris bagai sembilu yang menusuk ke dalam tulang pedih
tak terkira.

Tidakkah kau merasa betapa semua pengobat hatiku hanya kamu dan cuma
kamu. Tak ada obat penawar semahal dan sehebat apapun yang mampu
menghapus rasa yang memang seharusnya tak kualami. Rasa padamu sungguh
menyiksa.

Sering aku menangis menyesali mengapa harus padamu? Bukan pada mereka
yang tak terikat janji? Bukan mereka yang lepas dari ikrar karena kematian
memisahkan atau pengkhianatan.

Tak seharusnya kusimpan selama ini lembar-lembar harapan yang membuat


hidup jadi tak menentu. Seharusnya kutaklukkkan sendiri hati yang merintih
bersedih karena cerita yang tak pasti.

Aku tau sulit kau ungkap kenyataan yang ada di hatimu. Kau hanya berani
bersembunyi dibelakang tirai rindu yang kelabu. Kau hanya mengintai dari
celah cemburu yang membuatku ragu apakah isi hatimu.

Kau biarkan aku berlari tak tentu arah kepastian itu kan kutuju. Kau biarkan
aku hanya menatap kosong seraya berkata “Tuhan, mengapa tak kau biarkan
aku memilikinya? Mengapa kau pertemukan kami setelah duniaku dan
dunianya berbeda? Mengapa tak kau biarkan aku melepas semua rasa
padanya? Tolong aku Tuhan...Tolong aku...! Jangan biarkan aku terjebak pada
rasa yang salah. Jangan biarkan aku memaksa bila dia bukan yang seharusnya.
Sakit...sakit Tuhan!

Tak seharusnya kau memalingkan wajahmu dariku. Tak seharusnya kau coba
hapus jejak yang telah kita lalui. Kau boleh membenciku tapi kau tidak bisa
sekehendak hatimu membatasi suara hatiku. Hati berkata sejujurnya tentang
apa yang dirasa.

15 Juli 2020

Hari ini perjuangan hati ini masih tak mampu kukendalikan. Emosi dan rasaku
bersatu menyerang jiwa yang rapuh. Tuhan tolong hapuskan semua mimpi
buruk ini dariku. Aku begitu tersiksa dan merasa lemah. Biarkan dia yang
mengalami mimpi buruk itu. Tidakkah ada keadilan untukku? Tuhan tolong
aku! Hapuslah rasa ini di hatiku. Buangkan kegelisahan di hatiku. Biarkan aku
melangkah tanpa beban rasa.

27 Juli 2020

Ya Tuhan apa yang salah dengan hatiku? Mengapa hatiku begitu rapuh bila
mengingat dia. Mengapa jiwa begitu tak berdaya bila terbayang dia. Apa yang
terjadi dengan hati dan jiwanya? Apakah aku begitu tak berharga dimatanya
hingga suara hatinya selalu mengatakan “pergilah...pergilah....! kau tak perlu
ada dalam hidupku. Kau tak berarti bagiku”

Tuhan tolong aku...! jangan biarkan aku menangisi sesuatu yang bukan
milikku. Jangan biarkan aku meratapi kemalangan hidup hanya karena dia tak
berpihak padaku.

Tuhan jangan kau biarkan aku dalam kepiluan. Meratap penuh harap pada
harapan hampa yang meyiksa. Tuhan apa salahku sehingga dia datang selalu
dipikiranku. Dia datang selalu dalam langkahku. Dia datang selalu dalam
sepiku. Dia datang selalu dalam raga yang hampa tak bertuan.

20 Agustus 2020

Hari ini aku nekat mendatangi tempat tugas istrimu karena aku ingin tahu
bagaimana ekspresi istrimu mendengar kelakuan bejatmu. Aku sudah lama
merasa ada yang salah dengan hatimu. Aku sudah lama merasa seberapa
dalam kesetiaanmu pada istrimu. Dan kata hatiku terbukti benar aku
mendapatkan bukti permainanmu dengan mereka.

25 Agustus 2020
Sesungguhnya hatiku gentar menghadapi semua kejadian ini. Tapi jalan Tuhan
menunjukkan siapa kamu sebenarnya melalui aku. Kau tega menghancurkan
kebahagiaan mereka selama ini. 21 tahun sudah anak-anak bangga padamu.
Mereka membanggakan ayahnya yang begitu perhatian pada mereka. Ayahnya
ada disaat mereka membutuhkan. Ayahnya selalu menjadi tempat mereka
meminta dan berkeluh kesah. Masalahnya aku terlibat dalam cerita itu.

Aku gentar kalau perempuan-perempuan yang sering bareng dengan kamu


berniat balas dendam denganku. Dan mereka akan nekat melakukan apapun
padaku. Ah, mengapa aku harus dipertemukan dengan orang seperti kamu.

Aku salah menilai tentang kamu. Duniamu dan duniaku beda jauh. Aku terbiasa
melihat kemesraan orang tuaku hingga waktu ayahku tiba. Aku terbiasa
melihat ayahku menatap mesra ibu di setiap harinya. Aku terbiasa menatap
mata suami yang membalas menatapku dengan mesra. Walau kadang ada
pertengkaran benar itu adalah bumbu rumah tangga. Masalah sekedar salah
paham setelahnya kemesraan itu bisa kembali hadir diantara kami.

Belum pernah terjadi pengkhianatan yang menyakitkan mengintai rumah


tangga ayah dan ibuku. Tak pernah pula pengalaman menyiksa itu memasuki
rumah tangga kami hingga waktu itu harus memisahkan kami.

Aku tidak mau direndahkan oleh kamu. Seolah aku lebih rendah dari mereka
wanita penggoda. Seolah aku seonggok sampah yang tak berharga. Ah,
entahlah Allah SWT yang maha mengetahui kelanjutan cerita ini selanjutnya.
Aku berserah diri pada Allah atas semua yang sudah dan yang akan kualami.

Anda mungkin juga menyukai