TELOGOREJO SEMARANG
2023
A. KONSEP DASAR
1. DEFINISI
Chronic Kidney Disease CKD adalah suatu proses patologis dengan etiologi
yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada
umumnya dan berakhir pada gagal ginjal. Selanjutnya, gagal ginjal adalah suatu
keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel,
pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa
dialisis atau transplantasi ginjal. Uremia adalah suatu sindrom klinik dan
laboratorik yang terjadi pada semua organ, akibat penurunan fungsi ginjal pada
CKD (Suwitra, 2010).
Gagal ginjal kronik adalah kemunduran fungsi ginjal yang progresif dan
irreversible dimana terjadi kegagalan kemampuan tubuh untuk mempertahankan
keseimbangan metabolik, cairan dan elektrolit yang menyebabkan uremia atau
azotemia (Brunner & Suddarth, 2016)
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu kondisi gagalnya ginjal dalam
menjalankan fungsinya mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan
dan elektrolit karena rusaknya struktur ginjal yang progresif ditandai dengan
penumpukan sisa metabolik (toksik uremik) dalam darah (Muttaqin & Sari, 2014).
2. ETIOLOGI/FAKTOR RESIKO
CKD bisa terjadi karena berbagai kondisi klinis seperti penyakit komplikasi yang
bisa menyebabkan penurunan fungsi pada ginjal (Muttaqin & Sari 2011). Menurut
Robinson (2013) dalam Prabowo dan Pranata (2014) penyebab CKD, yaitu:
a) Penyakit glomerular kronis (glomerulonephritis)
b) Infeksi kronis (pyelonephritis kronis, tuberculosis)
c) Kelainan vaskuler (renal nephrosclerosis)
d) Obstruksi saluran kemih (nephrolithiasis)
e) Penyakit kolagen (Systemic Lupus Erythematosus)
f) Obat-obatan nefrotoksik (aminoglikosida)
Sedangkan menurut Muttaqqin & Sari (2011) kondisi klinis yang bisa memicu
munculnya CKD, yaitu:
1) Penyakit dari ginjal
a) Penyakit pada saringan (glomerulus): glomerulonephritis
b) Infeksi kuman: pyelonephritis, ureteritis
c) Batu ginjal: nefrolitiasis
d) Kista di ginjal: polycitis kidney
e) Trauma langsung pada ginjal
f) Keganasan pada ginjal
g) Sumbatan: batu, tumor, penyempitan/striktur
2) Penyakit umum di luar ginjal
a) Penyakit sistemik: diabetes mellitus, hipertensi, kolesterol tinggi sangat
berkaitan erat untuk terjadinya kerusakan pada ginjal. Saat kadar insulin dalam
darah berlebih akan menyebabkan resistensi insulin yang dapat meningkatkan
lipolisis pada jaringan adiposa yang membuat lemak dalam darah meningkat
termasuk kolesterol dan trigliserida. Hiperkolesterolemia akan meningkatkan
LDL-kol dan penurunan HDL-kol yang akan memicu aterosklerosis karena
ada akumulasi LDL-kol yang akan membentuk plak pada pembuluh darah.
Terbentuknya plak akan membuat retensi natrium sehingga tekanan darah
naik. Retensi ini yang nantinya akan merusak struktur tubulus ginjal
(Noviyanti dkk, 2015).
b) Dyslipidemia karena dapat memicu aterosklerosis akibat akumulasi LDL-
kol sehingga memunculkan plak pada pembuluh darah yang akan
meningkatkan tekanan darah karena ada retensi natrium bisa membuat ginjal
rusak (Noviyanti dkk, 2015).
c) SLE (Systemic Lupus Erythematosus) adalah penyakit autoimun yang dapat
menyebabkan peradangan pada jaringan dan pembuluh darah di semua bagian
tubuh, terutama menyerang pembuluh darah di ginjal. Pembuluh darah dan
membran pada ginjal akan menyimpan bahan kimia yang seharusnya ginjal
keluarkan dari tubuh karena hal ini ginjal tidak berfungsi sebagaimana
mestinya (Roviati, 2012).
