Anda di halaman 1dari 2

4. A.

Food Transfer

Dalam situasi darurat, masyarakat sangat tergantung pada bantuan luar untuk mendapatkan
pangan dan gizi. Rancangan bantuan pangan yang berkaitan dengan jumlah dan macam pangan
yang sesuai dengan kebutuhan korban (termasuk antropologi gizi).
Selain jenis makanan, sasaran yang memerlukan bantuan juga merupakan aspek yang perlu
diperhatikan dengan seksama. korban bencana alam dan konflik atau layanan gizi dalam
kedaruratan (GDK), Pertarna menyelamatkan kehidupan para korban agar keluar dari krisis
melalui bantuan Food for Life, dan kedua membantu kelompok masyarakat yang paling rawan
dalam waktu kritis dalam kehidupannya melalui bantuan Food for Growth.
Dua pendekatan dalam GDK perlu dipertimbangkan dengan baik, pendekatan tersebut adalah:
1). diketahui pangan yang tersedia, kemudian ditentukan sasaran yang tepat atau yang
memerlukan bantuan,
2). diketahui sasaran yang memerlukan (target), kemudian dicarikad diupayakan pangan yang
sesuai dengan sasaran, baik dari aspek gizi, sosial budaya, ekonomi, dll.
Aspek yang perlu dipantau mencakup siapa, membutuhkan apa, menerima apa, dalam jurnlah
berapa, bagaimana kondisi pangan saat dibagikan, daya terima masyarakat, dll. Bantuan pangan
diberikan dalam bentuk bahan makanan, atau masakan yang disediakan oleh dapur umum.
Bantuan pangan bagi kelompok rentan diberikan dalam bentuk khusus.
Standar Minimal Bantuan :
a. Bahan makanan berupa beras 400 gram per orang per hari atau bahan makanan pokok lainnya
dan bahan lauk pauk.
b. Makanan yang disediakan dapur umum berupa makanan siap saji sebanyak 2 kali makan
dalam sehari.
c. Besarnya bantuan makanan (poin a dan b) setara dengan 2.100 kilo kalori.

B. Cash and voucher transfer

Cash and Voucher transfer adalah salah satu bentuk program dalam operasi pemulihan untuk
terus membantu dan memberikan pelayanan kepada masyarakat pasca bencana melalui berbagai
model bantuan berbasis tunai. Dalam membantu operasi pemulihan ini bantuan difokuskan untuk
memenuhi keperluan dan membeli berbagai kebutuhan bahan bangunan, peralatan rumah tangga
dan elektronik.

Seperti mendistribusikan voucher yang akan tersebar di beberapa wilayah terkena dampak pasca
bencana.Setiap kepala keluarga diberikan bantuan voucher yg bernilai mata uang rupiah yg telah
ditentukan dan bisa ditukarkan di beberapa lokasi vendor pertokoan yang sudah bekerja sama
dengan lembaga yg menyalurkan bantuan sebagai penyedia bahan untuk kebutuhan  masyarakat
korban bencana.
Dalam proses penyaluran bantuan semua ini dilakukan melalui sistem elektronik bantuan
berbasis tunai dimana si penerima manfaat dapat menerima secara langsung melalui proses
transaksi debit ke rekening penerima  tersebut yang nantinya akan ditukarkan di vendor.Model
bantuan berbasis tunai ini juga menjadi tren yang dianggap paling efektif dan efisien dalam
proses penyaluran bantuan sosial.

C. Livelihood

Livelihood merupakan fase penghidupan kembali pasca bencana, aktivitas utama ditargetkan untuk
memulihkan kondisi tata kehidupan dan penghidupan masyarakat menjadi lebih baik (build back better)
meskipun dengan segala keterbatasan. Dalam proses penguatan pemulihan social ekonomi bagi
kelompok masyarakat dan bagaimana perbaikan kebijakan oleh pemerintah daerah secara berjenjang
yang menjamin hak korban dalam proses rehabilitasi dan rekontruksi khususnya pada kluster livelihood.
Indicator penerimaan manfaat dalam hal ini adalah masyarakat yang paling terdampak ,seperti
kehilangan tempat tinggal,kehilangan asset lain ( rumah tangga,produksi) ,kehilangan mata pencaharian
dan pendapatan rendah). Mendorong perbaikan kebijakan diantaranya adalah bagaimana memastikan
roadmap rehabilitasi dan rekontruksi khususnya pada bidang akses pemulihan livelihood
terimplementasikan dalam kebijakan anggaran serta mekanisme implementasi kebijakan anggaran
dalam pengelolaan kebencanaan memberikan jaminan terhadap penguatan livelihood dan pemenuhan
hak dasar korban terdampak.

Anda mungkin juga menyukai