DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
KELAS III B
C. Tujuan
- Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara menilai dan menentukkan kadar
protein dalam urine.
- Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan/mempraktekan interpretasi analisis kadar
protein dalam urine.
2. Mahasiswa mampu mengetahui perubahan warna yang terjadi di dalam
urine.
D. Prinsip Praktikum
- Test Koagulasi :
Protein (albumin) terkoagulasi oleh panas.
- Test Biuret :
Ikatan peptide protein + CuSO4 dalam suasana basa membentuk ikatan
kompleks berwarna ungu.
E. Dasar Teori
1. Definisi Protein
Kata protein diambil dari bahasa Yunani “proteus” (Greek) yang memiliki arti
“yang terpenting” atau “yang pertama” (Suhardjo dan Clara, 1992). Protein juga
merupakan senyawa organik yang memiliki jumlah dan ukuran molekul yang sangat
besar, susunan protein juga terbilang kompleks, dan terdiri dari rangkaian asam
amino. Ikatan pada satu asam amino dengan asam amino yang lain terjadi karena
dihubungkan oleh ikatan peptida, sehingga protein seringkali disebut dengan
polipeptida. Protein sendiri terdiri dari unsur-unsur hidrogen (H), karbon (C),
nitrogen (N), dan oksigen (O) (Murray dkk, 2000). Protein disebut juga zat gizi yang
sangat penting, karena protein merupakan makromolekul yang berhubungan dengan
proses- proses dalam tubuh.
Protein memegang peranan penting dalam hampir semua proses biologi.
Protein merupakan komponen penting atau komponen utama sel hewan atau
manusia. Oleh karena sel itu merupakan pembentuk tubuh kita, maka protein yang
terdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan dan
pertumbuhan tubuh. Fungsi lain protein adalah protein juga berperan penting dalam
perkembangan sel-sel otak, mengganti sel yang rusak dan memelihara sel. Protein
juga dapat dikatabolis untuk menghasilkan energi (Khan dkk, 2010). Protein
mengandung unsur karbon sehingga menjadikan protein sebagai sumber energi.
Protein akan dibakar untuk sumber energi apabila tubuh tidak mendapat karbohidrat
dan lemak tidak dalam jumlah yang memadai untuk memenuhi kebutuhan tubuh
(Suhardjo dan Clara, 1992).
2. Definisi Urin
Urin atau air seni adalah produk sisa metabolisme hasil filtrasi plasma darah di
glomerulus ginjal. Setelah proses filtrasi, cairan akan melewati tubulus untuk
dilakukan penyerapan kembali ion-ion yang masih terlarut sehingga pada proses
miksi yang diekskresikan adalah berupa urin sesungguhnya. Ekskresi urin
diperlukan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Dari 180 liter darah yang
masuk ke ginjal, hanya 1-2 liter saja yang dapat berupa urin (Tarwoto & Wartonah,
2010).
Urin normal pada manusia terdiri dari air, urea, asam urat, amoniak, kreatinin,
asam laktat, asam fosfat, asam sulfat, klorida, natrium klorida dan zat berlebih di
dalam darah seperti vitamin C dan obat-obatan. Semua cairan dan materi pembentuk
urin tersebut berasal dari darah atau cairan interstisial. Proses reabsorpsi di tubulus
ginjal mempengaruhi urin (Kus Irianto & Kusno Waluyo, 2007).
Selain darah, urin juga menjadi komponen yang penting dalam diagnosis
keadaan kesehatan seseorang. Ada 3 macam pemeriksaan, antara lain : 1).
Pemeriksaan visual. Urin mengindikasikan kesehatan yang baik bila terlihat bersih.
Bila tidak, maka ada masalah dalam tubuh. Kesehatan bermasalah biasanya
ditunjukkan oleh kekeruhan, aroma tidak biasa, dan warna abnormal. 2). Tes yang
mengandung kertas kimia yang akan berganti warna bila substansi tertentu
terdeteksi atau ada diatas normal. 3). Hasil yang datang dari pemeriksaan
mikroskopis yang dilakukan untuk mengetahui apakah kandungan berikut ini berada
diatas normal atau tidak (Ganong, 2002).
