Anda di halaman 1dari 20

1

MAROS PADA MASA DI/TII 1953-1965*

(Maros in The Period Of DI/TII in (1953-1965)

Nur Asma**

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk (i) mengetahui tentang Maros pada


masa DI/TII 1953 – 1965, (ii) mengetahui faktor-faktor yang menjadi
pendukung sehingga Maros menjadi rebutan antara pihak Tentara Nasional
Indonesia (TNI) dan pasukan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII)
serta (iii) untuk mengetahui dampak sosial politik yang ditimbulkan dari
gerakan DI/TII di Maros.
Jenis penelitian ini adalah penelitian sejarah yang menggunakan
metodologi sejarah dalam penyusunannya dan prosesnya berfokus pada masa
sekitar peristiwa DI-TII Tahun 1953-1965. Teknik analisis data dilakukan
dengan empat tahapan yaitu melalui heuristik, kritik sumber, interpretasi dan
historiografi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (i) Maros merupakan salah
satu wilayah basis pertahanan DI/TII dengan beberapa tempat operasi.
Pergerakan pasukan DI/TII di Maros diwarnai banyak kekacauan yang
sangat merugikan masyarakat. DI/TII menguasai hampir setengah wilayah
Maros seperti daerah Pappandangeng sampai Tompobulu, Pakkasalo, Pakere,
Laiya, Camba, Moncongloe, Masale, Leang-leang, Lau, dan Marana. Namun
dari struktur daerah di Maros, terdapat dua wilayah yang secara penuh
menjadi basis perjuangan dan perekrutan anggota DI/TII karena keadaan
alamnya yang bergunung-gunung dan banyak hutan lebat. Dua wilayah itu
adalah Camba dan Moncongloe, (ii) Terjadi perebutan wilayah de facto
antara DI/TII dan TNI karena keduanya menganggap Maros memiliki posisi
strategis. Maros ibarat pintu yang menghubungkan satu daerah dengan
daerah lain di Sulawesi Selatan. Maros juga merupakan daerah yang
menghubungkan Makassar sebagai Pusat pemerintahan dengan daerah
lainnya. (iii) selama berlangsungnya gerakan DI/TII di Maros, banyak
masyarakat hidup dalam ketakutan, mereka hidup berpindah dari satu daerah
ke daerah lain untuk menghindari pasukan DI/TII dan TNI.

Kata Kunci: Maros, DI/TII

ABSTRACT
**
Penelitian ini Dilakukan sebagai Syarat untuk Mencapai Derajat Magister di Program
Pascasarjana Universitas Negeri Makassar.
**
Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Makassar Jurusan Pendidikan Sejarah
2

NUR ASMA. Maros in the Period of DI/TII in 1953-1965 (supervised by


Jumadi and Ahmadin).

The research animed to discover (i) Maros in period of DI/TII in


1953-1965, (ii) the supporting factors so that Maros became a bone of
contention between Tentara Nasional Indonesia(TNI) party and the troops of
Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII), and (iii) the sociopolitical
impact caused by the movement of DI/TII in Maros.

The research was historical research which employed history


metodology in the compilation and the process was focused on the time
between the incident of DI/TII in 1953-1965. The data analysis technique
was conducted in four stages, namely heuristic, source critic, inpretation.

The results of the research revealed that: (i) Maros was one of the
regions as a defense basis of DI/TII with several operation places. The
movement of DI/TII troops in Maros was caused by various choses which
harmed the poeple. DI/TII controlled almost half of Maros region such as
Pappandangeng until Tompobulu, Pakkasalo, Pakere, Laiya, Camba,
Moncongloe, Masale, Leang-leang, Lau and Marana. However, based on the
area structure in Maros, there were two regions fully as the fighting basis and
recruitment of DI/TII members because of the natural conditions such as
mountainous and dense forest. The two regions were Camba and
Moncongloe, (ii) there was seizure of de facto territory between DI/TII and
TNI because both considered that Maros had trategic position . Maros was
also a region which connected Makassar as the central government with
other regions, (iii) during the movement of DI/TII in Maros, many people
were living in fear. They were moving from one region also gave many
impacts to the society, particularly in sociopolitical, economy, education, and
religion aspects.

Keyword: Maros, DI/TII

PENDAHULUAN
3

Munculnya berbagai gerakan peristiwa DI/TII adalah


persoalan pasca Proklamasi Maros. Letak strategis Maros yang
Kemerdekaan Republik Indonesia berada pada perlintasan yang
1945 merupakan kenyataan yang menghubungkan daerah-daerah di
harus diterima oleh bangsa Sulawesi Selatan memainkan peran
Indonesia. Kemerdekaan bukanlah yang begitu besar sehingga
akhir dari perjuangan, tetapi babak wilayahnya menjadi rebutan untuk
baru dalam proses mengIndonesia. diduduki oleh pihak Darul
Sudah menjadi fenomena umum Islam/Tentara Islam Indonesia
bahwa suatu bangsa yang baru (DI/TII) yang dikomandoi oleh
merdeka selalu diwarnai oleh Abdul Qahhar Mudzakkar dan pihak
berbagai persoalan, baik dalam hal Tentara Nasional Indonesia (TNI)
menata ketatanegaraan maupun yang memiliki pusat kendali operasi
persoalan intern mengenai proses di Makassar.
pengintegrasian nasional suatu Pergerakan DI/TII telah
bangsa. membawa suatu perubahan yang
Salah satu gerakan begitu besar. Gerakan ini telah
pemberontakan yang berlangsung membawa pengaruh dalam
pada masa awal kemerdekaan adalah perubahan sosial politik masyarakat
Darul Islam/Tentara Islam Indonesia Maros. Pada hakekatnya peran dan
(DI/TII). Gerakan Darul Islam partisipasi Maros pada gerakan
dipimpin oleh S. M. Kertosuwiryo di DI/TII belum sepenuhnya tampak
Jawa Barat. Gerakan ini muncul kepermukaan bahkan berkesan
sebagai akibat ketidakpuasan tampak terabaikan dalam sejarah
terhadap keputusan diplomatik gerakan ini. Oleh sebab itu penulis
perjanjian Renville pada tahun 1948, berusaha menghadirkan berbagai hal
yang kemudian mendorong mereka yang terjadi di Maros dalam
mengorganisasikan diri kedalam satu hubungan kejadian peristiwa DI/TII
kesatuan gerakan pemberontakan. di Sulawesi Selatan sebagai basis
Salah satu daerah di Sulawesi utama ruang pergerakan.
Selatan yang berperan aktif dalam
4

Berdasarkan Latar Belakang demontrasi yang dijalankan oleh


penelitian tersebut diatas, maka gerakan-gerakan sosial baik dari
Penulis merumuskan beberapa kalangan mahasiswa maupun elemen
masalah untuk keperluan masyarakat. Ini semua karena
mengungkap berbagai hal sebagai mereka peduli terhadap bangsa
berikut : (1) Bagaimana jalannya Indonesia tercinta ini. Tak bisa di
pergerakan DI/TII 1953 – 1965 di pungkiri bahwasanya gerakan-
Maros ? (2) Mengapa Maros menjadi gerakan sosial sangatlah
rebutan antara pihak Tentara berpengaruh terhadap perjalanan
Nasional Indonesia (TNI) dan perkembangan bangsa Indonesia ini.
pasukan Darul Islam/Tentara Islam Berbagai gerakan sosial
Indonesia (DI/TII) ? (3) Bagaimana dalam bentuk LSM dan Ormas
dampak sosial politik yang bahkan Parpol yang kemudian
ditimbulkan oleh gerakan DI/TII menjamur memberikan indikasi
1953– 1965 di Maros ? Adapun yang bahwa memang dalam suasana
menjadi tujuan penelitian adalah demokratis maka masyarakat
sebagai berikut: (1) Memberikan memiliki banyak prakarsa untuk
gambaran dan penjelasan tentang mengadakan perbaikan sistem yang
pergerakan DI/TII 1953 – 1965 di dianggap cacat.
Maros. (2) Memberikan penjelasan Gerakan sosial adalah suatu
mengenai faktor-faktor yang menjadi upaya yang kurang lebih keras dan
pendukung sehingga Maros menjadi teroganisir yang dilakukan oleh
rebutan antara pihak Tentara orang-orang yang relatif besar
Nasional Indonesia (TNI) dan jumlahnya, entah untuk
pasukan Darul Islam/Tentara Islam menimbulkan perubahan, atau untuk
Indonesia (DI/TII). (3) Mengetahui menentangnya (Maran, 2001: 65).
dampak sosial politik yang Suatu aliansi sosial sejumlah besar
ditimbulkan dari gerakan DI/TII di orang yang berserikat untuk
Maros. mendorong ataupun menghambat
Dewasa kini kita semua suatu segi perubahan sosial dalam
sering menjumpai aksi-aksi
5

suatu masyarakat (Jary, 1995 : 614- merupakan bagian dari Negara Islam
615). Indonesia Kartosuwiryo di Jawa
Munculnya Teori Sosiologi Barat. Pemberontakan ini yang
secara langsung dipengaruhi oleh mempengaruhi sebagian besar
faktor terjadinya revolusi politik dan daerah di Sulawesi Selatan dan
revolusi industri yang melanda Sulawesi Tenggara selama bertahun-
masyarakat Eropa terutama pada tahun dibawah kepemimpinan oleh
abad 19 dan awal abad 20. Revolusi Kahar Muzakkar.
industri menyebabkan terjadinya1. Lahirnya Gerakan Darul Islam/
birokrasi ekonomi berskala besar Tentara Islam Indonesia di
untuk memberikan pelayanan yang Sulawesi Selatan
dibutuhkan industri dan sistem Gerakan Darul Islam di
ekonomi kapitalis. Dalam sistem Sulawesi Selatan adalah sebagai
ekonomi kapitalis hanya segelintir hasil akumulasi berbagai persoalan
orang yang mendapat keuntungan dan watak khas  Sulawesi Selatan.
yang sangat besar sementara Berbagai faktor mendorong gerakan
sebagian besar orang lainnya ini muncul di Sulawesi diantaranya
meneripa upah yang rendah. Hal ini rasionalisasi Tentara yang dilakukan
menimbulkan pergolakan dan reaksi oleh petinggi APRIS. Dimana pada
menentang sistem industri dan saat itu untuk dapat bergabung dan
kapitalisme yang diikuti oleh menjadi prajurit resmi APRIS
ledakan gerakan buruh. Pergolakan (Angkatan Perang Republik
inilah yang sangat mempengaruhi Indonesia Serikat) gerilyawan
para sosiolog untuk mempelajari haruslah memiliki pendidikan formal
masalah tersebut dan berusaha keras serta memiliki kecakapan fisik yang
mengembangkan program yang mendorong, yang oleh Kolonel AH.
dapat membantu menyelesaikan Nasution  dikatakan bahwa tentara
masalah itu (Ritzer dan Douglas, itu harus profesional serta
2004 : 7). mempunyai struktur yang jelas. 
Darul Islam/Tentara Islam Faktor lain yang mendorong
Indonesia di Sulawesi Selatan munculnya Darul Islam adalah
6

faktor agama. Agama turut menjadi dididik dalam mengembangkan


“alat ampuh” dalam mengobarkan pengetahun, wawasan keilmuan,
gerakan Darul Islam semboyan siswa juga diberikan pengetahuan
gerakan ini dalam propagandanya keagamaan yang ketat. Kahar aktif
untuk mengobarkan perlawanan dalam organisasi kepemudaan.
adalah perjuangannya adalah perang Namun, pendidikan yang
suci (jihad) dalam menegakkan Daar ditempuhnya hanya tiga tahun yakni
al-islam. Dalam Islam tiga puncak sejak tahun 1938-1941. Dia tidak
ibadah yakni shalat, puasa serta dapat menyelesaikan pendidikannya
jihad. setelah menikah dengan seorang
2. Abdul Qahhar Mudzakkar dan gadis dari Solo sebelum Tahun 1940.
Perjuangan Mempertahankan Dalam kedudukan barunya,
Kemerdekaan Abdul Qahhar Mudzakkar (pada
Abdul Qahhar Mudzakkar waktu itu dinaikkan pangkatnya
bernama lengkap Abdul Qahhar ketingkat Letnan Kolonel) diberikan
Mudzakkar, lahir di Desa Lanipa, tugas mengkordinasi satuan-satuan
Kabupaten Luwu pada tanggal 24 gerilya di Indonesia Timur (meliputi
Maret 1921. Dia anak seorang petani Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan
yang cukup mampu, keluarganya Nusa tenggara). Namun sebelum
memiliki sawah dan ladang yang pasukan TNI XVI diekspedisikan ke
memadai, karena itu pada usia tujuh Indonesia Timur, Abdul Qahhar
belas tahun ia dikirim ke Surakarta Mudzakkar lebih dahulu mengirim
untuk belajar di sebuah Perguruan kordinator untuk mewakili dirinya
Islam, sebuah sekolah yang untuk mengadakan hubungan dengan
dikelolah organisasi pasukan-pasukan gerilya yang masih
Muhammadiyah. tersisa. Abdul Qahhar Mudzakkar
Lokasi Muallim mengirim orang-orang
Muhammadiyah, tempatnya kepercayaannya yaitu Letnan Satu
mengecap pendidikan berada persis Saleh Syahban dan Kopral Bahar
di jantung kota. Fasilitas pendidikan Mattaliu ke Sulawesi Selatan pada
yang disediakan pun cukup. Selain Tahun 1949 untuk mengadakan
7

konferensi gerilya se- Sulawesi Setelah pemberontakan


Selatan. KNIL di bawah pimpinan Andi
3. Gerakan Gerilya Menuju Gerakan Abdul Azis berhasil diredam,
Darul Islam/Tentara Islam anggota satuan KNIL yang terlibat
Indonesia diharuskan keluar dari wilayah
Konferensi gerilya Sulawesi Selatan agar tidak ada lagi
menunjukkan keberhasilan dalam penghalang untuk membubarkan
menyatukan semua kelompok Negara Indonesia Timur. Tanggal 17
gerilya bersenjata ke dalam formasi Agustus 1950, pemerintah Republik
angkatan bersenjata. Formasi ini Indonesia Kesatuan secara resmi
selanjutnya disebut KGSS (Kesatuan memproklamasikan bahwa eksistensi
Gerilya Sulawesi Selatan). KGSS Indonesia Serikat telah berakhir.
resmi terbentuk di akhir tahun 1949. Setelah kekalahan KNIL,
Tahun 1950, situasi politik pasukan pemerintah berusaha
dan militer di Sulawesi Selatan menguasai satuan-satuan gerilya di
diwarnai oleh banyak konflik. Sulawesi Selatan. Akan tetapi
Pasukan KNIL pimpinan Andi beberapa kebijakan pemerintah
Abdul Azis menolak ekspedisi Indonesia sebelumnya seperti
militer ke Sulawesi Selatan yang menghentikan gencatan senjata
diperintahkan Presiden Soekarno, dengan Belanda dan melanjutkan
termasuk ekspedisi pimpinan H. V. pertempuran dengan KNIL sesudah
Worang. Penolakan itu dianggap 1949 telah membuat gerilyawan
oleh Pemerintah Republik Indonesia menjadi kecewa. Terlebih lagi saat
Serikat sebagai pemberontakan Andi tuntutan mereka membentuk satu
Abdul Azis. Penolakan pasukan brigade sendiri di Sulawesi Selatan
KNIL, tidak menghentikan ekspedisi yang diberi nama brigade
militer ke Sulawesi Selatan. Hasanuddin ditolak oleh Kawilarang
Ekspedisi ini masih tetap dalam pertemuannya dengan Abdul
berlangsung sampai Andi Abdul Qahhar Mudzakkar 1 Juli 1950.
Azis menyerah. Keinginan Abdul Qahhar
Mudzakkar, untuk membentuk
8

