Anda di halaman 1dari 3

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh, salam sehat selalu.

Untuk
mengawali kegiatan pembelajaran hari ini marilah kita bersama-sama berdoa
sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing. Ibu ingatkan kalian selalu
menjaga kesehatan dan menaati protokol kesehatan . Untuk pertemuan kali
ini akan kita bahas Menceritakan Kembali Isi Anekdot dengan Pola Penyajian
yang Berbeda. Lihat Buku Teks Pelajaran halaman 98 s.d. 99.

Pola Penyajian Teks Anekdot

Sebagai pemula, salah satu cara yang dapat digunakan untuk latihan menulis teks
anekdot adalah dengan menceritakan kembali teks anekdot yang Anda dengar atau baca
dengan menggunakan pola penyajian yang berbeda. Pola penyajian teks anekdot ada yang
berupa dialog dan ada juga dalam bentuk narasi.

Contoh pola penyajian dalam bentuk dialog (percakapan dua orang atau lebih) dapat dilihat
pada anekdot berikut.

Dosen yang juga Menjadi Pejabat

Di kantin sebuah universitas, Udin dan Tono dua orang mahasiswa sedang berbincang-
bincang.
Tono : “Saya heran dosen ilmu politik, kalau mengajar selalu duduk, tidak pernah mau
berdiri.”
Udin : “Ah, begitu saja diperhatikan sih Ton.”
Tono : “Ya, Udin tahu sebabnya.”
Udin : “Barangkali saja, beliau capek atau kakinya tidak kuat berdiri.”
Tono : “ Bukan itu sebabnya, Din. Sebab dia juga seorang pejabat.”
Udin : “Loh, apa hubungannya?”
Tono : “Ya. Kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain.”
Udin :???”
Salah satu ciri dialog adalah menggunakan kalimat langsung. Kalimat langsung merupakan
kalimat yang diucapkan secara langsung dari pembicaraan seseorang.

Dari kutipan anekdot tersebut, Anda dapat melihat bahwa kalimat langsung memiliki ciri-ciri
sebagai berikut .
1. Diawali dan diakhiri dengan tanda petik (" ....").
Contoh : "Loh, apa hubungannya?"
2. Huruf awal setelah tanda petik ditulis dengan huruf kapital.
Contoh : "Ya, Udin tahu sebabnya."
3. Antara pembicara dan apa yang dikatakannya dipisahkan dengan tanda titik dua
(:).
Contoh :
Udin : "???"

Nah, dari teks anekdot dalam bentuk dialog tersebut, untuk belajar menulis dapat diubah pola
penyajiaan ceritanya ke dalam bentuk narasi, seperti contoh berikut.

Dosen yang juga Menjadi Pejabat

Di kantin sebuah universitas, Udin dan Tono dua orang mahasiswa sedang berbincang-
bincang.
“Saya heran dosen ilmu politik, kalau mengajar selalu duduk, tidak pernah mau berdiri,”
kata Tono kepada Udin. Seulas senyum tercipta di bibir Udin. Udin beranggapan, Tono
menanyakan sesuatu yang tidak penting. Dan bagi Udin, itu terasa sangat konyol.
“Ah, begitu saja diperhatikan sih Ton.” Kata-kata itu terlontar begitu saja dari mulut
Udin. Dia seolah-olah tak peduli.
“Ya, Udin tahu sebabnya.” Wajah Tono seketika berubah, dia terlihat sangat serius
dengan pertanyaannya. Mendapati hal itu, Udin pun akhirnya menjawab dengan hati-hati.
“Barangkali saja, beliau capek atau kakinya tidak kuat berdiri Ton.”
“ Bukan itu sebabnya, Din. Sebab dia juga seorang pejabat.” Ungkap Tono.
“Loh, apa hubungannya?” Udin merasa aneh dengan jawaban Tono yang seperti itu.
“Ya. Kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain.” Jawab Tono yang langsung
berdiri dan kemudian berlalu pergi meninggalkan Udin yang masih terlihat kebingungan.

Catatan:
Ketika Anda mengubah pola penyajian asal ke dalam bentuk yang berbeda, jangan lupa
tetap memerhatikan isi, struktur, dan kaidah kebahasaaan teks anekdotnya.

Langkah-Langkah Membuat Anekdot


Setelah Anda memahami berbagai pola penyajian teks anekdot, silakan Anda belajar
membuat teks anekdot karya sendiri. Ada beberapa langkah yang dapat Anda lakukan
ketika akan membuat teks anekdot. Langkah-langkah tersebut yaitu,
1. Menentukan Tema
2. Menentukan Kritik
3. Memasukkan Unsur Lucu
4. Menentukan Tokoh
5. Menentukan Alur Singkat Berdasarkan Struktur
6. Menentukan Pola Penyajian
7. Menuliskan Teks Anekdotnya secara Utuh

Buku Sumber :
Suherli, dkk. 2017. Buku Siswa Bahasa Indonesia SMA/ MA/ SMK/ MAK/ Kelas X.
Jakarta: Kemdikbud.

Selamat belajar, sukses untuk kalian.

Anda mungkin juga menyukai