Anda di halaman 1dari 1

PAKAIAN ADAT JAWA TENGAH

Nama : 1. Niko Arif Darmawan


2. Melinda Ratna Duhita
Kelas : VIII C

Bisa dikatakan, pakaian adat Jawa Tengah yang resmi adalah pakaian Jawi Jangkep.
Pakaian ini didominasi oleh warna hitam pada atasannya dan digunakan oleh pria. Pasangan
dari pakaian ini adalah Kebaya Jawa Tengah. Sehingga para wanita yang menyertai
pasangannya saat acara resmi mengenakan pakaian Jawi Jangkep.

Kebaya Jawa Tengah tentunya memiliki keunikan tersendiri. Dengan tampilan yang
tampak klasik namun berkelas, kebaya Jawa Tengah sedikit menyimpan kesan misterius.
Kebaya Jawa Tengah seringkali digunakan oleh mempelai wanita dalam acara pernikahan.
Agar tampak mewah dan muncul aura ratu, bahan yang dipilih merupakan bahan beludru atau
kain sutera. Sedangkan untuk kegiatan sehari-hari, kain yang digunakan adalah kain katun atau
bahkan nilon tipis agak transparan yang dihiasi dengan sulaman atau bordiran. Pada umumnya
kebaya ini berwarna hitam. Keelokan kebaya diselaraskan dengan bentuk tubuh wanita yang
sedap di mata sehingga perlu stagen untuk mengencangkan bagian perut dan pinggang. Agar
stagen tidak terlihat dari luar, diperlukan tapih tanjung. Di bagian bawah, para wanita Jawa
Tengah mengenakan kain panjang yang disebut jarik. Kain jarik ini bermotif batik. Untuk
jaman sekarang, tidak sedikit kebaya yang didesain dengan warna yang beragam dan lebih
trendi karena tingginya minat masyarakat. Terlebih saat ini sudah mulai banyak kebaya yang
diperuntukkan untuk wanita berhijab, tentu memerlukan penyesuaian agar dapat menutup aurat
dengan sempurna.

Untuk pakaian pria berupa beskap hitam yang disertai motif bunga keemasan di bagian
tengahnya. Beskap ini berkerah agak tinggi dan tidak memiliki lipatan. Di lehernya, pria Jawa
Tengah mengenakan untaian bunga melati yang dikalungkan. Bagian depan dan belakang
sebelah bawah baju Jawi Jangkep ini sengaja dibuat tidak simetris. Bagian depan dibuat lebih
panjang dibandingkan bagian belakang sebagai antisipasi untuk menyimpan keris. Peletakan
keris di belakang bermakna agar manusia dapat menolak segala rupa godaan setan dan keris
merupakan simbol perlawanan. Baju Jawi Jangkep tersebut diselaraskan dengan kain jarik
panjang yang dikenakan dengan cara melilitkannya di pinggang. Sebagai penyempurna,
digunakan penutup kepala berupa blangkon. Arti penggunaan blangkon sendiri untuk
menunjukkan bahwa laki-laki yang memakainya adalah laki-laki yang menutupi aib. Kancing
yang terpasang di dalam beskap memberikan isyarat agar pria Jawa Tengah selalu bertindak
cermat dan penuh perhitungan dalam melakukan segala sesuatu.

Anda mungkin juga menyukai