BAB I PENDAHULUAN
a.1latar belakang
kekurangan surfaktan. Surfaktan mulaidiproduksi oleh janin pada usia kehamilan 34 minggu,
dan pada umur kehamilan 37 minggu jumlahnya sudah cukup untuk pernafasan normal Puncak
keparahan terjadi pada 24-48 jam,akan membaik dalam waktu 72-96 jam (tanpa terapi
surfaktan) tergantung dari maturitasbayi. Salah satu dari bayi resiko tinggi adalah bayi dengan
sindroma gawat nafas(SGN/RDS).Respiratory distress syndroma (RDS) didapatkan sekitar 5-
10% pada bayi kurang bulan, 50%pada bayi dengan berat 501-1500 gram (lemons et al,2001).
Angka kejadian berhubungandengan umur gestasi dan berat badan. Persentase kejadian
menurut usia kehamilan adalah 60-80% terjadi pada bayi yang lahir dengan usia kehamilan
kurang dari 28 minggu; 15-30%
pada bayi antara 32-36 minggu dan jarang sekali ditemukan pada bayi yang cukup
bulan.Insiden pada bayi prematur kulit putih lebih tinggi dari pada kulit hitam dan lebih
seringterjadi pada bayi laki-laki dari pada perempuan (nelson,1999). Selain itu kenaikan
frekuansi juga sering terjadi pada bayi yang lahir dari ibu yang menderita gangguan perfusi dara
huterus selama kehamilan, misalnya ibu menderita penyakit diabetes, hipertensi,
hipotensi,seksio sesarea serta perdarahan antepartum.(surasmi,dkk) Namun seiring
denganperkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bayi resiko tinggi dapat hidup dengan
baik tanpa mengalami cacat.
pada saat otopsi.Sedangkan menurut Murray et.al (1988) disebut RDS bila ditemukan
adanyakerusakan paru secara langsung dan tidak langsung, kerusakan paru ringan sampai
sedangatau kerusakan yang berat dan adanya disfungsi organ non pulmonar.Definisi
menurutBernard et.al (1994) bila onset akut, ada infiltrat bilateral pada foto thorak, tekanan
arteripulmonal = 18mmHg dan tidak ada bukti secara klinik adanya hipertensi atrium kiri,
adanyakerusakan paru akut dengan PaO2 : FiO2 kurang atau sama dengan 300, adanya
sindromgawat napas akut yang ditandai PaO2 : FiO2 kurang atau sama dengan 200,
menyokong suatuRDS.Ada 4 faktor penting penyebab defisiensi surfaktan pada RDS yaitu
prematur, asfiksiaperinatal, maternal diabetes, seksio sesaria. Respiratory Distress Syndrome
(RDS)
disebut juga Hyaline Membran Disease (HMD) didapatkan pada 10% bayi prematur, yangdiseb
abkan defisiensi surfaktan pada bayi yang lahir dengan masa gestasi kurang. Surfaktanbiasanya
didapatkan pada paru yang matur. Fungsi surfaktan untuk menjaga agar kantongalveoli tetap
berkembang dan berisi udara, sehingga pada bayi prematur dimana surfaktanmasih belum
berkembang menyebabkan daya berkembang paru kurang dan bayi akanmengalami sesak napas. Gejala
tersebut biasanya tampak segera setelah bayi lahir dan akanbertambah berat.Manifestasi dari
RDS disebabkan adanya atelektasis alveoli, edema, dan kerusakan sel danselanjutnya
menyebabkan bocornya serum protein ke dalam alveoli sehingga menghambatfungsi
surfaktan.Gejala klinis yang timbul yaitu : adanya sesak napas pada bayi prematursegera
setelah lahir, yang ditandai dengan takipnea (> 60 x/menit), pernapasan cupinghidung,
grunting, retraksi dinding dada, dan sianosis, dan gejala menetap dalam 48-96 jampertama
setelah lahir. Berdasarkan foto thorak, menurut kriteria Bomsel ada 4 stadium RDSyaitu :a.
Stadium 1Terdapat sedikit bercak retikulogranular dan sedikit bronchogram udarab. Stadium
2Bercak retikulogranular homogen pada kedua lapangan paru dan gambaran
airbronchogramudara terlihat lebih jelas dan meluas sampai ke perifer menutupi bayangan
jantung denganpenurunan aerasi paru.
c. Stadium 3Kumpulan alveoli yang kolaps bergabung sehingga kedua lapangan paru
terlihat lebih opaquedan bayangan jantung hampir tak terlihat, bronchogram udara lebih luas.d.
Stadium 4Seluruh thorax sangat opaque ( white lung ) sehingga jantung tak dapat dilihat.II.2
EtiologiARDS dapat terjadi akibat cedera langsung pada kapiler paru atau alveolus.ARDS
terjadisebagai akibat cedera pada membran kapiler alveolar yang mengakibatkan kebocoran
cairankedalam ruang intestisial alveolar dan perubahan dalam jarring-jaring kapiler.
Penyebabkelainan ini secara garis besar adalah kekurangan surfaktan, suatu zat aktif pada
alveoli yangmencegah kolaps paru. PMH seringkali terjadi pada bayi prematur, karena
produksisurfaktan, yang dimulai sejak kehamilan minggu ke-22, baru mencapai jumlah
cukupmenjelang cukup bulan. Makin muda usia kehamilan, makin besar pula kemungkinan
terjadinya PMH. Dihubungkan dengan usia kehamilan, semakin muda seorang bayi,
semakintinggi Resiko RDS sehingga menjadikan perkembangan yang imatur pada system
pernafasanatau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS terdapat dua kali lebih
banyak padalaki-laki daripada perempuan, insidens meningkat pada bayi dengan factor-faktor
tertentu,misalnya: ibu diabetes yang melahirkan bayi kurang dari 38 minggu, hipoksia perinatal,
lahirmelalui seksio sesaria. ARDS berkembang sebagai akibat kondisi atau kejadian
berbahayaberupa trauma jaringan paru baik secara langsung maupun tidak langsung.
Faktor Resiko: Trauma langsung pada paru
Pneumoni virus,bakteri,fungal
Contusio paru
Inhalasi toksin
Sepsis
Shock
Pankreatitis
Uremia
Overdosis Obat
Peningkatan TIK
Terapi radiasi
7
Hyaline membrane disease (HMD)Berhubungan dengan kurangnya masa gestasi
(bayiprematur)
Paru-paru terisi cairan, sering terjadi pada bayi Caesar karena dadanya tidak mengalami
kompresi oleh jalan lahir sehingga menghambat pengeluaran cairan daridalam paru.:
Infeksi (pneumonia)
Sindroma aspirasi
Hipoplasia paru
Hipertensi pulmonal
Pleural effusion
oksigenasi jaringan menurun, sehingga akan terjadi metabolisme anaerobik dengan penimbunan
asam laktat dan asam organik lainnya yang menyebabkanterjadinya asidosis metabolic pada bayi.
kerusakan endotel kapiler dan apitel duktus dan alveolaris yang akanmenyebabkan terjadinya
transudasi ke dalam alveoli dan terbentuknya fibrin danselanjutnya fibrin bersama-sama dengan
jaringan epitel yang nekrotik membentuk suatu lapisan yang disebut membran hialin. Asidosis
dan atelektasis jugamenyebabkan terganggunya sirkulasi darah dari dan ke jantung. Demikian
pulaaliran darah paru akan menurun dan hal ini akan mengakibatkan berkurangnyapembentukan subtansi
surfaktan.Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur disebabkan
olehalveoli masih kecil sehingga kesulitan berkembang, pengembangan kurang sempurna
keranadinding thorax masih lemah, produksi surfaktan kurang sempurna. Kekurangan
surfaktanmengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku. Hal
tersebutmenyebabkan perubahan fisiologi paru sehingga daya pengembangan paru
(compliance)menurun 25% dari normal, pernafasan menjadi berat, shunting intrapulmonal
meningkat danterjadi hipoksemia berat, hipoventilasi yang menyebabkan asidosis respiratorik.
Telahdiketahui bahAwa surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10% protein , lipoprotein
iniberfungsi menurunkan tegangan permukaan dan menjaga agar alveoli tetap
mengembang.Secara makroskopik, paru-paru nampak tidak berisi udara dan berwarna
kemerahan sepertihati. Oleh sebab itu paru-paru memerlukan tekanan pembukaan yang tinggi
untuk mengembang. Secara histologi, adanya atelektasis yang luas dari rongga udara
bahagiandistal menyebabkan edema interstisial dan kongesti dinding alveoli sehingga
menyebabkandesquamasi dari epithel sel alveoli type II. Dilatasi duktus alveoli, tetapi alveoli
menjaditertarik karena adanya defisiensi surfaktan ini. Dengan adanya atelektasis yang
progresif dengan barotrauma atau volutrauma dan keracunan oksigen, menyebabkan
kerosakan padaendothelial dan epithelial sel jalan pernafasan bagian distal sehingga
menyebabkan eksudasimatriks fibrin yang berasal dari darah. Membran hyaline yang meliputi
alveoli dibentuk dalam satu setengah jam setelah lahir. Epithelium mulai membaik dan surfaktan
mulai
dibentuk pada 36- 72 jam setelah lahir. Proses penyembuhan ini adalah komplek; pada
bayiyang immatur dan mengalami sakit yang berat dan bayi yang dilahirkan dari ibu
denganchorioamnionitis sering berlanjut menjadi Bronchopulmonal Displasia
(BPD).II.4 Manifestasi Klinik
Hipotensi sistemik ( pucat perifer, edema, pengisian kapiler tertunda lebih dari 3sampai 4 detik )
Takhikardi pada saat terjadinya asidosis dan hipoksemiaBerat dan ringannya gejala klinis pada
penyakit RDS ini sangat dipengaruhi oleh tingkatmaturitas paru. Semakin rendah berat badan
dan usia kehamilan, semakin berat gejalaklinis yang ditujukan.II.5 pemeriksaan
Pemeriksaan diagnostik
10
Sinar X dada
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik ditemukan takhipneu (> 60 x/i ), pernafasanmendengkur,retraksi
subkostal/interkostal, pernafasan cuping hidung, sianosis danpucat, hipotonus, apneu, gerakan
tubuh berirama, sulit bernafas dan sentakan dagu.Pada awalnya suara nafas mungkin normal
kemudian dengan menurunnya pertukaranudara, nafas menjadi parau dan pernafasan dalam.
Pengkajian fisik pada bayi dan anak dengan kegawatan nafas dapat dilihat daripenilaian fungsi
respirasi dan penilaian fungsi kardiovaskuler. Penilaian fungsirespirasi meliputi:1. frekwensi
nafas
Takhipneu adalah manifestasi awal distress pernafasan pada bayi. Takhipneu tanpatanda lain
berupa distress pernafasan merupakan usaha kompensasi terhadapterjadinya asidosis
metabolik seperti pada syok, diare, dehidrasi, ketoasidosis,diabetikum, keracunan salisilat, dan
insufisiensi ginjal kronik. Frekuensi nafas yangsangat lambat dan ireguler sering terjadi pada
hipotermi, kelelahan dan depresi SSPyang merupakan tanda memburuknya keadaan klinik.2.
mekanika usaha pernafasan
Meningkatnya usaha nafas ditandai dengan respirasi cuping hidung, retraksi dindingdada, yang
sering dijumpai pada obstruksi jalan nafas dan penyakit alveolar.Anggukan kepala keatas,
merintih, stridor dan akspansi memanjang menandakanterjadi gangguan mekanik usaha
pernafasan3. warna kulit/membran mukosa
11
Pada keadaan perfusi dan hipoksemia, warna kulit tubuh terlihat berbecak (mottled),tangan dan
kaki terlihat kelabu, pucat dan teraba dingin.
Penilaian fungsi kardiovaskuler meliputi:1) Frekuensi jantung dan tekanan darahAdanya sinus
tachikardi merupakan respon umum adanya stress, ansietes, nyeri,demam, hiperkapnia, dan
atau kelainan fungsi jantung.2) Kualitas nadiPemeriksaan kualitas nadi sangat penting untuk
mengetahui volume dan aliransirkulasi perifer nadi yang tidak adekuat dan tidak teraba pada
satu sisi menandakanberkurangnya aliran darah atau tersumbatnya aliran darah pada daerah
tersebut.Perfusi kulit yang memburuk dapat dilihat dengan adanya bercak, pucat dan
sianosis.Pemeriksaan kapiler dapar dilakukan dengan cara:
• Nail bed pressure (Tekan pada kuku)
jantung kemudian tekan telapak tangan atau kaki tersebut selama 5 detik, biasanyatampak
kepucatan. Selanjutnya tekanan dilepaskan pucat akan menghilang 2-3 detik.3) Perfusi pada
otak dan respirasiGangguan fungsi serebral awalnay adalah gaduh, gelisah diselingi agitasi dan
latergi.Pada iskemia otak mendadak selain terjadi penurunan kesadaran juga terjadikelemahan
otot, kejang dan dilatasi pupil.
II.6 Penatalaksanaan
Terapi
ARDS
Tujuan terapi
Strategi Terapi
o
Non-farmakologi
12
pembatasan cairan
Farmakologi
Terapi IRDS
Tujuan terapi
Strategi Terapi
Pencegahana.
Obat-
obat tocolysis (β
-agonist : terbutalin, salbutamol) relaksasi uterus Contoh :Salbutamol (ex: Ventolin Obstetric
injection) 5mg/5 ml (utk asma: 5
mg/ml)b Untuk relaksasi uterus : 5 mg salbutamol dilarutkan dalam infus 500 mldekstrose/NaCl
diberikan i.v (infus) dgn kecepatan 10
50
13
Non-farmakologi:
Jaga kecukupan oksigen dengan ventilasi mekanik dengan ventilator, jagaCPAP (Continuous
Positive Airway Pressure)
Terapi Farmakologi :
Terapi surfaktan surfaktan sintetik diberikan melalui sisi pada tube endotrachealdalam 2
x suntikan bolus, contoh: Exosurf, Infasurf, Alveofact
Nitric Oxide inhalasi
Salah satu pengobatan terbaru dan telah diterima penggunaan dalam pengobatan RDSadalah
pemberian surfaktan eksogen (derifat dari sumber alami misalnya manusia,didapat dari caiaran
amnion atau paru sapi, tetapi bisa juga berbentuk surfaktanbuatan).
Surfaktan merupakan bahan aktif permukaan, bila surfaktan melapisi permu-kaan cairan maka
tegangan permukaan cairan tersebut akan turun sehinggallebih lunak dan tidak mudah
menempel. Surfaktan diproduksi oleh sel epitelalveolus tipe II dengan jumlah 10% dari seluruh
permukaan alveoli ygmemiliki efek menurunkan tegangan permukaan udara alveoli dan
memberiefek menurunkan tegangan permu-kaan mulai dari 1/12 sampai 1/2
teganganpermukaan air murni, tergantung konsen-trasi dan orientasi molekul-surfaktan.
14
1. Surfaktan natural atau asli, yang berasal dari manusia, didapatkan dari cairan amnionsewaktu
seksio sesar dari ibu dengan kehamilan cukup bulan2. Surfaktan eksogen barasal dari sintetik
dan biologik Surfaktan eksogen sintetik terdiri dari campuran
Dipalmitoylphosphatidylcholine(DPPC), hexadecanol, dan tyloxapol yaitu Exosurf dan
Pulmactant ( ALEC) dibuat dariDPPC 70% dan Phosphatidylglycerol 30%, kedua surfaktan
tersebut tidak lama d pasarkan diamerika dan eropa.2,5 Ada 2 jenis surfaktan sintetis yang
sedang dikembangkan yaitu KL4(sinapultide) dan rSPC ( Venticute),belum pernah ada
penelitian tentang keduanya untuk digunakan pada bayi prematur. Surfaktan eksogen semi
sintetik, berasal dari campuransurfaktan paru anak sapi dengan dipalmitoylphosphatidylcholine
(DPPC), tripalmitin, danpalmitic misalnya Surfactant TA, Survanta.Surfaktan eksogen biologik
yaitu surfaktan yang diambil dari paru anak sapi ataubabi, misalnya Infasurf, Alveofact, BLES,
sedangkan yang diambil dari paru babi adalahCurosurf Saat ini ada 2 jenis surfaktan di
Indonesia yaitu :Exosurf neonatal yang dibuat secara sintetik dari DPPC , hexadecanol, dan
tyloxapol.Surfanta dibuat dari paru anak sapi, dan mengandung protein, kelebihan surfanta
biologidibanding sintetik terletak di protein.
15
SP-D, menurunkan SP-B dan SP-C, dan merubah fosfolipid sehingga berbeda dengansurfaktan
binatang.
16
akut Sindrom distress pernafasan (ARDS), juga dikenal sebagai sindrom gangguanpernapasan
(RDS) atau sindrom gangguan pernapasan dewasa (berbeda denganIRDS)adalah reaksi serius
terhadap berbagai bentuk cedera atau infeksi akut padaparu-paruRespiratory Distress
Syndrome (RDS) disebut juga Hyaline Membrane Disease(HMD), merupakan sindrom gawat
napas yang disebabkan defisiensi surfaktan terutama padabayi yang lahir dengan masa gestasi
kurang. Manifestasi dari RDS disebabkan adanyaatelektasis alveoli, edema, dan kerusakan
sel dan selanjutnya menyebabkan bocornya serumprotein ke dalam alveoli sehingga
menghambat fungsi surfaktan.Macam Respiratory Distress Syndrome :