Anda di halaman 1dari 1

2016, Inflasi Terkendali Sesuai Target

Indeks harga konsumen (IHK) Kaltim pada Desember lalu sesuai dengan prediksi Kantor Perwakilan
(KPw) Bank Indonesia (BI) Kaltim, yakni inflasi sebesar 1,04 persen (mtm). Angka ini meningkat
dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami inflasi 0,21 persen (mtm).
Kepala KPw BI Kaltim Muhamad Nur mengatakan, peningkatan inflasi Kaltim Desember lalu sesuai
dengan pola historisnya. Yakni, bulan ini berada di atas level inflasi nasional sebesar 0,42 persen
(mtm). Dengan perkembangan tersebut, inflasi tahunan Kaltim periode Desember 2016 sebesar 3,39
persen (yoy), meningkat dibandingkan inflasi tahunan Kaltim periode sebelumnya.
Kondisi serupa juga terjadi pada inflasi tahun kalender (Januari-Desember) yang meningkat dari 3,33
persen (ytd) pada November lalu. Nur mengatakan, inflasi Kaltim tahun lalu merupakan capaian inflasi
terendah dalam kurun waktu lima tahun terakhir.
Berdasarkan kota pembentuknya, lanjut Nur, Samarinda mengalami inflasi sebesar 0,87 persen (mtm)
atau secara tahunan sebesar 2,83 persen (yoy). Sementara itu, Balikpapan mengalami inflasi sebesar
1,26 persen (mtm) atau secara tahunan sebesar 4,13 persen (yoy).
Nur mengatakan, secara umum komoditas bahan makanan menjadi penyebab utama inflasi pada kedua
kota tersebut. Terutama komoditas daging ayam ras dan layang. “Selanjutnya, kenaikan tarif angkutan
udara dan tarif pulsa ponsel juga menjadi salah satu penyebab tekanan inflasi pada kedua kota
tersebut,” beber Nur.
Dia menjabarkan, dilihat dari komponen pembentuknya, kelompok administered priceatau komoditas
yang harganya ditetapkan pemerintah, mengalami inflasi sebesar 0,39 persen (mtm) atau 5,89 persen
(yoy). Diikuti oleh kelompok volatile foods sebesar 0,27 persen (mtm) atau 1,81 persen (yoy), dan
terakhir kelompok core yang mengalami inflasi sebesar 0,13 persen (mtm) atau 3,11 persen (yoy).
Pada kelompok bahan makanan, Nur menyebut, daging ayam ras dan ikan layang menjadi komoditas
penyumbang inflasi tertinggi pada bulan ini yang disebabkan adanya lonjakan permintaan menjelang
Natal dan pergantian tahun. Kemudian, peningkatan tarif angkutan udara turut mendorong laju inflasi
pada kelompok administered priceseiring dengan momen libur panjang akhir tahun. “Di sisi lain,
kelompok inti mampu menahan terjadinya laju inflasi lebih dalam, terutama pada kelompok emas
perhiasan, air kemasan dan gula pasir,” sebut dia.
Secara umum, lanjut Nur, inflasi tahun lalu relatif terkendali dan sesuai dengan target inflasi nasional,
yaitu 4 persen plus minus 1 persen (yoy). Pencapaian ini menurut dia, merupakan buah hasil koordinasi
kebijakan pemerintah daerah bersama TPID serta Bank Indonesia dalam upaya pengendalian inflasi
yang berfokus pada upaya menjaga ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi, peningkatan
kualitas infrastruktur, dan sarana logistik serta menjaga ekspektasi inflasi.
Sementara itu, rendahnya pencapaian inflasi tahun lalu juga disebabkan oleh faktor perlambatan
ekonomi yang berdampak pada penurunan tingkat permintaan masyarakat. “Hal ini terkonfirmasi dari
hasil survei konsumen yang dilakukan oleh BI Kaltim,” ujar dia.

Anda mungkin juga menyukai