d) Infeksi di badan: TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis karena apabila tidak
segera diobati maka bakteri, virus dan parasit akan menggerogoti organ yang
ditempati hingga nanti akan menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah
dan menyerang organ lain seperti ginjal (Mohamad dkk, 2016).
e) Preeklamsi menyebabkan vasokonstriksi sehingga terjadi penurunan aliran
darah ke ginjal yang berakibat GFR menurun dan laju ekskresi kreatinin dan
urea juga menurun (Fadhila dkk, 2018).
f) Obat-obatan seperti antihipertensi memiliki efek samping yaitu
meningkatkan serum kreatinin jika digunakan dalam jangka panjang (Irawan,
2014)
g) Kehilangan banyak cairan yang mendadak (luka bakar, diare) akan
membuat seseorang mengalami dehidrasi sehingga akan membuat urine
menjadi lebih pekat (Arifa dkk, 2017).
3. KLASIFIKASI/TIPE/JENIS
Dalam Muttaqin dan Sari, 2011 CKD memiliki kaitan dengan penurunan
Glomerular Filtration Rate (GFR), maka perlu diketahui derajat CKD untuk
mengetahui tingkat prognosanya.
4. ANATOMI FISIOLOGI
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak dirongga peritoneak
bagian atas.bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya menghadap ke
medial, pada sisi ini, terdapat hilus ginjal,yaitu tempat struktur pembuluh
darah,sistem limfatik,sistem saraf,dan ureter menuju dan meninggalkan
ginjal,besar dan berat ginjal sangat bervariasi tergantung pada jenis kelamin,
umur, serta ada tidaknya ginjal pada sisi lain,ukuran ginjal rata-rata adalah 11,5
cm(panjang) x 6cm (lebar) x 3,5cm (tebal) beratnya bervariasi sekitar 120-
170gram (aziz dkk 2007)
Ginjal dibungkus oleh jaringan fibrous tipis dan berkilau yang disebut true
capsule (kapsul fibrosa) ginjal dan diluar kapsul ini terdapat jaringan lemak peri
renal,di sebelah kranial terdapat kelenjar anak ginjal atau glandula adrenal /
suprarenal yang berwarna kuning,kelenjar adrenal bersama sama ginjal dan
jaringan lemak perineal dibungkus oleh fasia gerota,fasia ini berfungsi sebagai
barier yang menghambat meluasnya perdarahan dari parenkin ginjal serta
mencegah ekstravasi urin pada saat terjadi trauma ginjal, selain itu fasia gerota
dapat pula berfungsi sebagai barier dalam menghambat metastasus tumor ginjal ke
organ sekitarnya, diluar fasua gerota terdapat jaringan lemak retroperitoneal atau
disebut lemak pararenal (aziz dkk 2008)
Secara anatomic ginjal terbagi dalam dua bagian,yaitu korteks dan medulla
ginjal,didalam korteks terdapat berjuta-juta nefron,sedangkan di dalam medulla
banyak terdapat duktuli ginjal,nefron adalah unit fungsional terkecil dari ginjal yang
terdiri atas glomeruli dan tubuh ginjal,darah yang membawa sisa-sisa hasil
metabolism tubuh difiltrasi didalam glomeruli kemudian ditubuli ginjal beberapa zat
yang masih diperlukan tubuh mengalami reabsorbsi dan zat-zat hasil sisa metabolism
tubuh disekresi bersama air didalam bentuk urin(aziz dkk 2008).
Ginjal bekerja untuk menyaring darah sebanyak kurang lebih 200 liter tiap
harinya dan juga membuang sisa sisa metabolism tubuh melalui urin,ginjal berfungsi
juga dalam:
1. Melakukan control terhadap sekresi hormon-hormon aldosterone dan anti deuretik
hormone (ADI)
Kerusakan ginjal
GFR
PGK (CKD)
Edema Penumpukan
Asam lambung Risiko Gangguan Integritas Kulit Nyeri Nyeri asam laktat
kepala otot pada
Hipervolemia Mual,muntah jaringan
Nausea
Berlebihan & Kelelahan
berkepanjangan Nyeri akut
Intoleransi Aktivitas
Resiko Defisist Nutrisi Risiko Perfusi
Perifer Tidak
Efektif
6. PATOFISIOLOGI
CKD diawali dengan menurunnya fungsi ginjal, sebagian nefron (termasuk
glomerulus dan tubulus) ada yang utuh dan yang lainnya rusak. Akibatnya nefron
yang utuh atau sehat mengambil ahli tugas nefron yang rusak. Nefron yang sehat
akhirnya meningkatkan kecepatan filtrasi, reabsorpsinya dan ekskresinya meski
GFR mengalami penurunan, serta mengalami hipertropi. Semakin banyak nefron
yang rusak maka beban kerja pada nefron yang sehat semakin berat yang pada
akhirnya akan mati. Fungsi renal menurun akibatnya produk akhir metabolisme
dari protein yang seharusnya diekskresikan kedalam urin menjadi tertimbun dalam
darah dan terjadi uremia yang mempengaruhi semua sistem tubuh (Nursalam &
Batticaca, 2009; Mutaqqin & Sari, 2011; Haryono, 2013). Salah satunya yaitu
sistem integumen karena adanya gangguan pada reabsorbsi sisa-sisa metabolisme
yang tidak dapat dieksresikan oleh ginjal sehingga terjadi peningkatan natrium
dan ureum yang seharusnya dikeluarkan bersama urine tetap berada dalam darah
pada akhirnya akan diekskresikan melalui kapiler kulit yang bisa membuat
pigmen kulit juga berubah (Baradero, Dayrit, & siswadi, 2009; Haryono, 2013;
Prabowo & Pranata 2014). Karena sisa limbah dari tubuh yang seharusnya
dibuang melalui urine terserap oleh kulit maka dapat menyebabkan pruritus,
perubahan warna kulit, uremic frosts dan kulit kering karena sering melakukan
hemodialisa (LeMone dkk, 2015). Sindrom uremia juga bisa menyebabkan respon
pada muskuloskeletal yaitu terdapat ureum pada jaringan otot yang bisa
menyebabkan otot mengalami kelemahan, kelumpuhan, mengecil dan kram.
Akibatnya bisa menyebabkan terjadi miopati, kram otot dan kelemahan fisik
(Muttaqin & Sari, 2014).
Saat seseorang mengalami gangguan pada jaringan otot bisa membuat kesulitan
dalam beraktivitas hingga tirah baring yang lama hingga bisa menyebabkan
penekanan pada area tulang yang menonjol dan akan terjadi luka tekan. Sehingga
terjadilah gangguan integritas kulit pada penderita CKD
7. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2011) antara lain : hipertensi, (akibat
retensi cairan dan natrium dari aktivitas sistem renin – angiotensin – aldosteron),
gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan
perikarditis (akibat iritasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia,
mual, muntah, dan cegukan, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu
berkonsentrasi) Manifestasi klinik menurut Suyono (2011) adalah sebagai berikut:
a. Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, efusi perikardiak
dan gagal jantung akibat penimbunan cairan, gangguan irama jantung dan
edema.
b. Gangguan pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan spuntum kental.
c. Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan metabolisme
protein dalam usus, perdarahan saluran gastrointestinal, ulserasi dan
perdarahan mulut, nafas bau amonia.
d. Gangguan muskuloskeletal
Resiles leg syndrom (pegal pada kaki sehingga selalu digerakan), burning feet
syndrom (rasa kesemutan dan terbakar, terutama di telapak kaki), tremor,
miopati (kelemahan dan hipertropi otot – otot ekstremitas)
e. Gangguan integumen
Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning – kuningan akibat
penimbunan urokrom, gatal – gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.
f. Gangguan endokrin
Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan menstruasi
dan aminore. Gangguan metabolik glukosa, gangguan metabolik lemak dan
vitamin D.
g. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam basa
Biasanya terjadi retensi garam dan air, tetapi dapat juga terjadi kehilangan
natrium dan dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia.
h. Sistem hematologi
Anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin, sehingga
rangsangan eritopoesis pada sum – sum tulang berkurang, dapat juga terjadi
gangguan fungsi trombosis dan trombositipenia.