Brigade Hasanuddin dengan semua “Saya tidak membela Belanda, saya


tidak pernah mau membela penjajah,
anggotanya merupakan anggota
sejak mulai diadakannya
gerilya diawali dengan Perundingan antara Indonesia dan
Belanda yang membuahkan
penggabungan mereka ke dalam
perjanjian Linggarjati, Renville, dan
CTN tidak kesampaian. Puncaknya KMB, saya selalu saja menyatakan
bantahan saya kepada pihak
Kahar akhirnya menolak
Soekarno, dan menyebabkan pada
penyelesaian masalah gerilya akhirnya saya memberontak
terhadap rezim Soekarno”
melalui CTN. Dia kemudian
mereorganisasi CTN menjadi TKR Dari pernyataan tersebut
(Tentara Kemerdekaan Rakyat). terungkap bahwa pemberontakan
Tanggal 7 Agustus 1953, Tentara Qahhar juga dilandasi oleh
Kemerdekaan Rakyat (TKR) kekecewaan terhadap beberapa
dialihkan menjadi Tentara Islam perundingan antara Indonesia dan
Indonesia (TII) yang diawali dengan Belanda.
Proklamasi Darul Islam yang Titik awal dari gerakan Darul
dinyatakan sebagai bagian dari Islam di Sulawesi Selatan, yaitu
Negara Islam Indonesia yang mundurnya Letkol Abdul Qahhar
didirikan oleh Kartosuwiryo di Jawa Mudzakkar dari APRIS (Angkatan
Barat. Perang Republik Indonesia Serikat).
Hal lain yang juga Tanggal 1 Juli 1950 Qahhar
menurutnya sebagai lanjutan mencopot tanda pangkat
kecurangan terhadap KMB adalah dipundaknya  serta segala simbol-
membatalkan “uni- Indonesia simbol kemiliteran, kemudian
Belanda”, secara sepihak diserahkan secara baik-baik kepada
melikuidasi modal Belanda dan Kol. AE. Kawilarang, Panglima
menasionalisasi perusahaan Belanda Territorium IV Indonesia Timur,
di Indonesia. Ketidak setujuan Abdul sejak saat itu Qahhar menyatakan
Qahhar Mudzakkar terhadap keluar dari APRIS dan bergabung
tindakan-tindakan ini bersama gerilyawan-gerilyawan
diungkapkannya: dipedalaman-pedalaman Sulawesi
Selatan.
9

Sejak menyatakan bergabung Selatan, bukan lagi sebagai bagian


dengan Darul Islam, maka dari Darul Islam Jawa Barat, yang
perjuangan dari Darul Islam pada waktu itu sudah dilumpuhkan
Sulawesi Selatan kian meluas, serta oleh TNI. Qahhar sendiri yang
mendapat respon positif baik dari menjadi Presiden/Chalifah RPII,
beberapa tokoh, maupun Organisasi dengan gelar militernya yang
Islam yang ada di Sulawesi Selatan. tertinggi ditubuh Darul Islam
Organisasi yang mendukung ialah Kolonel.
itu meskipun secara tidak langsung, Karena banyak tokoh Darul
adalah MASYUMI, Islam Sulawesi Selatan
MUHAMMADIYAH, PSII, serta menyerah  atau ditangkap,
lembaga pendidikan Islam DDI diantaranya Bahar Mataliu dan
pimpinan Anre’gurutta, H. Usman Balo menyerah, serta Nurdin
Abdurrahman Ambo Dalle. Pisok tertangkap. Akhirnya disusul
Antara tahun 1959 – 1962, dengan Sang Maestro gerakan Darul
TNI mulai berhasil menekan Islam Sulawesi Selatan, kemudian
Gerakan ini, karena disebabkan oleh menghembuskan napas terakhir
perpecahan di tubuh Gerakan Darul ditangan Kopda Sadeli, prajurit dari
Islam sendiri. Pada tahun 1962, Yon 330 Kujang I Siliwangi. Pada
Qahhar mencoba bertahan ditengah tanggal 3 Februari 1965 di Tepi
kesendiriannya, ia berusaha Sungai Lasolo’ di Desa Laiyu
merealisasikan idenya mendirikan Sulawesi Tenggara.
Negara Islam yang beliau cita- METODE PENELITIAN
citakan selama ini. Penelitian ini merupakan
Abdul Qahhar Mudzakkar penelitian sejarah yang
kemudian beserta sisa-sisa menggunakan metodologi sejarah
pasukannya kemudian dalam penyusunannya (Sjamsuddin,
memproklamasikan berdirinya 2012:14), metodologi sejarah
Republik Persatuan Islam Indonesia merupakan penyusunan konsep-
(RPII). RPII ini merupakan negara konsep dan model-model dan
Islam yang berpusat di Sulawesi pembuatan eksplanasi-eksplanasi
10

