Anda di halaman 1dari 143

• Pedoman GAP Buah dan Sayuran

↔ panduan cara (tatalaksana)


pengelolaan budidaya, mulai dari
kegiatan pra tanam hingga
penanganan pasca panen untuk 
menghasilkan produk yang aman
konsumsi, bermutu baik, ramah
lingkungan dan berdaya saing.
Arti penting penerapan GAP Buah dan
Sayur ini adalah :
• Sebagai acuan dalam pelaksanaan
penerapan dan registrasi kebun atau
lahan usaha dalam budidaya buah dan
sayur.
• Sebagai panduan dasar bagi pelaku
usaha agribisnis buah dan sayur dalam
menjalankan kegiatan budidaya
tanaman,
• Sebagai suatu sistem jaminan
mutu,  alat untuk berkompetisi dan
melindungi pelaku usaha dalam
memasuki perdagangan dunia,
• Sebagai rangkaian terpadu
penerapan Pengelolaan Rantai
Pasokan (Supply Chain
Management – SCM).
Tujuan Penerapan Pedoman Budidaya yang Baik
(GAP) Buah dan Sayur ini adalah;
• Meningkatkan produksi dan produktivitas,
• Meningkatkan mutu hasil termasuk keamanan
konsumsi,
• Meningkatkan efisiensi produksi,
• Meningkatkan efisiensi penggunaan sumberdaya
alam,
• Mempertahankan kesuburan lahan, kelestarian
lingkungan dan sistem produksi yang
berkelanjutan,
• Mendorong petani dan kelompok tani
untuk memiliki sikap mental yang
bertanggung jawab terhadap produk yang
dihasilkan, kesehatan dan keamanan diri
dan lingkungan,
• Meningkatkan daya saing dan peluang
penerimaan produk oleh pasar (pasar
ekspor dan domestik). 
• Memberikan jaminan keamanan terhadap
konsumen serta meningkatkan
kesejahteraan petani pelaku usaha.
CONTOH STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
(SOP) STROBERI
• Tanaman stroberi ↔ tanaman merambat yang
saat ini semakin populer untuk dikembangkan.
• Daya tarik stroberi terletak pada warna buahnya
yang mencolok, dan memiliki nilai jual yang
tinggi.
• Budidaya stroberi pada mulanya didominasi
daerah atau negara beriklim subtropik, akan
tetapi seiring perkembangan Ilmu dan teknologi
pertanian, maka stroberi dapat berkembang di
daerah beriklim tropis.
• Di Indonesia, sebagian besar tanaman
stroberi di tanam dalam skala kecil oleh
petani pada daerah dataran tinggi
seperti Rancabali, Ciwidey, Cipanas,
Lembang, Malangbong, Bedugul, dan
Berastagi.
• Produksi yang dihasilkan umumnya
masih rendah terutama milik petani,
maka diperlukan pembudidayaan yang
lebih intensif.
• Penerapan teknologi budidaya stroberi di
beberapa lokasi sentra produksi belum
sepenuhnya di lakukan oleh petani secara baik dan
benar.
• Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan,
ketrampilan, dan informasi yang diperoleh oleh
petani maupun petugas serta belum dikuasainya
teknologi budidaya stroberi secara benar sehingga
berpengaruh juga pada kualitas (mutu) dan
kuantitas (jumlah) produksi stroberi.
• Dalam rangka pengembangan stroberi
dan tantangan dalam menghadapi era
globalisasi perdagangan bebas, maka
tuntutan konsumen terhadap standar
mutu produk dan jaminan keamanan
pangan sangat di perlukan.
• Untuk mengantisipasi hal tersebut
maka perlu adanya informasi mengenai
Standar Operasional Prosedur (SOP).
TARGET
• Berat buah di atas 23 gram/buah (Kelas Ekstra),
• Berat buah antara 20-30 gram/buah (Kelas A),
• Berat buah 15-19 gram/buah (Kelas B),
• Berat buah 12-14 gram/buah (Kelas C),
• Berat buah 8-11 gram/buah (Kelas D).
• Warna buah merah 80% (Kelas Super dan Kelas
A).
• Buah seragam dalam ukuran (toleransi 15%),
warna dan tingkat kematangannya.
• Bentuk seragam (toleransi 5%).
• Tangkai dan kelopak buah masih segar pada saat
dipanen.
• Penampakan buah segar, tidak ada bagian yang
busuk atau rusak yang menyebabkan tidak layak
dikonsumsi
• Buah utuh, bebas dari hama atau penyakit,
pestisida serta kotoran lainnya.
• Bebas dari bau/aroma dan rasa asing.
• Buah BS (buah yang rusak diakibatkan kesalahan
penanganan karena faktor manusia) yang
dihasilkan tidak lebih dari 2%.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) STROBERI
I. Pembibitan
A. Definisi
Menyediakan bibit bermutu dari varietas yang unggul
dan sehat.

B. Tujuan
Untuk menyediakan bibit yang mampu berproduksi
sesuai dengan keunggulan varietas, sehat, mempunyai
daya adaptasi yang baik.

C. Validasi
Pengalaman petani, petugas, pelaku agribisnis.
D. Alat dan bahan
• Bibit runners (undeuk)
• Media tanah matang
• Kompos
• Penjepit dari bambu
• Polybag ukuran  7 cm×10 cm, jumlah
 40.000-50.000 buah (untuk luasan 1
ha)
• Bedengan pesemaian
• Jenis bentuk buah strawbery
E. Fungsi
• Bibit runners, untuk bahan tanaman.
• Media tanah matang dan kompos, untuk
media tanam stroberi.
• Penjepit dari bambu, untuk menjepit
calon bibit stroberi agar tidak bergerak.
• Polybag, untuk tempat menanam bibit /
runner.
• Bedengan pesemaian, untuk tempat
penyimpanan dan pemeliharaan stroberi. 
F. Prosedur Pelaksanaan
Teknik perbanyakan secara vegetatif.
• Hal penting yang perlu diperhatikan dalam
penyiapan bibit vegetatif adalah pemilihan
tanaman induk yang baik, yaitu : untuk kultivar
California berumur 6-9 bulan, berumur produktif
berbuah, pertumbuhan subur (normal), serta
bebas dari organisme hama dan penyakit.
• Bibit runners (undeuk)
i. Ditentukan tanaman induk yang sehat.
ii. Dipilih runners ke 1 - 2 yang gemuk dengan
panjang calon akar 2-3 mm.
iii. Langkah pelaksanaan pembibitan stroberi
dengan runners adalah sbb:
• Bibit dibiakan dari runners ke 1 – 2 dari induk
terpilih minimal berbunga dan berbuah lebat
pada umur 2 bulan setelah tanam.
• Pangkal runners dimasukkan ke dalam polybag
berlubang yang telah berisi media tanah dan
kompos kemudian diberi penjepit (dari bambu)
agar calon bibit tidak bergerak.
• Runners dibiarkan tumbuh memanjang sampai
akar 5-10 cm ( 4 minggu) setelah akar keluar
dari polybag bagian bawah.
• Bentuk runner
• Cara pembibitan
• Runner yang telah siap pindah ke polybg
• Stolon in disisakan 1-2 cm, stolon out
dibuang lalu bibit dapat disapih
(transplanting).
• Karakteristik bibit yang siap dipindah ke
lapangan : akar sudah keluar dari polybag,
biasanya bibit sudah berdaun 4-5 helai yang
sudah melebar.
• Disimpan dibedengan atau langsung
ditanam di lahan terbuka menggunakan
tanah dan kompos.
II. Pengolahan Tanah
 
A. Definisi
• Media tumbuh yang baik untuk stroberi adalah tanahnya
gembur, aerase dan drainase lebih baik, EC = 1 – 2
mS/cm2, pH optimum 5,8 (5,5 – 6,5).
 
B. Tujuan
• Menjamin pertumbuhan dan produksi tanaman secara
optimal.

C. Validasi
• Pengalaman petani, petugas, pelaku agribisnis.
D. Alat dan bahan
• Cangkul
• Pupuk organik (kotoran domba, ayam dan kelinci serta
kompos 20-25 % volume).
• Karung, mulsa, dan polybag
• Jerami

E. Fungsi
• Cangkul, untuk membersihkan sisa-sisa perakaran tanaman,
menggemburkan, menghaluskan tanah, memasukan media
tanam dan membuat bedengan.
• Karung, untuk wadah penanaman bibit stroberi.
• Jerami untuk mengurangi penguapan, gulma, dan percikan
tanah ke buah.
F. Prosedur pelaksanaan
• Sistem budidaya stroberi yang diuraikan dalam SOP ini
adalah sistem budidaya stroberi dalam karung dilahan
terbuka/kebun.

A. Penanaman di lahan terbuka


1. Penetapan lokasi tanam
• Perlu analisa tanah untuk media tanam yang digunakan
melalui Petugas Lapangan setempat.
• Suhu 15-250C, kelembaban 60-80%.
• Sejarah lahan (tanah) bekas sayuran.
• Bila diperlukan dilakukan analisis tanah untuk
menentukan hara mikro dan makro.
2. Penyiapan media
• Tanah diolah hingga gembur.
• Bedengan-bedengan disiapkan dengan lebar 40
cm, tinggi 20 cm – 25 cm, serta jarak antar
bedengan 60-70 cm, sedangkan panjangnya
disesuaikan dengan keadaan lahan.
• c. Lebar celah antar karung dalam barisan
adalah 20 cm - 30 cm.
3. Penanaman dalam wadah (karung)
• Penyiapan media
• Media terdiri dari tanah dan kompos, dengan
perbandingan 70:30 (v/v)
• Kemudian siapkan wadah (karung) bersih dengan
ukuran tinggi 50-60 cm, diameter 40 cm.
• Isi ¾ wadah karung dengan tanah, ¼ sisanya
dipenuhi media yang telah disiapkan. Lalu
ditempatkan di kebun dengan jarak antar wadah
30 cm, antar baris 70 cm. Kemudian dibiarkan
selama 2 minggu.
• Tanam bibit di lubang tanam sampai batas
leher akar. Bila ditanam terlalu dalam,
tanaman akan busuk. Bila terlalu dangkal,
akar yang menonjol keluar akan cepat
kering. Setiap karung berisi 4 tanaman.
• Setelah tanam dilakukan penutupan
dengan menggunakan jerami setebal 1-2
cm.
• Padatkan tanah disekitar pangkal batang,
kemudian siram tanah di sekitar pangkalb
batang sampai lembab.
III. Penanaman di Lapangan
A. Definisi
• Memindahkan bibit dari tempat penyemaian ke
areal pertamanan.

B. Tujuan
• Menumbuhkembangkan tanaman sampai
berproduksi.

C. Validasi
• Pengalaman petani, petugas, pelaku agribisnis.
D. Alat dan bahan
• Air
• Bibit (kebutuhan bibit 40.000-83.333
bibit/ha)

E. Fungsi
• Air, untuk menyiram tanah sehingga kondisi
tanah lembab dan mengurangi tingkat
kelayuan.
• Bibit, untuk bahan tanaman.
F. Prosedur Pelaksanaan
• Penanaman dilakukan pada pagi hari sebelum
jam 10.00 pagi atau setelah jam 15.00 sore.
• Media tanam sebelum ditanami disiram terlebih
dahulu.
• Lalu dibuat lubang tanam sedalam tinggi polybag
bibit. Untuk penanaman dalam polibag dibuat
lubang terlebuh dahulu.
• Bibit dilepaskan dari polybag dengan hati-hati.
• Lalu bibit di tanam hingga tepat diatas leher akar,
untuk penanaman dalam polibag, potongan
stolon menghadap ke tengah wadah.
• Penanaman di lapangan
IV. Pengairan
A. Definisi
• Memberi air sesuai kebutuhan tanaman pada daerah
perakaran tanaman dengan air yang memenuhi
standar pada waktu, cara dan jumlah yang tepat.

B. Tujuan
• Menjamin kebutuhan air bagi tanaman sehingga
pertumbuhan dan proses produksinya optimal.

C. Validasi
• Pengalaman petani, petugas, pelaku agribisnis.
D. Alat dan bahan
• Air
• Selang plastik
• Pompa air
• Bak penampungan air (drum platik 200 ltr)
• Ember
• Gayung

E. Fungsi
• Air, untuk bahan untuk menyiram tanaman.
• Selang, untuk menyalurkan air (apabila sumber air lebih
rendah dari pertamanan).
• Pipa, untuk menaikkan air (apabila sumber air lebih rendah
dari pertamanan).
F. Prosedur pelaksanaan
• Penyiraman pada tanaman di musim
kemarau dilakukan sehari 1 kali sebanyak 1
- 2 liter/karung sampai umur 10 hari.
• Setelah berumur 10 hari, penyiraman
dilakukan dua hari sekali sebanyak 1 -2
liter/karung.
• Pengairan/penyiraman dilakukan setiap
pagi atau sore hari.
V. Pemangkasan
A. Definisi
• Memangkas dan membuang cabang-cabang yang
tidak produktif (tangkai bekas buah, daun-daun
tua atau daun rusak, yang disebabkan oleh
serangan hama dan penyakit).
• Memangkas bunga bawaan.
• Memangkas buah ujung (buah yang ke 8 dan
selanjutnya) dalam satu manggar.
B. Tujuan
• Menjamin pertumbuhan tanaman sehingga
proses produksi berlangsung maksimal dan
mengurangi kelembaban dalam tajuk
tanaman sehingga akan mengurangi resiko
terjadinya serangan hama dan penyakit.
• Mendewasakan tanaman ke fase generatif
dan menghasilkan tanaman tumbuhnya
kuat (kokoh).
• Memperoleh buah yang berukuran besar
dan berkualitas prima.
C. Validasi
• Pengalaman petani, petugas, pelaku agribisnis.