8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Urin
Volume: biasanya berkurang dari 400ml/24jam (oliguria)/anuria.
Warna: secara abnormal urin keruh,mungkin disebabkan oleh pus, bakteri,
lemak, partikel koloid, fosfat lunak, sedimen kotor, kecoklatan
menunjukan adanya darah, Hb, mioglobulin, forffirin.
Berat jenis: < 1,051 (menetap pada 1.010 menunjukan kerusakan ginjal
berat).
Osmolaritas: < 350 Mosm/kg menunjukkan kerusakan mubular dan rasio
urin/sering 1:1.
Kliren kreatinin: mungkin agak menurun
Natrium: > 40 ME o /% karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi natrium.
Protein: derajat tinggi proteinuria (3-4+) secar bulat, menunjukkan
kerusakan glomerulus jika SDM dan fagmen juga ada. pH, kekeruhan,
glukosa, SDP dan SDM.
2. Darah
BUN: Urea adalah produksi akhir dari metabolise protein, peningkatan
BUN dapat merupakan indikasi dehidrasi, kegagalan prerenal atau
gagal ginjal.
Kreatinin: produksi katabolisme otot dari pemecahan kreatinin otot dan
kreatinin posfat. Bila 50% nefron rusak maka kadar kr eatinin
meningkat.
Elektrolit: natrium, kalium, kalsium dan posfat.
Hematology: Hb, thrombosit, Ht dan leukosit.
3. Pielografi intravena
Menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter, pielografi retrograde
dilakukan bila dicurigai ada obstruksi yang reversible arteriogram ginjal.
Mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskuler massa.
4. Sistouretrogram
Menunjukkan ukuran kandung kemih, refluks ke dalam ureter, retensi.
5. Ultrasonografi ginjal
Menunjukkan ukuran kandung kemih, dan adanya massa, kista, obstruksi pada
saluran perkemihan bagian atas.
6. Biopsi ginjal
Mungkin dilakukan secara endoskopi untuk menentukan sel jaringan untuk
diagnosis histologist.
7. Endoskopi ginjal nefroskopi
Dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria dan
pengangkatan tumor selektif.
8. EKG
Mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan
pengangkatan tumor selektif (Haryono, 2013).
9. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin timbul akibat gagal ginjal kronis antara lain :
1. Hiperkalemia
2. Perikarditis
3. Hipertensi
4. Anemia
5. Penyakit tulang
(Smeltzer & Bare, 2011)
Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan CKD meliputi beberapa hal,
yaitu:
a) Biodata
Tanyakan identitas klien meliputi nama lengkap, tanggal lahir, alamat dan
sebagainya lalu cocokkan dengan label nama untuk memastikan bahwa setiap
rekam medis, catatan, hasil tes dan sebagainya memang milik klien
(Gleadle,2007). Menurut Prabowo & Pranata (2014) pekerjaan dan pola hidup
tidak sehat juga memiliki keterkaitan dengan penyakit CKD karena itu laki-laki
sangat beresiko.
b) Keluhan utama
Pada klien CKD dengan masalah kulit biasanya memiliki keluhan seperti kulit
kering sampai bersisik, kasar, pucat, gatal, mengalami iritasi karena garukan,
edema (Nursalam, & Baticaca, 2009; Muttaqin & Sari, 2011).
e) Riwayat Psikososial
Menurut Muttaqin & Sari (2014) CKD bisa menyebabkan gangguan pada
kondisi psikososial klien seperti adanya gangguan peran pada keluarga karena
sakit, kecemasan karena biaya perawatan dan pengobatan yang banyak, gangguan
konsep diri (gambaran diri).