umum dan lebih rinci mengenai tipe- Maros di wilayah Sulawesi Selatan
tipe peristiwa-peristiwa dan proses- pada masa lalu dan kabupaten Maros
proses tertentu yang dapat digunakan pada masa sekarang. Penentuan
untuk menjelaskan sebab-sebab dari lokasi penelitian tersebut dengan
peristiwa dan proses-proses pertimbangan bahwa lokasi tersebut
sebenarnya. Dalam metodologi ini sebagai daerah yang mempunyai
membahas mengenai kerangka- peranan penting pada masa DI-TII
kerangka pemikiran tentang konsep- 1953-1965 karena merupakan daerah
konsep, kategori-kategori, model- yang diperebutkan antara Tentara
model, hipotesis, dan prosedur Nasional Indonesia dengan laskar-
umum yang dipakai dalam laskar pasukan DI-TII yang ada
penyusunan teori dan testing. diberbagai distrik di Sulawesi
Selanjutnya metode sejarah Selatan.
menurut Kuntowijoyo (2003:209),
Sumber data yang paling
dalam metode sejarah yaitu
utama dalam ilmu sejarah adalah
mengubah sejarah sebagai humanity
pada hakekatnya dibagi atas dua,
dengan pendekatan hermeneutics
yakni sumber data primer dan data
(menafsirkan) yang memahami
sekunder. Sumber data primer dalam
(understand, vestehen). Untuk
penelitian ini adalah arsip. Sumber
menjadi sejarah yang menerangkan
data dari arsip tersebut dapat
(explain, erklaren). Memahami
ditemukan sesuai dengan zaman
seseorang berarti mengerti ’’dari
terjadinya peristiwa.
dalam’’ berdasar makna subjektif’’
dan menerangkan dari luar dengan Teknik pengumpulan data
menggunakan bahasa ilmu dalam sejarah disebut heuristik,
(hubungan-hubungan kausal). dimana kegiatan ini dapat membantu
Lokasi penelitian ini merupakan sejarawan untuk mencari jejak-jejak
kajian peristiwa sejarah, yakni peristiwa yang terjadi pada masa
mengenai Maros Pada Masa DI-TII lalu. Teknik analisis data yang
1953-1965, yang mana peristiwa digunakan adalah kritik sumber,
tersebut yang terletak di distrik interpretasi, dan historiografi.
11

HASIL PENELITIAN dimanapun mendarat di Mandai


Kedudukan Maros yang dianggap (Maros) dulu”.

sangat strategis seringkali menjadi Peran Maros juga nampak


rebutan kekuasaan, bukan hanya dalam proses gerakan para
oleh kerajaan-kerajaan yang berada gerilyawan (KGSS) pada awal mulai
disekitarnya pada masa merumuskan tuntutan-tuntutannya.
pemerintahan kekaraengan berlaku Pada bulan Desember 1949,
tetapi juga bagi para diadakan konferensi di Maros yang
gerilyawan-gerilyawan dihadiri oleh semua komandan
(pemberontak) pasca proklamasi Batalyon, yang menghasilkan dua
kemerdekaan RI. Sejarah yang keputusan penting, yaitu: (1)
menyebutkan munculnya pembentukan KGSS dengan
gerilyawan-gerilyawan yang komandannya adalah Saleh Syahban
dipimpin oleh Abdul Kahar dan Mustafa sebagai kepala staf dan
Muzakkar di Maros menandakan (2) mengusulkan kepada pemerintah
posisi Maros yang dianggap pusat di Jakarta agar supaya KGSS
memiliki peranan sangat penting dijelmakan menjadi satu divisi (yang
pada masa itu. diberi nama) Hasanuddin dan
Dimulai dari penyelesaian menetapkan overste Abdul Kahar
konflik antara APRIS dan KNIL, Mudzakkar sebagai komandan
Maros (khususnya di wilayah divisi.
Mandai) menjadi tempat paling Menyikapi sikap tegas Abdul
penting. Sebagaimana yang Kahar Mudzakkar tersebut, maka
dikatakan oleh Dg. Esa : pada hari yang sama pula Panglima
“waktu terjadinya pertempuran besar Komando Tentara Territorium
di Ujung Pandang, orang-orang yang Indonesia Timur mengeluarkan
datang dengan pesawat dari jakarta
hanya bisa mendarat di Lapangan sebuah pernyataan politik yang
Mandai. Dari sana barulah mereka dikenal dengan Dekrit Kawilarang.
bisa menuju tempat lain dengan Isi dekrit ini menegaskan bahwa
mobil. Banyak orang-orang penting
semua personil KGSS dan lain-lain
dari luar yang ingin ke Ujung
Pandang, Pare-pare, Bone atau organisasi gerilya di luar APRIS
12

dibubarkan dan segala usaha untuk Seperti yang dinyatakan oleh


melanjutkan atau menghidupkan H. Lahami Dg Paranrengi pada
kembali organisasi gerilya dilarang. wawancara tanggal 28 April 2015:
Selama berada di hutan, “... kalau malam biasanya
gerombolan (pasukan DI/TII) datang
pasukan DI/TII memperkuat posisi
kerumah-rumah warga. Mereka
dengan cara melakukan reorganisasi diberi makan, tapi tidak memaksa.
Cuma warga takut. Biasanya kalau
(penataan kembali) kesatuan-
makan dirumah warga ada satu
kesatuan ketentaraannya. Seperti orang jaga, kalau ada anggota TNI
biasanya mereka langsung sembunyi
yang diungkapkan oleh Dg. Duddin
di Rakkeang..”
dirinya bertemu pertama kali dengan
Sebenarnya gerakan DI/TII
Nurdin Pisok ketika Nurdin bersama
di bawah pimpinan Abdul Qahhar
beberapa anggotanya (waktu itu
Mudzakkar memiliki perangkat-
masih beberapa orang) lari dari
perangkat yang lengkap dalam
Ujung Pandang dan bersembunyi di
melakukan mobilisasi gerakan.
Hutan. Dia sempat diminta
Kaitannya dengan upaya reformasi
menyembunyikan sebuah Mobil
Divisi Hasanuddin, Abdul Qahhar
yang dirampas oleh Nurdin Pisok di
Mudzakkar telah membentuk dan
hutan bambu. Untuk beberapa saat
melantik Divisi/KW I Hasanuddin
Nurdin Pisok dan beberapa
untuk wilayah Sulawesi Utara,
anggotanya tersebut menetap di
Tengah, dan Tenggara dibawah
hutan di daerah Pa’lengukang hingga
pimpinan Syamsul Bachri Fatta, dan
akhirnya meninggalkan tempat
Divisi/KW II 40.000 untuk Sulawesi
persembunyiannya setelah anggota
Selatan di bawah pimpinan M. Bahar
mereka sudah bertambah banyak.
Mattalioe.
Dari pernyataan ini dapat
disimpulkan bahwa Nurdin Pisok Pada tahun 1953 sampai
saat itu telah melakukan reorganisasi dengan 1965 Maros merupakan
anggota yang kemudian dipersiapkan salah satu wilayah basis pertahanan
sebagai Tentara Islam Indonesia. DI/TII. Menurut H. Lahami Dg
Paranrengi, tokoh-tokoh gerilyawan
DI/TII di Maros antara lain Andi
13

Toeng, Usman Balo dan Nurdin Cenrana masih bagian dari


Pisok. Saat itu kelompok gerilyawan Kecamatan Camba.
juga dikenal dengan istilah Momok Wilayah bagian Selatan dari
Hitam. Sulawesi Selatan dikuasai oleh satu
Pasukan DI/TII menguasai Resimen Darul Islam yang dibagi
hampir setengah wilayah Maros. kedalam empat Batalyon, yakni Yon
Seperti yang dipaparkan oleh I berkedudukan di Maros, Yon II
H.Lahami Dg Paranrengi: berkedudukan di Pangkajene, Yon
“Gerombolan DI/TII menguasai III berkedudukan di Jeneberang
separuh daerah maros kecuali kota (Gowa), Yon IV berkedudukan di
(dikuasai oleh Jawa). Mulai dari Takalar/Turatea.
daerah Pappandangeng sampai Batalyon I yang
Tompobulu. Selain itu, Gerombolan berkedudukan di Bonto Somba,
DI/TII juga menguasai Pakkasalo Tanralili, Maros, dipimpin oleh
dan Pakere. Tokoh DI/TII di Mayor Nurdin Pisok, disinilah
Pakkasalo adalah dg. Songko dan di dikendalikan pemerintahan Militer
Pakere oleh dg. Awing” dan sipil Darul Islam. Kedudukan
Dari struktur daerah, di Nurdin Pisok sebagai Komandan
Maros terdapat dua wilayah yang Batalyon juga diperkuat dengan
secara penuh menjadi basis pernyataan Andi Muhammad Ilyas:
perjuangan dan perekrutan anggota “Maros masuk dalam batalion
DI/TII karena letak wilayahnya yang 40.000 dibawah pimpinan Nurdin
strategis. Dua wilayah itu adalah Pisok. Biasanya kami sekali-kali
Camba dan Moncongloe. dipanggil ke Masale’ untuk
Status wilayah camba menghadiri pertemuan dengannya.
sekarang berbeda dengan dulu. Pada Disitulah biasa berkumpul semua
masa pemberontakan Darul tokoh DI/TII dari masing-masing
Islam/Tentara Islam Indonesia daerah di Maros”
(DI/TII), wilayah camba belum Pada mulanya pasukan Abdul
mengalami pemekaran. Mallawa dan Qahhar Mudzakkar menguasai
bagian besar daerah-daerah
14

pedesaan, dengan mengisolasi terhadap masyarakat. Hal ini sangat


tentara-tentara di kota-kota kecil dan meresahkan dan menjadikan
kota-kota besar. Usaha tentara untuk masyarakat senantiasa hidup dalam
menjaga agar jalan-jalan raya tetap ketakutan. Situasi demikian
terbuka menjadi sia-sia. Perjalanan menjadikan masyarakat Maros tidak
melalui jalan raya mungkin dapat bisa melakukan aktivitas secara
dilakukan tetapi dengan pengawalan bebas. Mereka memilih bersembunyi
pasukan bersenjata. Jalan satu- dan vakum sementara dari pekerjaan
satunya yang mungkin aman dilalui sehari-hari mereka. Terbatasnya
adalah jalur laut. Rombongan melakukan aktivitas sosial dalam
pemerintahpun yang melakukan kemasyarakatan menjadikan mereka
perjalanan ke Bone terpaksa melalui menjadi individualis.
jalur laut karena jalan-jalan raya Ketatnya penegakan syariat
dipedalaman tidak dapat dilalui. Islam sebagai aturan yang ditetapkan
Maros adalah daerah yang oleh Darul Islam juga dipertegas
berada pada posisi strategis yang oleh A. Muhammad Ilyas (seorang
merupakan gerbang penghubung narasumber yang merupakan mantan
antar daerah-daerah di Sulawesi anggota DI/TII), dia mengatakan
Selatan, termasuk Makassar dan bahwa saat itu aturan yang
Bone. Maros juga sebagai tempat diterapkan sangat ketat apalagi bagi
persinggahan. Menguasai maros perempuan. Mereka diwajibkan
berarti menguasai daerah yang menutup aurat (mengenakan
menjadi kunci penghubung antara kerudung) sebagaimana yang
masyarakat daerah dan masyarakat diperintahkan dalam Al-Qur’an. Jika
yang ada dipusat pemerintahan ditemukan ada wanita yang
Makassar. melakukan pelanggaran, para
Tindakan beberapa eksekutor yang telah ditunjuk oleh
gerombolan pada masa DI/TII di pasukan DI/TII siap memberikan
Maros dikenal sangat sadis. Mereka sanksi.
beberapa kali melakukan Selain aturan mengenakan
pembunuhan dan perampokan jilbab/kerudung bagi perempuan,
15

penegakan syariat Islam secara mundur DI/TII dan menembak mati


menyeluruh juga ditunjukkan dengan Kahar Muzakkar.
tata cara ibadah. Sebagai mana yang Secara otomatis, setelah
selanjutnya dijelaskan oleh A. Kahar dikabarkan tewas tertembak
Muhammad Ilyas (hasil wawancara): ditangan pasukan TNI, anggota-
“... Darul Islam sebagai organisasi anggota DI/TII yang bergerilya di
yang menginginkan terbentuknya hutan menjadi patah arah. Satu
negara Islam benar-benar persatu dari mereka keluar dari hutan
menetapkan aturan yang ketat dan menyerahkan diri kepada TNI,
terhadap pergaulan di masyarakat. tak terkecuali di daerah Maros.
Salah satu contohnya adalah saat itu inilah awal kehidupan di Maros yang
cara takbir saat melakukan shalat bebas dari gerakan DI/TII.
pun harus mengikuti aturan Islam KESIMPULAN
yang benar” Berdasarkan analisis hasil
penelitian yang telah dilakukan
Langkah terakhir yang sebelumnya, maka kesimpulan yang
dilakukan pemerintah adalah dengan dihasilkan pada penelitian ini adalah
jalan konfrontasi. Tahun 1962 sebagai berikut:
dibentuklah kesatuan Operasi
1. Maros memiliki peranan
dengan nama “Operasi Tumpas”.
yang sangat penting pada
Didalam operasi ini juga
masa pemberontakan DI/TII
dirangkaikan dengan komando
karena letak daerahnya yang
operasi bernama Operasi Kilat yang
strategis. Posisi Maros ibarat
dipimpin langsung oleh Pangdam
pintu masuk yang
XIV Hasanuddin Brigjen Andi
menghubungkan beberapa
Muhammad Yusuf. Gencarnya
daerah yang ada di Sulawesi
operasi penumpasan yang dilakukan
Selatan, terutama daerah-
di wilayah Sulawesi Selatan
daerah penghasil pangan
akhirnya membuat posisi Kahar
seperti Bone, Soppeng,
semakin terdesak. Hingga akhirnya
Palopo, Pangkep dan Wajo.
operasi tumpas mampu memukul
16

Maros juga sebagai tempat wilayah itu adalah Camba


persinggahan. Menguasai dan Moncongloe.
Maros berarti menguasai 2. Bagi DI/TII wilayah Maros
daerah yang menjadi kunci berada pada posisi yang
penghubung antara sangat strategis untuk
masyarakat daerah dan memudahkan langkah
masyarakat yang ada dipusat perjuangan mereka
pemerintahan Makassar. kedepannya. Tempat ini juga
Selama kurung waktu 1953 beberapa kali dijadikan
sampai dengan 1965. Maros tempat berkumpulnya kompi-
merupakan salah satu kompi dari setiap batalyon
wilayah basis pertahanan yang akan beroperasi untuk
DI/TII dengan beberapa meneruskan perjuangan
tempat operasi. Pasukan mereka. Pasukan DI/TII
DI/TII menguasai hampir menggunakan sistem
setengah wilayah Maros pertahanan yang berpindah
seperti daerah dari satu tempat ke tempat
Pappandangeng sampai lain sebagai satu taktik yang
Tompobulu, Pakkasalo, paling ampuh dalam
Pakere, Laiya, Camba, mendukung gerakan DI/TII.
Moncongloe, Masale, Leang- Kondisi wilayah Maros
leang, Lau, dan Marana. (Camba) dengan medan yang
Namun dari struktur daerah dipenuhi lereng-lereng yang
di Maros, terdapat dua curam membantu DI/TII
wilayah yang secara penuh dapat bertahan lama di
menjadi basis perjuangan dan wilayah ini. Selain wilayah
perekrutan anggota DI/TII bergunung-gunung, Maros
karena keadaan alamnya memiliki wilayah dengan
yang bergunung-gunung dan banyak hutan lebat yaitu
banyak hutan lebat. Dua Moncongloe. Berbeda
dengan gerakan
17

pemberontakan DI/TII yang sebab roda pemerintahan


berlangsung di Camba, semakin sulit dijalankan
gerakan DI/TII di karena daerah itu menjadi
Moncongloe lebih dikenal tidak lagi sepenuhnya berada
sebagai gerakan di bawah pemerintahan RI
pemberontakan yang brutal melainkan di bawah
dengan banyak melakukan kekuasaan DI/TII.
kekacauan. Berakhirnya gerakan DI/TII
3. Keberadaan pasukan DI/TII di Maros diawali dengan
membawa banyak dampak dikabarkannya Kahar
khususnya di Kabupaten Muzakkar tewas tertembak
Maros yang menjadi salah ditangan pasukan TNI.
satu wilayah teritorial Secara otomatis, anggota-
gerakan ini. Di Bidang sosial anggota DI/TII yang
Politik kehadiran DI/TII bergerilya di hutan menjadi
menimbulkan keresahan dan patah arah. Satu persatu dari
ketidakamanan bagi mereka keluar dari hutan dan
masyarakat. Saat itu, menyerahkan diri kepada
masyarakat Maros TNI, tak terkecuali di daerah
mengalami berbagai kondisi Maros. inilah awal kehidupan
yang sangat memprihatinkan di Maros yang bebas dari
akibat tindakan-tindakan gerakan DI/TII.
yang dilakukan oleh pasukan
B. Saran
DI/TII. Menurut Anhar
Gongngong gerakan Darul Berdasarkan kesimpulan
Islam/Tentara Islam yang telah dikemukakan tersebut,
Indonesia yang dipimpin oleh maka ada beberapa saran yang perlu
Kahar Muzakkar juga peneliti kemukakan sebagai
menimbulkan kekacauan rekomendasi dalam penelitian ini,
dalam bidang pemerintahan yaitu:
di distrik yang dikuasainya
18

1. Sejarah Maros pada masa DI/TII


telah memberikan gambaran bagi DAFTAR RUJUKAN
kita bagaimana keadaanA. Badan Arsip Nasional Republik
masyarakat Maros pada masa itu, Indonesia
diawali dengan mudahnya
Arsip Nasional Republik Indonesia
masyarakat menerima segala
1950-1960
bentuk gerakan yang
Sura Kepala Kampung Makkaraeng No.
mengatasnamakan agama (Islam)
merupakan satu kelemahan 23. Badan Perpustakaan dan Arsip
karena mereka tak pernah Daerah. Inventaris Maros Vol. I
memahami dampak yang akan Tahun 1950-1959
ditimbulkan dari sebuah gerakan
radikal semacam itu. Oleh karenaB. Sumber Buku dan Artikel
itu, belajar dari sejarah ini kita
Jary. Julia  dan Jary. David. 1995.
sebaiknya mulai menanamkan
Collins Dictionary of Sociology, Ed.
rasa Nasionalisme di jiwa
II. London : Harper Collins
generasi muda kita, sebab dengan
Publisher
rasa Nasionalisme yang kuat akan
melemahkan rasa
fanatisme
Kuntowijoyo. 2003. Pengantar Ilmu
terhadap agama, suku maupun
Sejarah. Yogyakarta: Bentang
golongan.
2. Sebaiknya pembelajaran sejarah Maran, Rafael Raga . 2001.
lokal bagi anak didik sering Pengantar Sosiologi Politik.  Jakarta
diberikan agar mereka tak hanya : Rineka Cipta
menguasai sejarah nasional
Markas Besar TNI. 2000. Sejarah TNI
melainkan juga sejarah daerahnya
sendiri. Jilid I (1945-1949). Jakarta: Pusat

3. Sebaiknya pemerintah menjaga Sejarah Dan Tradisi TNI


dan melastarikan aset-aset yang
Ritzer, George dan Douglas J. 2004. Teori
bernilai sejarah terutama sejarah Sosiologi Modern. Jakarta : Kencana
lokal.
19

Sjamsuddin, Helius. 2012. Metologi


Sejarah. Yogyakarta: Ombak

C. Narasumber Wawancara

1. Nama : H. Lahami Dg. Parenrengi


Usia : ± 86 Tahun
Pekerjaan : Anggota Veteran
Alamat :Lingkungan Kassi Kelurahan
Pettuadae Kecamatan Turikale Kab.
Maros
Status/Peranan (1953-1965) : Warga Masyarakat
Tanggal Wawancara : 28 April 2015
Pukul : 20.00 WITA
2. Nama : A. Muhammad Ilyas
Usia : ± 73 Tahun
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Alamat : Desa Laiya Kecamatan Cenrana
Maros
Status/Peranan (1953-1965) : Mantan Anggota DI/TII di wilayah
operasi
Laiya
Tanggal Wawancara : 14 Mei 2015
Pukul : 15.30 WITA
3. Nama : Dg. Esa
Usia : ± 85 Tahun
Pekerjaan :-
Alamat : Mandai
Status/Peranan (1953-1965) : Warga Masyarakat
Tanggal Wawancara : 2 Mei 2015
20

Pukul : 16.30 WITA

Anda mungkin juga menyukai