3 Bulan 9 Bulan
PERSIAPAN PEMBIBITAN
Pemilihan lokasi
• Topografi rata (< 15 %)
• Dekat dengan sumber air
• Akses jalan yang baik
• Aman dari gangguan hama, ternak,
manusia
Penentuan bahan tanaman
• Single stage
– Penanaman kecambah dilakukan langsung
di pembibitan utama
• Double stage
– Pre nursery = 3 bulan di polybag kecil
– Main nursery = 9 -12 bulan sampai bibit
siap tanam
Keuntungan double stage
• Kemudahan dalam pengawasan dan
pemeliharaan
• Tersedia waktu untuk mempersiapkan
pembibitan utama
• Bibit lebih terjamin karena terdapat proses
seleksi
• Seleksi yang ketat dapat mengurangi
penggunaan tanah dan polybag
Media tanam
• Tanah bagian atas (top soil)
• Gembur, bebas dari OPT
• Tanah yang kurang gembur dapat
dicampur dengan pasir (3:1)
• Tanah diayak dengan ayakan 2 cm
Pengisian tanah
● Babybag berukuran 15 Cm X 23 Cm X 0,1 mm (lebar x panjang x tebal),
terbuat dari plastik/polythene berwarna hitam.
Atap Daun
sawit
± 2,5 m
± 3,2 m
Parit
Naungan Permanen
Seleksi Kecambah
Pelaksanaan seleksi kecambah kelapa sawit berdasarkan kriteria sebagai
berikut :
a. Kecambah normal :
● Pucuk (plumula) dan akar (radikula) dapat dibedakan dengan jelas
● Pucuk berwarna kuning keputihan dan bentuk runcing
● Radikula berwarna putih mengarah coklat dan kasar
● Telah berdiferensiasi antara plumula dan radikula
b. Kecambah Abnormal
Pemisahan bibit
Kembar 2 Kembar 3 double tone
Penanaman kecambah
Plumula
Radikula
Kecambah normal
Penanaman kecambah
• Penanaman kecambah dapat dilakukan beregu ( 3 orang)
dengan tugas :
– Membuat lubang kecambah kedalaman 3 cm
– Memasukkan kecambah ke dalam lubang
– Menutup dan memadatkan tanah di sekeliling kecambah
– Penanaman dilakukan sesuai dengan persilangan/
kelompok benih
Hal yang perlu diperhatikan saat
penanaman
• Kecambah harus ditanam secara benar (radikula
menghadap ke bawah, dan plumula ke atas)
• Jangan memadatkan tanah terlalu keras
• Kantong bekas kecambah sebaiknya dikembalikan
untuk keperluan administrasi
• Kecambah harus disiram segera setelah penanaman
selesai
• Jumlah benih yang ditanam (persilangan, jumlah
kantong, tenaga penanam, jumlah baris) dicatat oleh
pengawas pembibitan pada saat selesai penanaman
Pemeliharaan Pembibitan Awal
1. Penyiraman
– 2 kali sehari
– Setiap bibit memerlukan 0,1 – 0,25 lt/ penyiraman
4. Pemupukan
– Pupuk urea 2 gram/lt air untuk 100 bibit
– Pupuk majemuk 2,5 gr/polybag untuk 100 bibit
– Frekuensi seminggu sekali
A
BE = √BC² - CE²
= √90² - 45²
90 cm
= 78 cm
D C
BE = 0,866 x AB
45 cm
78 cm
B
E
Pemancangan
● Bahan dan alat :
- Pancang/ajir yang telah diruncingi dan dikapur kepalanya sebanyak 13.900
buah/Ha.
- Tali/seling yang sudah diberi tanda jarak tanam dalam barisan (90 cm)
dan jarak antar barisan (78 cm)
- Water pass/alat timbang air dan kompas.
78 cm 78 cm 78 cm 78 cm 78 cm 78 cm
90 cm 90 cm 90 cm 90 cm 90 cm 90 cm
45 cm
78 cm 78 cm
90 cm
78 cm 78 cm
90 cm
78 cm 78 cm
Pemancangan
baris tanaman
Ajir tanaman
90 cm
Ajir bantu/mati
45 cm
78 cm
Langsir dan penyusunan polybag besar
Pembuatan lubang pada
polybag
1. Penyiraman
2. Penyiangan (manual & kimiawi)
3. Pemberian Mulsa
4. Pemupukan
5. Penanggulangan Hama & Penyakit
6. Seleksi dan Konsolidasi
1. Penyiraman
● Kebutuhan air di pembibitan bertambah sejalan dengan pertambahan
umur bibit
● Bibit akan tumbuh normal bila kebutuhan airnya terpenuhi yaitu
sebesar 12,5 mm (ekivalen hujan) setiap dua hari
● Sistem irigasi penyiraman ada beberapa macam :
1). Sistem irigasi manual (penyiraman dengan gembor)
2). Sistem irigasi semimanual (kombinasi selang dengan kepala
gembor)
3). Sistem irigasi sprinkler dengan sistem sprayline
4). Sistem irigasi tabung dengan selang plastik berlubang (Kirico atau
Sumisansui) yang bertekanan
5). Sitem irigasi drip (tetes) dengan selang karet berlubang
6). Sistem irigasi fertigation yang merupakan kombinasi sistem irigasi
drip dengan pemberian pupuk secara simultan.
Sistem irigasi sprinkler
Sprinkler
Sistem Irigasi Overhead (Sprinkler Irrigation)
Sprinkler Tube (Lay Flat) Kirico/Sumisansui
Penyiraman dengan selang plastik berlubang
● Komponen utama :
1). Mesin pompa
2). Waduk sumber air/tangki air dan atau menara air
3). Selang plastik berlubang
4). Sambungan-sambungan pipa dan keran
Mesin pompa
Waduk sumber air Selang plastik berlubang
Kirico
Pipa Φ 2” Kirico
2. Penyiangan
➢ Penyiangan manual : membersihkan gulma dalam polibag
Sungkup
3. Pemberian mulsa
– Mengurangi penguapan
– Mulsa diberikan dalam bentuk sisa
tanaman atau cangkang sawit
4. Pemupukan
– Menggunakan pupuk Majemuk NPKMg 15-15-6-4
dan 12-12-17-2
Dosis pemupukan (PN dan MN) PPKS
Pembibitan Awal
4 – 12 2 g/lt/100 bbt 2,5 g/lt/100 bbt - -
Pembibitan Utama
14 - 2,5 - -
15 - 2,5 - -
16 - 5,0 - -
17 - 5,0 - -
18 - 7,5 - -
20 - 7,5 - -
22 - 10,0 - -
24 - 10,0 - -
26 - - 10,0 -
28 - - 10,0 5,0
30 - - 10,0 -
32 - - 10,0 5,0
34 - - 15,0 -
36 - - 15,0 7,5
38 - - 15,0 -
40 - - 15,0 7,5
42 - - 20,0 -
44 - - 20,0 10,0
46 - - 20,0 -
48 - - 20,0 10,0
50 - - 25,0 -
52 - - 25,0 10,0
5.1. Penanggulangan hama
Konsentrasi
Jenis Gejala umum Insektisida Keterangan
Larutan (%)
Kumbang Lubang pada jaringan daun, Sevin 85 S 0,05
Adoratus terkonsentrasi sepanjang
Apogonia pinggiran daun
Belalang Sebagian besar tepi daun Sevin 85 S
(Valanga) dimakan terkadang sampai
batang
Kutu Bercak khlorotik kecil dalam Rogor 40 0,1 Arahkan
(Ollogonychus jumlah banyak. diikuti Tedion 0,13 penyemprotan
& Tetranuchus) Kemudianmenjadi kuning 18 WP 10 hari pada permukaan
dan akhirnya keperakan kemudian daun bagian
bawah
Aphids Distorsi daun terjadi pada Rogor 40 0,01
tingkat yang tinggi Malathion 80 0,013
Mealybugs dan Tajuk cenderung pucat dan Heptachlor Tabur granule Kerusakan
Jangkrik kusam 10G pada tanah di jaringan akar di
polibag dan air bawah
permukaan tanah
Ulat Jaringan permukaan daun
dimakan
Cara merusak :
Memakan daun mulai dari tengah,
menghasilkan lubang-lubang kecil
Siklus hidup :
Perkembangan dari telur hingga
dewasa mencapai 3 bulan
Treatment :
Dengan insektisida berbahan aktif
Apogonia sp. karbaril pada sore hari.
Cara merusak :
Memakan daun mulai dari pinggir,
menghasilkan lubang-lubang kecil.
Siklus hidup :
Perkembangan dari telur hingga
dewasa mencapai 2,5 bulan
Treatment :
Dengan insektisida berbahan aktif
Adoretus sp. karbaril pada sore hari.
5.2. Penanggulangan penyakit
Konsentrasi
Penyakit Gejala umum Insektisida Keterangan
Larutan (%)
Ujung daun mulai Daconil 0,2
kecoklatan. Terdapat batas Rotasi 5 – 7 hari,
Anthrachnose yang jelas antara jaringan Dithane 0,16 sampai serangan
daun yang terserang dan terkendali
yang sehat
Captan 50 WP
Spot atau luka coklat 0,4
Dithane M45
Culvularia dengan batas kuning atau Rotasi 7 – 10 hari
orange Acti-dione 4.2
0,2
EC
Bercak Bercak coklat tua dikelilingi
Helmintho- lingkaran khlorotik yg
sporium secara berangsur berwarna Daconil 0,2
Rotasi 7 – 10 hari
kuning, jaringan daun bisa Dithane 0,2
mati dari ujung daun ke
pinggir
Busuk daun Bercak daun tua mengering
Corticium menjadi abu-abu sampai Tecto 90 WP 0.1 Rotasi 7 – 10 hari
putih dengan inggir coklat Thiram 75 WP 0,2
keunguan
Konsentrasi
Penyakit Gejala umum Insektisida Keterangan
Larutan (%)
Kurangi suhu
Tajuk pucat dengan gejala tanah dengan
stres air. Daun mati secara mulsa dan
Tidak ada
bertahap mulai daun tua. naungan, bibit
Blast penggunaan
Jaringan tepi (cortical) dari harus disiram
Fungisida
akar membusuk sedangkan teratur, tanaman
jaringan tengah tetap utuh mati harus
dimusnahkan
Pembusukan pucuk daun Tecto 90 WP 0,1 Buang pucuk
yang belum membuka Thiram 75 WP 0,2 yang busuk &
Busuk pucuk
siram dengan
fungisida
Busuk umbut Pembusukan pucuk daun Tecto 90 WP 0,1 Buang pucuk
yang belum membuka Thiram 75 WP 0,2 yang busuk &
siram dengan
fungisida
PENYAKIT YANG UMUM PADA PEMBIBITAN KELAPA SAWIT
1. Antracnose (Early leaf disease)
Penyebab penyakit :
Botryodiplodia palmarum
➢ Gejala awal tampak bercak-bercak kecil hialin yang dengan cepat berubah
warna menjadi coklat tua dan membesar.
➢ Biasanya serangan mulai pada bagian tengah atau ujung daun.
➢ Bagian luar bercak dikelilingi dengan halo berwarna kuning sehingga
tampak jelas batas antara jaringan yang terinfeksi dengan yang sehat.
➢ Penyakit ini biasanya terdapat di areal pembibitan kelapa sawit.
Glomerella cingulata
Pengendalian :
➢ Mengatur penyiraman dan kelembaban di pembibitan, termasuk
pengaturan jarak antar bibit.
➢ Pemindahan bibit dan penggemburan tanah dilakukan dengan hati-hati.
➢ Memangkas daun-daun sakit, selanjutnya disemprot dengan fungisida
ziram(contoh: Ziflo 90 WP), thiram (contoh: Tanicol 80WP), captan
(contoh: Altan 50 WP) atau triadimenol (seperti Bayfidan250 EC) dengan
konsentrasi 0,1-0,2% dengan rotasi 7-10 hari.
➢ Daun-daun pangkasan dibakar.
➢ Memusnahkan bibit yang terserang berat.
2. Curvularia (Leaf Spot Disease)
Penyebab penyakit :
➢ Disebabkan oleh beberapa cendawan yaitu Curvularia eragrostidis,
C. fallax, Curvularia spp., Cochliobolus carbonus, C. geniculatus,
C. heterotropus, Drechslera halodes var. elaeicola dan Helminthosporium spp.
➢ Faktor pendorong terjadinya penyakit adalah kelembaban mikro pembibitan
yang tinggi, rapatnya jarak antar bibit, penyiraman yang berlebihan, kebersihan
areal yang kurang terpelihara, adanya gulma golongan Graminae yang
merupakan inang lain penyebab penyakit.
Gejala serangan :
➢ Bercak berbentuk oval dan agak cekung bila dilihat dari permukaan daun
sebelah atas.
➢ Warna bercak agak coklat tua dengan batas tegas dikelilingi oleh halo
berwarna kuning.
➢ Pada bibit yang ditanam dengan tanah rawa, bercak tidak disertai dengan
Penyakit Curvularia halo.
➢ Pada beberapa kasus, bagian tengah bercak mengering, rapuh, berwarna
kelabu atau coklat muda.
➢ Serangan dapat terjadi pada periode musim kering dan basah.
Pengendalian :
➢ Mengatur jarak antar bibit ( < 90 cm).
➢ Penyiraman manual menggunakan gembor lebih dianjurkan dan sebaiknya
diarahkan ke permukaan tanah dalam polybag, bukan ke daun.
➢ Memangkas daun-daun sakit dari bibit yang bergejala ringan-sedang,
selanjutnya disemprot dengan fungisida captan (contoh: Altan 50 WP) atau
thiram (contoh: Tanicol 80WP) dengan konsentrasi 0,1-0,2% interval 10-14
hari.
Bercak Curvularia pada daun ➢ Daun pangkasan dibakar.
➢ Memusnahkan bibit yang terserang berat.
3. Cercospora (Leaf Spot Disease)
Penyebab penyakit :
➢ Disebabkan oleh Cendawan Cercospora elaeidis
➢ Faktor pendorong terjadinya penyakit adalah kelembaban mikro
pembibitan yang tinggi.
➢ Cuaca yang panas dan basah dapat membantu perkembangan penyakit.
Gejala serangan :
➢ Mula-mula pada sisi bawah daun yang masih muda timbul bercak kecil
berwarna coklat.
➢ Pada gejala awal, terlihat bercak pada daun atas dikelilingi oleh halo bewarna
hijau kekuningan sedangkan pada daun bawah bercak berwarna coklat tua.
➢ Bercak-bercak tersebut dapat berkembang melebar dan memanjang, dan
Penyakit Cercospora
kemudian bersatu membentuk bercak yang besar.
➢ Pada pusat bercak berwarna coklat keputihan dan akhirnya mengering dan
dapat menjadi berlubang.
Pengendalian :
➢ Secara kultur teknis yaitu dengan mengatur jarak antar bibit ( ≤ 90 cm),
penyiraman manual menggunakan gembor lebih dianjurkan dan
sebaiknya diarahkan ke permukaan tanah dalam polybag, bukan ke daun.
➢ Memangkas daun-daun sakit dari bibit yang bergejala ringan-sedang,
selanjutnya disemprot dengan fungisida captan (contoh: Altan 50 WP) atau
Bercak Cercospora pada daun thiram (contoh: Tanicol 80WP) dengan konsentrasi 0,1-0,2% interval 10-14 hari.
➢ Daun pangkasan dibakar.
➢ Memusnahkan bibit yang terserang berat.
Pemberantasan Hama & Penyakit
Seleksi bibit
• Perbedaan pertumbuhan dapat
disebabkan oleh faktor genetis maupun
kultur teknis
• Penentuan tingkat pertumbuhan mengacu
kepada standar pertumbuhan
Standar pertumbuhan bibit
Umur Jumlah pelepah Tinggi bibit Diameter batang
(bulan) (cm) (cm)
3 3,5 20,0 1,3
➢ Pertumbuhan Kerdil
(RetardedDevelopment): Pohon yang
terhambat pertumbuhannya, dapat
disebabkan genetis, atau pemeliharaan
yang kurang baik, seperti media tanah
yang salah, kekurangan atau kelebihan air
(nitrogen defesiensi).
❖ Bibit Abnormal disebabkan faktor Genetis
➢ Pohon loyo (Flaccid) atau Bentuk
Lemah (Limp Form): Daun muda
tumbuh lebih panjang dari daun tua,
tetapi pelepah dan helai anak daun
lemas/loyo dan terkulai.
❖ Bibit Abnormal disebabkan faktor Genetis
➢ Bule/Albino (Chimera):
Pada helaian daun terdapat bagian yang
bewarna kuning (bule), bisa berupa strip
kecil atau menyerupai pita (partial).
Disebabkan faktor genetik karena tidak
adanya klorofil pada jaringan daun.
❖ Bibit Abnormal disebabkan faktor Genetis
➢ Terkena herbisida:
Dapat terjadi karena kesalahan pekerja
pada saat menyemprot gulma, dengan
menggunakan herbisida sistemik
(translokasi), seperti 2,4 D amine.
Pelepah daun menjadi malformation.
❖ Bibit Abnormal disebabkan faktor Kultur Teknis
Mekanis 6 JKT/ha
Mekanis 8 JKT/ha -
Manual 20 HK/ha
Mekanik 6 JKT/ha
2 Mengumpul tanah -
Mekanis 8 JKT/ha -
3 Mengayak 3 m3/HK -
4 Memancang 1000/HK