2) Pola eliminasi: Pada klien CKD akan terjadi oliguria atau penurunan pro
duksi urine kurang dari 30 cc/jam atau 500 cc/24 jam. Bahkan bisa juga terjadi
anuria yaitu tidak bisa mengeluarkan urin selain itu juga terjadi perubahan
warna pada urin seperti kuning pekat, merah dan coklat
(Haryono 2013; Debora, 2017).
3) Pola istirahat dan tidur: Pada klien CKD istirahat dan tidur akan terganggu
karena terdapat gejala nyeri panggul, sakit kepala, kram otot dan gelisah dan
akan memburuk pada malam hari
(Haryono, 2013).
4) Pola aktivitas: Pada klien CKD akan terjadi kelemahan otot dan kelelahan
yang ekstrem
(Rendi & Margareth, 2012).
Skor Deskripsi
0 Kulit normal, tidak mengelupas
1 Sedikit mengelupas, kulit tampak kasar, tampak
sedikit keputihan
2 Mengelupas, permukaan agak kasar
3 Ditandai dengan adanya sisik dan tampak sedikit
celah, kasar, tampak retakan
4 Bersisik parah, sangat kasar
(Sumber: Amano dkk, 2017)
10) Genetalia
Inspeksi:
Lihat kebersihan genetalia, tampak lesi atau tidak (Debora, 2017).
11) Ekstermitas
Inspeksi:
Pada klien CKD terdapat edema pada kaki karena adanya gravitasi
biasanya ditemukan di betis dan paha pada klien yang bedrest, kelemahan,
kelelahan, kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik (Rendi & Margareth, 2012;
Haryono 2013)
Palpasi:
Turgor kulit > 3 detik karena edema, kulit teraba kering dan kasar
(Chamberlain’s, 2012)
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL
Menurut Nanda Nic-Noc, 2015:
a. Kelebihan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan penurunan
volume urin, kelebihan asupan cairan dan natrium, peningkatan aldosteron
sekunder dari penurunan GFR.
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan renal berhubungan dengan penurunan
suplai O2 dan nutrisi kejaringan sekunder terhadap penurunan COP.
c. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit, gangguan frekuensi, irama, konduksi jantung,
akumulasi/penumpukan urea toksin.
d. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan retensi cairan intertisial
dari edema paru, hiperventilasi dan respons asidosis metabolik.
3. RENCANA KEPERAWATAN
Tabel 2.1
Devada Chandra Eza Huzzella . 2018 . Karya Tulis Ilmiah : Studi Kasus Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Dengan KetidakefektifanPerfusi
Jaringan Perifer di Ruang Hemodelisa Rumah Sakit Umum Daerah Bangli Pasuruan.
Program Studi Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan
Cendekia Medika Jombang
Haryono, R. 2013. Keperawatan Medikal bedah : Sstem Perkemihan. Yogyakarta: PT. Andi
Offset.
Ida Parwati . 2019 . Karya Tulis Ilmiah AsuhanKeperawatan Pada Klien Chronic Kidney
Disease Dengan Masalah Resiko Gangguan Integritas Kulit di Rumah Sakit Panti
Waluya Sawahan Malang . Program Studi D- III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Panti Waluya Malang
Marianne Lusi Oktaviani . 2017 . Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Chronic Kidney
Disease (CKD) di Irna Non Bedah Penyakit Dalam Wanita RSUP Dr.M Djamil
Padang . Poltekkes Kemenkes Padang
Muttaqin & Sari. 2011. Asuhan keperawatan gangguan sistem perkemihan. Jakarta: Salemba
Medika
Nanda . (2015) . Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10 editor
Heather , Shigemi Kamitsuru. Jakarta : EGC