Anda di halaman 1dari 83

DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN

PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DAN


KESELAMATAN KERJA
KEMENTRIAN KETENAGAKERJAAN RI

SISTIM JAMINAN SOSIAL NASIONAL


BAHAN AJAR KNK 107

Edisi II / AGUSTUS -2020 / HR /FKNK Nasional 1


DAFTAR ISI SLIDE PPT

NO DAFTAR ISI SLIDE PPT HALAMAN


1 Sasaran Pelatihan
2 Tujuan Pelatihan
3 Pokok Bahasan
4 Filosofi SJSN
5 Landasan Hukum Norma SJSN
6 Tujuan Program SJSN
7 Pengertian Program SJSN
8 Penerapan dan Jenis Program SJSN
9 Sanksi Tidak Menerapkan Program SJSN

Edisi II / AGUSTUS -2020 / HR /FKNK Nasional 2


SASARAN PELATIHAN
• Mampu memahami tentang pentingnya sistim
jaminan sosial nasional

• Dapat menjelaskan tentang proses penerapan


sistim jaminan sosial sesuai dengan peraturan

• Dapat menjelaskan sanksi terhadap tidak


menerapkan sistim jaminan sosiasal nasional

Edisi II / AGUSTUS -2020 / HR /FKNK Nasional 3


TUJUAN PELATIHAN
1. Memberikan pemahaman dasar hukum
mengenai lahirnya Sistim Jaminan Sosial
Nasional
2. Memberikan pengetahuan dasar Sistim Jaminan
Sososial Nasional
3. Mendukung dan mengawasi penerapan Sistim
Jaminan Sosial Nasional di Perusahaan

Edisi II / AGUSTUS -2020 / HR /FKNK Nasional 4


POKOK BAHASAN

I. Filosofi Jaminan Sosial


II. Landasan Hukum Jaminan Sosial
III. Tujuan Program Jaminan Sosial
IV. Pengertian Program Jaminan Sosial
V. Penerapan Program Jaminan Sosial
VI. Sanksi Tidak Menerapkan Jaminan Sosial

Edisi II / AGUSTUS -2020 / HR /FKNK Nasional 5


Latar Belakang – Amanat UUD 45
SISTIM JAMINAN SOSIAL NASIONAL
Pasal 34 ayat 2 UUD
1945 dan perubahannya :

“Negara mengembangkan
sistim Jaminan Sosial bagi
seluruh rakyat dan
memberdayakan
masyarakat yang lemah
dan tidak mampu dengan
martabat kemanusiaan”

Edisi II / AGUSTUS -2020 / HR /FKNK Nasional 6


LATAR BELAKANG

 Sakit adalah peristiwa alami yang dapat menimpa


setiap manusia termasuk pekerja dan keluarganya
sewaktu waktu
 Setiap pekerja menghadapi risiko ketenagakerjaan
akibat tidak dilindunginya pekerja melalui
penerapan norma K3, norma kerja, dan jaminan
sosialnya
 Risiko tersebut dapat berupa hilang
atau berkurangnya pendapatan akibat mengalami:
1. Sakit, Kecelakaan Kerja dan atau PAK;
2. Kematian;
3. Kehilangan pekerjaan atau PHK;
4. Pensiun;

7
LANDASAN HUKUM SJSN
1. Pasal 28H dan pasal 34 UUD 1945;
2. UU. No. 40 th 2004 ttg SJSN;
3. UU. No. 24 th 2011 ttg BPJS;
4. UU. No. 13 th 2003 ttg Ketenagakerjaan;
5. PP No. 44 th 2015 dan Perubahannya (PP 82 th 2019) ttg
Penyelenggaraan Program JKK dan JKm;
6. PP No. 45 th 2015 ttg Penyelenggaraan Program Jaminan Pensiun;
7. PP No. 46 th 2015 dan Perubahannya (PP No 60 th 2015) ttg
Penyelenggaraan Program Jaminan Hari Tua (JHT);
8. PP. No. 70 Th 2015 ttg JKK dan JKM untuk ASN;
9. PP. No. 86 Th 2013 ttg Tata cara Sanksi Administratif;
10. Perpres No. 64 Th 2020 ttg Perubahan Kedua Perpres 82 Th 2018 ttg
Jaminan Kesehatan;
11. Perpres No. 7 Th 2019 ttg PAK;
12. Permenaker No. 25 th 2008 ttg Pedoman Diagnosis & Penilaian
Cacat karena KK & PAK;
13. Kepmenaker No. 609 th 2012 ttg Penentapan KK & PAK;

8
LANDASAN HUKUM SJJN
14. Permenaker No. 29 th 2015 ttg Tata Cara Pendaftaran
Kepesertaan, Pembayaran dan Penghentian Manfaat Jaminan
Pensiun;
15. Permenaker No. 44 th 2015 ttg Penyelenggaraan
Program JKK dan JKm bagi PHL, Borongan, dan PKWT
pada Sektor Usaha Jasa Konstruksi;
16. Permenaker No. 10 th 2016 ttg Tata Cara Pemberian Program Kembali
Kerja serta Kegiatan Promotif dan Kegiatan Preventif Kecelakaan
kerja dan Penyakit Akibat Kerja;
Permenaker No. 35 th 2016 ttg Tata Cara Pemberian, Persyaratan,
dan Jenis Manfaat Layanan Tambahan dalam Program JHT;
17. Permenaker No.26 Th 2015 ttg Tata Cara Penyelenggaraan
18. Program JKK, JKm, dan JHT bagi Peserta Penerima Upah
19. Permenaker No.21 Th.2017 tentang perubahan permenaker
1
No.1 tahun 2016 ttg Tata Cara Penyelenggaraan Program
JKK, JKm, dan JHT bagi Peserta Bukan Penerima Upah;

9
UUD 45 TAHUN 1945
PROGRAM JKN PEMENUHAN
AMANAT UUD 1945 dan UNDANG-UNDANG

1 2

Pasal 28H : “Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang


memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia
yang bermartabat”

Pasal 34(2) : “Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi


seluruh rakyat .....”

Pasal 2: SJSN diselenggarakan berdasarkan asas kemanusiaan, asas


manfaat, dan asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Pasal 4. SJSN diselenggarakan berdasarkan pada prinsip:
g. Kepesertaan bersifat wajib
Pasal 20 ayat 1: Peserta jaminan kesehatan adalah setiap orang yang
telah membayar iuran atau iurannya dibayarkan oleh Pemerintah
PENGERTIAN JAMINAN SOSIAL

Salah satu bentuk perlindungan sosial


untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat
JAMINAN SOSIAL memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang
layak

Suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam


bentuk santunan berupa uang sebagai
pengganti sebagian dari penghasilan yang
JAMINAN SOSIAL hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai
akibat peristiwa atau keadaan yang dialami
oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja,
sakit, bersalin, hari tua dan meninggal dunia
(Undang-undang No. 3 Tahun 1992)

11
JENIS PROGRAM JAMINAN SOSIAL NASIONAL
( SJSN )

Jenis program jaminan sosial


meliputi :
1) Jaminan kesehatan;
2) Jaminan kecelakaan kerja;
3) Jaminan hari tua;
4) Jaminan pensiun; dan
5) Jaminan kematian.

(Sumber Pasal 18 UU 40 Tahun 2004)

12
LANDASAN FILOSOFI UU SJJN
Jaminan Sosial = Hak atau Kewajiban?

• Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan


Hak Konstitusional pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermanfaat
(UUD 1945 Pasal 28 H ayat (3))

• Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat


Wujud Tanggung Jawab Negara dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai
dengan martabat kemanussiaan. (UUD 1945 Pasal 28 H ayat (2))

• Memungkinkan setiap orang mampu


Setiap Orang Berkembang mengembangkan dirinya secara utuh sebagai manusia yang
Secara Utuh bermanfaat. (UU Negara RI Tahun 1945
Pasal 28 H ayat (3))

• Berdasarkan asas kemanusiaan dan


Asas Kemanusiaan dan Martabat berkaitan dengan penghargaan terhadap martabat manusia (UU No.
Manusia 40 Tahun 2004 Pasal (2))

• Terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak


Pemenuhan Kebutuhan Dasar
bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya
Hidup Layak (UU No. 40 Tahun 2004 Pasal (3))

13
JAMINAN SOSIAL = PERLINDUNGAN
SEUMUR HIDUP

14
TUJUAN JAMINAN SOSIAL

Jaminan Sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk


menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi perlindungan dasar
hidup yang layak :

1.Meningkatkan kesejahteraan Tenaga Kerja dan Keluarga


2.Melanjutkan terputusnya penghasilan karena risiko sosial.

PERLINDUNGAN TERHADAP RESIKO


SOSIAL-EKONOMI :
SAKIT, KECELAKAAN,
HARTI TUA, PENSIUN,
MENINGGAL DUNIA

15
RESIKO DAN PERLINDUNGAN SOSIAL

RISIKO SOSIAL DAMPAK INTERVENSI & KEMANDIRIAN


PERLINDUNGAN

Perawatan
Meninggal Berhenti kesehatan Perawatan
Sakit bekerja Kesehatan
Penggantian pendapatan
Hari Tua Tidak mampu bekerja Lump Sum
Santunan
Kecelakaan sementara Pensiun Berkala
akibat kerja Tidak bekerja
seumur hidup
sementara
Rehabilitasi (TK, pasangan, anak)

Penyakit akibat fungsi/sosial


Kecacatan Bekerja kembali
kerja
Biaya Pemakaman
Sakit

Adaptasi model “Reintegration” by Wynne Work Research Centre, Ireland

Skema Jaminan Sosial adalah perlindungan risiko sosial


sehingga akan saling terkait antara satu program dengan program lainnya

16
ASAS, PRINSIP, DAN PROGRAM
SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL
.................................................................................................................

9 PRINSIP
1. Kegotongroyongan
2. Nirlaba
✔ Jaminan Kesehatan

5 PROGRAM
3 ASAS

3. Keterbukaan
✔ Kemanusiaan
4. Kehati-hatian
✔ Jaminan
Kecelakaan Kerja 5. Akuntabilitas
✔ Manfaat 6. Portabilitas
✔ Jaminan Hari Tua 7. Kepesertaan Wajib
✔ Keadilan Sosial 8. Dana Amanat
Bagi Seluruh ✔ Jaminan Pensiun 9. Hasil Pengelolaan
Rakyat Indonesia Dana Digunakan
Seluruhnya untuk
✔ Jaminan Kematian
Pengembangan
Program dan
Sebesar-besarnya
untuk Kepentingan
(Sumber: pasal 2, pasal 4, dan pasal 18 Undang-undang No. 40 Tahun 2004)
Peserta

17
KEGOTONG ROYONGAN
(Kebersamaan antara peserta dalam menanggung biaya )

PESERTA YANG MAMPU BANTU YANG KURANG MAMPU


PESERTA BERISIKO RENDAH MEMBANTU YANG BERISIKO TINGGI
PESERTA YANG SEHAT MEMBANTU YANG SAKIT

KEADILAN BAGI
SELURUH RAKYAT
INDONESI

18
CONTOH PRINSIP GOTONG ROYONG
DALAM PROGRAM JKN-KIS

19
KEPESERTAAN PROGRAM JAMSOS

Bagi setiap orang di wilayah NKRI,


termasuk orang asing yang bekerja
paling singkat enam bulan di
Indonesia

20
UU.NO.40 TH . 2004

UU.24 TH 2011

BPJS PP 86
Th.2015 BPJS KESEHATAN
KETENAGAKERJAAN

PELAKSANA TEHNIS PELAKSANA TEHNIS

1. PP
Perpres
2. Permenaker

21
UU No.24 th 2011

PASAL 5
(1) Berdasarkan Undang-Undang ini dibentuk BPJS.
(2) BPJS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. BPJS Kesehatan; dan
b. BPJS Ketenagakerjaan.

Pasal 7
(1)BPJS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
adalah badan hukum publik berdasarkan Undang-Undang ini.
(2) BPJS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung
jawab kepada Presiden.

22
PENYELENGGARA SJSN

BPJS KETENAGAKERJAAN BPJS KESEHATAN

1. Jaminan Kecelakaan Kerjaan


2. Jaminan Kematian Jaminan Kesehatan
3. Jaminan Hari Tua Nasional /JKN
4. Jaminan Pensiun

23
KEPESERTAAN

BPJS KETENAGAKERJAAN BPJS KESEHATAN

1. PEKERJA PENERIMA UPAH ( PPU)


( ada Hubker ) 1. PBI. Jaminan Kesehatan :
 Fakir miskin dan tidak mampu
2. PEKERJA BUKAN PENERIMA UPAH (PBPU)
2. Bukan PBI Jaminan Kesehatan :
 Pekerja Penerima Upah (PPU)
 Pekerja Bukan Penerima Upah
 Bukan Pekerja Dan
Keluarganya ( Pensiunan,
Veteran,Perintis Kemerdekaan

24
a. melakukan dan/atau menerima pendaftaran Peserta;
b. memungut dan mengumpulkan Iuran dari Peserta dan Pemberi Kerja;
c. menerima Bantuan Iuran dari Pemerintah;
d. mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan Peserta
e. mengumpulkan dan mengelola data Peserta program Jaminan Sosial;
f. membayarkan Manfaat dan/atau membiayai pelayanankesehatan
sesuai dengan ketentuan program Jaminan Sosial; dan
g. memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program Jaminan
Sosial kepada Peserta dan masyarakat.

25
WEWENANG BPJS
WEWENANG BPJS
1. Menagih pembayaran
2. Menempatkan Dana Jaminan Sosial untuk investasi jangka pendek dan
jangka panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas,
solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana, dan hasil yang memadai;
3. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan Peserta dan
Pemberi Kerja dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan jaminan sosial nasional;
4. Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar
pembayaran fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang
ditetapkan oleh Pemerintah;

26
WEWENANG BPJS
5. Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan;

6. Mengenakan sanksi administratif kepada Peserta atau Pemberi Kerja


yang tidak memenuhi kewajibannya;

7. Melaporkan Pemberi Kerja kepada instansi yang berwenangmengenai


ketidak patuhannya dalam membayar Iuran atau dalam memenuhi
kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan;
dan

8. Melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan


program Jaminan Sosial.

27
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN BPJS
1. Memberikan nomor identitas tunggal kepada Peserta;
2. Mengembangkan aset Dana Jaminan Sosial dan asetBPJS untuk
sebesar-besarnya kepentingan Peserta;
3. Memberikan informasi melalui media massa cetak dan elektronik
mengenai kinerja, kondisi keuangan, serta kekayaan dan hasil
pengembangannya;
4. Memberikan Manfaat kepada seluruh Peserta sesuai dengan Undang-
Undang tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional;
5. Memberikan informasi kepada Peserta mengenai hak dan kewajiban
untuk mengikuti ketentuan yang berlaku;
6. Memberikan informasi kepada Peserta mengenai prosedur untuk
mendapatkan hak dan memenuhi kewajibannya;

28
KEWAJIBAN BPJS
7. Memberikan informasi kepada Peserta mengenai saldojaminan hari
tua dan pengembangannya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun;
8. Memberikan informasi kepada Peserta mengenai besar hak pensiun
1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun;
9. Membentuk cadangan teknis sesuai dengan standar praktik aktuaria
yang lazim dan berlaku umum;
10. Melakukan pembukuan sesuai dengan standar akuntansiyang
berlaku dalam penyelenggaraan Jaminan Sosial; dan
11. Melaporkan pelaksanaan setiap program, termasuk kondisi keuangan,
secara berkala 6 (enam) bulan sekali kepada Presiden dengan tembusan
kepada DJSN.

29
OBYEK PENGAWASAN

• Kewajiban Pendaftaran
• Kewajiban Penyampaian /
Perubahan Data
• Kewajiban Pembayaran Iuran

30
SIAPA YANG WAJIB MENDAFTAR BPJS

• Setiap pemberi kerja wajib mendaftarkan dirinya dan


pekerjanya sebagai peserta jaminan sosial bidang
ketenagakerjaan kepada BPJS dengan membayar iuran.

• Pemberi kerja yang berusaha di sektor formal maupun


informal wajib mendaftarkan dirinya dan pekerjanya,
sedangkan pekerja mandiri yang tidak memiliki pemberi
kerja dapat mendaftarkan dirinya sendiri sebagai peserta
BPJS.

• Kepesertaan bersifat individual walaupun pemberi kerja


mendaftarkan pekerjanya secara kolektif.

31
Kewajiban Pemberi Kerja
menurut UU No 24 tahun 2011 tentang BPJS

• mendaftarkan dirinya dan Pekerjanya sebagai Peserta


• memungut Iuran yang menjadi beban Peserta dari Pekerjanya
dan menyetorkannya
• membayar dan menyetor Iuran yang menjadi tanggung
jawabnya
• memberikan data dirinya dan Pekerjanya berikut anggota
keluarganya secara lengkap dan benar

32
PEMBERI KERJA

1. ADA HUBUNGAN KERJA :


 PEKERJAAN
 PERINTAH
 UPAH

2. JENIS :
 FORMAL
 INFORMAL

33
KEWAJIBAN SETIAP ORANG

• mendaftarkan dirinya dan anggota keluarganya sebagai


Peserta (pasal 16 ayat 1)

• memberikan data mengenai dirinya dan anggota


keluarganya secara lengkap dan benar (Pasal 16 ayat 2)

• wajib membayar dan menyetor Iuran yang menjadi


tanggung jawabnya setiap bulan ke BPJS
(Pasal 19 ayat 3)

34
JAMINAN KESEHATAN

1. Diselenggarakan secara nasional


2. Berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip
ekuitas (kepemilikan dalam bentuk nilai uang)
3. Komprehensif, sesuai dengan kebutuhan medis
4. Iuran biaya, mencegah abuse (penyalagunaan)
5. Standar pelayanan ditetapkan dengan PP
6. Bantuan iuran dibayar pemerintah

35
JAMINAN
KESEHATAN
Penyelenggara BPJS KESEHATAN

Program JAMINAN KESEHATAN


NASIONAL /JKN

Produk KARTU INDONESIA


SEHAT/ KIS

1. PBI. Jaminan Kesehatan :


 Fakir miskin dan tidak mampu
2. Bukan PBI Jaminan Kesehatan :
 Pekerja Penerima Upah (PPU) baik formal /informal
 Pekerja Bukan Penerima Upah
 Bukan Pekerja ( Pensiunan, Veteran,Perintis
Kemerdekaan

36
UU NO. 40 TAHUN 2004
Jaminan Kesehatan (JK)
1. Diselenggarakan secara nasional
2. Berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip
ekuitas (kepemilikan dalam bentuk nilai uang)
3. Komprehensif, sesuai dengan kebutuhan medis
4. Iuran biaya, mencegah abuse (penyalagunaan)
5. Standar pelayanan ditetapkan dengan PP
6. Bantuan iuran dibayar pemerintah

37
Jaminan Kesehatan
No. 82 tahun 2018 - Definisi

Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta


memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi
kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah
membayar Iuran Jaminan Kesehatannya atau Iuran Jaminan Kesehatannya
dibayar oleh Pemerintah.Pusat atau Pemerintah Daerah

Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan yang selanjutnya disebut PBI


Jaminan Kesehatan adalah fakir miskin dan orang tidak mampu sebagai peserta
program Jaminan Kesehatan.
Pekerja Penerima Upah (PPU) adalah setiap orang yang bekerja pada
pemberi kerja dengan menerima gaji atau upah.

Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) adalah setiap orang


yang bekerja atau berusaha atas risiko sendiri.

Bukan Pekerja (BP) adalah setiap orang yang bukan termasuk kelompok
PPU, PBPU, PBI,

38
KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN OLEH
PEKERJA PENERIMA UPAH /PPU

. ADA UNSUR HUBUNGAN KERJA


. UPAH : Sesuai dengan upah sebenarnya ( GP +
tunj.Tetap)
. UPAH minimal UMK kab/kota dan maximal 12jt.
. IURAN : PEKERJA 1% X Upah Bulanan
PEMBERI KERJA : 4 % x Upah Bulanan
. MANFAAT PELAYANAN :
Klas II : untuk gaji s/d 4 jt,
Klas I : untuk gaji 4 jt lebih sampai dengan 12 jt
39
LANJUTAN KEPESERTAAN…………..

CAKUPAN MANFAAT : - Pekerja, Suami /istri pekerja


yang sah, 3 orang anak kandung/anak yang sah
dengan syarat usia maksimal 21 tahun dan belum
menikah, 25 tahun yang masih sekolah
TAMBAHAN KELUARGA INTI : Anak, Ortu,mertua
tambahan iuran 1 % dr upah bulanan pekerja
PEMBAYARAN IURAN : setiap tgl.10 bulan berjalan
terlambat membayar iuran 1 bulan tidak
mendapatkan pelayanan manfaat
TKA yang bekerja di Indonesia minimal 6 bulan
HAK DAN KEWAJIBAN PPU

(1)Peserta PPU wajib menyampaikan perubahan data


kepesertaan kepada Pemberi Kerja termasuk perubahan
status kepesertaan dan seluruh tunggakan Iuran
(2)Pemberi Kerja wajib melaporkan perubahan data dimaksud ke
BPJS Kesehatan paling lambat 7 (tujuh) hari sejak terjadinya
perubahan data oleh Pekerja
(3) Dalam hal Pemberi Kerja tidak melaksanakannya maka
Pekerja yang bersangkutan dapat melaporkan perubahan data
kepesertaan secara langsung kepada BPJS Kesehatan.
(Sumber: pasal 5 Perpres No. 82 Tahun 2018)

41
HAK DAN KEWAJIBAN PPU
( psl 13 pepres 82/2018)

1. Dalam hal Pemberi Kerja secara nyata tidak mendaftarkan Pekerjanya


kepada BPJS Kesehatan, Pekerja yang bersangkutan berhak mendaftarkan
dirinya sebagai Peserta Jaminan Kesehatan.

2. Pendaftaran oleh Pekerja sebagaimana dimaksud dilakukan dengan


melampirkan dokumen yang membuktikan status ketenagakerjaannya.

3. Pekerja yang mendaftarkan dirinya sebagai Peserta Jaminan Kesehatan


sebagaimana dimaksud Iurannya dibayar sesuai dengan ketentuan
Peraturan Presiden ini.

3. Apabila pemberi kerja belum mendaftarkan dan membayar Iuran bagi


Pekerjanya kepada BPJS Kesehatan, Pemberi Kerja wajib bertanggung
jawab pada saat Pekerjanya
(Sumber: pasal 5 Perpres No. 82 Tahun 2018)
membutuhkan pelayanan kesehatan sesuai
dengan Manfaat yang diberikan oleh BPJS Kesehatan.

42
PENDAFTARAN KEPESERTAAN

1.DIDAFTARKAN ATAU MENDAFTAR KE BPJS KESEHATAN. DAN PESERTA


BERHAK MENENTUKAN FASKES

2.PESERTA BERHAK IDENTITAS PESERTA BERUPA KARTU INDONESIA SEHAT (


KIS ) YANG MEMUAT NAMA DAN NO.E.KTP , DAN MERUPAKAN IDENTITAS
TUNGGAL DALAM PELAKSANAAN JAMINAN SOSIAL

3.PINDAH FASKES , PINDAH FASKES DAPAT DILAKSANAKAN SETELAH 3


BULAN TERDAFTAR DI FASKES AWAL DENGAN MELAMPIRKA PINDAH
DOMISILI ATAU SURAT PENUGASAN/PELATIHAN

43
PERPINDAHAN
KEPESERTAAN
Tunggakan harus
lunas

NON
PBI PBI

Status kepesertaan dapat berubah untuk menjamin kepesertaan , dan


apabila ada tunggakan iuran maka pemberi kerja, peserta dan
pemerintah harus melunasi

44
PERPINDAHAN
KEPESERTAAN
Tunggakan harus
lunas

MAN PPU
DIRI

Status kepesertaan dapat berubah untuk menjamin kepesertaan , dan


apabila ada tunggakan iuran maka pemberi kerja dan peserta dan harus
melunasi

45
JKN-KIS UNTUK PPU YANG TERPHK
(psl.27 Perpres 82/2020)
(1) Peserta PPU yang mengalami PHK tetap memperoleh hak
Manfaat Jaminan Kesehatan paling lama 6 (enam) bulan sejak
di PHK, tanpa membayar Iuran dikelas III (tiga)
(2) PHK sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) harus memenuhi
kriteria:
a. PHK yang sudah ada putusan Putusan PHI dibuktikan dengan
putusan / akta pengadilan Hubungan Industrial
b. PHK karena penggabungan perusahaan, dibuktikan
dengan akta notaris;
c. PHK karena perusahaan pailit atau mengalami kerugian,
dibuktikan dengan putusan kepailitan dari pengadilan;
atau PHK karena Pekerja mengalami sakit yang
berkepanjangan dan tidak mampu bekerja, dibuktikan
dengan surat dokter.
(3).Setelah 6 bulan bisa beralih ke mandiri, PPU atau PBI

46
KOORDINANSI BPJS KESEHATAN BPJS KETENAGAKERJAAN , TASPEN
DAN JASA RAHARJA DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN MANFAAT
BAGI PESERTA PASAL
53 Perpres 82 th.2018

BPJS TK JAMINAN KEC.KERJA


TASPEN PENYAKIT AKIBAT KERJA

KECELAKAAN LALU
TJASA RAHARJA LINTAS

ASURANSI LAIN LAYANAN KESEHATAN

47
PERTANYAAN
1. Bag. Kalo Calon pekerja punya tunggakan
mandiri ?
2. Bag Kalo Peserta Mandiri mempunyai
tunggakan dan memerlukan perawatan
3.Bagaimana dengan Pemberi kerja yang
menunggak iuran sehingga pekerja tidak
mendapatkan pelayanan ?

48
SIAPA SAJA PESERTA JKN-KIS ?

Penerima Bantuan Iuran (PBI)


• • PBI APBN -> fakir miskin dan orang tidak mampu yang iurannya dibayar
oleh
Pemerintah Pusat
• Penduduk yang didaftarkan dan dibayarkan iurannya oleh Pemerintah
Daerah
Provinsi/Kabupaten/Kota

Bukan Penerima Bantuan Iuran


Pekerja Penerima Upah (PNS, TNI/POLRI,Karyawan BUMN/BUMD,
Karyawan Swasta) yang iurannya dibayarkan oleh Pemberi Kerja dan
Pekerja
• Pekerja Bukan Penerima Upah (Petani, Nelayan, Pedagang) yang iurannya
dibayar oleh yang bersangkutan secara rutin setiap bulan
• Bukan Pekerja (Pensiunan) yang iurannya dibayar oleh Pemerintah atau
oleh yang bersangkutan secara rutin setiap bulan

49
BAGAIMANA CARA MENDAFTAR PESERTA
JKN-KIS?

• Masyarakat tidak perlu mendaftar

PBI - APBN • Pendaftaran dilakukan melalui pendataan oleh Kementerian Sosial/Dinas Sosial
sesuai kriteria yang telah ditentukan, selanjutnya ditetapkan melalui Keputusan
Menteri Sosial dan didaftarkan oleh Kementerian Kesehatan

• Masyarakat tidak perlu mendaftar


PD PEMDA • Pendaftaran dilakukan melalui pendataan oleh Dinas Sosial/Dinas yang ditunjuk
oleh Pemda, selanjutnya ditetapkan melalui Keputusan Bupati.

PPU
• Didaftarkan oleh perusahaan/ kantor tempat bekerja
• Menanggung istri/suami dan 3 orang anak (usia sekolah, belum menikah,
belum bekerja.

• Mendaftar secara perorangan untuk seluruh anggota keluarga sesuai Kartu


Keluarga ke Kantor BPJS Kesehatan maupun melalui Layanan Keliling Mobile
PBPU/BP Customer Service
• Cukup dengan menunjukkan KTP dan Kartu Keluarga asli dan fotokopi buku
rekening tabungan BNI/Mandiri/BCA.

50
PERPRES Putusan Hakim Mahkamah Agung No.
7P/HUM/2020 membatalkan Pasal 34
ayat
64/2020 (1) dan ayat (2) Peraturan Presiden No.
75
tahun 2019 tentang Perubahan Peraturan
Presiden No. 82 Tahun 2018 tentang
Pemerintah telah menerbitkan: Jaminan Kesehatan
Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2020
Tentang Perubahan Kedua Atas Perpres
Nomor Pemerintah sangat menghargai keputusan MA
82 Tahun 2018 Tentang Jaminan Kesehatan
Dalam pertimbangannya MA mendorong pemerintah
memperhatikan ekosistem JKN secara menyeluruh agar
program JKN dapat berkesinambungan

51
52
Kebijakan Iuran BPJS Perpres 64 Tahun 2020
tentang Perubahan kedua Perpres 82/2018 tentang Jaminan Kesehatan

53
Jaminan Kesehatan
Perpres No 82 tahun 2018 – Ruang Lingkup Manfaat

a. ruang perawatan kelas III bagi:


1. Peserta PBI Jaminan Kesehatan; dan
2. Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja dengan iuran untuk
Manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas III;
3. Peserta PPU yang mengalami PHK beserta keluarganya;

b. ruang Perawatan kelas II bagi:


1. Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I dan
golongan ruang II beserta anggota keluarganya;
2. Anggota TNI dan penerima pensiun Anggota TNI yang setara Pegawai Negeri Sipil
golongan ruang I dan golongan ruang II beserta anggota keluarganya;

3. Anggota Polri dan penerima pensiun Anggota Polri yang setara Pegawai Negeri Sipil
golongan ruang I dan golongan ruang II beserta anggota keluarganya;

4. Peserta PPU selain angka 1 sampai dengan angka 5, kades dan perangkat desa, dan
pekerja/pegawai sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (2) huruf h, dengan gaji
atau upah sampai dengan Rp 4.000.000,-
5. Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja dengan iuran untuk
Manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas II
54
Jaminan Kesehatan
Perpres No 82 tahun 2018 – Ruang Lingkup Manfaat

c. ruang perawatan kelas I bagi:

1. Pejabat Negara dan anggota keluarganya;


2. Pimpinan dan Anggota DPRD beserta keluarganya;
3. PNS dan pensiunan PNS golongan ruang III dan golongan ruang IV beserta
anggota keluarganya;
4. Prajurit dan penerima pension prajurit setara PNS golongan ruang III dan
golongan ruang IV beserta anggota keluarganya;
5. Anggota Polri, pensiunan Polri yang setara PNS golongan ruang III dan golongan
ruang IV beserta anggota keluarganya;
6. Veteran dan Perintis Kemerdekaan beserta anggota keluarganya;
7. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis Kemerdekaan;
8. Peserta PPU selain angka 1 sampai dengan angka 5, kades dan perangkat desa, dan
pekerja/pegawai sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (2) huruf h, dengan gaji
atau upah lebih dari Rp 4.000.000,-
9. Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja dengan iuran untuk
Manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas I;

55
INPRES No. 8 TAHUN 2017
Tentang optimalisasi pelaksanaan Program
Jaminan Kesehatan ( 11 Kelembagaan )
MENTERI KETENAGAKERJAAN
1. Meningkatkan pengawasan Dan pemeriksaan kepatuhan Pemberi
Kerja selain Penyelenggara Negara terhadap Program Jaminan
Kesehatan Nasional , ( telah terjadi kesepakatan baik dari Pusat
Dan Prov.)
2. Waspadu

JAKSA AGUNG
1. Melakukan penegakan kepatuhan Dan penegakan hukum terhadap
BU,BUMN,BUMD Dan Pemda dalam mengoptimalisasi Pelaksanaan
Program JKN (telah terjadi kesepakatan )
2. Forum Koord Kepatuhan

56
JAMINAN KECELAKAAN KERJA
• Jaminan kecelakaan kerja diselenggarakan
secara nasional berdasarkan prinsip
asuransi sosial.
• Jaminan kecelakaan kerja diselenggarakan
dengan tujuan menjamin agar peserta
memperoleh manfaat pelayanan kesehatan
dan santunan uang tunai apabila seorang
pekerja mengalami kecelakaan kerja atau
menderita penyakit akibat kerja.
57
FILOSOFI DAN RUANG LINGKUP
JAMINAN KECELAKAAN KERJA (JKK)

• Melalui program JKK


SJSN, penerima manfaat
FILOSOFI

RUANG LINGKUP
diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan • Kecelakaan kerja adalah
dasar hidup yang layak kecelakaan yang terjadi
apabila pekerja dalam hubungan kerja,
mengalami cacat atau termasuk kecelakaan
meninggal dunia karena yang terjadi dalam
kecelakaan kerja atau perjalanan dari rumah
mengidap penyakit akibat menuju tempat kerja atau
hubungan kerja/yang sebaliknya dan penyakit
disebabkan oleh yang disebabkan oleh
lingkungan kerja. lingkungan kerja.

| 58

58
JKK diselenggarakan dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh
manfaat pelayanan kesehatan dan santunan uang tunai apabila seorang
pekerja mengalami kecelakaan kerja atau menderita penyakit akibat kerja (KK-
PAK). JKK

Berangkat kerja Di tempat kerja


& pulang

Saat dinas

Sumber : UU Nomor 24 Tahun 2011 dan UU Nomor 3 Tahun 1992 pasal 1 ayat 6
Sosialization- Program– April 2016

59
Ruang Lingkup
Kecelakaan Kerja
• Berangkat dan pulang kerja
I. Pada Hari Kerja
• semua aktivitas yang berhubungan dengan pekerjaan
seperintah Perusahaan baik didalam perusahaan atau diluar
perusahaan

II. Diluar Waktu/Jam Kerja • Melaksanakan aktivitas kegiatan yang berhubungan dengan
Perusahaan atas perintah Perusahaan diluar waktu/jam kerja
seperintah perusahaan baik diperusahaan atau diluar perusahaan

III. Kecelakaan yg. Terjadi dlm. Perjalanan ke dan dari Kecelakaan lalu lintas dengan surat
base camp/anjungan menuju tempat tinggal untuk keterangan polisi
menjalani istirahat ; ada surat keterangan
perusahaan

IV. Hilang atau dianggap telah meninggal dunia ; saat


melaksanakan tugas perusahan ada kronologis dari
perusahaan, keterangan kepolisian/syahbandar/Basarnas
V. MENINGGAL MENDADAK, ATAU MENDAPAT
SERANGAKAN PENYAKIT SAAT BEKERJA DAN
DITEMPAT KERJA, DAN DIBAWA KE RS. DLM
WAKTU 1X24 MENINGGAL DUNIA

60
BESAR IURAN
JAMINAN KECELAKAAN KERJA

61
JAMINAN KEMATIAN
• Jaminan kematian diselenggarakan secara
nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial.

• Jaminan kematian diselenggarakan dengan


tujuan untuk memberikan santunan kematian
yang dibayarkan kepada ahli waris peserta
yang meninggal dunia.

62
FILOSOFI DAN MANFAAT
FILOSOFI JAMINAN KEMATIAN (JKM)

MANFAAT
• Melalui program JKm,
setiap penerima Ahli waris peserta yang meninggal
manfaat diharapkan dunia bukan karena kecelakaan
dapat memenuhi kerja akan mendapatkan
kebutuhan dasar hidup • santunan kematian sebesar Rp
yang layak apabila 20 juta,
pekerja meninggal
dunia bukan karena • santunan berkala Rp. 12 Juta,
kecelakaan kerja dan • biaya pemakaman Rp.10 Juta
bukan karena penyakit • dan bea siswa 174 juta untuk
akibat hubungan kerja dua anak hingga perguruan
pada saat masih aktif tinggi. ( kepesertaan min.5 th)
bekerja.

63
JAMINAN HARI TUA
• Jaminan hari tua diselenggarakan secara
nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial
atau tabungan wajib.
• Jaminan hari tua diselenggarakan dengan
tujuan untuk menjamin agar peserta
menerima uang tunai apabila memasuki
masa pensiun, mengalami cacat total tetap,
atau meninggal dunia.

64
FILOSOFI DAN MANFAAT JAMINAN HARI TUA (JHT)
(Sebagaimana diatur dalam PP Nomor 60 Tahun 2015)
FILOSOFI

MANFAAT
Besarnya manfaat JHT
adalah berupa uang tunai
yang dibayarkan apabila :
Jaminan Hari Tua
merupakan bekal pekerja • Peserta berusia 56
ketika: (lima puluh enam)
tahun,
 Memasuki usia
pensiun; • meninggal dunia atau
 Mengalami mengalami • mengalami cacat total
cacat total tetap; tetap
 Meninggal dunia; • PHK
 Peserta berhenti sebesar nilai akumulasi
bekerja atau terkena seluruh iuran yang telah
PHK. disetor ditambah hasil
pengembangannya yang
tercatat dalam rekening
perseorangan Peserta.

65
JAMINAN PENSIUN
• Jaminan pensiun diselenggarakan secara nasional
berdasarkan prinsip asuransi sosial atau tabungan
wajib.
• Jaminan pensiun diselenggarakan untuk
mempertahankan derajat kehidupan yang layak
pada saat peserta kehilangan atau berkurang
penghasilannya karena memasuki usia pensiun
atau mengalami cacat total tetap.
• Jaminan pensiun diselenggarakan berdasarkan
manfaat pasti.
• Usia pensiun ditetapkan menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan.
66
FILOSOFI JAMINAN PENSIUN (JP)

Melalui program Jaminan Pensiun (JP), penerima


manfaat diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
dasar hidup yang layak setiap bulannya apabila
pekerja mencapai usia pensiun, mengalami cacat
total tetap, atau meninggal dunia sebelum
mencapai usia pensiun.

67
FILOSOFI JAMINAN PENSIUN (JP)

68
MANFAAT JAMINAN PENSIUN (JP)
Manfaat Jaminan Pensiun terdiri atas:

 Manfaat Pensiun hari tua, diterima peserta setelah pensiun sampai


meninggal dunia;

 Manfaat Pensiun cacat, diterima peserta yang cacat akibat


kecelakaan atau akibat penyakit sampai meninggal dunia;

 Manfaat Pensiun janda/duda, diterima janda/duda ahli waris


peserta sampai meninggal dunia atau menikah lagi;

 Manfaat Pensiun anak, diterima anak ahli waris peserta sampai


mencapai usia 23 (dua puluh tiga) tahun, bekerja, atau menikah;
atau

 Manfaat Pensiun orang tua, diterima orang tua ahli waris peserta
lajang sampai batas waktu tertentu sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
69
Contoh Simulasi Iuran PPU BPJS Ketenagakerjaan
dan BPJS Kesehatan
Program Besaran Iuran Jumlah Iuran
Jaminan Kesehatan
Ditanggung Pemberi Kerja Rp 3.000.000 x 4 % Rp 120.000,-
Ditanggung Tenaga Kerja Rp 3.000.000 x 1 % Rp 30.000,-
Jaminan Kecelakaan Kerja
Ditanggung Pemberi Kerja Rp 3.000.000 x 0,24 % Rp 7.200,-
Jaminan Hari Tua
Ditanggung Pemberi Kerja Rp 3.000.000 x 3,7 % Rp 111.000,-
Ditanggung Tenaga Kerja Rp 3.000.000 x 2 % Rp 60.000,-
Jaminan Pensiun
Ditanggung Pemberi Kerja Rp 3.000.000 x 2 % Rp 60.000,-
Ditanggung Tenaga Kerja Rp 3.000.000 x 1 % Rp 30.000,-
Jaminan Kematian
Ditanggung Pemberi Kerja Rp 3.000.000 x 0,30 % Rp 9.000,-
Total Iuran Rp 150.000 + Rp 277.200
= Rp 427.200,-
Ditanggung Pemberi Kerja Rp 307.200,-
Ditanggung Tenaga Kerja Rp 120.000,- 45

70
Potensi Pelanggaran
Norma SJSN di Tempat Kerja

1. Daftar sebagian Tenaga Kerja (PDS TK);


2. Daftar sebagian program (PDS Program);
3. Daftar sebagian upah (PDS Upah);
4. Persyaratan telah menjadi peserta mandiri BPJS pada saat
5. Pekerja diikutsertakan pada PBI;
6. Pekerja diikutsertakan pada peserta mandiri kelas III uang
iuran mandiri yang telah dibayar;
7. TKA (> 6 bulan) tidak diikutsertakan pada kepesertaan asal;
8. Telah mengikuti JKN dari selain BPJS Kesehatan;
9. Peserta Magang tidak diikutsertakan pada Program
10. Iuran dihimpun dari pekerja tetapi tidak disetor ke BPJS;

71
Sanksi Administrasi Bagi
Pelanggar /Pemberi kerja

72
Sanksi Administrasi Bagi Peserta selain
Pemberi Kerja

sanksi tidak diberikan pelayanan publik a.l :

- IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB)


- SURAT IZIN MENGEMUDI (SIM)
- SERTIFIKAT TANAH
- PASPOR
- SURAT TANDA NOMOR KENDARAAN (STNK)

73
Potensi Pelanggaran
Norma SJSN di Tempat Kerja

1. Daftar sebagian Tenaga Kerja (PDS TK);


2. Daftar sebagian program (PDS Program);
3. Daftar sebagian upah (PDS Upah);
4. Persyaratan telah menjadi peserta mandiri BPJS pada saat
5. Pekerja diikutsertakan pada PBI;
6. Pekerja diikutsertakan pada peserta mandiri kelas III uang
iuran mandiri yang telah dibayar;
7. TKA (> 6 bulan) tidak diikutsertakan pada kepesertaan asal;
8. Telah mengikuti JKN dari selain BPJS Kesehatan;
9. Peserta Magang tidak diikutsertakan pada Program
10. Iuran dihimpun dari pekerja tetapi tidak disetor ke BPJS;

74
Pengawasan Ketenagakerjaan
 Peraturan Pemerintah No. 86 Tahun 2013, Pasal 13 ayat (5), (6) dan (7)
 PP No. 44 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program JKK dan JKm, Pasal 61 & pasal 62
 PP No. 45 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program JP, Pasal 36 & pasal 37
 PP No. 46 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program JHT, Pasal 35
 Perpres No. 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Perpres No. 12 Tahun 2013 Tentang
Jaminan Kesehatan, Pasal 46c

• Dalam hal Pemberi Kerja selain penyelenggara negara telah dikenai sanksi administratif tetapi
tetap tidak patuh dalam membayar iuran dan kewajiban lainnya, BPJS wajib melaporkan
ketidakpatuhan tersebut kepada Pengawas Ketenagakerjaan pada instansi yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang ketenagakerjaan pada Pemerintah,
pemerintah daerah provinsi dan/atau pemerintah daerah kabupaten/kota sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang undangan.
• Pengawas Ketenagakerjaan pada instansi yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang ketenagakerjaan setempat berdasarkan laporan BPJS melakukan pemeriksaan
terhadap Pemberi Kerja selain penyelenggara negara yang pelaksanaannya dilakukan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Selain berdasarkan laporan BPJS, Pengawas Ketenagakerjaan pada instansi yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang ketenagakerjaan dapat melakukan
pemeriksaan terhadap Pemberi Kerja selain penyelenggara negara yang pelaksanaannya
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

75
PENYELESAIAN PERBEDAAN PENDAPAT
DALAM PROGRAM JKK

• Perbedaan pendapat ttg KK/PAK, persentase cacat akibat


KK/PAK, dan besarnya manfaat santunan antara pemberi kerja,
pekerja dan BPJS Ketenagakerjaan, salah satu pihak meminta
penetapan kepada Pengawas Ketenagakerjaan
• Sambil menunggu penetapan PK Pemberi Kerja wajib membayar
biaya pengangkutan, biaya P3K dan santunan STMB
• Pengawas Ketenagakerjaan melakukan riksa bila diperlukan
dapat berkoordinasi dg BPJS Ketenagakerjaan
• Pengawas ketenagakerjaan meminta pertimbangan kepada DP
Daerah bila ragu terhdp persentase cacat dan diagnosis PAK
• Pengawas Ketenagakerjaan membuat penetapan

76
• Bila penetapan Pengawas Ketenagakerjaan tidak diterima para
pihak, maka dapat meminta penetapan kepada Menteri
• Penetapan Menteri didasarkan pada hasil riksa Pengawas
Ketenagakerjaan dan bila diperlukan dapat meminta Pertimbangan
Medis DP
• Menteri menetapkan KK, besarnya prosentase cacat dan besarnya
manfaat, maka BPJS Ketenagakerjaan wajib membayar JKK
sesuai ketentuan
• Menteri menetapkan Bukan KK, BPJS Ketenagakerjaan
berkoordinasi dg BPJS Kesehatan terkait dg yankes pekerja
sesuai dg ketentuan
• Penetapan Menteri merupakan penetapan akhir yg wajib
dilaksanakan

77
PERTIMBANGAN MEDIS DAN MEKANISME
KERJA DOKTER PENASEHAT

• BPJS Ketenagakerjaan dpt meminta pertimbangan medis


kepada DP melalui Pengawas Ketenagakerjaan dalam hal
ada keraguan terhadap besarnya persentase cacat dan
diagnosis PAK
• Data medis dan data pendukung yg hrs dilampirkan antara
lain lap KK/PAK tahap I dan tahap II, surat keterangan
dokter pemeriksa, riwayat penyakit dan rekam medis
(medical record) Pekerja, riwayat pekerjaan pekerja, data
lain yg diperlukan
• Pengawas meminta pertimbangan medis kepada DP
paling lambat 3 hr sejak diterimanya permohonan
pertimbangan medis dr BPJS Ketenagakerjaan
78
• Bila data belum lengkap, Pengawas Ketenagakerjaan
mengembalikan data tersebut kepada BPJS Ketenagakerjaan
untuk dilengkapi dalam waktu paling lama 2 hr
• DP mempelajari data medis dan data pendukung bila diperlukan
dapat berkonsultasi dg dokter spesialis atau bila diperlukan
dapat melakukan pemeriksaan fisik terhadap pekerja ybs
• DP memberikan pertimbangan medis paling lama 7 hr setelah
dipenuhi persyaratan tehnis dan adm.
• Pertimbangan medis DP digunakan sebagai bahan
pertimbangan bagi Pengawas Ketenagakerjaan dlm membuat
penetapan
• Pengawas Ketenagakerjaan menyampaikan penetapan paling
lama 3 hr kepada BPJS Ketenagakerjaan

79
PENYAMPAIAN DAN PENANGANAN
PENGADUAN
• Bila peserta tidak puas terhadap pelayanan kesehatan yg
diberikan oleh faskes yg bekerjasama dg BPJS
Ketenagakerjaan dpt mengadukan kepada BPJS
Ketenagakerjaan melalui Kantor BPJS Ketenagakerjaan
setempat atau media elektronik
• Bila pekerja tidak puas terhadap pelayanan BPJS
Ketenagakerjaan, pemberi kerja/pekerja dapat mengadukan
kepada instansi yg membidangi ketenagakerjaan
setempat/Kemnaker
• Instansi yg bertggjwb di bidang ketenagakerjaan
menugaskan Pengawas Ketenagakerjaan meneliti
kebenaran pengaduan tsb

80
• Bila pengaduan tersebut terbukti kebenarannya, instansi yg
bertggjwb di bidang ketenagakerjaan menegur BPJS
Ketenagakerjaan agar melaksanakan kewajibannya sesuai
dengan ketentuan
• Bila pengaduan tsb tidak terbukti kebenarannya, instansi yg
bertggjwb dibidang ketenagakerjaan memberikan jawaban
tertulis kepada Pemberi Kerja/Pekerja atas ketidakbenaran
pengaduan tersebut
• Bila Pemberi kerja/Pekerja tidak puas terhdp pelayanan BPJS
Ketenagakerjaan dpt menyampaikan pengaduan kpd DJSN
• DJSN menyampaikan pengaduan tsb kepada Direksi BPJS
Ketenagakerjaan untuk ditindaklanjuti sesuai ketentuan

81
• Bila pengaduan tersebut terbukti kebenarannya, instansi yg
bertggjwb di bidang ketenagakerjaan menegur BPJS
Ketenagakerjaan agar melaksanakan kewajibannya sesuai
dengan ketentuan
• Bila pengaduan tsb tidak terbukti kebenarannya, instansi yg
bertggjwb dibidang ketenagakerjaan memberikan jawaban
tertulis kepada Pemberi Kerja/Pekerja atas ketidakbenaran
pengaduan tersebut
• Bila Pemberi kerja/Pekerja tidak puas terhdp pelayanan
BPJS Ketenagakerjaan dpt menyampaikan pengaduan kpd
DJSN
• DJSN menyampaikan pengaduan tsb kepada Direksi BPJS
Ketenagakerjaan untuk ditindaklanjuti sesuai ketentuan
82
83

Anda mungkin juga menyukai