Anda di halaman 1dari 3

bagaimana eksistensi Hukum Islam sebagai sistem hukum di Indonesia dan

bagaimana implementasi Hukum Islam sebagai sistem hukum di Indonesia?

Hukum Islam merupakan salah satu sistem hukum Indonesia. Selain hukum Islam,
hukum Barat juga dikenal dengan sistem hukum Barat, dan common law juga
dikenal sebagai sistem hukum common law. Sistem hukum Islam dikenal dengan
pembagiannya berdasarkan subsistem seperti perkawinan dan perkawinan
(perjanjian) dalam hukum Islam dan perkawinan (persatuan) dalam hukum Islam.
Hal yang sama dapat dilihat dalam sistem hukum Barat yang dikenal dengan istilah
perkawinan hukum Barat dan perikatan (pengaturan) hukum Barat. Hal yang sama
dapat dilihat pada sistem common law, yang membolehkan perkawinan di bawah
common law dan pertunangan (arrangement) di bawah common law. Hukum Islam
berkembang pesat, khususnya di bidang Syari'ah (Fiqh), tetapi masalah ibadah telah
diperbaiki atau tidak berubah dari waktu ke waktu. Masalah ibadah seperti shalat
lima waktu, puasa, dan membayar zakat telah berkembang dari awal. Agama dan
hukum Islam tidak berubah karena mengatur hubungan antara Muslim dan Allah
SWT (Habluminallah). Padahal, seperti halnya ekonomi Syariah seperti Bank
Syariah, Pegadaian Syariah, Lembaga Keuangan Mikro Syariah, Asuransi Syariah,
perkembangan sektor Syariah menunjukkan tren yang pesat. Misalnya, Bank
Syariah adalah contoh pertumbuhan ekonomi Syariah yang hidup berdampingan
dengan sistem perbankan tradisional dalam menjalankan operasi dan fungsi
perbankan. Argumentasi ini menunjukkan bahwa keberadaan hukum Islam sebagai
sistem hukum nasional telah berkembang dan diterima sebagai sistem hukum
nasional yang berperan dalam pembentukan hukum nasional. Secara khusus,
hukum Islam yang diperkuat dengan peradilan agama yang diatur dengan
peraturan perundang-undangannya sendiri, diatur pada tataran konstitusional
sebagai salah satu peradilan menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (Pasal 24 ayat 2), dan hal yang sama berlaku untuk hukum
domestik tentang pengelolaan zakat, pengelolaan haji, donasi, surat berharga
Syariah pemerintah (sukuk), dll. Keberadaan hukum Islam sebagai salah satu sistem
hukum nasional berarti bahwa hukum Islam akan terus terjaga kelangsungan,
keberadaan dan fungsinya dalam sistem hukum domestik Indonesia. Penegakan
hukum Islam banyak ditemukan dalam peraturan perundang-undangan sebagai
hukum positif di Indonesia. Misalnya, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan dan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Bank Umum
Syariah memiliki perbedaan mendasar dalam pelaksanaan kedua peraturan
perundang-undangan tersebut. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan menentukan penegakan hukum Islam secara mutlak, dan Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Bank Syariah dibatasi dalam arti Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 yang menentukan. Ditetapkan secara (relatif).
“Perkawinan adalah sah jika diperjanjikan menurut hukum semua agama dan
kepercayaan” (Pasal 2 (1)). Ketentuan Pasal 2 ayat (1) di atas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), kawin di luar hukum semua agama atau
kepercayaan sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945. Ditegaskan bahwa tidak
ada hubungannya. Hukum agama atau kepercayaan. Termasuk di dalamnya
ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku bagi kelompok agama dan
kepercayaan, sepanjang konsisten atau tidak diatur dalam undang-undang ini.
Pembahasan mengenai perkawinan tersebut di atas menunjukkan bahwa, hukum
positif yakni Undang Undang No. 1 Tahun 1974 mengembalikan pengaturan
perkawinan untuk dikatakan sah kepada hukum masing masing agamanya dan
kepercayaannya, yang berarti bahwa bagi calon mempelai beragama Islam harus
melakukan perkawinan menurut ketentuan Hukum Islam. Tidak dilaksanakannya
Hukum Islam dalam pelaksanaan perkawinan tersebut, akan berakibat terhadap
keabsahan perkawinan itu. Undang Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah, menunjukkan implementasi Hukum Islam yang bersifat terbatas, oleh
karena Perbankan Syariah bersifat umum dan tidak secara khusus ditujukan kepada
nasabah beragama Islam; Perbankan Syariah terbuka bagi nasabah non Muslim.
Demikian pula di dalam Perbankan Syariah, yang diangkat dan dimasukkan ke
dalam aturan hukum positif Perbankan Syariah, hanyalah nilai nilai Islam.
Berdasarkan penjelasan di atas, yang digali dan diangkat dari Hukum Islam
hanyalah sebatas sejumlah nilai Islam (Syariah), seperti nilai keadilan, nilai
kemanfaatan, nilai keseimbangan dan nilai keuniversalan. Beberapa dari nilai-nilai
ini dikenal di yurisdiksi lain, dan lebih dari itu, nilai-nilai universal adalah nilai-nilai
yang mendasari operasi terbuka bank syariah. Artinya, terbuka untuk semua agama,
semua suku, semua daerah, dan sebagainya. Perkembangan hukum domestik
berdasarkan tatanan hukum domestik merupakan suatu proses panjang dimana
suatu tatanan hukum dapat mempengaruhi atau menentang tatanan hukum yang
lain. Pada akhirnya, sistem hukum yang berlaku dan ideal adalah beberapa
kombinasi atau campuran dari sistem hukum tersebut. Selama ini sistem hukum
Islam telah berperan penting dalam melengkapi sistem hukum nasional yang
ditandai dengan lahirnya banyak peraturan perundang-undangan baru. Hukum Islam
karena Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang PT mengatur bahwa
“perusahaan yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip Syariah harus
membentuk Dewan Pemeriksa Syariah selain komite”, juga terpengaruh (Pasal 109,
Ayat 1)).

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka ditarik kesimpulan-kesimpulan sebagai


berikut :
1. Keberadaan hukum Islam sebagai sistem hukum Indonesia telah berkontribusi
pada pembentukan sistem hukum domestik yang ditandai dengan banyak peraturan
perundang-undangan, seperti UU Perkawinan Tahun 1974 No. 1 dan UU No. 1.
persawahan. Nilai-nilai Syariah, termasuk berlakunya Undang-Undang Perbankan
Syariah Nomor 21 Tahun 23 Tahun 2006 dan 2008 Tentang Pengelolaan
Kependudukan, dan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 Tentang Perubahan
Kedua Hukum Agama, banyak dari peraturan perundang-undangan tersebut dan
mencerminkan prinsip. pengadilan.
2. Penerapan syariat Islam lebih terfokus pada umat Islam, namun terbuka peluang
bagi non-Muslim untuk berpartisipasi dan berperan sebagai berikut: Bank Syariah
terbuka untuk semua agama, semua suku, dll. Pelaksanaannya dibatasi, berbeda
dengan pelaksanaan di bidang ibadah, termasuk hukum perkawinan Islam, yang
harus mengacu pada ketentuan syariat Islam. Implementasi ini menunjukkan peran
hukum Islam dan berbeda dengan sistem hukum lainnya, seperti sistem common
law, yang semakin mendekati batas penerapannya di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai