Anda di halaman 1dari 56

IMUNOLOGI & SEROLOGI

Metode pemeriksaan laboratorium ruang lingkup imuno-serologi

1. AGLUTINASI
2. PRESIPITASI
3. FLOKULASI
4. HAEMAGLUTINASI
5. INHIBITION MAGNETIC BINDING IMMUNOASSAY (IMBI)
6. IMUNOKROMATOGRAFI (ICT)
7. RADIO IMMUNOASSAY (RIA)
8. ENZYME LINKED IMMUNOSORBENT ASSAY (ELISA)
9. ENZYME LINKED FLUORESCENT ASSAY (ELFA)
10.ELECTRO CHEMILUMINESCENCE IMMUNOASSAY (ECLIA)
AGLUTINASI
PRESIPITASI

Reaksi presipitasi melibatkan interaksi antara antigen yang larut


dan antibody yang larut juga , tidak seperti reaksi aglutinasi yang
antigennya tak larut (berupa partikel) . kalau Ab yang larut
diinkubasi bersama-sama dengan Ag yang larut , keduanya
membentuk kompleks ikatan silang (cross link) dan menghasilkan
presipitat.
FLOKULASI

VDRL : Veneral Disease Research Laboratory


RPR : Rapid Plasma Reagin
HAEMAGLUTINASI
TPHA
Treponema Pallidum Hemagglutination Assay.
Sel uji : eritrosit avian (burung) dilapisi Ag
T. pallidum.
INHIBITION MAGNETIC BINDING IMMUNOASSAY (IMBI)
IMUNOKROMATOGRAFI (ICT)
Radio immunoassay

Radio immunoassay , antigen atau antibody diikat oleh zat


pelacak (label) radioaktif dan radioaktivitasnya diukur dengan
scintillation counter. Sdh jarang dikerjakan karna memerlukan
zat radioaktif.
ENZYME LINKED IMMUNOSORBENT ASSAY (ELISA)

Jenis ELISA

1. Direk
2. Indirek
3. Sandwich
4. Kompetitif
ENZYME LINKED FLUORESCENT ASSAY (ELFA)
ELECTRO CHEMILUMINESCENCE IMMUNOASSAY (ECLIA)
Pemeriksaan imuno-serologi
1. HIV (human immunodeficiency virus) – AIDS (Acquired immune deficiency
syndrom)
2. HBsAg
3. HCV
4. HAV
5. CRP ( C-Reactive protein)
6. ASTO (antistreptolisis O)
7. RF (rheumatoid factor)
8. HCG (human chorionic gonadotropin)
9. TSH ( Thyroid stimulating hormon)
10.CA 12-5, kanker ovarium
11.CEA (carcinoembryonic antigen) kanker saluran cerna, usus, pankreas
12.AFP (alpha fetoprotein) Pemeriksaan janin yg sedang berkembang.
13.CA 153. Kanker payudara
14.CA 19-9 kanker yg dideteksi utk keganasan pankreas, hepatobiliar, radang
usus.
15.PSA (prostat spesific antigen) kanker prostat
16.TORCH ( toxoplasma, rubella, CMV, HSV)
HIV
Serotipe Salmonella yang sering dipakai di sini adalah : dari golongan A, yaitu
Salmonella paratyphi A dengan antigen O dan H, dari golongan B, yaitu: S.
paratyphi B dengan antigen O dan H, dari golongan C, yaitu Salmonella
paratyphi C antigen O dan H serta S. typhi dari golongan D dengan antigen O
dan H.

Uji penapisan
1. Dengan menggunakan transfer pipet, diambil 0,08 mL serum ditambahkan
diatas lingkaran berdiameter 3 cm.
2. Botol reagen dihomogenkan dengan baik, kemudian tambahkan satu tetes
suspensi antigen kedalam serum.
3. Campur dengan baik menggunakan batang pengaduk dan goyangkan slide
dengan cara memutarkannya selama satu menit.
4. Hasil diamati dengan melihat adanya aglutinasi yang dinyatakan positif.
Rapid Slide semikuantitatif test
1. Dengan menggunakan sebuah pipet, sejumlah serum dipipet mulai 0,08 mL (80 uL),
0,04 ml (40 uL), 0,02 mL(20 uL), 0,01 mL (10 uL) dan 0,005 mL (5 uL) ditambahkan
di atas lingkaran slide berdiameter 3 cm.
2. Botol reagen dihomogenkan dengan baik, kemudian tambahkan satu tetes tepat
suspense antigen ke dalam serum.
3. Campur dengan baik menggunakan batang pengaduk dan goyangkan slide dengan
cara memutarkannya selama satu menit.
4. Hasil yang terjadi diamati.
INTERPRETASI HASIL
Uji Penapisan
Titer 1/20 menunjukkan adanya aglutinasi.
Uji Rapid Slide semikuantitatif ( Gambar 7.10)
Jika reaksi aglutinasi dapat diamati dengan
perkiraan maka harus dilanjutkan dengan uji
konfirmasi dengan cara tabung.
Volume (uL) Titer
80 -1:20
40 -1:40
20 -1:80
10 -1:160
5 -1:320
Uji Aglutinasi widal Cara Tabung

Semua hasil positif yang diperoleh melalui uji slide dapat dikonfirmasi
menggunakan Teknik berikut.
1. Disiapkan sebuah rak dengan 8 tabung plastik untuk setiap hasil
antibodi yang positif.
2. Dengan menggunakan pipet, tambahkan 1,9 ml saline 0,85% ke
dalam tabung pertama, dan 1,0 ml saline ke dalam tujuh tabung
lainnya.
3. Pada tabung pertama ditambahkan 0,1 ml serum pasien.
4. Dipipet 1,0 ml dari tabung pertama dan pindahkan pada tabung
kedua.
5. Lanjutkan pengenceran serial hingga tabung ketujuh. Buang 1,0 ml
dari tabung ketujuh. Tabung kedelapan hanya akan berisi saline
sebagai kontrol dan karena itu tidak mengandung serum apapun.
6. Tambahkan 1 tetes suspensi antigen yang telah dicampur homogen
pada masing-masing tabung.
7. Inkubasi pada suhu berikut
Prosedur kerja
A. Uji Kualitatif (Uji Skrining) Sampel serum
Letakkan dan hangatkan PC
NC
reagen lateks, kontrol positif,
1 tetes
kontrol negatif dan sampel
1 tetes
serum pada 1 tetes
suhu kamar. Homogenkan LR, tutup berwarna putih, tempatkan ke
reagen lateks dengan perlahan sampel dan kontrol
sebelum digunakan. masing – masing 1 tetes
Campur dengan batang pengaduk yang
berbeda dan sebarkan cairan ke
seluruh area lingkaran
slide.
Goyangkan slide selama 2 menit agar
campuran berputar perlahan di dalam
lingkaran atau
tempatkan slide pada rotator otomatis
pada 100 rpm.
Setelah 2 menit baca hasil dibawah
cahaya lampu terang.
Tes semi-kuantitatif
Pengenceran CRP (mg/L dalam spesimenyang tidak diencerkan)
1 + 1 (1:2) 12
1 + 3 (1:4) 24
1 + 7 (1:8) 48
1 + 15 (1:16) 96
1 + 31 (1:32) 192

Interpretasi hasil
Baca titer pada pengenceran terakhir dengan aglutinasi yang terlihat dan kalikan
dengan faktor konversi (dilihat pada nilai sensitivitas reagen) untuk mendapatkan hasil
dalam mg/L;
misalnya diperoleh pengenceran terakhir aglutinasi pada 1:16, maka titer CRP adalah
16 X 6 [mg/L] = 96 [mg/L
Prosedur Tes RF

A. Uji Kualitatif (Uji Skrining)


Letakkan dan hangatkan reagen lateks, kontrol positif, kontrol negatif dan
sampel serum pada
suhu kamar. Homogenkan reagen lateks dengan perlahan sebelum digunakan.
Pipet ke dalam lingkaran yang terpisah dari slide
Sampel serum 1 tetes
PC 1 tetes
NC 1 tetes

Campur dengan batang pengaduk yang berbeda dan sebarkan cairan ke


seluruh area lingkaran slide.
Goyangkan slide selama 2 menit agar campuran berputar perlahan di dalam
lingkaran atau
tempatkan slide pada rotator otomatis pada 100 rpm.
Setelah 2 menit baca hasil dibawah cahaya lampu terang.
Interpretasi hasil
Adanya aglutinasi menunjukkan kandungan CRP
lebih dari 8 IU/L dalam spesimen. Serum
dengan hasil positif dalam tes skrining harus di uji
ulang dalam tes semikuantitatif
Tes semi-kuantitatif

Pengenceran RF (IU/L dalam spesimen yang tidak diencerkan)


1 + 1 (1:2) 16
1 + 3 (1:4) 32
1 + 7 (1:8) 64
1 + 15 (1:16) 128
1 + 31 (1:32) 256

Interpretasi hasil
Baca titer pada pengenceran terakhir
dengan aglutinasi yang terlihat dan kalikan
dengan faktor konversi (dilihat pada nilai
sensitivitas reagen) untuk mendapatkan
hasil dalam
IU/L;
misalnya diperoleh pengenceran terakhir
aglutinasi pada 1:16, maka titer RF adalah
16 X 8 [IU/L] = 128 [IU/L]
Sensitivitas
Sensitivits analitik tes RF ini adalah 8 IU/L .
Pengambilan swab
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merilis panduan tentang bagaimana cara
menggunakan APD yang baik dan tepat. Berikut ini langkah-langkahnya :
Memasang
1. kumpulkan semua APD yang tersedia, serta tentukan tempat memakai dan
mencopotnya. Usahakan ada seorang teman atau jika tidak ada, minimal ada
cermin yang dipakai.
2. Kenakan gaun, yang diikuti dengan pelindung wajah atau masker bedah dan
pelindung mata. Untuk masker dan pelindung mata, pastikan tersegel secara
ketak.
3. pakailah sarung tangan dan sepatu pelindung.

Mencopot
1. hindari kontak dengan orang lain, dan lucuti APD mulai dari yang paling
terkontaminasi.
2. Lepas gaun dan sarung tangan dengan cara menggulung dari dalam ke luar,
kemudian buang ke tempat yang semestinya.
3. cuci tangan.
4. copot pelindung wajah dari belakang kemudian buang, begitu pula jika Anda
memakai masker dan pelindung mata. Untuk pelindung mata, letakan di
tempat terpisah untuk diproses ulang.
5. cuci tangan kembali.
Realtime Reverse Transcriptase PCR
(rRT-PCR)
Proses yang terjadi dalam mesin PCR meliputi tiga tahap yaitu
denaturasi, annealing dan elongasi.:

1. Denaturasi merupakan proses memisahkan untaian ganda DNA


menjadi untaian tunggal. Pada tahap ini DNA dipanaskan sampai
mendekati titik didih air (± 95C) untuk memutuskan ikatan hidrogen
pada DNA. Untaian tunggal DNA yang terbentuk akan menjadi cetakan
bagi untai DNA baru.

2. Annealing adalah proses penempelan primer yang merupakan urutan


basa nukleotida pendek. Penempelan primer pada DNA template
berfungsi untuk memulai replikasi DNA. Enzim Taq polimerase dapat
memulai replikasi DNA baru jika primer telah menempel pada DNA
template. Agar suatu primer dapat menempel dengan tepat pada DNA
template, diperlukan suhu yang rendah sekitar 40C-60 C selama 30-60
detik.

3. Elongasi adalah proses penambahan dNTP yang komplemen dengan


DNA template oleh DNA polimerase. Proses tersebut akan
memperpanjang primer telah menempel sebelumnya sehingga akan
terbentuk untaian DNA baru. Tahap elongasi dilakukan pada suhu 72C.

Anda mungkin juga menyukai