Anda di halaman 1dari 1

Mezhalimi orang lain

Menjadi pemimpin merupakan amanah yang besar. Ketika seorang pemimpin


berbuat zalim kepada rakyatnya, maka Allah SWT menebar ancaman kepada
pemimpin tersebut.
Dalam firman Allah QS. As Syura:42

''Barang siapa yang menipu kami, bukanlah dia dari golongan kami.'' (HR Muslim).
Rasulullah SAW mengatakan, setiap orang adalah pemimpin dan mereka akan
bertanggung jawab atas kepemimpinannya itu. Dalam hadis lain, disebutkan, "Barang
siapa yang diangkat oleh Allah menjadi pemimpin bagi kaum Muslim, lalu ia menutupi
dirinya tanpa memenuhi kebutuhan mereka, (menutup) perhatian terhadap mereka,
dan kemiskinan mereka. Allah akan menutupi (diri-Nya), tanpa memenuhi
kebutuhannya, perhatian kepadanya, dan kemiskinannya." (Diriwayatkan dari Abu
Dawud dan Tirmidzi dari Abu Maryam).

Seorang pemimpin adalah abdi atau pelayan bagi anggota kelompoknya (rakyatnya),
baik pemimpin perusahaan, masyarakat, keluarga, maupun negara. Dalam sebuah
ungkapan, dikatakan, ''Sayyid al-Qawm khaadimuhu.'' (Pemimpin sebuah kaum adalah
pelayan bagi kaumnya). Karena itu, mereka tidak boleh melakukan kezaliman pada
orang-orang yang dipimpinnya. Semua kebijakan yang dibuatnya harus mengacu pada
kepentingan yang dipimpinnya.

Bila ia mengkhianati amanah yang telah diberikan (rakyat) itu, dosa besar dan azab
yang pedih akan ditimpakan kepadanya.

Dalam kitab al-Kaba`ir ini, Adz-Dzahabi juga menyebutkan dosa besar bagi hakim yang
zalim. Yakni, memutuskan suatu perkara tanpa memenuhi rasa keadilan sebagaimana
ditetapkan (Alquran). ''Allah tidak akan menerima shalat seorang pemimpin yang tidak
berhukum dengan apa yang telah diturunkan Allah.''

Begitu juga mereka yang senantiasa melakukan sogok (suap-menyuap) dan korupsi.
''Allah melaknat orang yang memberi suap dan menerimanya dalam memutuskan
(suatu perkara).'' (HR Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan Hakim). 

Anda mungkin juga menyukai