Anda di halaman 1dari 87

PUSAT PENELITIAN KARET

PEMBIBITAN KELAPA SAWIT


• Persiapan pembibitan
• Pembibitan awal (Pre Nursery)
• Pembibitan utama (Main Nursery)

3 Bulan 9 Bulan
PERSIAPAN PEMBIBITAN

Pemilihan lokasi
• Topografi rata (< 15 %)
• Dekat dengan sumber air
• Akses jalan yang baik
• Aman dari gangguan hama, ternak,
manusia
Penentuan bahan tanaman

• Bahan tanaman dari sumber resmi


• Kebutuhan kecambah = 140 % dari jumlah
bibit yang akan ditanam

– Seleksi kecambah = 2,5 %


– Seleksi di pre nursery = 10 %
– Seleksi di main nursery = 15 %
– Cadangan penyisipan =5%
– Kecambah = 100/97,5 x 100/90 x 100/85 x 100/95
= 1,40 x jumlah pohon/ha
Penentuan kebutuhan kecambah

Kerapatan tanam Jumlah kecambah

130 = 1,40 x 130 180


143 = 1,40 x 143 200

Pemesanan kecambah sebaiknya 3 – 6 bulan


sebelum pembibitan dimulai
Kecambah yang diterima langsung ditanam
(maksimal 3-5 hari setelah penerimaan)
Penentuan sistem pembibitan

• Single stage
– Penanaman kecambah dilakukan langsung
di pembibitan utama

• Double stage
– Pre nursery = 3 bulan di polybag kecil
– Main nursery = 9 -12 bulan sampai bibit
siap tanam
Keuntungan double stage
• Kemudahan dalam pengawasan dan
pemeliharaan
• Tersedia waktu untuk mempersiapkan
pembibitan utama
• Bibit lebih terjamin karena terdapat proses
seleksi
• Seleksi yang ketat dapat mengurangi
penggunaan tanah dan polybag
Media tanam
• Tanah bagian atas (top soil)
• Gembur, bebas dari OPT
• Tanah yang kurang gembur dapat
dicampur dengan pasir (3:1)
• Tanah diayak dengan ayakan 2 cm
Pengisian tanah
● Babybag berukuran 15 Cm X 23 Cm X 0,1 mm (lebar x panjang x tebal),
terbuat dari plastik/polythene berwarna hitam.

● Babybag diisi tanah ± 1½ kg /bag , diisi sambil dipadatkan, sampai kira-


kira 1 cm dari bawah bibir polybag
● Polybag yang sudah diisi tanah disusun di bedengan secara rapat dan rapi
dengan lebar 10 polybag (±1,2 mtr) dan panjang 8 m (sesuai kebutuhan)

● Babybag yang telah tersusun disiram setiap hari sebelum kecambah


ditanam agar padat dan tambah tanah lagi kalau kurang

● Pengisian tanah harus sudah selesai 2-4 minggu sebelum kecambah


diterima
PEMBIBITAN AWAL
• Penyiapan bedengan
Bedengan ukuran
1,2 m x 8 m dapat
memuat 1000 bibit
PN
8m Bagian dasar
bedengan dibuat
0,8 m
lebih tinggi dari
permukaan

1,2 m Kayu pembatas


tinggi 20 cm
Penyiapan Naungan
• Mencegah masuknya sinar matahari
langsung
• Menghindari terbongkarnya tanah akibat
hujan
• Pengaturan intensitas naungan
Umur (bulan) Naungan (%)
0 – 1,5 100
1,5 – 2,5 50
> 2,5 Naungan dihilangkan bertahap
Naungan

Atap Daun
sawit

± 2,5 m

± 3,2 m

Parit
Naungan Permanen
Seleksi Kecambah
Pelaksanaan seleksi kecambah kelapa sawit berdasarkan kriteria sebagai
berikut :
a. Kecambah normal :
● Pucuk (plumula) dan akar (radikula) dapat dibedakan dengan jelas
● Pucuk berwarna kuning keputihan dan bentuk runcing
● Radikula berwarna putih mengarah coklat dan kasar
● Telah berdiferensiasi antara plumula dan radikula
b. Kecambah Abnormal

Kecambah bantat/ Kecambah garpu tala


terhambat

Kecambah geraham Kecambah terpuntir


Kecambah kembar
Kecambah kembar adalah kecambah yang mempunyai lebih dari satu
embrio (doubletone). Penanaman bibit doubletone tetap dikelompokkan
tersendiri sesuai varietas dan sebaiknya dipisah dengan pisau tajam
pada umur bibit 6 – 8 minggu setelah tanam. Bibit kedua yang dipisah
selanjutnya ditanam pada polybag yang lain untuk diberi perawatan
khusus. Bibit tersebut diberi naungan agar tidak mengalami stagnasi
pertumbuhan. Jika bibit kedua tidak baik maka harus dimusnahkan
dengan membuat berita acara.

Pemisahan bibit
Kembar 2 Kembar 3 double tone
Penanaman kecambah

• Kecambah diusahakan segera ditanam,


karena keterlambatan dapat menyebabkan :
– Plumula dan radikula memanjang sehingga
menyulitkan penanaman
– Kecambah rusak oleh jamur
– Kecambah akan menjadi kering/mati
• Maksimal 5 hari setelah penerimaan
Kecambah siap tanam

Plumula

Radikula

Kecambah normal
Penanaman kecambah
• Penanaman kecambah dapat dilakukan beregu ( 3 orang)
dengan tugas :
– Membuat lubang kecambah kedalaman 3 cm
– Memasukkan kecambah ke dalam lubang
– Menutup dan memadatkan tanah di sekeliling kecambah
– Penanaman dilakukan sesuai dengan persilangan/
kelompok benih
Hal yang perlu diperhatikan saat
penanaman
• Kecambah harus ditanam secara benar (radikula
menghadap ke bawah, dan plumula ke atas)
• Jangan memadatkan tanah terlalu keras
• Kantong bekas kecambah sebaiknya dikembalikan
untuk keperluan administrasi
• Kecambah harus disiram segera setelah penanaman
selesai
• Jumlah benih yang ditanam (persilangan, jumlah
kantong, tenaga penanam, jumlah baris) dicatat oleh
pengawas pembibitan pada saat selesai penanaman
Pemeliharaan Pembibitan Awal
1. Penyiraman
– 2 kali sehari
– Setiap bibit memerlukan 0,1 – 0,25 lt/ penyiraman

Penyiraman Secara Manual

Springkler Irrigation Kirico/Sumisansui


2. Penyiangan (pengendalian gulma)
– Penyiangan secara manual untuk rumput atau gulma
lain (2 minggu sekali)

Penyiangan dalam babybag Penyiangan antar bedengan


3. Konsolidasi bibit
– Menambah tanah yang kurang
– Menegakkan polybag yang miring

4. Pemupukan
– Pupuk urea 2 gram/lt air untuk 100 bibit
– Pupuk majemuk 2,5 gr/polybag untuk 100 bibit
– Frekuensi seminggu sekali

5. Pengendalian hama dan penyakit


– Pengamatan harian untuk hama dan penyakit
• Hama utama PN : semut, jangkrik, belalang, tikus
• Penyakit : Helminthosporium, Antrachnosa, blast
– Pengendalian dengan bahan kimia harus ekstra hati-hati
Perkembangan bibit di Pre Nursery

Umur ± 4-6 Minggu

Umur ± 3-4 Minggu Umur ± 10 Minggu

Umur ± 12-13 Minggu


Seleksi bibit
• Menghindari terangkutnya bibit abnormal
ke tahap selanjutnya
• Bibit abnormal : faktor genetis, kesalahan
kultur teknis, atau serangan HPT
• Tanaman normal : umur 3 bulan memiliki
3-4 helai daun
Bibit abnormal di pre nursery
• Bibit yang anak daunnya
sempit dan memanjang
(narrow leaves)
• Bibit yang
pertumbuhannya
berputar (twisted)
– Kesalahan penanaman
• Bibit yang tumbuh
kerdil (dwarfish)
• Bibit yang anak
daunnya bergulung
(rolled leaves)
• Bibit yang anak
daunnya kusut
(crinkled)
• Bibit yang ujung
daunnya membulat
seperti mangkok
(collante)
PEMBIBITAN UTAMA
(MAIN NURSERY)
• Persiapan areal
– Areal yang telah dibuka dibersihkan dan
diratakan
– Pembuatan drainase mengikuti pipa
sekunder dari jaringan penyiraman
– Pembuatan pagar keliling
• Pemancangan
– Pemancangan dilakukan bila instalasi
penyiraman telah selesai dibuat
– Jarak tanam 90 x 90 x 90 cm
• Pengisian media
– Pengisian tanah dilakukan sampai 3 cm dari
permukaan polybag
– Ukuran polybag 40 x 50 cm, tebal 0,2 cm
– Bobot polybag 20 kg
– Media perlu disiram air setiap hari, 7-10 hari
sebelum transplanting
Jarak tanam
● Jarak tanam : segitiga sama sisi
→ AB = AC = BC = 90 cm
→ DB = CE = ½ AB = 45 cm

● Jarak antar barisan = BE = DC

A
BE = √BC² - CE²

= √90² - 45²
90 cm

= 78 cm
D C
BE = 0,866 x AB
45 cm

78 cm
B
E
Pemancangan
● Bahan dan alat :
- Pancang/ajir yang telah diruncingi dan dikapur kepalanya sebanyak 13.900
buah/Ha.
- Tali/seling yang sudah diberi tanda jarak tanam dalam barisan (90 cm)
dan jarak antar barisan (78 cm)
- Water pass/alat timbang air dan kompas.

Tali pancang antar barisan

78 cm 78 cm 78 cm 78 cm 78 cm 78 cm

Tali pancang barisan

90 cm 90 cm 90 cm 90 cm 90 cm 90 cm

45 cm
78 cm 78 cm
90 cm

78 cm 78 cm
90 cm

78 cm 78 cm
Pemancangan

baris tanaman

Ajir tanaman
90 cm

Ajir bantu/mati
45 cm

78 cm
Langsir dan penyusunan polybag besar
Pembuatan lubang pada
polybag

– Lubang dibuat sesuai


dengan ukuran
polybag kecil
– Media tanam perlu
disiram hingga jenuh
sehari sebelum
transplanting
– Pada setiap lubang
diberi NPKMg 15-15-
6-4 sebanyak 5 gr.
Penanaman
1. Bibit yang telah diecer di Main Nursery harus selesai ditanam
pada hari yang sama.
2. Penanaman dengan cara melonggarkan tanah di dalam
babybag dengan cara meremas-remas kemudian posisi bibit
dibalik menghadap ke bawah, sambil menahan bibit polybagnya
ditarik ke atas.
3. Masukkan bibit kedalam lubang di polybag besar dan padatkan
tanah disekitar bibit.
4. Penanaman bibit tidak boleh kedalaman atau kedangkalan dan
harus ditanam tegak lurus.
5. Lakukan penanaman bibit sesuai dengan tanggal tanam, dan
varietas.
6. Plastik bekas polybag dikumpulkan dan dikembalikan ke
gudang untuk dimanfaatkan kembali.
Pengeceran bibit Peremasan bibit

Penanaman bibit Penmadatan


Pemeliharaan Pembibitan Utama

1. Penyiraman
2. Penyiangan (manual & kimiawi)
3. Pemberian Mulsa
4. Pemupukan
5. Penanggulangan Hama & Penyakit
6. Seleksi dan Konsolidasi
1. Penyiraman
● Kebutuhan air di pembibitan bertambah sejalan dengan pertambahan
umur bibit
● Bibit akan tumbuh normal bila kebutuhan airnya terpenuhi yaitu
sebesar 12,5 mm (ekivalen hujan) setiap dua hari
● Sistem irigasi penyiraman ada beberapa macam :
1). Sistem irigasi manual (penyiraman dengan gembor)
2). Sistem irigasi semimanual (kombinasi selang dengan kepala
gembor)
3). Sistem irigasi sprinkler dengan sistem sprayline
4). Sistem irigasi tabung dengan selang plastik berlubang (Kirico atau
Sumisansui) yang bertekanan
5). Sitem irigasi drip (tetes) dengan selang karet berlubang
6). Sistem irigasi fertigation yang merupakan kombinasi sistem irigasi
drip dengan pemberian pupuk secara simultan.
Sistem irigasi sprinkler

Sprinkler
Sistem Irigasi Overhead (Sprinkler Irrigation)
Sprinkler Tube (Lay Flat) Kirico/Sumisansui
Penyiraman dengan selang plastik berlubang
● Komponen utama :
1). Mesin pompa
2). Waduk sumber air/tangki air dan atau menara air
3). Selang plastik berlubang
4). Sambungan-sambungan pipa dan keran

Mesin pompa
Waduk sumber air Selang plastik berlubang
Kirico

Pipa Φ 2” Kirico
2. Penyiangan
➢ Penyiangan manual : membersihkan gulma dalam polibag

➢ Penyiangan Kimiawi : penyemprotan gulma di luar polibag


menggunakan herbisida kontak atau
sistemik (Gramoxone atau Round UP)
Pemberantasan gulma di luar polibag

● Alat : Knapsack Sprayer dengan


alat pelindung (sungkup)

● Bahan : Herbisida Gramoxone


(paraquat) atau Round Up
(gliphosat) konsentrasi 0,5 %

Sungkup
3. Pemberian mulsa
– Mengurangi penguapan
– Mulsa diberikan dalam bentuk sisa
tanaman atau cangkang sawit

4. Pemupukan
– Menggunakan pupuk Majemuk NPKMg 15-15-6-4
dan 12-12-17-2
Dosis pemupukan (PN dan MN) PPKS

Umur Jenis dan dosisi pupuk (g/bibit)


(minggu) Urea 15.15.6.4 12.12.17.2 Kieserite

Pembibitan Awal
4 – 12 2 g/lt/100 bbt 2,5 g/lt/100 bbt - -
Pembibitan Utama
14 - 2,5 - -
15 - 2,5 - -
16 - 5,0 - -
17 - 5,0 - -
18 - 7,5 - -
20 - 7,5 - -
22 - 10,0 - -
24 - 10,0 - -
26 - - 10,0 -
28 - - 10,0 5,0
30 - - 10,0 -
32 - - 10,0 5,0
34 - - 15,0 -
36 - - 15,0 7,5
38 - - 15,0 -
40 - - 15,0 7,5
42 - - 20,0 -
44 - - 20,0 10,0
46 - - 20,0 -
48 - - 20,0 10,0
50 - - 25,0 -
52 - - 25,0 10,0
5.1. Penanggulangan hama
Konsentrasi
Jenis Gejala umum Insektisida Keterangan
Larutan (%)
Kumbang Lubang pada jaringan daun, Sevin 85 S 0,05
Adoratus terkonsentrasi sepanjang
Apogonia pinggiran daun
Belalang Sebagian besar tepi daun Sevin 85 S
(Valanga) dimakan terkadang sampai
batang
Kutu Bercak khlorotik kecil dalam Rogor 40 0,1 Arahkan
(Ollogonychus jumlah banyak. diikuti Tedion 0,13 penyemprotan
& Tetranuchus) Kemudianmenjadi kuning 18 WP 10 hari pada permukaan
dan akhirnya keperakan kemudian daun bagian
bawah
Aphids Distorsi daun terjadi pada Rogor 40 0,01
tingkat yang tinggi Malathion 80 0,013
Mealybugs dan Tajuk cenderung pucat dan Heptachlor Tabur granule Kerusakan
Jangkrik kusam 10G pada tanah di jaringan akar di
polibag dan air bawah
permukaan tanah
Ulat Jaringan permukaan daun
dimakan
Cara merusak :
Memakan daun mulai dari tengah,
menghasilkan lubang-lubang kecil
Siklus hidup :
Perkembangan dari telur hingga
dewasa mencapai 3 bulan
Treatment :
Dengan insektisida berbahan aktif
Apogonia sp. karbaril pada sore hari.

Cara merusak :
Memakan daun mulai dari pinggir,
menghasilkan lubang-lubang kecil.
Siklus hidup :
Perkembangan dari telur hingga
dewasa mencapai 2,5 bulan
Treatment :
Dengan insektisida berbahan aktif
Adoretus sp. karbaril pada sore hari.
5.2. Penanggulangan penyakit
Konsentrasi
Penyakit Gejala umum Insektisida Keterangan
Larutan (%)
Ujung daun mulai Daconil 0,2
kecoklatan. Terdapat batas Rotasi 5 – 7 hari,
Anthrachnose yang jelas antara jaringan Dithane 0,16 sampai serangan
daun yang terserang dan terkendali
yang sehat
Captan 50 WP
Spot atau luka coklat 0,4
Dithane M45
Culvularia dengan batas kuning atau Rotasi 7 – 10 hari
orange Acti-dione 4.2
0,2
EC
Bercak Bercak coklat tua dikelilingi
Helmintho- lingkaran khlorotik yg
sporium secara berangsur berwarna Daconil 0,2
Rotasi 7 – 10 hari
kuning, jaringan daun bisa Dithane 0,2
mati dari ujung daun ke
pinggir
Busuk daun Bercak daun tua mengering
Corticium menjadi abu-abu sampai Tecto 90 WP 0.1 Rotasi 7 – 10 hari
putih dengan inggir coklat Thiram 75 WP 0,2
keunguan
Konsentrasi
Penyakit Gejala umum Insektisida Keterangan
Larutan (%)
Kurangi suhu
Tajuk pucat dengan gejala tanah dengan
stres air. Daun mati secara mulsa dan
Tidak ada
bertahap mulai daun tua. naungan, bibit
Blast penggunaan
Jaringan tepi (cortical) dari harus disiram
Fungisida
akar membusuk sedangkan teratur, tanaman
jaringan tengah tetap utuh mati harus
dimusnahkan
Pembusukan pucuk daun Tecto 90 WP 0,1 Buang pucuk
yang belum membuka Thiram 75 WP 0,2 yang busuk &
Busuk pucuk
siram dengan
fungisida
Busuk umbut Pembusukan pucuk daun Tecto 90 WP 0,1 Buang pucuk
yang belum membuka Thiram 75 WP 0,2 yang busuk &
siram dengan
fungisida
PENYAKIT YANG UMUM PADA PEMBIBITAN KELAPA SAWIT
1. Antracnose (Early leaf disease)
Penyebab penyakit :
Botryodiplodia palmarum

➢ Cendawan Botryodiplodia spp., Colletotrichum


gloeosporoides (Gloeosporium sp. atau Glomerella sp.)
dan Melanconium sp.
➢ Faktor pendorong penyakit adalah jarak antar bibit yang terlalu rapat
sehingga kondisi bibitan terlalu lembab, kelebihan air siraman,
Transplanting shock dari PN ke MN atau penggemburan tanah yang
kurang hati-hati.
Gejala serangan :
Melanconium sp.

➢ Gejala awal tampak bercak-bercak kecil hialin yang dengan cepat berubah
warna menjadi coklat tua dan membesar.
➢ Biasanya serangan mulai pada bagian tengah atau ujung daun.
➢ Bagian luar bercak dikelilingi dengan halo berwarna kuning sehingga
tampak jelas batas antara jaringan yang terinfeksi dengan yang sehat.
➢ Penyakit ini biasanya terdapat di areal pembibitan kelapa sawit.
Glomerella cingulata

Pengendalian :
➢ Mengatur penyiraman dan kelembaban di pembibitan, termasuk
pengaturan jarak antar bibit.
➢ Pemindahan bibit dan penggemburan tanah dilakukan dengan hati-hati.
➢ Memangkas daun-daun sakit, selanjutnya disemprot dengan fungisida
ziram(contoh: Ziflo 90 WP), thiram (contoh: Tanicol 80WP), captan
(contoh: Altan 50 WP) atau triadimenol (seperti Bayfidan250 EC) dengan
konsentrasi 0,1-0,2% dengan rotasi 7-10 hari.
➢ Daun-daun pangkasan dibakar.
➢ Memusnahkan bibit yang terserang berat.
2. Curvularia (Leaf Spot Disease)
Penyebab penyakit :
➢ Disebabkan oleh beberapa cendawan yaitu Curvularia eragrostidis,
C. fallax, Curvularia spp., Cochliobolus carbonus, C. geniculatus,
C. heterotropus, Drechslera halodes var. elaeicola dan Helminthosporium spp.
➢ Faktor pendorong terjadinya penyakit adalah kelembaban mikro pembibitan
yang tinggi, rapatnya jarak antar bibit, penyiraman yang berlebihan, kebersihan
areal yang kurang terpelihara, adanya gulma golongan Graminae yang
merupakan inang lain penyebab penyakit.
Gejala serangan :
➢ Bercak berbentuk oval dan agak cekung bila dilihat dari permukaan daun
sebelah atas.
➢ Warna bercak agak coklat tua dengan batas tegas dikelilingi oleh halo
berwarna kuning.
➢ Pada bibit yang ditanam dengan tanah rawa, bercak tidak disertai dengan
Penyakit Curvularia halo.
➢ Pada beberapa kasus, bagian tengah bercak mengering, rapuh, berwarna
kelabu atau coklat muda.
➢ Serangan dapat terjadi pada periode musim kering dan basah.
Pengendalian :
➢ Mengatur jarak antar bibit ( < 90 cm).
➢ Penyiraman manual menggunakan gembor lebih dianjurkan dan sebaiknya
diarahkan ke permukaan tanah dalam polybag, bukan ke daun.
➢ Memangkas daun-daun sakit dari bibit yang bergejala ringan-sedang,
selanjutnya disemprot dengan fungisida captan (contoh: Altan 50 WP) atau
thiram (contoh: Tanicol 80WP) dengan konsentrasi 0,1-0,2% interval 10-14
hari.
Bercak Curvularia pada daun ➢ Daun pangkasan dibakar.
➢ Memusnahkan bibit yang terserang berat.
3. Cercospora (Leaf Spot Disease)

Penyebab penyakit :
➢ Disebabkan oleh Cendawan Cercospora elaeidis
➢ Faktor pendorong terjadinya penyakit adalah kelembaban mikro
pembibitan yang tinggi.
➢ Cuaca yang panas dan basah dapat membantu perkembangan penyakit.

Gejala serangan :
➢ Mula-mula pada sisi bawah daun yang masih muda timbul bercak kecil
berwarna coklat.
➢ Pada gejala awal, terlihat bercak pada daun atas dikelilingi oleh halo bewarna
hijau kekuningan sedangkan pada daun bawah bercak berwarna coklat tua.
➢ Bercak-bercak tersebut dapat berkembang melebar dan memanjang, dan
Penyakit Cercospora
kemudian bersatu membentuk bercak yang besar.
➢ Pada pusat bercak berwarna coklat keputihan dan akhirnya mengering dan
dapat menjadi berlubang.

Pengendalian :
➢ Secara kultur teknis yaitu dengan mengatur jarak antar bibit ( ≤ 90 cm),
penyiraman manual menggunakan gembor lebih dianjurkan dan
sebaiknya diarahkan ke permukaan tanah dalam polybag, bukan ke daun.
➢ Memangkas daun-daun sakit dari bibit yang bergejala ringan-sedang,
selanjutnya disemprot dengan fungisida captan (contoh: Altan 50 WP) atau
Bercak Cercospora pada daun thiram (contoh: Tanicol 80WP) dengan konsentrasi 0,1-0,2% interval 10-14 hari.
➢ Daun pangkasan dibakar.
➢ Memusnahkan bibit yang terserang berat.
Pemberantasan Hama & Penyakit
Seleksi bibit
• Perbedaan pertumbuhan dapat
disebabkan oleh faktor genetis maupun
kultur teknis
• Penentuan tingkat pertumbuhan mengacu
kepada standar pertumbuhan
Standar pertumbuhan bibit
Umur Jumlah pelepah Tinggi bibit Diameter batang
(bulan) (cm) (cm)
3 3,5 20,0 1,3

4 4,5 25,0 1,5

5 5,5 32,0 1,7

6 8,5 35,9 1,8

7 10,5 52,2 2,7

8 11,5 64,3 3,6

9 13,5 88,3 4,5

10 15,5 101,9 5,5

11 16,5 114,1 5,8

12 18,5 126,0 6,0


❖ Bibit Abnormal disebabkan faktor Genetis
➢ Pohon steril (Erect) :
Bibit tegak dan kaku, sudut pelepah
dengan sumbu batang sempit, dan
sering lebih tinggi dari bibit sekitarnya,
umumnya menjadi pohon steril (tidak
berproduksi).
❖ Bibit Abnormal disebabkan faktor Genetis

➢ Pertumbuhan Kerdil
(RetardedDevelopment): Pohon yang
terhambat pertumbuhannya, dapat
disebabkan genetis, atau pemeliharaan
yang kurang baik, seperti media tanah
yang salah, kekurangan atau kelebihan air
(nitrogen defesiensi).
❖ Bibit Abnormal disebabkan faktor Genetis
➢ Pohon loyo (Flaccid) atau Bentuk
Lemah (Limp Form): Daun muda
tumbuh lebih panjang dari daun tua,
tetapi pelepah dan helai anak daun
lemas/loyo dan terkulai.
❖ Bibit Abnormal disebabkan faktor Genetis

➢ Ruas Daun Pendek (Short Internodes):


Jarak antara anak daun lebih sempit
dibanding dengan daun normal. Bibit ini
biasanya kelihatan lebih pendek dari bibit
disekitarnya.
❖ Bibit Abnormal disebabkan faktor Genetis

➢ Ruas Daun Panjang (Wide Internodes):


Kebalikan dari short internode, jarak antara
anak daun lebih lebar dibanding daun normal,
bibit kelihatan lebih tinggi dan kurus dari bibit
disekitarnya.
❖ Bibit Abnormal disebabkan faktor Genetis

➢ Helai Daun Pendek (Short Broad Pinnae):


Anak daun lebih lebar dan pendek dibanding
dengan tanaman normal, sehingga terbentuk
tanaman yang kerdil.
❖ Bibit Abnormal disebabkan faktor Genetis

➢ Helai Daun Sempit (Narrow Pinnae):


Helaian anak daun sempit seperti jarum
dibanding dengan daun normal,
biasanya menggulung dan membentuk
sudut yang tajam dengan pelepah daun.
❖ Bibit Abnormal disebabkan faktor Genetis

➢ Bentuk Muda (Juvenile Form) :


Kalau pada bibit normal telah terbentuk
anak daun (pinnate), maka pada bibit
juvenile anak daun tidak berdiferensiasi
(belum terbentuk), tetap seperti daun
tanaman muda (bifurcate).
❖ Bibit Abnormal disebabkan faktor Genetis

➢ Bentuk Pucuk Rata (Flat Top Form):


Daun muda tumbuh lebih pendek dari daun
yang lebih tua sehingga terbentuk tajuk yang
rata pada bagian atasnya, dapat disebabkan
faktor genetik tetapi dapat juga karena
defesiensi Boron.
❖ Bibit Abnormal disebabkan faktor Genetis

➢ Sudut Anak Daun Sempit (Acute pinnae


Insertion): Sudut anak daun dengan
pelepah daun sangat sempit/kecil sehingga
bibit berkembang menjadi steril, biasanya
gejala ini terjadi bersama sama dengan anak
daun yang mengecil.
❖ Bibit Abnormal disebabkan faktor Genetis

➢ Pokok raksasa (Giant palms):


Bibit dengan pertumbuhan yang sangat
jagur (Vegetative Vigorous) percabangan
pada bagian dasar lebar dan sering
menjadi pohon non produktif (Steril).
❖ Bibit Abnormal disebabkan faktor Genetis

➢ Bule/Albino (Chimera):
Pada helaian daun terdapat bagian yang
bewarna kuning (bule), bisa berupa strip
kecil atau menyerupai pita (partial).
Disebabkan faktor genetik karena tidak
adanya klorofil pada jaringan daun.
❖ Bibit Abnormal disebabkan faktor Genetis

➢ Penyakit Tajuk (Crown Disease):


Daun muda berputar/bengkok dan anak
daun pada bagian yang berputar/
bengkok rusak atau kering dan sering
seperti kena serangan penyakit busuk
pucuk.
❖ Bibit Abnormal disebabkan faktor Kultur Teknis

➢ Daun Tidak Terbuka (Collante):


Helaian daun bersatu, tidak terbuka
atau hanya terbuka sebagian, dapat
disebabkan oleh shock bibit (kekeringan),
serangan hama, bahan kimia atau
kekurangan unsur Boron. Sama seperti
di Pre nursery.
❖ Bibit Abnormal disebabkan faktor Kultur Teknis

➢ Terbakar Kena Sinar Matahari (Sun


Scorch):
Efect dari sinar matahari yang terlalu
keras, dan kurangnya pelindung
(shading) atau trasplanting dilaksanakan
pada saat siang hari (sinar matahari
terik). Sebaiknya sebelum pemindahan,
naungan dikurangi secara progresive
(aklimatisasi) dan lakukan penyiraman
bibit di baby/polybag sampai jenuh.
❖ Bibit Abnormal disebabkan faktor Kultur Teknis

➢ Terkena herbisida:
Dapat terjadi karena kesalahan pekerja
pada saat menyemprot gulma, dengan
menggunakan herbisida sistemik
(translokasi), seperti 2,4 D amine.
Pelepah daun menjadi malformation.
❖ Bibit Abnormal disebabkan faktor Kultur Teknis

➢ Terbakar terkena pupuk:


Daun terbakar, karena terkena
langsung pupuk sewaktu pemupukan,
karena kekurang hati-hatian.
Faktor yang dapat memperbesar bibit
abnormal
• Kesalahan penanaman
• Penyiraman yang kurang merata
• Kesalahan dalam pemberian pupuk,
herbisida/bahan kimia lain
• Penempatan jarak tanam yang terlalu
rapat
• Terlalu cepat atau terlalu lambat
transplanting ke main nursery
Kebutuhan tenaga kerja di pembibitan awal
No Uraian Kebutuhan Rotasi
. Tenaga Kerja
1 Membersihkan areal :
Manual 20 HK/ha

Mekanis 6 JKT/ha

2 Membuat bedengan 1,2 x 10 m 1,5 HK/bed -


3 Menabur pasir 0,2 HK/bed -
4 Meracun serangga 0,03 HK/bed -
5 Membuat naungan 1 HK/bed -
6 Mengumpul tanah

Manual 1,5 m3/ HK -

Mekanis 8 JKT/ha -

7 Mengisi Polibag 400 unit/HK -


8 Menyusun di bedengan 1000 unit/HK -
9 Menanam kecambah 1000 unit/HK -
10 Menyiram 16 bed/HK 2x/ hari
11 Menyiang 4 bed/HK 1x/2 mgg
12 Memupuk 10 bed/HK 1x/mgg
13 Konsolidasi bibit 3 bed/HK 1x/bl
14 Pengendalian hama/penyakit 10 bed/ HK *
15 Drainase 6-8 ha/HK 1x/mgg
16 Seleksi ke Pembibitan Utama 5000/HK
Kebutuhan tenaga kerja di pembibitan utama
No Uraian Kebutuhan Tenaga Rotasi
. Kerja
1 Membersihkan areal :

Manual 20 HK/ha

Mekanik 6 JKT/ha

2 Mengumpul tanah -

Manual 1,5 m3/ HK -

Mekanis 8 JKT/ha -

3 Mengayak 3 m3/HK -
4 Memancang 1000/HK

5 Mengisi Polibag 100 unit/HK -


6 Menyusun polibag 100 – 150 unit/HK -
7 Melubangi polybag 250 unit/HK -
8 Mengangkut bibit 700/HK

9 Menanam bibit 100/HK

10 Menyiram 2500/HK 2x/ hari


11 Menyiang 0,7 HK/ha 1x/2 mgg
12 Memupuk 3000/HK 1x/mgg mulai
minggu ke-2
13 Pengendalian hama/penyakit 3000/ HK *
14 Konsolidasi polibag 2000/HK 1x per bulan
15 Seleksi 5300/HK 1 x per 3 bulan
Persiapan bibit untuk penanaman

• Bibit yang telah berumur 10-12 bulan siap


untuk dipindahkan
• 2 minggu sebelum penanaman dilakukan
pemutusan akar bibit
• Bibit dikelompokkan berdasarkan
persilangan (100-200 bibit/kelompok
sesuai dengan kapasitas truk)
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai