Bab 2 V 10
Bab 2 V 10
Tugas Akhir
Analisis Perbandingan Mycelium Brick Terhadap Bata Merah dan
Bata Ringan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mycelium
Mycelium merupakan vegetatif tumbuhan (batang, akar dan daun) dari jamur atau
biasa disebut bakteri jamur. Mycelium telah diidentifikasi sebagai organisme hidup
terbesar di bumi. Jamur mycelium dapat ditemukan ditanah maupun substrat lain
seperti batu dan pasir karena melalui mycelium jamur dapat menyerap nutrisi dari
lingkungan sekitarnya (Yang, 2021). Mycelium berperan penting dalam ekosistem
karena perannya dalam dekomposisi bahan tanaman berikut ini adalah bagian tubuh
dari jamur mycelium yang diperlihatkan pada Gambar 2.1.
Mycelium dapat membentuk koloni jamur kecil hingga besar di alam dan melalui
mycelium jamur menyerap nutrisi dari lingkungan sekitarnya seperti karbohidrat,
lemak, protein dan air. Proses ini dilalui secara dua tahap yaitu, pada tahap pertama
himfa mengeluarkan enzim ke dalam sumber makanan hal ini memecah polimer
biologis menjadi unit yang lebih kecil seperti monomer. Pada tahap kedua mycelium
menyerap monomer dengan difusi terfasilitasi dan transpor aktif. Mycelium sendiri
memakan nutrisi dari bahan organik dan mengubah serta mengikat partikel terpisah
dalam materi kohesif dan bertindak sebagai lem hidup (Haneef dkk, 2017).
Sebagai bagian dari vegetatif jamur mycelium memiliki kemampuan unik yaitu
memanfaatkan limbah organik misalnya limbah ampas tebu, sekam padi, serabut
Oktaviani Cahya Ningrum 16.B1.0064
Zulfan Ikhsaan Lubbers 16.B1.0075
11
12
Proposal
Tugas Akhir
Analisis Perbandingan Mycelium Brick Terhadap Bata Merah dan
Bata Ringan
kayu, batang kapas serta jerami sebagai substrat untuk pertumbuhan jaringannya
karena memiliki tekstur yang tidak keras (Zamroji, 2020).
Karena berbiaya rendah dan fitur ramah lingkungan mycelium menarik minat dalam
penelitian dan komersialisasi mereka. Misalnya foam berbahan dasar mycelium dan
sandwich komposit berbasis mycelium telah aktif dikembangkan untuk struktur
konstruksi ini dapat digunakan sebagai bahan planar sintetis misalnya film dan
lembaran plastik serta bahan semi-struktural seperti panel, lantai, furnitur dan
penghiasan. Terbukti bahwa fungsi material komposit ini dapat diatasi lebih lanjut
dengan mengendalikan spesies jamur, kondisi pertumbuhan dan metode
pemrosesan pasca pertumbuhan untuk memenuhi persyaratan mekanis tertentu
dalam aplikasi (R.J.J, 2015).
a. Perekat alami
Mycelium merupakan jaringan berserat yang dihasilkan dari jamur dan mycelium
sendiri memiliki sifat perekat alami yang dapat digunakan dalam pembuatan batu
bata pada suhu ruang maupun suhu terbuka, tidak seperti batu bata pada umumnya
yang membutuhkan suhu tinggi sehingga perlu dibakar terlebih dahulu.
d. Waktu produksi
Produksi bata berbasis mycelium dipengaruhi oleh seberapa besar ukuran bata
tersebut biasanya paling lama memakan waktu rentang kurang lebih 2 (dua) minggu
dan dalam proses pembuatan tidak harus memerlukan suhu tinggi seperti
pembakaran yang mengakibatkan polusi udara yang merugikan lingkungan. Bata
mycelium dapat diproses menggunakan oven, sinar matahari ataupun disuhu ruang
sehingga tidak mengganggu lingkungan sekitar.
e. Siklus hidup
Ketika suatu struktur bangunan yang terbuat menggunakan material berbasis
mycelium dibongkar maka pada akhir siklusnya komponen pada bangunan tersebut
tidak akan menjadi sampah namun dapat dikomposisikan dan diubah menjadi
pupuk untuk tanah. Jadi setiap komponen yang sudah dibuang atau tidak terpakai
akan kembali ke tanah dan menambah unsur hara sehingga tidak mengganggu
lingkungan sekitar.
f. Biaya rendah
Bata yang terbuat dari mycelium tidak memakan biaya yang tinggi melainkan
menghabiskan biaya yang lebih rendah karena membutuhkan bahan baku yang
mudah tersedia dan tidak merusak lingkungan sekitar selain itu proses pembuatan
yang mudah dapat membantu masyarakat dengan penghasilan rendah serta
menciptakan perumahan dengan harga ekonomis untuk kalangan masyarakat kelas
menengah ke bawah.
a. Menara Hy-Fi
MoMa (Museum of Modern Art), New York telah membuat konstruksi struktur
menggunakan bata organik yaitu bata mycelium. Bangunan tersebut diberi nama
Menara Hy-Fi yang dibuat oleh David Benjamin arsitek dari New York The Living.
Menara ini dirancang sebagai bagian dari program arsitek MoMA (Museum of
Modern Art). Pemilihan menggunakan bata mycelium karena bata mycelium
merupakan bata organik dapat terurai kembali ketika bangunan dibongkar dan
material yang digunakan tidak lebih dari limbah pertanian. Menara Hy-Fi yang
diperlihatkan pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2. Menara Hy-Fi Museum of Modern Art, New York (Sumber: https://w
ww.dezeen.com/2014/07/01/tower-of-grown-bio-bricks-by-the-
living-opens-at-moma-ps1-gallery/)
b. MycroTree
MycroTree merupakan sebuah struktur yang terbuat dari mycelium experimental
dan dibuat oleh Karlsruhe Institute of Technology (KIT). MyvroTree didesain
menggunakan 3D graphic statistic, struktur dari bangunan ini dibentuk membatang
menggunakan komponen load bearing mycelium yang didesain hanya menerima
gaya tekan. Desain ini direalisasikan dengan tujuan untuk melihat bahwa bahan
yang berbasis mycelium selain digunakan sebagai komponen non-struktur atau
sebagai partisi dapat juga digunakan sebagai komponen struktur untuk menopang
Oktaviani Cahya Ningrum 16.B1.0064
Zulfan Ikhsaan Lubbers 16.B1.0075
15
Proposal
Tugas Akhir
Analisis Perbandingan Mycelium Brick Terhadap Bata Merah dan
Bata Ringan
sebuah bangunan. MycroTree yang dibuat oleh Karlsruhe Institute of Technology
(KIT) diperlihatkan pada Gambar 2.3.
d. Seleksi rasio
Seleksi rasio bertujuan untuk menentukan rasio bahan-bahan yang terkandung
dalam bata mycelium dan masih harus diteliti lebih dalam. Idealnya bata mycelium
yang akan dihasilkan nanti memiliki karakteristik bata yang baik. Penggunaan rasio
bahan yang tidak ideal akan berdampak negatif kepada hasil bata mycelium akhir
seperti bata yang terlalu rapuh, bata yang terlalu lembek atau bahkan bata yang
tidak dapat merekat.
2.5 Bata
Batu bata merupakan material yang sangat sering digunakan pada sebuah bangunan
sebagai dasar dari suatu konstruksi untuk pembuatan dinding atau tembok. Seiring
a. Bata merah
Bata merah merupakan salah satu matrial yang sudah sangat umum digunakan
diberbagai bangunan di Indonesia, karena bata merah merupakan material yang
sudah teruji kekuatannya dan material ini mudah untuk didapatkan. Bata merah
merupakan suatu material yang dibuat dari tanah liat dengan atau tanpa campuran
bahan lain yang kemudian dibakar dengan suhu tinggi sehingga tidak dapat terurai
lagi jika direndam air (Kardiyono 1992).
Secara umum bentuk dari batu bata merah adalah persegi panjang dengan sudut
siku-siku dan permukaan yang agak kasar serta berwarna merah. Batu bata merah
sendiri memiliki kriteria yaitu permukaan arus datar, bata merah tidak boleh ada
retakan pada sisi maupun permukaan dan tidak mudah hancur. Batu bata merah
dibuat dari tanah liat yang dicetak persegi panjang dan kemudian di bakar dengan
suhu tinggi agar menjadi benar-benar kering. Bentuk batu bata merah diperlihatkan
pada Gambar 2.6 di bawah.
Gambar 2.6 Batu Bata Merah (Sumber: Standar Ukuran Batu Bata Merah Press &
Expose Sesuai SNI (batamerahgarut.com)
b. Bata ringan
Bata ringan atau sering disebut dengan bata ringan merupakan dasar material yang
kegunaannya sama dengan bata merah yaitu sebagai dasar pembuatan dinding pada
suatu bangunan konstruksi. Terdapat 2 (dua) jenis bata ringan yang sering
digunakan untuk dinding bangunan konstruksi yaitu Celluler Lightweigt Concrete
(CLC) dan Autoclaved Aerated Concrete (AAC). Kedua jenis batu bata ringan ini
memiliki bahan material dasar yang serupa yakni terdiri dari pasir, semen dan kapur
yang membedakan dari kedua batu bata ini adalah cara pembuatannya.
Bata ringan Autoclaved Aerated Concrete (AAC) merupakan bata ringan dengan
proses pembuatan gelembung udara yang disebabkan oleh reaksi kimia, yaitu pada
saat bubuk alumunium atau alumunium pasta akan mengembang dan berfungsi
sebagai pengeras beton. Bata ringan Celluler Lightweigt Concrete (CLC) adalah
bata ringan yang proses curingnya alami. Celluler Lightweigt Concrete (CLC)
merupakan beton konvesional yang agregat kasar (kerikil) digantikan oleh udara
yang dalam prosesnya menggunakan busa organik yang sangat stabil dan tidak ada
reaksi kimia. Ketika proses pencampuran bahan foam atau busa digunakan sebagai
Oktaviani Cahya Ningrum 16.B1.0064
Zulfan Ikhsaan Lubbers 16.B1.0075
20
Proposal
Tugas Akhir
Analisis Perbandingan Mycelium Brick Terhadap Bata Merah dan
Bata Ringan
media untuk membungkus udara. Dengan kapasitas Celluler Lightweigt Concrete
(CLC) yang rendah menyebabkan air tidak mudah merambat pada dinding bata
ringan bila terjadi bocoran atau rembesan air (Kristanti dkk, 2012). Contoh bata
ringan diperlihatkan pada Gambar 2.7 di bawah.
a. Bata Merah
Ukuran dari batu bata merah menurut standar dari Standar Nasional Indonesia (SNI
15-2094-2000) adalah 22 cm × 11 cm × 5 cm. Badan Standarisasi Nasional (BSN)
Indonesia telah menetapkan peraturan baku mutu untuk bata merah terkait dengan
ukuran standar bata merah. Regulasi SNI tersebut dimulai dari Standar Industri
Indonesia (SII) 0021 tahun 1978, Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia
(PUBI) tahun 1982, tahun 1984, SNI 2094 tahun 2000 hingga SNI 6861.1 tahun
2002. Tabel dimensi bata merah untuk pasang dinding konstruksi menurut standar
dalam SNI 15-2094-2000 dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Ukuran dan Toleransi Bata Merah Pejal Untuk Pasangan Dinding
Modul Tinggi Lebar Panjang
M-5a 65 ± 2 92 ± 2 190 ± 4
b. Bata Ringan
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 03-0349-1989) bahwa kelayakan beton
yang digunakan untuk pasangan dinding dapat dilihat dari terpenuhinya
karakteristik nilai kuat tekan dan nilai penyerapan air pada bata ringan. Persyaratan
Kuat tekan bruto merupakan beban tekan keseluruhan pada waktu benda uji pecah
dibagi dengan luas ukuran nyata dari bata termasuk luas lubang serta cekungan tepi.
c. Mycelium Brick
Teknologi mycelium saat ini masih berada pada tahap perkembangan, oleh karena
itu setiap instansi atau individu yang memproduksi mycelium brick memiliki
metode dan produk mycelium brick yang berbeda dengan yang lain dengan tujuan
untuk menciptakan produk yang lebih unggul dari kompetitor lain. Hal ini juga
menyebabkan belum adanya standarisasi mycelium brick yang diterbitkan. tetapi
berdasarkan review yang di terbitkan oleh Syracuse University, mycelium brick
idealnya dikembangkan dalam lingkungan yang memiliki kriteria sebagai berikut:
c.1. Memiliki kadar kelembaban setinggi 98%
c.2. Substrat yang digunakan harus bersih
c.3. Ruangan dengan temperature 24 - 25°C
b. Uji ukuran
Uji ukuran bata dilakukan untuk mengetahui karakteristik batu bata. Menurut SNI
15-2094-2000 masing-masing pengukuran lebar, panjang dan tebal dilakukan
Oktaviani Cahya Ningrum 16.B1.0064
Zulfan Ikhsaan Lubbers 16.B1.0075
24
Proposal
Tugas Akhir
Analisis Perbandingan Mycelium Brick Terhadap Bata Merah dan
Bata Ringan
paling sedikit 3 (tiga) kali dengan menggunakan alat callipers atau alat yang sejenis
dengan ketelitian sampai 1 mm. Dari hasil yang didapatkan (panjang, lebar dan
tebal) pada setiap bata maka ditentukan penyimpanan maksimumnya dan
dinyatakan dalam mm.
d. Kuat tekan
Kuat tekan merupakan kapasitas dari suatu material dalam menahan beban yang
akan mengurangi ukurannya tanpa mengalami kegagalan. Uji kuat tekan dilakukan
untuk mengetahui daya kuat tekan yang mampu ditopang oleh batu bata. Klasifikasi
kekuatan bata menurut SNI-2094-2000 yang diperlihatkan pada Tabel 2.3 di bawah.
Sebelum proses pembakaran batu bata dijemur terlebih dahulu di bawah sinar
matahari. Penjemuran batu bata memakan waktu kurang lebih 2 hari. Pada saat
proses pembakaran batu bata disusun secara bertingkat serta pada bagian bawah
tumpukan bata tersebut akan diberi lubang (semacam terowongan) untuk
memasukkan kayu bakar dan untuk pematangan pada bagian atas batu bata akan
diberi sekam padi atau kayu bakar hal ini dilakukan agar panas menyebar secara
merata dan batu bata matang dengan sempurna.
Batu bata dengan kualitas bagus dapat dilihat dari kematangan yang sempurna yaitu
seluruh bagian batu bata akan berwarna kemerahan dan jika berwarna hitam pada
bagian sisi bata maka batu bata tersebut tidak layak digunakan.
b. Bata mycelium
Proses produksi bata mycelium tidak seperti produksi bata merah yang harus
membutuhkan pembakaran dengan suhu tinggi yang mengakibatkan polusi udara.
Produksi bata mycelium cukup dengan panas matahari atau suhu ruang dan jika
cuaca tidak mendukung dapat menggunakan oven agar mycelium dapat mengeras
secara sempurna.