Anda di halaman 1dari 15

Proposal

Tugas Akhir
Analisis Perbandingan Mycelium Brick Terhadap Bata Merah dan
Bata Ringan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mycelium
Mycelium merupakan vegetatif tumbuhan (batang, akar dan daun) dari jamur atau
biasa disebut bakteri jamur. Mycelium telah diidentifikasi sebagai organisme hidup
terbesar di bumi. Jamur mycelium dapat ditemukan ditanah maupun substrat lain
seperti batu dan pasir karena melalui mycelium jamur dapat menyerap nutrisi dari
lingkungan sekitarnya (Yang, 2021). Mycelium berperan penting dalam ekosistem
karena perannya dalam dekomposisi bahan tanaman berikut ini adalah bagian tubuh
dari jamur mycelium yang diperlihatkan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Bagian Tubuh Jamur Mycelium (Sumber: https://grocycle.com/parts-


of-a-mushroom/)

Mycelium dapat membentuk koloni jamur kecil hingga besar di alam dan melalui
mycelium jamur menyerap nutrisi dari lingkungan sekitarnya seperti karbohidrat,
lemak, protein dan air. Proses ini dilalui secara dua tahap yaitu, pada tahap pertama
himfa mengeluarkan enzim ke dalam sumber makanan hal ini memecah polimer
biologis menjadi unit yang lebih kecil seperti monomer. Pada tahap kedua mycelium
menyerap monomer dengan difusi terfasilitasi dan transpor aktif. Mycelium sendiri
memakan nutrisi dari bahan organik dan mengubah serta mengikat partikel terpisah
dalam materi kohesif dan bertindak sebagai lem hidup (Haneef dkk, 2017).
Sebagai bagian dari vegetatif jamur mycelium memiliki kemampuan unik yaitu
memanfaatkan limbah organik misalnya limbah ampas tebu, sekam padi, serabut
Oktaviani Cahya Ningrum 16.B1.0064
Zulfan Ikhsaan Lubbers 16.B1.0075

11
12
Proposal
Tugas Akhir
Analisis Perbandingan Mycelium Brick Terhadap Bata Merah dan
Bata Ringan
kayu, batang kapas serta jerami sebagai substrat untuk pertumbuhan jaringannya
karena memiliki tekstur yang tidak keras (Zamroji, 2020).

Jamur mycelium merupakan tumbuhan yang tidak berklorofil sehingga bersifat


heterotrof. Jamur mempunyai kemampuan sebagai biodegradable dan memiliki
potensi dapat menggantikan plastik serta material dengan kandungan kimia secara
efisien (Flozia, 2013).

Karena berbiaya rendah dan fitur ramah lingkungan mycelium menarik minat dalam
penelitian dan komersialisasi mereka. Misalnya foam berbahan dasar mycelium dan
sandwich komposit berbasis mycelium telah aktif dikembangkan untuk struktur
konstruksi ini dapat digunakan sebagai bahan planar sintetis misalnya film dan
lembaran plastik serta bahan semi-struktural seperti panel, lantai, furnitur dan
penghiasan. Terbukti bahwa fungsi material komposit ini dapat diatasi lebih lanjut
dengan mengendalikan spesies jamur, kondisi pertumbuhan dan metode
pemrosesan pasca pertumbuhan untuk memenuhi persyaratan mekanis tertentu
dalam aplikasi (R.J.J, 2015).

2.2 Keuntungan Mycelium


Meskipun bata mycelium merupakan salah satu bata dengan komponen green
material yang terbentuk dari jaringan jamur berbahan dasar daur ulang limbah
alami, bata mycelium memiliki keuntungan sebagai berikut (Arumningtyas, 2016):

a. Perekat alami
Mycelium merupakan jaringan berserat yang dihasilkan dari jamur dan mycelium
sendiri memiliki sifat perekat alami yang dapat digunakan dalam pembuatan batu
bata pada suhu ruang maupun suhu terbuka, tidak seperti batu bata pada umumnya
yang membutuhkan suhu tinggi sehingga perlu dibakar terlebih dahulu.

b. Bahan baku mudah didapat


Bahan baku untuk memproduksi bata mycelium cukup mudah karena tidak
memerlukan bahan baku kimia maupun bahan tambang yang dapat merusak alam
sekitar. Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi bata mycelium dapat

Oktaviani Cahya Ningrum 16.B1.0064


Zulfan Ikhsaan Lubbers 16.B1.0075
13
Proposal
Tugas Akhir
Analisis Perbandingan Mycelium Brick Terhadap Bata Merah dan
Bata Ringan
menggunakan bahan limbah alami seperti sisa hasil dari pertanian dan sisa serbuk
gergaji kayu.

c. Proses pembuatan cukup mudah


Proses untuk pembuatan bata mycelium cukup sederhana dan mudah sehingga tidak
perlu melibatkan teknologi tinggi atau keahlian khusus untuk memproduksinya.
Lokasi yang dibutuhkan untuk mengembangkan atau membuat bata mycelium ini
juga tidak sulit untuk direplika yaitu hanya memerlukan tempat yang lembab dan
gelap.

d. Waktu produksi
Produksi bata berbasis mycelium dipengaruhi oleh seberapa besar ukuran bata
tersebut biasanya paling lama memakan waktu rentang kurang lebih 2 (dua) minggu
dan dalam proses pembuatan tidak harus memerlukan suhu tinggi seperti
pembakaran yang mengakibatkan polusi udara yang merugikan lingkungan. Bata
mycelium dapat diproses menggunakan oven, sinar matahari ataupun disuhu ruang
sehingga tidak mengganggu lingkungan sekitar.

e. Siklus hidup
Ketika suatu struktur bangunan yang terbuat menggunakan material berbasis
mycelium dibongkar maka pada akhir siklusnya komponen pada bangunan tersebut
tidak akan menjadi sampah namun dapat dikomposisikan dan diubah menjadi
pupuk untuk tanah. Jadi setiap komponen yang sudah dibuang atau tidak terpakai
akan kembali ke tanah dan menambah unsur hara sehingga tidak mengganggu
lingkungan sekitar.

f. Biaya rendah
Bata yang terbuat dari mycelium tidak memakan biaya yang tinggi melainkan
menghabiskan biaya yang lebih rendah karena membutuhkan bahan baku yang
mudah tersedia dan tidak merusak lingkungan sekitar selain itu proses pembuatan
yang mudah dapat membantu masyarakat dengan penghasilan rendah serta
menciptakan perumahan dengan harga ekonomis untuk kalangan masyarakat kelas
menengah ke bawah.

Oktaviani Cahya Ningrum 16.B1.0064


Zulfan Ikhsaan Lubbers 16.B1.0075
14
Proposal
Tugas Akhir
Analisis Perbandingan Mycelium Brick Terhadap Bata Merah dan
Bata Ringan
2.3 Bangunan Mycelium
Penggunaan mycelium saat ini adalah sebagai green material pada bidang
konstruksi dan sudah masuk dalam tahap pengembangan. Berikut merupakan
penggunaan saat ini mycelium di dunia konstruksi dalam bentuk prototype:

a. Menara Hy-Fi
MoMa (Museum of Modern Art), New York telah membuat konstruksi struktur
menggunakan bata organik yaitu bata mycelium. Bangunan tersebut diberi nama
Menara Hy-Fi yang dibuat oleh David Benjamin arsitek dari New York The Living.
Menara ini dirancang sebagai bagian dari program arsitek MoMA (Museum of
Modern Art). Pemilihan menggunakan bata mycelium karena bata mycelium
merupakan bata organik dapat terurai kembali ketika bangunan dibongkar dan
material yang digunakan tidak lebih dari limbah pertanian. Menara Hy-Fi yang
diperlihatkan pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Menara Hy-Fi Museum of Modern Art, New York (Sumber: https://w
ww.dezeen.com/2014/07/01/tower-of-grown-bio-bricks-by-the-
living-opens-at-moma-ps1-gallery/)

b. MycroTree
MycroTree merupakan sebuah struktur yang terbuat dari mycelium experimental
dan dibuat oleh Karlsruhe Institute of Technology (KIT). MyvroTree didesain
menggunakan 3D graphic statistic, struktur dari bangunan ini dibentuk membatang
menggunakan komponen load bearing mycelium yang didesain hanya menerima
gaya tekan. Desain ini direalisasikan dengan tujuan untuk melihat bahwa bahan
yang berbasis mycelium selain digunakan sebagai komponen non-struktur atau
sebagai partisi dapat juga digunakan sebagai komponen struktur untuk menopang
Oktaviani Cahya Ningrum 16.B1.0064
Zulfan Ikhsaan Lubbers 16.B1.0075
15
Proposal
Tugas Akhir
Analisis Perbandingan Mycelium Brick Terhadap Bata Merah dan
Bata Ringan
sebuah bangunan. MycroTree yang dibuat oleh Karlsruhe Institute of Technology
(KIT) diperlihatkan pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3. MycroTree, Karlsruhe Institute of Technology (KIT) (Sumber: https:/


/www.world-architects.com/en/architecture-news/works/mycotree)

c. The Growing Paviliun


The Growing Paviliun adalah sebuah struktur yang didesain oleh pascal leboucq
menggunakan bio-based atau bahan dasar alami untuk ditampilkan pada Dutch
design week (DDW). Panel luar yang digunakan pada the growing paviliun dibuat
menggunakan mycelium yang dirakit pada frame kayu yang berfungsi menopang
struktur bangunan tersebut. Struktur inovatif ini menjadi mengambil spotlight di
acara Dutch design week (DDW) pada tahun 2019. The Growing Paviliun yang
diperlihatkan pada Dutch design week (DDW) diperlihatkan pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 The Growing Paviliun (Sumber: https://www.dezeen.com/2019/10/29


/growing-pavilion-mycelium-dutch-design-week/)

d. Acoustic Mycelium Tiles


Acoustic mycelium tile dibuat dari bahan dasar mycelium yang difermentasi dengan
basis substrat. Bahan acoustic tile merupakan olahan dari kapas sisa-sisa yang
Oktaviani Cahya Ningrum 16.B1.0064
Zulfan Ikhsaan Lubbers 16.B1.0075
16
Proposal
Tugas Akhir
Analisis Perbandingan Mycelium Brick Terhadap Bata Merah dan
Bata Ringan
didapatkan dari industri textile. Proses pembuatan acoustic mycelium tile ini tanpa
menggunakan perekat berbasis petroleum, plastic atau formaldehyde yang
menghasilkan produk akhir yang 100% biodegradable atau dapat terurai secara
alami. Acoustic mycelium tile ini dibuat untuk memaksimalkan penyerapan suara
dan kenyamanan dalam ruangan serta cocok digunakan untuk segala lingkungan.
Acoustic mycelium tile direncanakan sebagai panel tembok 3 dimensi yang mudah
untuk dipasang dengan 4 bentuk yang berbeda untuk memaksimalkan fleksibilitas
desain. Pemasangan untuk merekatkan panel Acoustic mycelium tile ini digunakan
alas yang tidak memerlukan baut. Contoh dari Acoustic Mycelium Tiles yang
diperlihatkan pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Acoustic Mycelium Tiles (Sumber: https://theexplodedview.com/mat


erialbb/acoustic-mycelium-tiles/)

2.4 Kriteria Bata Mycelium


Guna untuk memastikan penelitian pada bata mycelium berjalan dengan sukses
maka diperlukan beberapa batasan-batasan dalam setiap faktor yang akan
berpengaruh dalam produksi pembuatan pada bata mycelium itu sendiri. Menurut
(Lelivelt, 2015) berikut ini adalah beberapa faktor yang berpengaruh dalam
pembuatan bata mycelium:

a. Seleksi jamur mycelium


Semua jamur dapat digunakan sebagai bahan dasar mycelium tetapi setiap jamur
memiliki sifat yang berbeda dari segi waktu tumbuh, luas pertumbuhan dan medium
tempat tumbuh jamur hingga kondisi tempat dan temperatur jamur dapat tumbuh.
Oleh karena itu dalam proses seleksi jamur ini bibit jamur ideal yang digunakan

Oktaviani Cahya Ningrum 16.B1.0064


Zulfan Ikhsaan Lubbers 16.B1.0075
17
Proposal
Tugas Akhir
Analisis Perbandingan Mycelium Brick Terhadap Bata Merah dan
Bata Ringan
adalah bibit yang dapat berkembang dalam waktu singkat, mudah berkembang pada
suasana yang dapat direkayasa ulang di rumah dan yang paling penting adalah bibit
yang memiliki low cost.

b. Seleksi bahan dasar bata mycelium


Walaupun mycelium dapat tumbuh pada semua macam substrat tetapi tidak semua
substrat cocok untuk digunakan dan dijadikan bata mycelium. Hal-hal yang harus
dihindari dalam pemilihan substrat adalah:
b.1. Substrat yang digunakan harus ramah lingkungan
b.2. Substrat yang digunakan harus mudah untuk didapatkan.
b.3. Substrat yang digunakan idealnya adalah bahan sisa atau buangan
b.4. Substrat yang digunakan dapat menahan gaya kompresi yang wajar untuk
bata

c. Seleksi medium cetakan


Mengingat tujuan dari produksi bata mycelium ini sebagai green material maka
medium cetak yang digunakan untuk mencetak bata mycelium ini idealnya adalah
medium yang dapat digunakan berulang kali, hal ini juga bertujuan untuk
mengurangi waste yang akan dihasilkan selama proses masa pembuatan bata
mycelium.

d. Seleksi rasio
Seleksi rasio bertujuan untuk menentukan rasio bahan-bahan yang terkandung
dalam bata mycelium dan masih harus diteliti lebih dalam. Idealnya bata mycelium
yang akan dihasilkan nanti memiliki karakteristik bata yang baik. Penggunaan rasio
bahan yang tidak ideal akan berdampak negatif kepada hasil bata mycelium akhir
seperti bata yang terlalu rapuh, bata yang terlalu lembek atau bahkan bata yang
tidak dapat merekat.

2.5 Bata
Batu bata merupakan material yang sangat sering digunakan pada sebuah bangunan
sebagai dasar dari suatu konstruksi untuk pembuatan dinding atau tembok. Seiring

Oktaviani Cahya Ningrum 16.B1.0064


Zulfan Ikhsaan Lubbers 16.B1.0075
18
Proposal
Tugas Akhir
Analisis Perbandingan Mycelium Brick Terhadap Bata Merah dan
Bata Ringan
dengan berkembangnya jaman kini bata memiliki beberapa jenis bata yang pertama
kali dikenal dan paling umum digunakan adalah batu bata merah kemudian
munculah batu bata ringan atau sering disebut dengan bata ringan. Selain jenis batu
bata memiliki bahan dasar yang berbeda. Berikut merupakan jenis bata yang ada di
pasar Indonesia:

a. Bata merah
Bata merah merupakan salah satu matrial yang sudah sangat umum digunakan
diberbagai bangunan di Indonesia, karena bata merah merupakan material yang
sudah teruji kekuatannya dan material ini mudah untuk didapatkan. Bata merah
merupakan suatu material yang dibuat dari tanah liat dengan atau tanpa campuran
bahan lain yang kemudian dibakar dengan suhu tinggi sehingga tidak dapat terurai
lagi jika direndam air (Kardiyono 1992).

Secara umum bentuk dari batu bata merah adalah persegi panjang dengan sudut
siku-siku dan permukaan yang agak kasar serta berwarna merah. Batu bata merah
sendiri memiliki kriteria yaitu permukaan arus datar, bata merah tidak boleh ada
retakan pada sisi maupun permukaan dan tidak mudah hancur. Batu bata merah
dibuat dari tanah liat yang dicetak persegi panjang dan kemudian di bakar dengan
suhu tinggi agar menjadi benar-benar kering. Bentuk batu bata merah diperlihatkan
pada Gambar 2.6 di bawah.

Gambar 2.6 Batu Bata Merah (Sumber: Standar Ukuran Batu Bata Merah Press &
Expose Sesuai SNI (batamerahgarut.com)

Keuntungan menggunakan bata merah yaitu:


a.1 Ukuran yang relatif kecil
a.2 Banyak tersedia di toko bangunan
a.3 Harga yang relatif lebih murah
Oktaviani Cahya Ningrum 16.B1.0064
Zulfan Ikhsaan Lubbers 16.B1.0075
19
Proposal
Tugas Akhir
Analisis Perbandingan Mycelium Brick Terhadap Bata Merah dan
Bata Ringan
a.4 Tahan panas
a.5 Bangunan akan terasa lebih dingin karena bata merah terbuat dari tanah liat
a.6 Mudah merekatkan, yaitu cukup dengan menggunakan campuran semen
dan pasir biasa

Adapun kekurangan dari menggunakan bata merah yaitu:


a.1 Jika menggunakan bata merah suhu ruangan menjadi tidak stabil karena
mudah menyerap panas dan dingin
a.2 Menggunakan batu bata merah lebih boros karena menggunakan banyak
perekat
a.3 Sulit rapi saat melakukan pemasangan
a.4 Batu bata merah cukup berat, hal ini memberikan beban lebih pada struktur
bangunan rumah
a.5 Menggunakan batu bata merah akan memakan lebih lama dalam proses
pemasangannya

b. Bata ringan
Bata ringan atau sering disebut dengan bata ringan merupakan dasar material yang
kegunaannya sama dengan bata merah yaitu sebagai dasar pembuatan dinding pada
suatu bangunan konstruksi. Terdapat 2 (dua) jenis bata ringan yang sering
digunakan untuk dinding bangunan konstruksi yaitu Celluler Lightweigt Concrete
(CLC) dan Autoclaved Aerated Concrete (AAC). Kedua jenis batu bata ringan ini
memiliki bahan material dasar yang serupa yakni terdiri dari pasir, semen dan kapur
yang membedakan dari kedua batu bata ini adalah cara pembuatannya.

Bata ringan Autoclaved Aerated Concrete (AAC) merupakan bata ringan dengan
proses pembuatan gelembung udara yang disebabkan oleh reaksi kimia, yaitu pada
saat bubuk alumunium atau alumunium pasta akan mengembang dan berfungsi
sebagai pengeras beton. Bata ringan Celluler Lightweigt Concrete (CLC) adalah
bata ringan yang proses curingnya alami. Celluler Lightweigt Concrete (CLC)
merupakan beton konvesional yang agregat kasar (kerikil) digantikan oleh udara
yang dalam prosesnya menggunakan busa organik yang sangat stabil dan tidak ada
reaksi kimia. Ketika proses pencampuran bahan foam atau busa digunakan sebagai
Oktaviani Cahya Ningrum 16.B1.0064
Zulfan Ikhsaan Lubbers 16.B1.0075
20
Proposal
Tugas Akhir
Analisis Perbandingan Mycelium Brick Terhadap Bata Merah dan
Bata Ringan
media untuk membungkus udara. Dengan kapasitas Celluler Lightweigt Concrete
(CLC) yang rendah menyebabkan air tidak mudah merambat pada dinding bata
ringan bila terjadi bocoran atau rembesan air (Kristanti dkk, 2012). Contoh bata
ringan diperlihatkan pada Gambar 2.7 di bawah.

Gambar 2.7 Bata Ringan (Sumber: https://novotest.id/pengertian-bata-ringan-dan-


cara-pemasangannya/

Kelebihan menggunakan bata ringan yaitu:


b.1. Lebih ringan dari jenis batu bata yang lain
b.2. Umumnya memiliki ukuran 60 cm × 20 cm dengan ketebalan 8 – 10 cm
b.3. Tahan terhadap gempa
b.4. Bata ringan kedap udara dan air
b.5. Bata ringan ukuran dan kualitasnya sama, sehingga menghasilkan dinding
rumah yang lebih rapi
b.6. Bata ringan tidak memerlukan plesteran yang tebal

Adapun kekurangan menggunakan bata ringan yaitu:


b.1. Harga bata ringan cenderung lebih mahal disbanding dengan bata merah
b.2. Bata ringan membutuhkan plesteran khusus untuk diaplikasikan saat
membangun bangunan.
b.3. Karena memiliki ukuran yang lebih besar dari bata merah, terkadang bata
ringan banyak tidak terpakai yang dapat menimbulkan waste.

2.6 Standarisasi Batu Bata


Produksi batu bata harus memiliki standarisasi, karena dalam produksi batu bata
memiliki syarat mutlak sebagai acuan dari sebuah industri di suatu negara. Menurut
Oktaviani Cahya Ningrum 16.B1.0064
Zulfan Ikhsaan Lubbers 16.B1.0075
21
Proposal
Tugas Akhir
Analisis Perbandingan Mycelium Brick Terhadap Bata Merah dan
Bata Ringan
International Organization for Standardization (ISO) standarisasi merupakan
proses penyusunan dan pemakaian aturan-aturan untuk melaksanakan suatu
kegiatan secara teratur demi keuntungan dan kerjasama semua pihak yang
berkepentingan khususnya untuk meningkatkan ekonomi keseluruhan secara
optimum dengan memperhatikan kondisi-kondisi fungsional serta persyaratan
keamanan. Berikut merupakan standarisasi batu bata yang digunakan:

a. Bata Merah
Ukuran dari batu bata merah menurut standar dari Standar Nasional Indonesia (SNI
15-2094-2000) adalah 22 cm × 11 cm × 5 cm. Badan Standarisasi Nasional (BSN)
Indonesia telah menetapkan peraturan baku mutu untuk bata merah terkait dengan
ukuran standar bata merah. Regulasi SNI tersebut dimulai dari Standar Industri
Indonesia (SII) 0021 tahun 1978, Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia
(PUBI) tahun 1982, tahun 1984, SNI 2094 tahun 2000 hingga SNI 6861.1 tahun
2002. Tabel dimensi bata merah untuk pasang dinding konstruksi menurut standar
dalam SNI 15-2094-2000 dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Ukuran dan Toleransi Bata Merah Pejal Untuk Pasangan Dinding
Modul Tinggi Lebar Panjang

M-5a 65 ± 2 92 ± 2 190 ± 4

M-5b 65 ± 2 100 ± 52 190 ± 4

M-6a 52 ± 3 110 ± 2 230 ± 4

M-6b 55 ± 3 110 ± 2 230 ± 5

M-6c 70 ± 3 110 ± 2 230 ± 5

M-6d 80 ± 3 110 ± 2 230 ± 5


(Sumber: SNI 15-2094-2000)

b. Bata Ringan
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 03-0349-1989) bahwa kelayakan beton
yang digunakan untuk pasangan dinding dapat dilihat dari terpenuhinya
karakteristik nilai kuat tekan dan nilai penyerapan air pada bata ringan. Persyaratan

Oktaviani Cahya Ningrum 16.B1.0064


Zulfan Ikhsaan Lubbers 16.B1.0075
22
Proposal
Tugas Akhir
Analisis Perbandingan Mycelium Brick Terhadap Bata Merah dan
Bata Ringan
fisik pada bata ringan menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 03-0349-1989)
dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Persyaratan Fisik Bata Beton

Tingkat Mutu Bata Tingkat Mutu Bata Beton


Syarat fisik Satuan Beton Pejal Berlubang
I II III IV I II III IV
Kuat tekan bruto*
rata-rata min. Kg/cm2 100 70 40 25 70 50 35 20

Kuat tekan bruto* masing-


Kg/cm2 90 65 35 21 65 45 30 17
masing benda uji min.
Penyerapan air rata-rata
maks. % 25 25 - - 25 35 - -

(Sumber: SNI 03-0349-1989)

Kuat tekan bruto merupakan beban tekan keseluruhan pada waktu benda uji pecah
dibagi dengan luas ukuran nyata dari bata termasuk luas lubang serta cekungan tepi.

c. Mycelium Brick
Teknologi mycelium saat ini masih berada pada tahap perkembangan, oleh karena
itu setiap instansi atau individu yang memproduksi mycelium brick memiliki
metode dan produk mycelium brick yang berbeda dengan yang lain dengan tujuan
untuk menciptakan produk yang lebih unggul dari kompetitor lain. Hal ini juga
menyebabkan belum adanya standarisasi mycelium brick yang diterbitkan. tetapi
berdasarkan review yang di terbitkan oleh Syracuse University, mycelium brick
idealnya dikembangkan dalam lingkungan yang memiliki kriteria sebagai berikut:
c.1. Memiliki kadar kelembaban setinggi 98%
c.2. Substrat yang digunakan harus bersih
c.3. Ruangan dengan temperature 24 - 25°C

Produk mycelium brick yang di produksi idealnya berkriteria:


c.1. Kadar air yang tersisa pada saat produksi akhir mycelium brick berkisar
antara 10 - 15%
c.2. Dapat meredam 70 - 75% suara pada 1000 Hz.
Oktaviani Cahya Ningrum 16.B1.0064
Zulfan Ikhsaan Lubbers 16.B1.0075
23
Proposal
Tugas Akhir
Analisis Perbandingan Mycelium Brick Terhadap Bata Merah dan
Bata Ringan
c.3. Memiliki karakteristik biodegradable
c.4. Memiliki sifat fire retardant yaitu kemampuan benda yang dapat
memperlambat atau menahan api seperti yang terlihat pada gambar 2.8

Gambar 2.8 fire retardant test mycelium brick (Sumber: https://www.Building


green.com/blog/greensulate---fungus-based-insulation-material-that
’s-grown-rather-manufactured

2.7 Pengujian Bata


Pengujian bertujuan untuk mengetahui bahwa batu bata yang di produksi sudah
sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. Beberapa uji yang biasa
dilakukan pada bata merah sesuai dengan SNI 15-2094-2000:

a. Pengujian tampak luar


Uji sifat tampak pada bata sesuai dengan SNI 15-2094-2000 yaitu harus berbentuk
prisma segi empat panjang, mempunyai rusuk-rusuk yang siku atau tidak, bidang
datar yang rata atau tidak dan tidak menunjukkan adanya retak. Cara untuk
mengetahui bidang datar pada bata serta kesikuan pada rusuk-rusuknya yaitu
menggunakan alat penyiku. Beberapa bata yang tidak sempurna bentuknya akan
dinyatakan dalam % (persen) dari jumlah yang diperiksa.

b. Uji ukuran
Uji ukuran bata dilakukan untuk mengetahui karakteristik batu bata. Menurut SNI
15-2094-2000 masing-masing pengukuran lebar, panjang dan tebal dilakukan
Oktaviani Cahya Ningrum 16.B1.0064
Zulfan Ikhsaan Lubbers 16.B1.0075
24
Proposal
Tugas Akhir
Analisis Perbandingan Mycelium Brick Terhadap Bata Merah dan
Bata Ringan
paling sedikit 3 (tiga) kali dengan menggunakan alat callipers atau alat yang sejenis
dengan ketelitian sampai 1 mm. Dari hasil yang didapatkan (panjang, lebar dan
tebal) pada setiap bata maka ditentukan penyimpanan maksimumnya dan
dinyatakan dalam mm.

c. Daya serap air (suction rate)


Bata juga melalui uji daya serap air (suction rate) yang berarti sebagai kemampuan
permukaan bata untuk menyerap air pada menit pertama bata tersebut bersentuhan
dengan air. Pada bata dengan ukuran standar seharusnya memiliki daya serap air
lebih rendah dari 20 gr dan untuk memperoleh kekuatan ikatan yang baik maka
harus diseimbangakan antara daya serap air bata dan retentivitas adukan.

d. Kuat tekan
Kuat tekan merupakan kapasitas dari suatu material dalam menahan beban yang
akan mengurangi ukurannya tanpa mengalami kegagalan. Uji kuat tekan dilakukan
untuk mengetahui daya kuat tekan yang mampu ditopang oleh batu bata. Klasifikasi
kekuatan bata menurut SNI-2094-2000 yang diperlihatkan pada Tabel 2.3 di bawah.

Tabel 2.3 Klasifikasi Kekuatan Bata


Kekuatan Tekan Rata – Rata Batu Bata Koefisien Variasi
Kelas
Kg/cm2 N/mm2 Izin
50 50 5,0 22%
100 100 10 15%
150 150 15 15%
(Sumber: SNI 15-2094-2000)

e. Pengujian kadar garam


Pengujian kadar garam dilakukan untuk bata merah karena dibuat dari tanah liat
dengan atau tanpa adanya bahan campuran lainnya. Uji kadar garam ini dilakukan
bertujuan untuk mengetahui bahwa bata merah sudah memenuhi syarat layak
digunakan atau tidak sebagai bahan material pada bangunan. Cara pelaksanaan uji
kadar garam adalah sebagai berikut:
a. Melakukan pengukuran pada benda uji (panjang, lebar dan tinggi)
b. Memasukkan air ke dalam bak plastik
Oktaviani Cahya Ningrum 16.B1.0064
Zulfan Ikhsaan Lubbers 16.B1.0075
25
Proposal
Tugas Akhir
Analisis Perbandingan Mycelium Brick Terhadap Bata Merah dan
Bata Ringan
c. Memasukkan bata merah ke dalam bak plastik tersebut hingga kurang dari
separuhnya nampak di atas air.
d. Setelahnya bata merah diambil dan diamati bercak putih di bagian sisi
panjangnya dan kemudian diukur tinggi bercak putih tersebut.

2.8 Proses Produksi Bata


Proses produksi antara bata merah dengan bata mycelium memiliki perbedaan yaitu
sebagai berikut:
a. Bata Merah
Proses pembakaran batu bata merupakan tahap untuk menentukan layak atau
tidaknya batu bata yang sudah dibakar. Jika hasil pembakaran batu bata gagal maka
batu bata tidak dapat didaur ulang kembali karena batu bata hanya dapat dilakukan
proses pembakaran hanya sekali.

Sebelum proses pembakaran batu bata dijemur terlebih dahulu di bawah sinar
matahari. Penjemuran batu bata memakan waktu kurang lebih 2 hari. Pada saat
proses pembakaran batu bata disusun secara bertingkat serta pada bagian bawah
tumpukan bata tersebut akan diberi lubang (semacam terowongan) untuk
memasukkan kayu bakar dan untuk pematangan pada bagian atas batu bata akan
diberi sekam padi atau kayu bakar hal ini dilakukan agar panas menyebar secara
merata dan batu bata matang dengan sempurna.

Batu bata dengan kualitas bagus dapat dilihat dari kematangan yang sempurna yaitu
seluruh bagian batu bata akan berwarna kemerahan dan jika berwarna hitam pada
bagian sisi bata maka batu bata tersebut tidak layak digunakan.

b. Bata mycelium
Proses produksi bata mycelium tidak seperti produksi bata merah yang harus
membutuhkan pembakaran dengan suhu tinggi yang mengakibatkan polusi udara.
Produksi bata mycelium cukup dengan panas matahari atau suhu ruang dan jika
cuaca tidak mendukung dapat menggunakan oven agar mycelium dapat mengeras
secara sempurna.

Oktaviani Cahya Ningrum 16.B1.0064


Zulfan Ikhsaan Lubbers 16.B1.0075

Anda mungkin juga menyukai