Sifat-sifat urin normal :
a. Volume: 800-2500 ml/hari
b. Berat jenis: 1.003-1.030
c. Ph: asam dengan Ph rata-rata 6 (4,7-8)
Protein dalam urin atau yang bisa disebut dengan proteinuria. Proteinuria
merupakan protein di dalam urin manusia yang melebihi nilai normal yaitu lebih dari
150 mg / 24 jam. Proteinuria terbentuk melalui pembentukan urin di dalam
glomerulus, jika filtrasi di glomerulus mengalami kebocoran, maka protein akan
terbuang bersama urin sehingga menyebabkan Proteinuria (Tjiptaningrum et al.,
2016). Adapun tipe dari proteinuria yang merupakan keadaan fisiologis yang disebut
dengan transien proteinuria. Transien proteinuria atau proteinuria yang bersifat
sementara bisa terjadi setelah seseorang melakukan aktivitas fisik dengan intensitas
berat. Proteinuria tipe ini dapat terjadi karena perubahan aliran darah pada ginjal
yang menyebabkan terganggunya fungsi dari glomerulus dan tubulus ginjal.
Proteinuria biasanya menandakan penyakit ginjal atau nefritis, tetapi proteinuria
terkadang dapat ditemukan dalam urin setelah olahraga dan beraktivitas fisik
(Jumaydha, Assa, & Mewo, 2016).
F. Alat dan Bahan
G. Prosedur Kerja
H. Hasil Praktikum
Larutan Berwarna
Koagulasi orange, tidak
ada endapan
Larutan Berwarna
Koagulasi sedikit
kekuningan,
tidak ada
endapan
I. Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan analisa kualitatif protein dalam urine untuk
menentukan ada atau tidaknya kadar protein dalam urine. Dilakukan 2 uji yaitu test
koagulasi dan test biuret. Test koagulasi dilakukan dengan pemanasan selama 5 menit
agar protein tidak pecah, Berdasarkan hasil pemanasan, protein akan mengalami
denaturasi sehingga kemampuan untuk mengikat airnya rendah dan terjadi
pengendapan. Sedangkan, test biuret dilakukan dengan tambahan CuSO4 dan NaOH
yang akan dihomogenkan dan sampel akan mengalami perubahan warna. Digunakan
3 sampel, yaitu sampel 1 (urine patologis), sampel 2 (urine blanko), dan sampel 3
(urine mahasiswa).
Uji kadar protein dalam urine dengan test koagulasi, didapatkan perubahan
warna pada ketiga sampel, sampel 1 didapatkan hasil berwarna orange tidak terdapat
endapan yang dapat dikatakan bahwa dalam sampel ini terdapat protein yang cukup
banyak. Sampel 2 didapatkan hasil berwarna kuning yang tidak terlalu keruh dapat
diartikan bahwa dalam sampel ini terdapat sedikit protein. Sampel 3 didapatkan hasil
berwarna kekuningan serta tidak terdapat endapan yang dapat diartikan bahwa dalam
sampel ini tidak mengandung protein.
Uji kadar protein dalam urine dengan test biuret didapatkan pula perubahan
warna pada ketiga sampel setelah dihomogenkan, Sampel 1 didapatkan hasil berwarna
ungu (violet) yang dapat diartikan bahwa sampel mengandung protein. Sampel 2
didapatkan hasil warna biru terdapat sedikit endapan berwarna biru muda kehijauan
yang dapat diartikan bahwa sampel tidak mengandung protein. Sampel 3 didapatkan
hasil warna biru dapat diartikan bahwa sampel tidak mengandung protein.
J. Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil praktikum yang telah kami lakukan, yaitu analisis
kualitatif kadar protein dalam urine dengan menggunakan 2 uji yaitu test koagulasi
dan test biuret pada ketiga sampel, dapat disimpulkan bahwa pada sampel 1 yaitu
urine patologis terdapat kandungan protein, sampel 2 yaitu urine blanko tidak terdapat
kandungan protein, dan sampel 3 yaitu urine mahasiswa tidak terdapat kandungan
protein, hal tersebut menandakan bahwa ginjal mahasiswa tersebut mampu bekerja
dengan baik menyaring kotoran dari darah dan membuangnya bersama dengan air
dalam bentuk urine.
K. Dokumentasi
Alat :
Sampel :
Sampel dengan larutan koagulasi setelah Sampel dengan larutan biuret setelah
dipanaskan didiamkan selama 10 menit
DAFTAR PUSTAKA