D. Alat dan bahan


• Gunting Pangkas
 
E. Fungsi
• Gunting pangkas, untuk memangkas dan
membuang tunas-tunas yang tidak produktif.
F. Prosedur pelaksanaan
a. Pemangkasan dilakukan terhadap daun, stolon
dan tunas baru (anakan/sirung).
b. Perompesan daun
I. Daun yang kurang sehat atau sudah tua
dibuang bersama pelepahnya.
II. Sisakan 5-7 pelepah daun yang membuka
sempurna dan sehat pada tiap batang.
III. Daun dikumpulkan dalam kantong plastik dan
dimusnahkan.
c. Pembuangan stolon
I. Untuk stroberi tujuan produksi, setiap
stolon yang tumbuh harus dibuang.
II. Stolon digunting pada bagian buku dekat
pangkal pada saat mencapai panjang 5 – 7
cm atau setelah terlihat 2 buku hingga
lepas.
III. Stolon dikumpulkan pada tempat yang
terpisah dari tempat penanaman.
d. Pemilihan tunas baru
I. Pilih 1-2 tunas produktif dengan ciri-ciri
tunas yang besar, muncul dari bawah
permukaan tanah/media dan menghadap ke
luar dari wadah.
II. Semua tunas yang muncul di atas
permukaan tanah atau media harus dibuang.
III. Tunas dirompes ke arah bawah atau ke arah
samping.
IV. Tunas baru dikumpulkan pada tempat yang
terpisah dari tempat penanaman.
VI. Sanitasi Kebun
A. Definisi
• Kegiatan menjaga kebersihan kebun dengan cara
membersihkan areal pertamanan dari gulma, daun-
daun, ranting bekas pangkasan dan buah-buahan
yang busuk/rontok.

B. Tujuan
• Menjamin proses produksi berlangsung secara
maksimal dengan menekan resiko serangan
organisme pengganggu tanaman serta menekan
persaingan untuk mendapatkan tempat tumbuh, sinar
matahari dan unsur hara.
C. Validasi
• Pengalaman petani, petugas, pelaku agribisnis.

D. Alat dan Bahan


• Kored
• Cangkul

E. Fungsi
• Kored, untuk mencabut gulma atau sisa-sisa
perakaran tanaman.
• Cangkul untuk membuang gulma atau sisa-sisa
perakaran tanaman dan untuk menimbun.
F. Prosedur pelaksanaan
a. Pemeliharaan lingkungan dilakukan dengan cara
membersihkan gulma-gulma yang ada,
memelihara tanaman pelindung seperti putri
malu, lantana. Sisa-sisa gulma dikumpulkan
ditempat yang terpisah. Hal ini dilakukan untuk
mengurangi penyemprotan pestisida.
b. Waktu penyiangan tergantung dari keadaan
pertumbuhan gulma. Untuk menghemat biaya
tenaga kerja, biasanya penyiangan dilakukan
bersama-sama dengan kegiatan pemupukan
susulan
VII. Pemupukan (Pupuk Susulan)
A. Definisi
• Memberikan unsur hara tambahan atau susulan
pada tanaman.

B. Tujuan
• Memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman untuk
menjamin pertumbuhan tanaman secara optimal
dan menghasilkan produksi dengan mutu yang baik.

C. Validasi
• Pengalaman petani, petugas, pelaku agribisnis.
D. Alat dan bahan
• Gayung
• Ember
• Drum plastik
• Pupuk kandang 30 kg/200 ltr air dan N : 10, P : 16, K 21
dilarutkan 2 kg/200 ltr air.
• Air

E. Fungsi
• Pupuk anorganik, untuk menambah unsur-unsur hara yang
diperlukan tanaman sesuai kebutuhannya.
• Pupuk organik untuk memperbaiki fisik, kimia dan biologi
tanah
• Air untuk melarutkan pupuk dan proses metabolisme tanaman
F. Prosedur pelaksanaan
a. Pemupukan untuk penanaman di Karung.
b. Pemberian pupuk tergantung pada kebutuhan dan
kondisi tanaman.
c. Pemupukan pertama dilakukan 2 minggu setelah
tanam. Pada masa ini tanaman dalam masa
pertumbuhan vegetatif awal dengan ciri-ciri batang
dan pelepah subur serta diameter batang 2 cm.
Pupuk yang digunakan pupuk NPK dengan
perbandingan 10 : 16 : 21.
d. Pada masa pertumbuhan generatif (setelah 9 MST)
diberikan pupuk NPK dengan unsur kalium lebih
tinggi.
e. Pemberian dilakukan setiap satu minggu sekali
dengan cara dicor (vertigasi) ke wadah sebanyak
2 kg NPK/200 liter 100 cc air/karung.
f. Pada kondisi kematangan buah 25% diberi
unsur Calsium (CaO) dalam bentuk tepung dosis
1 gram/liter.
g. Selain itu perlu diberikan unsur hara mikro yang
mengandung unsur Fe, Mg, dan Zn (PPC) yang
diberikan melalui daun.
h. Perlu dilakukan analisa tanah secara rutin
dengan teknik sampel untuk megetahui
kebutuhan nutrisi untuk tanaman.
VIII. Pengendalian OPT
A. Definisi
Tindakan yang dilaksanakan utuk mencegah kerugian pada
budidaya tanaman yang diakibatkan oleh OPT (hama,
patogen dan gulma) dengan cara memadukkan satu atau
lebih teknik pengendalian yang dikembangkan dalam satu
kesatuan. 
B. Tujuan
Mengendalikan OPT untuk menghindari kerugian ekonomi
berupa kehilangan hasil (kuantitas) dan penurunan mutu
(kualitas) produk.
C. Validasi
Pengalaman petani, petugas, pelaku agribisnis. 
D. Alat dan bahan
• Sprayer (aplikator)
• Bahan pengendali OPT (pestisida, agen hayati)
• Bahan perekat dan perata
• Air
• Alat perangkap OPT
• Alt pengaduk
• Takaran (gelas ukur)
• Sarung tangan
• Masker
• Kacamata
• Topi
E. Fungsi
• Sprayer untuk menyemprotkan bahan pengendali ke
tanaman.
• Bahan pengendali OPT (pestisida, agen hayati), untuk
mengendalikan OPT.
• Bahan perekat untuk merekatkan pertisida pada
tanaman agar tidak mudah tercuci oleh air/hujan.
• Bahan perata berfungsi agar pestisida dapat
membasahi seluruh permukaan tanaman yang
disemprot.
• Air, untuk bahan mencampur pestisida.
• Alat perangkap OPT, untuk memikat lalat buah jantan
masuk kedalam perangkap.
• Alat pengaduk, untuk mengaduk pestisida dan air.
• Takaran (gelas ukur) untuk menakar pestisida dan
air.
• Sarung tangan, untuk melindungi tangan dari
pestisida.
• Masker, untuk melindungi fungsi pernafasan dari
pestisida.
• Kacamata untuk melindungi mata dari butiran-
butiran halus pestisida.
• Perangkap OPT, terdiri dari bobot bekas air
kemasan/toples plastik, kapas dan metil eugenol.
• Topi untuk melindungi kepala dari pestisida.
F. Prosedur pelaksanaan
• Melakukan pengamatan tanaman secara rutin
dan mengutamakan pengendalian secara
mekanis dan kultur teknis (tanaman yang
terserang hama/penyakit dicabut dengan
tangan atau pisau, dibuang dan dibakar atau
dikubur sejauh mungkin dari lokasi kebun).
• Apabila tanaman terserang hama atau
penyakit maka dilakukan prosedur
pengendalian dengan cara penyemprotan
pestisida secara selektif.
• Penyemprotan harus dihentikan minimal 2
minggu sebelum panen.
• Pencampuran pestisida dengan air
dilakukan secara hati-hati dan tidak
menyebabkan pencemaran lingkungan.
• Pestisida yang tidak habis dan botol atau
kaleng bekas wadah harus dimusnahkan di
tempat pembuangan limbah atau dikubur
ke dalam tanah yang jauh dari sumber
• Peralatan setelah dipergunakan segera dicuci dan limbah
pencucian dibuang ke dalam bak peresapan dan tidak
boleh mencemari sumber air.
• Pekerja yang melakukan penyemprotan sebaiknya sudah
pernah mendapatkan pelatihan mengenai tata cara
penggunaan alat semprot atau sudah berpengalaman.
• Pekerja yang melakukan penyemprotan dilengkapi
dengan peralatan khusus sebagai pelindung tubuh
seperti masker, kacamata, sarung tangan, topi dan
pakaian.
• Selesai melakukan penyemprotan petugas harus segera
membersihkan seluruh badan dengan sabun dan air
bersih.
• Pekerja yang melakukan
penyemprotan dilengkapi dengan
peralatan khusus sebagai pelindung
tubuh seperti masker, kacamata,
sarung tangan, topi dan pakaian.
• Selesai melakukan penyemprotan
petugas harus segera membersihkan
seluruh badan dengan sabun dan air
bersih.
1. Hama
a. Kutu Daun (Chaetosiphon fragaefolii)
Gejala : pucuk atau daun keriput, keriting,
abnormalitas, dan kadang-kadang
pembentukan bunga atau buah
terhambat.
Pengendalian :
i. Cara kultur teknis
Sanitasi lingkungan
Budidaya tanaman sehat
ii. Cara fisik/mekanik
Memotong bagian tanaman yang
terserang berat.
iii. Cara kimia
Penyemprotan pestisida berbahan
aktif alfametrin, imidakloprid,
albamektrin, metidation dan
diafentiuron. Dosis sesuai anjuran.
b. Tungau
Tungau ini menyerang dengan cara mengisap cairan
sel tanaman, terutama permukaan daun bagian
bawah.
• Gejala : daun tanaman timbul bercak-bercak kuning
sampai coklat, keriting, mengering, dan akhirnya
gugur (rontok).
• Penyebab : Tetranychus sp. dan Tarsonemus
fragariae.)
• Pengendalian :
i. Cara kultur teknis
• Melakukan sanitasi lingkungan
• Melakukan budidaya sistem mulsa plastik
ii.Cara fisik/mekanik
• Memangkas bagian tanaman yang terserang.
• Memasang perangkap hama Insect Adhesive
Trap Paper (IATP).
iii. Cara Biologi
• Pemanfaatan predator Coccinella refanda,
Amblyseius cucumeris.
iv. Cara kimia
• Penyemprotan pestisida berbahan aktif
propargit, amitraz, dikofol. Dosis sesuai
anjuran.
c. Ulat Tanah (Agrotis segetum)
Ulat tanah bersifat pemakan segala jenis
tanaman (polifag). Pada stadium larva (ulat),
hama ini umunya merusak tanaman yang
masih muda. Penyerangnya dilakukan
dengan cara memotong ujung batang atau
pucuk tanaman.
Gejala : yang dapat diamati secara visual
adalah tangkai pucuk terkulai dan layu
akibat bekas potongan (gigitan) ulat
tanah.
Pengendalian :
i. Cara kultur teknis
- Sanitasi lingkungan.
- Budidaya tanaman sehat.
ii. Cara fisik/mekanik
- Membunuh ulat pada siang hari.
- Memangkas bagian tanaman yang terserang.
iii. Cara kimia
- Aplikasi insektisida berbahan aktif klofiripos,
lamda sihalotrin. Dosis sesuai anjuran.
d. Kutu putih (Pseudococcus sp.)
Hama yang paling sering menyerang
tanaman stroberi adalah kutu putih
(disebut juga cabuk). Kutu putih ini
sering bersembunyi di bonggol
tanaman.
Gejala :
• Terjadi abnormalitas pada tanaman
akibat terganggunya fotosintesis.
Pengendalian :
i. Cara fisik/mekanik
- Sanitasi lingkungan.
- Memotong bagian tanaman yang
terserang.
ii. Cara Biologi
- Pemanfaatan predator Menochillus
sp, Harmonia sp.
iii. Cara kimia
• Penyemprotan Basudin atau Supracide
sebulan sekali.
Penyemprotan dilakukan hanya pada saat
tanaman belum berbuah.
Setelah tanaman berbuah, diaplikasikan
dengan insektisida organik, yaitu dari
campuran tembakau 1 ons, klerak 2 biji,
sabun detergent 1/2 sendok teh dan
spiritus 1 sendok makan.
Cara membuatnya:
• Tembakau dan klerek direbus dulu dalam 1 liter
air sampai mendidih.
• Dibiarkan sampai dingin, lalu diperas dan disaring
untuk diambil larutannya + sabun dan spiritus.
• Larutan disemprotkan ke bagian tanaman yang
diserang cabuk. Kalau serangannya berat,
penyemprotan dilakukan seminggu sekali sampai
cabuknya hilang. 
• Pengendalian pestisida berbahan aktif
deltametrin, imidakloprin, buprofazin, amitraz
dan asefat.
e. Nematoda
• Jenis nematoda yang biasanya menyerang
tanaman stroberi adalah Aphelenchoides
fragariae dan A.Ritzemabosi.
• Keduanya biasanya hidup di pangkal batang
bahkan sampai ke pucuk atau daerah crown.
• Gejala : tanaman akan tumbuh kerdil, tangkai
daunnya kurus dan kurang berbulu. Helai daun
kecil dan ujungnya meruncing, tangkai bunganya
pendek. Tanaman utamanya sering kali mati,
tetapi crown cabang kemudian tumbuh
menggantikan crown utama.
Pengendalian :
i. Cara kultur teknis
• Penggunaan bibit sehat (bebas
nematoda)
• Pergiliran (rotasi) tanaman
ii. Cara kimia
• Aplikasi nematisida, seperti Thiodan,
Trimaton 370 AS, Rugby 10 G atau
Nemacur 10 G. Dosis sesuai anjuran.
f. Golongan kumbang
Golongan kumbang yang sering
ditemukan menyerang tanaman stroberi
adalah kumbang penggerek bunga
(Anthonomus rubi), kumbang penggerek
akar (Otiorhynchus rugosostriatus), dan
kumbang pengerek batang (O.sulcatus).
Gejala : terdapat bubuk berupa tepung pada
bagian tanaman yang digerek hama.
 
Pengendalian :
i. Cara kultur teknis
- Cara pergiliran tanaman (rotasi)
- Budidaya sitemik mulsa plastik
 ii. Cara kimia
- Penyemprotan pestisida
deltametrin, profenofos, dan
dimetoat. –
- Dosis sesuai anjuran. 
2. Penyakit
Penyakit penting yang sering menyerang
tanaman stroberi adalah sebagai berikut:
 a. Antraknosa (Bercak coklat)
• Penyakit antraknosa atau bercak coklat
disebabkan oleh cendawan Colletotrichum
acutatum.
• Bercak coklat di permukaan daun lama-lama
semakin meluas hingga berdiameter 0,7 inci.
Gejala :
• pertumbuhan tanaman stroberi
akan terganggu sehingga tampak
kerdil.
• Rusaknya jaringan menyebabkan
tanaman layu.
• Cendawan penyebab antraknosa ini
dikelompokkan menjadi 2 bagian.
Pengendalian :
i. Cara kultur teknis
• Sanitasi lahan.
• Penggunaan irigasi tetes.
ii. Cara kimia
- Penyemprotan pestisida
berbahan aktif captan.
- Dosis sesuai anjuran.
b. Embun Tepung (Mildew)
• Penyebab penyakit embun tepung
adalah cendawan Sphaerotheca
mascularis. Bagian tanaman yang
terserang adalah daun.
• Serangan embun tepung mudah
meluas karena kadangkala
diterbangkan oleh angin. Kelembaban
tinggi dapat memicu
perkembangbiakan cendawan.
Gejala :
• daun yang terserang tampak seperti
dilapisi tepung putih.
• Tepung putih ini adalah miselium
cendawan.
• Bagian tepi daun menggulung. Bunga tak
luput dari ganyangan hingga gagal
terbentuk fruitset.
• Bagian yang tertutup miselium kemudian
mati.
Pengendalian :
i. Cara kultur teknis
- Menghindari penyiraman yang
berlebihan.
ii. Cara kimia
• Penyemprotan pestisida berbahan aktif
mycobutanil atau micronize.
Penyemprotan pestisida sebulan setelah
tanam dan 3 – 4 minggu kemudian
secara periodik
c. Kapang Kelabu (Grey mould)
• Penyakit kapang kelabu disebabkan
cendawan Botrytis cinerea. Kapang
menginfeksi ketika bakal buah terbentuk.
• Gejala : Buah membusuk ditandai
dengan warna coklat muda dan
bertekstur lebih lunak. Perkembangan
selanjutnya, bagian yang lunak menjadi
kering. Di sekitar area busuk banyak
terdapat skelerotium berwarna hitam.
Pengendalian :
i. Cara kultur teknis
• Penggunaan mulsa plastik.
• Sanitasi lahan.
ii. Cara kimia
- Pestisida berbahan aktif
thiram,iprodione, atau captan
dianjurkan untuk disemprotkan
terjadi serangan.
d. Layu Verticillium
Penyakit layu Verticillium disebabkan
oleh cendawan Verticillium dahliae
yang mempunyai inang yang banyak.
Gejala : Pada awal serangan tepi daun
bagian luar akan berwarna coklat
sedangkan daun bagian dalam masih
hijau. Daun terinfeksi menjadi layu.
Serangan berat menyebabkan
tanaman menjadi mati.
Pengendalian:
i. Cara kultur teknis
• Perbaikan drainase tanah
• Sanitasi kebun
• Sterilisasi tanah dengan gas fumigan,
seperti Basamid-G, atau dengan
campuran kloropikrin dan
metilbromida (1:1) sebanyak 330-500
kg/ha.
e. Busuk Daun
• Penyakit busuk daun disebabkan jamur
Phomopsis obscurans.
Gejala : mula-mula terjadinya noda-
noda bulat berwarna abu-abu
dikelilingi lingkaran berwarna
merah ungu, kemudian noda
tersebut bersatu membentuk luka
seperti huruf V.
 
Pengendalian :
i. Cara kultur teknis
- Penggunaan bibit sehat.
- Pergiliran (rotasi) tanaman.
 ii. Cara fisik/mekanik
- Memotong (memangkas) bagian tanaman
yang terinfeksi berat.
iii. Cara kimia
- Aplikasi fungisida secara mangkus, seperti
diberi mancozeb, propineb, dan klorotalonil.
Dosis sesuai anjuran.
f. Bercak daun
Penyebab :
1. Xanthomonas fragariae
Gejala: adanya luka berair di permukaan bawah
daun. Luka ini makin melebar dan bersegi di antara
tulang-tulang daun.
• Bila dipegang atau dilihat ke arah cahaya, daun akan
menunjukkan bercak-bercak yang tembus cahaya.
2. Ramularia tulasnii atau Mycosphaerella fragariae
Gejala : bercak kecil ungu tua pada daun. Pusat
berwarna coklat yang akan berubah menjadi putih.
3. Pestalotiopsis disseminata
Gejala : Bercak bulat pada daun. Pusat bercak berwarna
coklat tua dikelilingi bagian tepi berwarna coklat
kemerahan atau kekuningan. Daun mudah gugur.

4. Rhizoctonia solani
Gejala : bercak coklat-hitam besar pada daun.

Pengendalian
i. Cara kimia
• Penyemprotan fungisida bahan aktif tembaga seperti
Funguran 82 WP, Kocide 77 WP atau Cupravit OB 21.
Dosis sesuai anjuran.
g. Busuk Buah Matang (Ripe Fruit Rot)
Penyakit busuk buah matang adalah
cendawan Collectotrichum fragariae
Brooks. Buah yang dijangkiti adalah
buah yang telah matang (masak) saja.
Gejala : buahnya busuk kebasah-basahan
berwarna coklat muda, agak
mengendap, dan buah dipenuhi oleh
massa yang berwarna merah jambu.
 
Pengendalian :
A. Cara kultur teknis
• Memperbaiki drainase tanah.
• Pergiliran (rotasi tanaman).
• Pemulsaan.
B. Cara fisik/mekanik
• Membuang buah yang telah terinfeksi.
C. Cara kimiawi
• Aplikasi fungisida berbahan aktif tembaga seperti
tembaga hidroksida dan tembaga oksiklorida.
Dosis sesuai anjuran.
h. Busuk Akar
• Penyebab utama penyakit busuk akar ini adalah
cendawan Idriella lunata, Pythium ultimum dan
Rhizoctonia solani.
• Gejala : akibat serangan Idriella adalah pada ujung-
ujung akar tanaman yang terinfeksi akan tampak
berwarna hitam dan busuk.
• Serangan yang disebabkan oleh Pythium akan
mengakibatkan pada batang batas akar di permukaan
tanah busuk berwarna coklat sampai hitam.
• Sementara serangan jamur Rhizoctonia dapat
menyebabkan sistem perakaran busuk kebasah-
basahan.
Pengendalian :
i. Cara kultur teknis
• Perbaikan drainase tanah
• Sanitasi kebun
• Pengapuaran tanah
• Pergiliran (rotasi) tanaman
• Sterilisasi tanah dengan gas fumigan (misalnya
Basamid-G sebelum tanam).
ii. Cara fisik/mekanik
- Membuang buah yang telah terinfeksi dan
terserang berat. 
i. Empulur Merah
Penyebab utama penyakit empulur
merah ini adalah Phyophtora fragariae
Hickman.
Gejala : tanaman kerdil, daun tidak segar
dan layu. Pada batang terinfeksi bagian
empulurnya tampak berwarna merah.
Serangan berat pada tanah dalam
kondisi masam dan berdrainase kurang
baik.
Pengendalian :
A. Cara kultur teknis
• Budidaya tanaman sehat
• Rotasi tanaman
• Penggunaan mulsa plastik
• Perbaikan drainase tanah dan
pengapuran.
• Penanganan pasca panen yang baik.
B. Cara fisik/mekanik
• Sanitasi lingkungan
• Membuang bagian tanaman yang
terserang
C. Cara kimiawi
- Penyemprotan pestisida berbahan
aktif ziram, propamokarb,
hidroklorida, mankozeb. Dosis
sesuai anjuran.
j. Daun Gosong
Penyebab utama penyakit daun gosong ini adalah
Diplocarpon earliana atau Marssonina fragariae Kleb.
Gejala : pada daun terdapat bercak bulat telur bersudut
atau tidak teratur berwarna ungu tua. Bercak
pada daun terinfeksi biasanya dikelilingi oleh
zona berwarna merah jambu.
Pengendalian
i. Cara fisik/mekanis
- Membuang tanaman terinfeksi.
ii. Cara kimiawi
- Penyemprotan fungisida berbahan aktif mankozeb,
propineb. Dosis sesuai anjuran.
k. Virus
• Penyakit virus pada stroberi cukup kompleks. Banyak virus
terdapat dalam tanaman stroberi dan bersifat laten. Jenis virus
yang sering menginfeksi tanaman stroberi belum diketahui
secara pasti.
 
• Gejala : virus-virus ini tidak menimbulkan gejala yang jelas,
tetapi tanaman yang terserang kehilangan vigor dan terhambat
pertumbuhannya .
• Gejala-gejala yang tampak sering ditemukan di lapangan,
diantaranya adalah terjadinya perubahan warna daun dari
hijau menjadi kekuning-kuningan (klorosis) pada sepanjang
tulang daun, totol-totol (motle), keriput, kaku serta
pertumbuhan tanaman menjadi kerdil. Penyakit virus dapat
menular melalui vektor serangga, terutama tungau dan aphids.
Pengendalian :
• Cara kultur teknis
- Menggunakan bibit sehat
(bebas virus)
• Cara fisik/mekanik
- Membongkar (eradikasi)
tanaman terinfeksi
IX. Panen
A. Definisi
• Kegiatan memetik buah yang telah
siap panen atau mencapai
kematangan fisiologis sesuai
persyaratan yang telah ditentukan.
B. Tujuan
• Memperoleh hasil sesuai dengan
tingkat kematangan buah.
C. Validasi
• Pengalaman petani, petugas,
pelaku agribisnis, buku
pedoman, leaflet, internet.
D. Alat dan bahan
• Baki plastik
• Kain pelapis
E. Fungsi
• Baki Plastik : tempat menyusun buah
• Kain pelapis : sebagai pelapis agar buah
tidak rusak 
F. Prosedur pelaksanaan
a. Penentuan panen buah yang paling tepat
ditandai dengan karakteristik :
- Tingkat kematangan mencapai 75 - 80%
yang ditandai dengan warna merahnya
mencapai 75 - 80% dari besar buah.
b. Waktu dan Cara Panen
• Pemetikan buah sebaiknya dilakukan pada
pagi hari sebelum jam 09.00 pagi, secara
hati-hati agar buah tidak rusak.
• Buah harus disusun secara teratur dalam
wadah/baki plastik yang telah disiapkan
maksimum 2 lapis, posisi kelopak buah dari
tiap buah harus searah.
• Buah yang gradenya rendah, dipisahkan
dalam wadah/baki plastik yang tersendiri.
• