Anda di halaman 1dari 36

BAB III

METODE PENELITIAN
Metode, Desain, Obyek Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen atau “eksperimen semu


yang terdiri dari dua kelompok penelitan yaitu kelas eksperimen melakukan
pembelajaran dengan metode pembelajaran Problem Posing dan Problem Solving
dan kelas kontrol melakukan pembelajaran metode ceramah. Tujuan penelitian ini
untuk memperoleh gambaran tentang peningkatan metode belajar dan kemampuan
berpikir kreatif
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen, Mc. Milan
dan Schumarceher (dalam Solihat, 2014, hlm 40) menjelaskan bahwa penelitian
eksperimen merupakan “research in wich independent variable ismanipulated to
investigate pause and effect relationship between the independent and dependent
variable”. McMillan dan Schumacher (2001, hlm. 402) menegaskan bahwa
penelitian Quasi Eksperimen adalah “a type of eksperiment wich research
participants are nots randomly assigned to the eksperimental and control group”.
Individu tidak secara acak mempunyai peluang yang sama baik dalam kelompok
eksperimen maupun dalam kelompok kontrolnya.
3.2 Desain Penelitian

Jenis desain dalam penelitian ini berbentuk desain Nonequivalent (pretest and
Posttest) Control group design. Menurut Crewell (dalam Solihat, 2014, hlm. 43).
Noneqivalent (pre-testband posttest) Control Group design merupakan pendekatan
yang paling populer dalam quasi eksperimen, kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol dipilih bukan dengan cara rendom. Kedua kelompok diberi pretest dan protest
dan hanya kelompok eksperimen yang mendapat perlakuan:

Nurul Haeriyah Ridwan, 2016


PENGARUH PENERAPAN METOD E PENGAJUAN MASALAH D AN METOD E PEMECAHAN MASALAH
TERHAD AP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

66
67

The most commonly used quasi-experimental design ineducational research is


the nonequivalent control groups design.inhis design, reserch participants are
not randomly asigned toexperimental and control group, and both groups
take a pre-testand postest. Expect for random assignment, the steps involved
in this design are the same as for the pre-test- posttest experimental control
group design.
Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa desain quasi eksperimen yang
paling banyak digunakan dalam penelitan pendidikan adalah noneqivaolent control
group design. Dalam desain ini, partisipan peneltian baik pada kelompok eksperimen
maupun bentuk kontrol tidak dipilih secara rendom. Diluar dari pemilihan partisipan
atau responden, langkah-langkah dalam desain in sama dengan pretest-protest
eksperimental control group design.
Tabel 3.1
Nonequivalent Control Group Design
O1 X1 O2
O1 X2 O2
O1 X3 O2

Keterangan
X1 : Penerapan Metode Pembelajaran pengajuan masalah (Problem
Posing).
X2 : Penerapan metode pembelajaran pemecahan masalah (Problem
solving).
X3 : Penerapan metode pembelajaran konvensional.
O1 : Pre test (Test awal sebelum perlakuan) pada masing-masing
kelompok eksperimen.
O2 : Post test (tes akhir setelah perlakuan) pada masing-masing kelompok
eksperimen.

Nurul Haeriyah Ridwan, 2016


PENGARUH PENERAPAN METOD E PENGAJUAN MASALAH D AN METOD E PEMECAHAN MASALAH
TERHAD AP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
68

3.3 Objek penelitian


Dalam penelitian ini objek penelitiannya adalah kemampuan berpikir
kreatif siswa sedangkan subjek penelitiannya adalah siswa Kelas XI SMA Negeri
1 Lembang tahun ajaran 2015-2016. Dalam penelitian ini terdapat tiga kelas
dimana dua kelas sebagai kelas eksperimen yang masing-masing menggunakan
metode pembelajaran pengajuan masalah (problem posing) dan metode (problem
solving), sedangkan satu kelas lainnya sebagai kelas control.

Tabel 3.2
Deskrpsi Subjek Penelitian
Kelas Jumlah Siswa Laki-laki Perempuan
Problem Posing 39 21 18
Problem Solving 34 18 16
Kontrol 40 21 19

Kelas yang dikenakan perlakuan dengan model pembelajaran


pengajuan masalah (Problem Posing) adalah kelas XI.3 dengan jumlah siswa 39
orang yang terdiri dari 21 orang siswa laki-laki dan 18 orang siswa perempuan.
Sedangkan kelas yang dikenakan perlakuan metode pembelajaran pemecahan
masalah (Problem Solving) adalah kelas XI. 4 dengan jumlah siswa 34 orang
yang terdiri dari siswa laki-laki sebanyak 18 0rang dan siswa perempuan
berjumlah 16 orang.Yang menjadi kelas kontrol dalam penelitian ini adalah kelas
XI.5, kelas ini berjumlah 40 orang yang terdiri dari 21 orang siswa laki-laki dan
19 orang siswa perempuan.

3.4 Sumber Data

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas XI, SMA Negeri 1
Lembang Tahun pelajaran 2015-2016. Sampel pada penelitian ini terdiri dari tiga
kelas yang terdiri dari dari dua kelas eksperimen dengan menggunakan metode
pembelajaran pengajuan masalah (Problem Posing) dan metode Pembelajaran

Nurul Haeriyah Ridwan, 2016


PENGARUH PENERAPAN METOD E PENGAJUAN MASALAH D AN METOD E PEMECAHAN MASALAH
TERHAD AP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
69

Pemecahan masalah (Problem Solving), serta kelas kontrol untuk kedua metode
pembelajaran tersebut.

3.5 Variabel Penelitian


Penelitan ini diarahkan untuk mengetahui perbandingan penggunaan
metode pembelajaran pengajuan masalah (Problem Posing) dengan metode
Pembelajaran Pemecahan masalah (Problem Solving) dalam meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa. Variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :

3.5.1 Kemampuan Berpikir Kreatif

Variable kemampuan berpikir kreatif dalam penelitian ini merupakan


variable dependen. Berpikir kreatif adalah suatu kemampuan seseorang untuk
menciptakan ide atau gagasan baru sehingga membuatnya merasa mampu untuk
bisa mencapai berbagi tujuan dalam hidupnya (Maxwell 2004, hlm. 136).

Torrance dalam Baker (http://www.bookza.org) menyebutkan bahwa :

Creativity as a process of becoming, sensitive to a problem, deficiencies,


gap in knowledge, missing elements, disharmonies, and so on ;
identifying the difficulty; searching for solutions, making guesses, or
formulating hypothesis about these defcientens; testing and retesting
these hypotheses about these deficeiencies; testing and retesting these
hypotheses and possibly odifying and retesting them; and finally
communication the result.

Dari pernyataan Terrence tersebut dapat diartikan bahwa kreatifitas


merupakan proses sensitif terhadap suatu masalah: kekurangan, kesenjangan
adalah pengetahuan, adanya unsur-unsur yang hilang, adanya ketidakharmonisan,
dan sebagainya. Proses kreativitas meliputi identifikasi masalah, mencari solusi,
membuat dugaan atau merumuskan hipotesis tentnag suatu masalah, kemudian
Nurul Haeriyah Ridwan, 2016
PENGARUH PENERAPAN METOD E PENGAJUAN MASALAH D AN METOD E PEMECAHAN MASALAH
TERHAD AP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
70

dilakukan dengan pengujian-pengujian ulang hipotesis dan mungkin


memodifikasi dan pengujian ulang, dan akhirnya mengkomunikasikan hasilnya.
Inti dari proses kretivitas adalah kemampuan berpikir kreatif. Hal tersebut
diungkapkan oleh Torrance dalam Baker (http//www.bookza.org) bahwa :

The core the gestation phase of the creative process model is the
creative attributes as creative thingking abilities. These creative
attributes were fluency, flexibility, originality, elaboration,
abstractness, of the tittle, resistance to closure, emotional,
expressiveness, articulateness, movement or action, expressvemess,
synthesis or combination, unusual visualization, internal visualution,
extending or breaking the boundaries, humor, richness of imagery,
colorfulness of imagery and fantasy. The Torrance Test of Creative
Thingking (TTCT) is an instrument that can be used to operationalized
these creative attributes.

Dari pernyataan tersebut diatas untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif


dapat menggunakan The Torrance Test of Creative Thingking (TTCC) dengan
menggunakan atribut berpikir kreatif, yaitu : a)Fluency b) Flesbility c) Originality d)
Elaboration e) Abstractness of the tittle f) Resistance to closure g) Emotional
expressiveness h) Articulateness I) Movement or Action j) Expressiveness k)
Synthesis or Combination l) Unusual visualization m) internal visualization n)
Extending or Breaking the boundaries o) Humor p) Richness of imagery q)
Colorfulness of imagery r) Fantasy
The Torrance test of Creative Thingking (TTCC) yang digunakan dalam
penelitian ini adalah fluency, flexibility, originality, dan elaboration, pemilihan
indikator tersebut sejalan dengan Munandar (2009, hlm. 192) yang menyebutkan
bahwa indikator dari berpikir kreatif adalah :

Nurul Haeriyah Ridwan, 2016


PENGARUH PENERAPAN METOD E PENGAJUAN MASALAH D AN METOD E PEMECAHAN MASALAH
TERHAD AP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
71

1. Berpikir lancar artinya menghasilkan banyak gagasan atau jawaban yang


relevan, arus pemikiran lancar.
2. Berpikir luwes artinya menghasilkan gagasan-gagasan yang seragam dan
mampu mengubah cara atau pendekatan, arah pemikiran yang berbeda-beda.
3. Berpikir orisinil artinya memberikan jawaban yang tidak lazim, yang lain dari
yang lain, yang jarang diberikan kebanyakan orang.
4. Berpikir terperinci (elaborasi) artinya mengembangkan, menambah, mem
perkaya suatu gagasan, memperinci detail-detail, memperluas sutu gagasan.
3.5.2 Metode Pembelajaran Pengajuan Masalah (Problem Posing)

Metode pembelajaran pengajuan Masalah (Problem Posing)


merupakan variabel independen. Metode problem posing adalah suatu
pembelajaran pengajuan masalah-masalah yang dituangkan dalam bentuk
pertanyaan. Metode ini menekanakan kepada kegiatan melalui merumuskan atau
mengajukan masalah oleh siswa. Menurut Silver (dalam solihat, 2014, hlm. 49),
problem posing meliputi beberapa pengertian, yaitu (1) perumusan soal atau
perumusan ulang soal yang telah diberikan dengan beberapa perubahan agar
lebih mudah dipahami siswa, (2) perumusan soal yang berkaitan dengan
syarat-syarat pada soal yang telah diselesaikan dalam rangka penemuan
alternatif penyelesaian, dan (3) pembuatan soal dari suatu situasi yang
diberikan. Adapun langkah-langkah dalam metode pembelajaran penyelesaian
masalah (problem solving) sebagai berikut :

Tabel 3.3
Langkah-langkah Metode Pembelajaran Pengajuan Masalah
(Problem Posing)
Tahapan Kegiatan Alokasi
waktu

1. Menjelaskan materi  Guru Memberikan Salam kepada


pelajaran dengan siswa
media yang telah  Guru mengecek kehadiran siswa
Nurul Haeriyah Ridwan, 2016
PENGARUH PENERAPAN METOD E PENGAJUAN MASALAH D AN METOD E PEMECAHAN MASALAH
TERHAD AP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
72

disediakan  Guru memotivasi siswa melalui


pertanyaan terkait materi yang akan
dipelajari 15 menit
 Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai
pada pembelajaran materi terkait,
melalui metode Problem Posing
dalam melaksanakan proses
pembelajaran.
 Guru menbagi siswa menjadi 5
kelompok masing-masing
kelompok maksimal terdiri dari 7
orang
Identifiying problems  Guru menugaskan setiap kelompok
and challenges untuk meresume beberapa buku
(identifikasi masalah yang berbeda dengan sengaja 20 menit
dan tantangan) dibedakan antar kelompok.
2.Membagi siswa  Masing-masing siswa dalam
menjadi kelompok kelompok membentuk pertanyaan
secara heterogen, berdasarkan hasil resume yang
3.Secara berkelompok, telah dibuat dalam lembar problem
siswa mengajukan posing I yang telah disiapkan
pertanyaan (antara 5-7 pertanyaan).
4.Menukarkan lembar  Kesemua tugas membentuk
soal pada kelompok pertanyaan dikumpulkan kemudian 30 menit
lainnya dilimpahkan pada kelompok lain.
Misalnya tugas membentuk
kelompok 1 diserahkan kepada
kelompok 2, dan seterusnya hingga
kelompok 5 diserahkan kepada
kelompok 1.
5.Menjawab soal pada  Setiap siswa dalam kelompoknya
lembar jawab. melakukan diskusi internal untuk
menjawab pertanyaan yang mereka
terima dari kelompok lain disertai
dengan tugas resume yang telah
dibuat kelompok lain tersebut.
setiapa jawaban atas pertanyaan
ditulis pada lembar problem posing 20 menit
II
 Pertanyaan yang telah dituis pada
Nurul Haeriyah Ridwan, 2016
PENGARUH PENERAPAN METOD E PENGAJUAN MASALAH D AN METOD E PEMECAHAN MASALAH
TERHAD AP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
73

lembar problem posing I


dikembalikan pada kelompok asal
untuk kemudian diserahkan kepada
guru dan jawaban yang terdapat
pada lembar problem posing II
diserahkan kepada guru
 Setiap kelompok mempersentasikan
6.Mempresentasikan hasil rangkuman dan pertanyaan
lembar soal dan yang telah dibuatnya pada
lembar jawab di kelompok lain. Diharapkan adanya
depan kelas. diskusi menarik diantara kelompok-
kelompok baik secara eksternal
maupun internal menyangkut 20 menit
pertanyaan yang telah dibuatnya
dan jawaban yang paling tepat
untuk mengatasi pertanyaan-
pertanyaan yang bersangkutan
 Guru menyerahkan format
penilaian yang diisi siswa berkenan
dengan evaluasi diri sendiri. Jadi,
siswa diberikan kesempatan untuk
menilai sendiri proses dan hasil
pembelajarannya masing-masing.

Silver dan Cai (dalam Macdonald, 2007, hlm. 137) mengklasifikasikan tiga
aktivitas koginitif dalam pembuatan soal sebagai berikut:

1. Pre-solution posing, yaitu pembuatan soal berdasarkan situasi atau informasi


yang diberikan
2. Within-solution posing, yaitu pembuatan atau formulasi soal yang sedang
diselesaikan. Pembuatan soal demikian dimaksudkan sebagai
penyederhanaan dari soal yang sedang diselesaikan. Dengan demikian,
pembuatan soal demikian akan mendukung penyelesaian soal semula.
3. Post-Solution Posing. Strategi ini juga disebut sebagai strategi “find a
more challenging problem”. Siswa memodifikasi atau merevisi tujuan atau
kondisi soal yang telah diselesaikan untuk menghasilkan soal-soal baru yang
Nurul Haeriyah Ridwan, 2016
PENGARUH PENERAPAN METOD E PENGAJUAN MASALAH D AN METOD E PEMECAHAN MASALAH
TERHAD AP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
74

lebih menantang. Pembuatan soal demikian merujuk pada strategi “what-if-


not...?”atau ”what happen if ...”. Beberapa teknik yang dapat digunakan untuk
membuat soal dengan Strategi itu adalah sebagai berikut:
a. Mengubah informasi atau data pada soal semula.
b. Menambah informasi atau data pada soal semula.
c. Mengubah nilai data yang diberikan, tetapi tetap mempertahankan kondisi
atau situasi soal semula.
d. Mengubah situasi atau kondisi soal semula, tetapi tetap mempertahankan
data atau informasi yang ada pada soal semula.

3.5.3 Metode Pembelajaran Pemecahan masalah (Problem Solving)

Metode Pembelajaran pemecahan masalah (problem solving) juga


merupakan variabel independen. Hanlie Murray, Alwyn Olivier, dan Piet Human
(1998, hlm. 68) menjelaskan bahwa pembelajaran penyelesaian masalah problem
solving merupakan salah satu dasar teoretis dari berbagai strategi pembelajaran
yang menjadikan masalah (problem) sebagai isu utamanya. Metode problem
solving (metode pemecahan masalah) merupakan suatu metode berpikir, sebab
dalam problem solving dapat digunakan langkah-langkah metode ilmiah yang
dimulai dengan mencari data sampai menarik kesimpulan. Adapun langkah-
langkah dalam metode pembelajaran penyelesaian masalah (problem solving)
sebagai berikut :

Tabel 3.4
Langkah-langkah Metode Pembelajaran Pemecahan Masalah
(Problem Solving)
Tahapan Kegiatan Alokasi
waktu

Pendahuluan  Guru Memberikan Salam kepada siswa


 Guru mengecek kehadiran siswa
 Guru memotivasi siswa melalui
Nurul Haeriyah Ridwan, 2016
PENGARUH PENERAPAN METOD E PENGAJUAN MASALAH D AN METOD E PEMECAHAN MASALAH
TERHAD AP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
75

pertanyaan terkait materi yang akan


dipelajari
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai pada pembelajaran 15 menit
materi terkait, melalui metode Problem
Solving dalam melaksanakan proses
pembelajaran.
 Guru menbagi siswa menjadi 5 kelompok
masing-masing kelompok maksimal
terdir dari 7 orang
Identifiying  Siswa diberikan pertanyaan terkait
problems and dengan isu atau masalah yang terkait
challenges dengan materi yang sedang dipelajari 5 menit
(identifikasi dalam bentuk soal-soal dalam lembaran
masalah dan kerja siswa (LKS)
tantangan)
Recocnizing Dengan menggunakan kemampuan yang
and stating the teroerinci siswa menganalisis masalah dari
important berbagai sudut pandang.
problem  Siswa merumuskan ruang lingkup, sebab
(mengenali akibat dan alternative pemecahan masalah 10 menit
dan  Siswa dimotivasi untuk terlibat secara
menyatakan langsung dan aktif dalam memecahkan
masalah) masalah yang berkaitan dengan materi
yang sedang dipelajari
Producing  Siswa mencari dan menyusun data.
alternative Menyajikan data dalam bentuk tabel dan
solution gambar 10 menit
(membuat  Siswa menelaah dan membahas data,
alternative menghubung-hubungkan dan mengambil
solusi) keputusan dan kesimpulan
Evaluating  Siswa mencari dan menyusun data.
alternative Menyajikan data dalam bentuk tabel dan
solutions gambar 10 menit
(mengevaluasi  Siswa menelaah dan membahas data,
alternative menghubung-hubungkan dan mengambil
solusi) keputusan dan kesimpulan
Evaluating  Siswa membuta alternative pemecahan
alternative masalah, menilai pilihan dan
solutions memperhitungkan akibat yang terjadi 10 menit
(mengevaluasi pada setiap pilihan
Nurul Haeriyah Ridwan, 2016
PENGARUH PENERAPAN METOD E PENGAJUAN MASALAH D AN METOD E PEMECAHAN MASALAH
TERHAD AP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
76

alternative
solusi)
Planning to  Siswa menuliskan laporan hasil diskusi
put solutions dengan mengikuti arahan guru
into use  Siswa mempersentasikan hasil diskusi
(merencanakan kelompok didepan kelas yang diwalkili 20 menit
dan oleh satu kelompok yang bersedia, dipilih
menggunakan secara acak, smentara siswa yang lain
alternative menanggapi dengan memberikan
solusi) pertanyaan atau pendapat.
Kegiatan akhir  Siswa dan guru bersama-sama
menyimpulkan hasil pembelajaran materi
yang terkait 15menit
 Guru melakukan penilaian afektif pada
saat diskusi kelompok berlangsung dan
penilaian hasil kerja kelompok

3.5.4 Metode Pembelajaran Konvensional

Model konvensional merupakan salah satu dari metode pembelajaran yang


dimana cara penyampaiannya melalui penuturan secara lisan atau penjelasan
langsung kepada sekelompok siswa. Metode konvensional dapat diartikan sebagai
metode pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena
sejak dulu metode ini telah digunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dan
siswa dalam proses belajar mengajar. Metode ceramah adalah cara penyajian
pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada kelompok
siswa. Adapun skenario pembelajaran konvensional (ceramah) dapat di lihat pada
tabel 3.5 di bawah ini:

Tabel 3.5
Langkah-langkah Metode Pembelajaran Konvensional (Ceramah)
NO Kegiatan Pembelajaran Langkah Pembelajaran
1 Kegiatan Awal - Guru melakukan apersepsi.
- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
2 Kegiatan Inti Pelaksanan pembelajaran dengan menggunakan
metode konvensional (ceramah), langkah-
Nurul Haeriyah Ridwan, 2016
PENGARUH PENERAPAN METOD E PENGAJUAN MASALAH D AN METOD E PEMECAHAN MASALAH
TERHAD AP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
77

langkahnya yaitu :
- Guru menyampaikan serta menjelaskan
materi pelajaran
- Guru memberikan contoh soal terkait
dengan materi pelajaran
- Guru memberikan latihan soal dari LKS
atau buku penunjang
- Guru memberikan kesempatan waktu
kepada siswa untuk berdiskusi atau
bertanya jika hal yang tidak dimengerti
3 Kegiatan Penutup Guru bersama siswa menyimpulkan materi.
Guru memberikan tindak lanjut untuk pertemuan
selanjutnya.

3.6 Alat Penelitian


Instrument penelitian atau alat penelitian merupakan sesuatu yang
dapat digunakan untuk mempermudah seseorang dalam melaksanakan tugas dan
mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien (Suharsimi, Arikunto, 2013:40).
Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes baik pretest
maupun protest untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif pada siswa selama
proses pembelajaran berlangsung, yang ditunjang dengan kuisioner pada siswa.
3.6.1 Tes kemampuan berpikir kreatif
Tes sebagai instrument pengumpulan data adalah serangkaian
pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan, intelegensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok. (Ridwan, 2012, hlm. 42).
Tes digunakan untuk mengukur variabel terkait berapa kemampuan
berpikir kreatif dengan menggunakan The Tournance Test of Creative Thingking
(TTCC). Pada penelitian ini, tes hanya dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pretest
yang dilakukan sebelum perlakuan (pra treatment) dan post test yang dilakukan
(post treatment). Langkah-langkah, dalam penyusunan tes kemampuan berpikir
kreatif siswa meliputi :
Nurul Haeriyah Ridwan, 2016
PENGARUH PENERAPAN METOD E PENGAJUAN MASALAH D AN METOD E PEMECAHAN MASALAH
TERHAD AP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
78

a. Menentukan SK, KD, indikator dan tujuan pembelajaran


b. Membuat kisi-kisi tes
Kisi-kisi mengambarkan penyebaran jumlah pokok uji yang akan dibuat untuk
pokok bahasan dan jenjang tertentu. Pembuatan kisi-kis tertulis sebagai
rancangan tes harus merujuk pada kompetensi dasar, indikator pembelajaran,
sub materi poko uji, dan jumlah soal.
c. Menyusun tes kemampuan berpikir kreatif
Penyusunan tes kemampuan berpikir kreatif didasarkan pada kisi-kisi yang
telah dibentuk (Tabel 3.5)

Tabel 3.6
Kisi-kisi Alat Test Berpikir Kreatif Pilihan Ganda
Kompetensi Dasar Aspek Berpikir Kreatif Indikator Butir
Soal
3.7Mendeskripsikan Berpikir lancar (fluency)  Mendeskripsikan 1,2,3,4,
kebijakan moneter menghasilkan banyak pengertian 10,11,12
dan kebijakan gagasan/jawaban yang relevan kebijakan moneter
fiskal ditandai dengan kemampuan  Mengidentifikasi
menemukan berbagai macam instrumen
penyelesaian masalah dan kebijakan moneter
memilih salah satu  mengidentifikasi
diantaranya. penyebab inflasi
 Menganalisis
instrumen
kebijakan moneter
 Menganalisis
kebijakan fiskal
 Menganalisis
instrumen
kebijakan fiskal

Berpikir luwes (fleksibel):  Menganalisis 5,13,14


Menghasilkan gagasan- instrumen
gagasan yang seragam ditandai kebijakan moneter
dengan kemampuan  Menganalisis
menyelesaikan masalah instrumen
dengan cara beragam
Nurul Haeriyah Ridwan, 2016
PENGARUH PENERAPAN METOD E PENGAJUAN MASALAH D AN METOD E PEMECAHAN MASALAH
TERHAD AP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
79

kebijakan fiskal
 Menganalisis
instrumen
kebijakan fiskal

Berpikir orisinal: memberikan  Menganalisis laju 6,7,15,16


jawaban yang tidak lazim, lain inflasi ,17
dari yang lain, yang jarang  Menghitung laju
diberikan kebanyakan orang inflasi
ditandai dengan kemampuan  Menganalisis
menyelesaikan masalah Kebijakan Fiskal
dengan cara sendiri.  Menganalisis
Kebijakan Fiskal
 Menganalisis
inflasi

Berpikir Terperinci  Mendeskripsikan 8, 9, 18,


(elaborasi): Memperluas suatu Tujuan Kebijakan 19,20,21,
gagasan ditandai dengan Moneter 22
kemampuan merinci dalam  Mengidentifikasi
menyelesaikan suatu masalah instrumen
Kebijakan Moneter
 Mengeneralisasi
laju inflasi
 Menganalisis
peran kebijakan
moneter
 Menganalisis
insturmen
kebijakan fiskal
 Menganalisis
insturmen
kebijakan fiskal

Tabel 3.7
Kisi-kisi Alat Tes Berpikir Kreatif Uraian (Essay)

Kompetensi Dasar Aspek Berpikir Kreatif Indikator No Soal


3.7Mendeskripsikan Berpikir lancar (fluency):  Mengevaluasi 1,5
Nurul Haeriyah Ridwan, 2016
PENGARUH PENERAPAN METOD E PENGAJUAN MASALAH D AN METOD E PEMECAHAN MASALAH
TERHAD AP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
80

kebijakan moneter Menghasilkan banyak sistem Kebijakan


dan kebijakan gagasan/jawaban yang Moneter
fiskal relevan ditandai dengan  Mengevaluasi
kemampuan menemukan dampak inflasi
berbagai macam penyelesaian
masalah dan memilih salah
satu diantaranya.
Berpikir luwes (fleksibel):  Menghitung Laju 2
Menghasilkan gagasan- Inflasi
gagasan yang seragam
ditandai dengan kemampuan
menyelesaikan masalah
dengan cara beragam
Berpikir orisinil: memberikan  Menganalisis Peran 3
jawaban yang tidak lazim, dan fungsi
lain dari yang lain, yang kebijakan moneter
jarang diberikan kebanyakan
orang ditandai dengan
kemampuan menyelesaikan
masalah dengan cara sendiri.
Berpikir terperinci  Merinci Anggaran 4
(elaborasi): Memperluas defisit
suatu gagasan ditandai
dengan kemampuan merinci
dalam menyelesaikan suatu
masalah.

3.6.2 Instrumen Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui segnifikansi penerapan model


pembelajaran Metode Problem Posing dan peningkatan Metode Problem Solving
terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada mata pelajaran ekonomi. Oleh
karena itu perlu dikembangkan beberapa instrument penelitian yang dapat digunakan
untuk memperoleh data. Untuk soal essay, instrument yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu instrument tes. Arikunto (1998, hlm. 139) menjelaskan bahwa “
tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bekal yang
Nurul Haeriyah Ridwan, 2016
PENGARUH PENERAPAN METOD E PENGAJUAN MASALAH D AN METOD E PEMECAHAN MASALAH
TERHAD AP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
81

dimiliki oleh individu atau kelompok”. Instrument teknik tes yang digunakan adalah
seperangkat tes tipe pilihan ganda dan uraian yang bertujuan untuk mengukur
kemampuan berpikir kreatif peserta didik. Penyusunan soal tes peserta didik
bertujuan untuk mengukur peningkatan keterampilan berpikir peserta didik selama
pembelajaran berlangsung. Aspek yang dilihat pada tes keterampilan berpikir kreatif
meliputi : 1) Fluency (Kelancaran), 2) Flexibility (Keluwesan), 3) Originality
(keaslian), 4 Elaboration (elaborasi).
Tes dalam penelitian ini terdiri dari tes awal (Pretest), yaitu tes yang
dilakukan sebelum perlakuan dan tes akhir (Posttest) setelah perlakuan. Hal ini
dilakukan karena peneliti ingin mengamati sejauh mana perbedaan hasil belajar
tersebut terjadi sebelum dan setelah pembelajaran dilakukan pada kelas eksperimen.
Pretest dilaksanakan untuk mengukur kemampuan awal peserta didik, sementara
posttest dilakukan setelah pembelajaran (setelah diberikan perlakuan pada setiap blok
eksperimen) dilakukan.

3.6.3 Uji Validitas Instrumen


Validitas instrumen menurut Kimberlin & Winterstein (2008, hlm. 2278)
terdiri dari validitas konstruk/isi dan validitas eksternal. Validitas konstruk
didefinisikan sebagai seberapa baik tes atau tindakan percobaan sampai mengklaim.
Hal ini mengacu pada apakah definisi operasional dari variabel-benar mencerminkan
makna teoritis sebenarnya dari konsep. Validitas konstruk adalah alat yang digunakan
hampir secara eksklusif dalam ilmu sosial, psikologi dan pendidikan. Validitas
eksternal mengacu pada sejauh mana hasil penelitian dapat digeneralisasi melalui
sampel. Dimana hasilnya dapat digeneralisir. Untuk menguji validitas konstruk maka
dapat digunakan pendapat dari para ahli (judgement expert). Validitas isi dapat
dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang
telah diajarkan. Sebelum instrumen diujicoba, maka instrument tersebut akan
dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dua orang dosen pembimbing. Instrumen
Nurul Haeriyah Ridwan, 2016
PENGARUH PENERAPAN METOD E PENGAJUAN MASALAH D AN METOD E PEMECAHAN MASALAH
TERHAD AP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
82

tersebut akan diperiksa dari segi bahasa dan akurasi kajian materi, kemudian soal
diujicobakan. Tujuan ujicoba ini untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas
butir soal. Hal tersebut sejalan dengan Aswar (2004, Hlm. 46) yang menyatakan
bahwa “Validitas isi sebagaimana dimaksudkan telah dicapai oleh tes, banyak
tergantung pada penilaian subjektif individual. Dikarenakan estimasi validitas ini
tidak melibatkan perhitungan statistik apapun melainkan dengan analisis rasional”.
Mka tidaklah diharapkan setiap orang akan sama sependapat mengenai sejauh mana
validitas isi suatu tes telah dicapai.
Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan antara
kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan.
Instrumen penelitian berbentuk soal pilihan ganda diuji cobakan dan dihitung

validitasnya, menggunakan rumus korelasi point biserial ; r pbi = Mp  Mt p


SDt q

Keterangan :
r pbi = Koefisien korelasi point biserial
Mp = Skor rata-rata hitung untuk butir yang dijawab benar
Mt = Skor rata-rata total
Sdt = Standar deviasi skor total
p = Proporsi siswa yang yang menjawab benar pada butir yang diuji validitasnya
q = Proporsi siswa yang yang menjawab salah pada butir yang diuji validitasnya

Langkah-langkah pengujian validitas item tes menggunakan rumus koefisien


korelasi point biserial untuk soal pilihan ganda, sebagai berikut :
1. Menyiapkan tabel perhitungan dalam rangka analisis validitas item.

2. Mencari mean dari skor total yaitu Mt , dengan rumus : Mt =  Xt


N

3. Mencari deviasi standar total yaitu SDt, dengan menggunakan rumus :


SDt = X X
2
2
 
t


t


N  N 

4. Menghitung Mp untuk butir item nomor 1 sampai dengan nomor 40


menggunakan tabel bantu

Nurul Haeriyah Ridwan, 2016


PENGARUH PENERAPAN METOD E PENGAJUAN MASALAH D AN METOD E PEMECAHAN MASALAH
TERHAD AP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
83

5. Menghitung koefisien korelasi rpbi

Ketentuan interpretasi terhadap rpbi ini digunakan dk = N-2, derajat kebebasan


tersebut dikonsultasikan pada tabel nilai „r‟ product moment, pada taraf signifikansi
5% , dengan syarat interpretasi sebagai berikut : Jika rhitung > rtabel berarti data valid,
dan Jika rhitung < rtabel berarti data tidak valid.
Uji Realibilitas Instrumen
Reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh ketika diuji ulang dengan
tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dari satu pengukuran ke pengukuran
lainnya. Reliabilitas menunjukkan sejauh mana tingkat kekonsistenan pengukuran
dari suatu responden ke responden yang lain atau dengan kata lain sejauh mana
pertanyaan dapat difahami sehingga tidak menyebabkan beda interpretasi dalam
pemahaman pertanyaan tersebut. Sekumpulan pertanyaan untuk mengukur suatu
variabel dikatakan reliabel dan berhasil mengukur variabel yang kita ukur jika
koefisien reliabilitasnya lebih besar atau sama dengan 0,700 (Sofyan Yamin & Heri
Kurniawan, 2007, hlm. 284)
Uji reliabilitas yang digunakan untuk instrumen pengetahuan adalah teknik
Koefisien Reliabilitas Kuder Richardson 20 (KR-20). Teknik tersebut adalah sebagai
berikut:

 k   p1  p  
KR  20   
 k  1  
2
Sx 
Keterangan:
k = banyaknya item
Sx2 = varians skor total
p = proporsi subjek yang menjawab betul item tersebut
(Saifudin Azwar, Reliabilitas dan Validitas, 2004).
Tabel 3.8
Rekapitulasi Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Item Alat Tes Kemampuan
Berpikir Kreatif Soal Pilihan Ganda

Nurul Haeriyah Ridwan, 2016


PENGARUH PENERAPAN METOD E PENGAJUAN MASALAH D AN METOD E PEMECAHAN MASALAH
TERHAD AP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
84

No No
r-hitung Keterangan r-hitung Keterangan
Item Item
1 0.481 Valid 12 0.370 Valid
2 0.352 Valid 13 0.465 Valid
3 0.427 Valid 14 0.453 Valid
4 0.324 Valid 15 0.351 Valid
5 0.318 Valid 16 0.339 Valid
6 0.390 Valid 17 0.364 Valid
7 0.478 Valid 18 0.382 Valid
8 0.339 Valid 19 0.363 Valid
9 0.524 Valid 20 0.392 Valid
10 0.376 Valid 21 0.402 Valid
11 0.328 Valid 22 0.423 Valid
Koefisien Reliabilitas 0.751
Titik Kritis 0.700
Kesimpulan Reliabel

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh informasi bahwa seluruh pernyataan yang


diajukan dalam mengukur berfikir kreatif memiliki nilai r-hitung > r-tabel (0,312)
yang menunjukan bahwa seluruh pernyataan yang diuji sudah melakukan fungsi
ukurnya. Dan dari hasil pengujian reliabilitas, diperoleh nilai koefisien reliabilitas
sebesar 0,751 > 0,700 yang menunjukan bahwa seluruh pernyataan yang diuji sudah
menunjukan keandalannya.

3.6.5 Analisis Butir Soal

Analisis Butir soal bertujuan untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang


tergolong kelompok baik, kurang baik, dan soal yang jelek dengan analisis yang
dapat diperoleh informasi tentang kejelekan sebuah soal dan petunjuk yang dapat
mengadakan perbaikan (Suhardimi Arikunto, 2013, hlm. 222).

3.6.6 Tingkat kesukaran Instrumen

Nurul Haeriyah Ridwan, 2016


PENGARUH PENERAPAN METOD E PENGAJUAN MASALAH D AN METOD E PEMECAHAN MASALAH
TERHAD AP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
85

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.
Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha
memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa
menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar
jangkauannya. (Suharsimi Arikunto, 2013, hlm. 222)
Untuk menghitung tingkat kesukaran soal pilihan ganda, digunakan rumus :

P=

Keterangan :
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Sedangkan untuk mengukur tingkat kesukaran soal essay digunakan rumus
sebagai berikut :

(1) Mean =

(2) Tingkat Kesukaran =

Indeks kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut :


P 0,00-0,30 = Soal dianggap sukar
P 0,31-0,70 = Soal dianggap sedang
P0,71-1,00 = Soal diangap mudah

Tingkat kesukaran merupakan parameter untuk menyatakan bahwa item soal


adalah mudah, sedang dan sukar. Berdasarkan perhitungan tingkat kesukaran soal
kemampuan berpikir kreatif pada soal pilihan ganda, terdapat 1 soal kategori mudah,
10 soal kategori sedang, dan 4 soal kategori sukar.

Tabel 3. 9
Interprestasi Tingkat Kesukaran Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

Nurul Haeriyah Ridwan, 2016


PENGARUH PENERAPAN METOD E PENGAJUAN MASALAH D AN METOD E PEMECAHAN MASALAH
TERHAD AP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
86

No Tingkat No Tingkat
Tafsiran Tafsiran
Item Kesukaran Item Kesukaran
1 0.769 Mudah 12 0.821 Mudah
2 0.590 Sedang 13 0.385 Sedang
3 0.590 Sedang 14 0.333 Sedang
4 0.667 Sedang 15 0.692 Sedang
5 0.564 Sedang 16 0.462 Sedang
6 0.590 Sedang 17 0.513 Sedang
7 0.385 Sedang 18 0.487 Sedang
8 0.462 Sedang 19 0.359 Sedang
9 0.769 Mudah 20 0.564 Sedang
10 0.513 Sedang 21 0.590 Sedang
11 0.590 Sedang 22 0.769 Mudah

Tabel di atas menjelaskan hasil analisis tingkat kesukaran untuk setiap butir
soal. Dari data yang disajikan pada tabel di atas terlihat dari 15 butir soal yang
dianalisis, diketahui 4 butir soal diantaranya terkategorikan mudah, sedangkan 18
butir soal lainnya terkategorikan sedang.

3.6.7 Daya Pembeda Instrumen


Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara
siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang berkemampuan rendah.
Rumus yang digunakan untuk menentukan daya pembela soal pilihan ganda adalah:

D= =

Dimana :
D = Jumlah peserta test
BA = Banyaknya kelompok peserta atas yang menjawab soal itu dengan benar
BB = Banyaknya Kelompok peserta bawah yang menjawab soal itu dengan benar
JA = Banyaknya peserta kelompok atas
Nurul Haeriyah Ridwan, 2016
PENGARUH PENERAPAN METOD E PENGAJUAN MASALAH D AN METOD E PEMECAHAN MASALAH
TERHAD AP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
87

JB = Banyaknya peserta kelompok bawah


PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (P sebagai indeks
kesukaran)
PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Rumus yang digunakan untuk menghitung daya pembeda soal essay adalah sebagai
berikut :

DP =

(Safari,2008)
Kriteria daya pembeda diklasifikasikan sebagai berikut :
D ≤0,00 = Sangat jelek
0,00<D≤0,20 = Jelek
0,20<D≤0,40 = Cukup (satisfactory)
0,40<D≤0,70 = Baik (good)
0,70<D≤1,00 = Sangat Baik

Tabel 3.10
Interprestasi Daya Pembeda Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

No Daya No Daya
Tafsiran Tafsiran
Item Pembeda Item Pembeda
1 0.368 Cukup 12 0.368 Cukup
2 0.421 Baik 13 0.368 Cukup
3 0.263 Cukup 14 0.263 Cukup
4 0.316 Cukup 15 0.263 Cukup
5 0.211 Cukup 16 0.368 Cukup
6 0.211 Cukup 17 0.211 Cukup

Nurul Haeriyah Ridwan, 2016


PENGARUH PENERAPAN METOD E PENGAJUAN MASALAH D AN METOD E PEMECAHAN MASALAH
TERHAD AP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
88

7 0.526 Baik 18 0.211 Cukup


8 0.368 Cukup 19 0.421 Baik
9 0.368 Cukup 20 0.316 Cukup
10 0.263 Cukup 21 0.474 Baik
11 0.316 Cukup 22 0.368 Cukup

Suatu soal dikategorikan mempunyai daya pembeda soal yang baik artinya
soal tersebut dapat dijawab oleh siswa yang berkemampuan tinggi saja, karena tujuan
dari data pembeda soal adalah suatu soal yg dapat membedakan siswa yang
berkemampuan rendah dilihat dari dapat tidaknya mengerjakan soal. Jika daya
pembeda bernilai negatif, maka butir soal tersebut sebaiknya dibuang saja.
Karena pada uji coba tes daya pembeda tidak terdapat nilai yang negative,

maka tidak ada soal yang dibuang.

3.6.8 Observasi

Obserasi adalah melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian


untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Apabila objek penelitian bersifat
perilaku dan tindakan manusia, fenomena alam (kejadian-kejadian yang ada didalam
sekitar), proses kerja dan penggunaan responden kecil. (Riduwan, 2012, hlm. 42).
Dalam penelitian ini, observasi dilakukan dengan menggunakan skala sikap
dalam mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa. Skala sikap dalam penelitian ini
menggunakan skor 1 sampai dengan 5, dengan kriteria sebagai berikut :

Tabel 3.11
Kriteria Skala Sikap
Skal Sikap Kriteria
1 Tidak Aktif
2 Kurang Aktif

Nurul Haeriyah Ridwan, 2016


PENGARUH PENERAPAN METOD E PENGAJUAN MASALAH D AN METOD E PEMECAHAN MASALAH
TERHAD AP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
89

3 Cukup aktif
4 Aktif
5 Sangat Aktif
3.6.9 Kuesioner

Kuisioner dalam penelitian ini merupaka1 data penunjang bagi hasil


penelitian. Pertanyaan dalam kuisioner ini terdiri 15 pertanyaan, yang dapat
menggambarkan kemampuan guru dalam membangkitkan motivasi belajar siswa
untuk meningkatkan minat belajar pada mata pelajaran ekonomi. Selan itu kuisioner
ini pun bertujuan untuk mengetahui kemampuan guru dalam penggunaan metode
pembelajaran pemecahan masalah (problem posing) dan metode pemecahan masalah
(problem solving).

3.7 Prosedur Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Penelitian


3.7.1 Prosedur Penelitian

Penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan persiapan penelitian, pelaksanaan


penelitian dan pengolahan data penelitian.

1. Tahap persiapan
a. Melakukan studi literatur untuk mengkaji standar kompetensi dan
kompetensi dasar pada mata pelajaran ekonomi melalui buku pelajaran
ekonomi SMA.
b. Menetapkan materi pembelajaran yang akan dipergunakan dalam
penelitian
c. Membuat silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
d. Menyusun alat penelitian dalam bentuk pilihan ganda dan uraian (essay)
e. Melakukan uji coba instrument penelitian.
f. Menganalisis hasil coba instrument penelitian, kemudian menentukan soal
yang layak untuk dijadikan sebagai instrument penelitian. Untuk

Nurul Haeriyah Ridwan, 2016


PENGARUH PENERAPAN METOD E PENGAJUAN MASALAH D AN METOD E PEMECAHAN MASALAH
TERHAD AP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
90

menganalisis hasil uji coba instrument dilakukan pengolaan data validitas,


reabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran.
g. Menentukan waktu penelitian untuk melakukan penerapan model
pembelajaran pemecahan masalah (problem posing) dan metode
pembelajaran pemecahan masalah (problem solving)
1. Tahap Pelaksanaan penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Memberikan tes awal/pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
untuk mengetahui tes kemampuan awal siswa.
b. Memberikan perlakuan pada kelas eksperimen yaitu dengan menerapkan
metode pembelajaran pemecahan masalah (problem Posing) dan metode
pembelajaran pemecahan masalah (problem solving)
c. Memberikan posttest/ tes akhir pada kelompok eksperimen setelah
pembelajaran berakhir untuk mengetahui hasil belajar siswa.
2. Tahap akhir penelitian
a. Mengolah dan menganalisis data hasil tes awal dan tes akhir serta nilai
rata-rata yang di normalisasi.
b. Mengkonsultasikan hasil pengolahan data penelitian kepada pembimbing
c. Menguji hipotesis dan menganalisis hasil penelitian
d. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan
data untuk menjawab permasalah penelitian
e. Memberikan saran-saran terhadap kekurangan yang menjadi hambatan
dalam pelaksanaan pembelajaran.

Nurul Haeriyah Ridwan, 2016


PENGARUH PENERAPAN METOD E PENGAJUAN MASALAH D AN METOD E PEMECAHAN MASALAH
TERHAD AP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
91

Gambar 3.1
Prosedur Penelitian

Persiapan Penelitian

Studi Lapangan Studi Kepustakaan

Masalah

Peyusunan Alat Tes Penentuan Subjek Penelitian

Uji Coba Alat Tes


Kelas Kelas Kelas
Treatment (X1) Treatment (X2) Kontrol (X)

Butir soal Hasil Revisi


Pretest

Treatment

Problem Posing Problem Solving Konvensional

(X1) (X2) (X)

Post Test

Analisis Data

Nurul Haeriyah Ridwan, 2016


PENGARUH PENERAPAN METOD E PENGAJUAN MASALAH D AN METOD E PEMECAHAN MASALAH
TERHAD AP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
92

Interprestasi Hasil

3.7.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian


Kesimpulan
Variabel dapat diartikan sebagai sesuatu yang dijadikan objek penelitian.
Faktor-faktor yang berperan dala peristiwa atau gejala yang akan diteliti. Menurut
Arikunto (2009, hlm. 96) menyatakan bahwa variabel adalah objek penelitian atau
apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”. Sedangkan menurut Sugiyono
(2013, hlm. 61) menyatakan bahwa variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai
dari orang, objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Untuk memberikan
penafsiran yang sama terhadap variabel-variabel dalam penelitian ini, maka perlu
dijelaskan definisi dari variabel-variabel penelitian yaitu sebagai berikut:
1. Metode Pembelajaran problem posing adalah adalah suatu pembelajaran
pengajuan masalah-masalah yang dituangkan dalam bentuk pertanyaan. Metode
ini menekanakan kepada kegiatan melalui merumuskan atau mengajukan
masalah oleh siswa. Menurut Silver (dalam solihat, 2014, hlm. 49), problem
posing meliputi beberapa pengertian, yaitu (1) perumusan soal atau perumusan
ulang soal yang telah diberikan dengan beberapa perubahan agar lebih
mudah dipahami siswa, (2) perumusan soal yang berkaitan dengan syarat-
syarat pada soal yang telah diselesaikan dalam rangka penemuan alternatif
penyelesaian, dan (3) pembuatan soal dari suatu situasi yang diberikan.
2. Metode pembelajaran problem solving adalah suatu penyajian materi pelajaran
yang menghadapkan peserta didik pada persoalan yang harus dipecahkan atau
diselesaikan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Adapun langkah-langkah dari
metode pembelajaran problem solving menurut Sanjaya (2011, hlm. 217) adalah
sebagai berikut : Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan
masalah yang akan dipecahkan. Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa

Nurul Haeriyah Ridwan, 2016


PENGARUH PENERAPAN METOD E PENGAJUAN MASALAH D AN METOD E PEMECAHAN MASALAH
TERHAD AP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
93

meninjau masalah secara kreatif dari berbagai sudut pandang. Merumuskan


hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan
sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Mengumpulkan data, yaitu langkah
siswa mencari dan mengambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan
masalah. Pengujian hipotesis, yaitu langkah-langkah siswa mengambil atau
merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis
yang diajukan, dan Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah
siswa mengambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai hasil rumusan
hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.
3. Berpikir kreatif adalah suatu kemampuan seseorang untuk menciptakan ide atau
gagasan baru sehingga membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagi
tujuan dalam hidupnya (Maxwell 2004, hlm. 136). Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 3.11 definisi Operasional di bawah ini:

Tabel 3.12
Operasional Penelitian
Indikator Variabel

Variabel Konsep Indikator Ukuran


(X1) Metode Metode problem 1. Menjelaskan Terlaksananya kegiatan guru memandu
Problem posing adalah materi peserta didik dalam hal :
Posing suatu pelajaran 1. Menerima dan memperhatikan.
pembelajaran dengan media 2. Merespon pandangan terhadap masalah
pengajuan yang telah 3. Menghargai
masalah-masalah disediakan, 4.Mengorganisasikan nilai, yakni
yang dituangkan 2. Membagi kemampuan untuk mengukur nilai
dalam bentuk siswa menjadi menjadi sebuah sistem nilai bagi
pertanyaan. kelompok dirinya.
Metode ini secara
menekanakan heterogen,
kepada kegiatan 3. Secara
melalui berkelompok,

Nurul Haeriyah Ridwan, 2016


PENGARUH PENERAPAN METOD E PENGAJUAN MASALAH D AN METOD E PEMECAHAN MASALAH
TERHAD AP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
94

merumuskan atau siswa


mengajukan mengajukan
masalah oleh pertanyaan
siswa. pada lembar
soal,
4. Menukarkan
lembar soal
pada kelompok
lainnya,
5. Menjawab
soal pada
lembar jawab,
dan
6. Mempresentasi
kan lembar
soal dan
lembar jawab
di depan kelas.
(X2) Metode Metode problem 1. Pendahuluan Terlaksananya kegiatan guru memandu
Problem solving 2. Identifiying peserta didik terlibat dalam proses belajar
Solving merupakan salah problems and serta melatih mereka untuk dapat :
satu dasar teoretis challenges 1. Menjelajah.
dari berbagai (identifikasi 2. Mencari.
strategi masalah dan 3. Mempertanyakan sesuatu.
pembelajaran tantangan) 4. Menyelidiki jawaban atas pertanyaan.
yang menjadikan 3. Recocnizing 5. Menyampaikan hasil perolehannya
masalah and stating the secara komunikatif.
(problem) sebagai important
isu utamanya. problem
(mengenali dan
menyatakan
masalah)
4. Producing

Nurul Haeriyah Ridwan, 2016


PENGARUH PENERAPAN METOD E PENGAJUAN MASALAH D AN METOD E PEMECAHAN MASALAH
TERHAD AP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
95

alternative
solution
(membuat
alternatif
solusi)
5. Evaluating
mengevaluasi
6. Planning to
put solutions
into use
(merencanakan
dan
menggunakan
alternatif
solusi)
7. Kegiatan akhir

(Y) Berpikir kreatif Berpikir lancar menghasilkan banyak gagasan/jawaban


Kemampuan adalah suatu (fluency) yang relevan ditandai dengan kemampuan
Berpikir kemampuan menemukan berbagai macam
Kreatif seseorang untuk penyelesaian masalah dan memilik salah
menciptakan ide satu diantaranya.
atau gagasan baru Berpikir luwes Menghasilkan gagasan-gagasan yang
sehingga (fleksibel): seragam ditandai dengan kemampuan
membuatnya menyelesaikan masalah dengan cara
merasa mampu beragam
untuk bisa Berpikir orisinal memberikan jawaban yang tidak lazim,
mencapai berbagi lain dari yang lain, yang jarang diberikan
tujuan dalam kebanyakan orang ditandai dengan
hidupnya kemampuan menyelesaikan mslah denga
(Maxwell, 2004). cara sendiri.
Berpikir Memperluas suatu gagasan ditandai
Terperinci dengan kemampuan merinci dalam

Nurul Haeriyah Ridwan, 2016


PENGARUH PENERAPAN METOD E PENGAJUAN MASALAH D AN METOD E PEMECAHAN MASALAH
TERHAD AP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
96

(elaborasi) menyelesaikan suatu masalah.

3.8 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

3.8.1 Teknik Pengolahan Data

Data eksperimen diperoleh dari pretest dan posttest. Setelah diperoleh data
dari kedua kelas tersebut maka dilakukan langkah- langkah sebagai berikut:

1. Penskoran
Penskoran tes pilihan ganda dan essay dilakukan dengan menggunakan
pedoman penskoran. Sebelum lembar jawaban siswa diberikan skor, terlebih
dahulu ditentukan standar penilaian untuk tiap tahap sehingga dalam
pelaksanaannya unsur subjektifitas dapat dikurangi. Skor setiap siswa
ditentukan dengan menghitung jumlah jawaban yang benar. Pemberian skor
dihitung dengan menggunakan rumus:
S = ∑R
Dengan : S= Skor siswa dan R= jawaban siswa yang benar
2. Mengubah skor mentah menjadi nilai dilakukan dengan mengacu pada
penilaian Acuan Patokan (PAP).

Nilai siswa (%) =

3. Menghitung nilai maksimum, minimum, dan rata-rata hasil pre test dan post
test.
4. Menghitung nilai N-Gain dengan menggunakan rumus Hake (Kusnendi,
2013) sebagai berikut :

Gain ternormalisasi (g) =

Keterangan:
Nurul Haeriyah Ridwan, 2016
PENGARUH PENERAPAN METOD E PENGAJUAN MASALAH D AN METOD E PEMECAHAN MASALAH
TERHAD AP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
97

(g) = Gain yang dinormalisir


Posttest = Tes di akhir pembelajaran
Pretest = tes diawal pembelajaran
Acuan kriteria peroleh gain yang sudah dinormalisasikan sebagai berikut :

Tabel 3.13
Kriteria Indeks Gain

Skor Kategori
(g)≥0,70 Tinggi
0,30≤(g)<0,70 Sedang
(g)<0,30 Rendah

3.8.2 Teknik Analisis Data

Sebelum dilakukan uji hipotesis, dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas
terlebih dahulu, yaitu sebagai berikut :

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah populasi berdasarkan data


sample berdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan penyelidikan dengan
mengguakan tes distribusi normal. Pengujian kenormalan data dilakukan
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Uji Kolmogorov-Smirnov digunakan
untuk menguji apakah dua sampel independen tersebut berasal dari populasi yang
sama atau dari populasi-populasi yang memiliki distribusi yang sama. Pengujian
didasarkan engan memperhatikan kesesuian antara dua distribusi frekuensi
kumulatif yang disusun dari dua sempel independen tersebut. Jika distribusi
frekuensi kumulatif dari dua sempel independen tersebut cenderung berdekatan
atau sama, maka hipotesis nihil yang mengatakan bahwa dua sampel independen
diambil dari populasi-populasi yang berdistribusi sama bias diterima. Oleh karena
itu, uji ini didasarkan pada nilai selisih maksimum dari dua dstribusi frekuensi
kumulatifnya. Apabila nilai selisih maksimum ini lebih besar daripada nlai selisih
Nurul Haeriyah Ridwan, 2016
PENGARUH PENERAPAN METOD E PENGAJUAN MASALAH D AN METOD E PEMECAHAN MASALAH
TERHAD AP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
98

yang diharapkan ini berarti bahwa kesenjangan antara dua distribusi tersebut
cukup besar sehingga hipotesis nihil ditolak. Kriteria data variabel dependen
berdistribusi normal adalah H0 ditolak jika P-value > 0,05; artinya data
berdistribusi normal. Jika n ≥30, kecendurungannya data berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah skor-kor pada penelitian
yang dilakukan mempunyai variasi yang homogeny atau tidak. Uji
homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji Levene Test dengan kriteria
H0 tidak dapat ditolak jika P-value >0,05; artinya homogenitas varians
terpenuhi.
c. Uji Hipotesis
Uji Hipotesis penelitian didasarkan pada data kemampuan berpikir kreatif
yaitu data selisih nilai pre test dan post test. Pengujian hipotesis dilakukan
dengan menggunakan uji t-ndependen dua arah (t-test independent). Uji t
independen dua arah ini digunakan untuk menguji signifikasi perbedaan rata-
rata (mean) dua kelompok sampel eksperimen yang tidak berhubungan, rumus
yang digunakan adalah :
̅ ̅

Keterangan
̅ dan = Nilai rata-rata sampel
dan = Varians sampel
dan = Ukuran sampel
Adapun kriteria pengujian hipotesis, dirangkum pada tabel 3.13 sebagai
berikut :
Tabel 3.14
Masalah, Hipotesis, dan Statistik Uji

Nurul Haeriyah Ridwan, 2016


PENGARUH PENERAPAN METOD E PENGAJUAN MASALAH D AN METOD E PEMECAHAN MASALAH
TERHAD AP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
99

Masalah Hipotesis Hipotesis Statistik Kriteria


Statistik Uji Uji

1. Apakah Terdapat Ho : Paired H0 ditolak


terdapat peningkatan ̂ 1post= sample t test jika P- value
perbedaan kemampuan ̂ 1pre H1 ≤ 0,05 (1
kemampuan berpikik : ̂ 1post> tailed test)
berpikir kreatif siswa ̂ 1pre
kreatif siswa yang
yang menggunakan
menggunaka metode
n metode pembelajran
pembelajaran pemecahan
pemecahan masalah
masalah sesudah
sebelum dan perlakukan
sesudah (treatment)
treatment?
2. Apakah Terdapat Ho : Paired H0 ditolak
terdapat peningkatan ̂ 2post= Sample t test jika P –
perbedaan kemampuan ̂ 2pre H1 value ≤0,05
kemampuan berpikir : ̂ 2post> (1 tailed
berpikir kreatif siswa ̂ 2pre test)
kreatif siswa yang
yang menggunakan
menggunaka metode
n metode pemecahan
pemecahan masalah.
masalah
sebelum dan
sesudah
perlakuan
(treatment)?
3. Apakah Terdapat Ho : g ̂ 3 Independent H0 ditolak
terdapat perbedaan H1: g ̂ 1 sample t test jika P-value
perbedaan peningkatan > g ̂3 ≤0,05 (2
kemampuan kemampuan tailed test)
berpikir berpikir
kreatif siswa kreatif siswa
yang yang
menggunaka menggunakan
Nurul Haeriyah Ridwan, 2016
PENGARUH PENERAPAN METOD E PENGAJUAN MASALAH D AN METOD E PEMECAHAN MASALAH
TERHAD AP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
100

n metode metode
pembelajaran pembelajaran
pemecahan pemecahan
masalah dan masalah dan
metode metode
pembelajaran pembelajaran
ceramah ceramah
sesudah sesudah
perlakuan perlakuan
(treatment)? (treatment)
4. Apakah Terdapat Ho : Independent- H0 ditolak
terdapat perbedaan g ̂ 2= g sample t test jika P-value
perbedaan peningkatan ̂3 > ≤0,05 (2
kemampuan kemampuan H1 : tailed)
berpikir berpikir g ̂ 2> g
keatif siswa kreatif siswa ̂3
yang yang
menggunaka menggunakan
n meotde metode
pembelajaarn pembelajaarn
pemecahan pemecahan
masalah dan masalah dan
metode metode
pembelajaran pembelajaran
ceramah ceramah
sesudah sesudah
perlakuan perlakuan
(treatment)? (treatment)
5. Apakah Terdapat Ho : Independent Ho ditolak
Terdapat perbedaan g ̂ 1= g –sample t test jika P-
perbedaan peningkatan ̂2 value≤0,05
kemampuan kemampuan H1 : (2 tailed
berpikir berpikir g ̂ 1≠ g test)
kreatif siswa kreatif siswa ̂2
yang yang
menggunaka menggunakan
n metode metode
pembelajaran pembelajaran
pemecahan pemecahan
masalah dan masalah dan
metode metode
Nurul Haeriyah Ridwan, 2016
PENGARUH PENERAPAN METOD E PENGAJUAN MASALAH D AN METOD E PEMECAHAN MASALAH
TERHAD AP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
101

pembelajaran pembelajaran
Pemecahan Pemecahan
masalah masalah
sesudah sesudah
perlakuan perlakuan
(treatment)? (treatment).

Nurul Haeriyah Ridwan, 2016


PENGARUH PENERAPAN METOD E PENGAJUAN MASALAH D AN METOD E PEMECAHAN MASALAH
TERHAD AP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Anda mungkin juga menyukai