Anda di halaman 1dari 2

Syariah

Syariah merupakan komponen ajaran Islam yang mengatur tentang kehidupan seorang muslim baik
dalam bidang ibadah (habluminAllah) maupun dalam bidang muamalah (hablumminannas) yang
merupakan aktualisasi dari akidah yang menjadi keyakinannya.

Fiqih

Fiqih secara etimologi merupakan ilmu tentang hukum-hukum syara' yang bersifat praktis yang
diperoleh dari dalil-dalilnya yang terperinci.

Ibadah dan Muamalah Menurut Hukum Islam

Menurut para ulama Fiqih, pengertian ibadah merupakan bentuk pekerjaan yang bertujuan untuk
mendapatkan ridha Allah SWT dan mendambakan pahala dari-Nya di akhirat. Secara bahasa, ibadah
berasal dari kata 'abd yang artinya hamba.

Sementara Muamalah adalah aturan-aturan dan hukum sesuai syariat Islam yang mengatur tentang
urusan dunia agar manusia dapat menjalani hidup yang sesuai dengan syariat. Tidak semata-mata
untuk kehidupan akhirat, muamalah juga membuat kita terhindar dari kemudaratan dunia.

Ruang Lingkup Hukum Islam

Jika kita bandingkan ruang lingkup hukum Islam bidang muamalah dengan ruang lingkup hukum
Barat yang membedakan antara hukum privat ( hukum perdata ) dengan hukum publik , maka sama
lingkupnya dengan hukum adat di tanah air kita , hukum Islam tidak membedakan ( dengan tajam )
antara hukum perdata dengan hukum publik . Ini disebabkan karena menurut sistem hukum Islam
pada hukum perdata terdapat segi - segi publik dan pada hukum publik ada segi - segi perdatanya .
Itulah sebabnya maka dalam hukum Islam tidak dibedakan kedua bidang hukum itu . Yang
disebutkan adalah bagian bagiannya saja seperti misalnya , ( 1 ) Munākahāt , ( 2 ) Wirāsah , ( 3 )
Mu'amalat dalam arti khusus , ( 4 ) Jinayat Atau ' Ukubat , ( 5 ) Al - Ahkam As - Sulthaniyah ( Khilafah
) , ( 6 ) Siyar , dan ( 7 ) Mukhasamat ( H.M. Rasjidi , 1971 : 25 )

Sementara itu, Hukum dalam Islam di kelompokkan menjadi dua jenis, yaitu Hukum Taklifi dan
Hukum wadl’i. Hukum Taklifi adalah hukum syar'i yang mengandung tuntutan (untuk dikerjakan atau
ditinggalkan oleh mukalaf) atau yang mengandung pilihan antara dikerjakan atau ditinggalkan.
Kemudian, para ulama Fiqih membagi hukum Taklifi menjadi 5 bagian yang dinamakan al-ahkam al-
khomsah oleh ahli Fiqih, diantara-Nya : wajib, haram, mandub (sunah), makruh, dan mubah.

Hukum wadl'i bisa diartikan dengan hukum yang berkaitan dengan dua hal, yaitu sebab yang
disebabkan. Seperti contoh, orang junub yang menyebabkan dirinya melakukan mandi junub, orang
yang memiliki banyak harta dan sudah mencapai nisab yang menyebabkan dirinya wajib
mengeluarkan zakat. Dengan demikian, hukum wadl'i dibagi menjadi tiga macam, di antaranya :
sebab, syarat, dan mani.

Di tanah air kita, ada dua jenis hukum Islam yang berlaku, yaitu secara normatif, dan formal
yuridis.

Yang berlaku secara normatif adalah (bagian) hukum Islam yang mempunyai sanksi
kemasyarakatan apabila norma-normanya dilanggar. Kuat tidaknya sanksi kemasyarakatan dimaksud
tergantung pada kuat lemahnya kesadaran umat Islam akan norma-norma hukum Islam yang
bersifat normatif itu. Hukum Islam yang berlaku secara normatif, di Indonesia, banyak sekali. Di
antaranya dalam pelaksanaan ibadah salat, puasa, zakat dan haji. Hampir semua bagian hukum Islam
yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, bersifat normatif. Bahkan keinsafan akan haram
dan halalnya sesuatu, merupakan sumber kesadaran hukum bangsa Indonesia yang beragama Islam
untuk tidak melakukan kejahatan terutama yang berkenaan dengan kejahatan perzinaan, pencurian,
riba, dan sebagainya. Dipatuhi tidaknya hukum Islam yang berlaku secara normatif dalam
masyarakat Muslim Indonesia ini, seperti disinggung di atas, tergantung pada kesadaran iman umat
Islam sendiri. Pelaksanaannya pun diserahkan kepada keinsafan orang Islam yang bersangkutan.

Secara formal yuridis adalah (bagian) hukum Islam yang mengatur hubungan manusia
dengan manusia lain dan benda dalam masyarakat. Bagian hukum Islam ini menjadi hukum positif
berdasarkan atau karena ditunjuk oleh peraturan perundang-undangan, seperti hukum perkawinan,
hukum kewarisan, hukum wakaf yang telah dikompilasikan (1988), hukum zakat, dan sebagainya.
Untuk menegakkan hukum Islam yang telah menjadi bagian hukum positif itu, sejak tahun 1882
didirikan Pengadilan Agama di Jawa dan Madura.

Dalam sistem peradilan di Indonesia, kedudukan pengadilan agama ini semakin kokoh,
terutama setelah Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 1970 dan UU No.1 Tahun 1974
tentang Perkawinan berlaku. Untuk menyempurnakan susunan perlengkapan pengadilan agama dan
melaksanakan Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman termuat dalam UU No. 14 Tahun
1970 itu, bulan Januari 1989 pemerintah menyampaikan RUU Peradilan Agama pada DPR RI untuk
disetujui. Tanggal 29 Desember 1989 RUU-PA itu disahkan oleh presiden menjadi UU Peradilan
Agama, dengan UU Nomor 7 Tahun 1989.

Oleh karena itu, orang yang akan menjadi penegak atau pelaksana hukum dalam masyarakat
Islam Indonesia, harus mempelajari hukum Islam, dan perangkat penegakan hukum tersebut, agar ia
berhasil dalam melaksanakan tugasnya kelak di tengah-tengah masyarakat Muslim.

Sementara itu, alasan sosiologis hukum Islam berlaku, adalah karena mayoritas penduduk
Indonesia adalah pemeluk agama Islam. Dan karena eratnya kaitan hukum Islam dengan kebiasaan
dan adat istiadat yang ada di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai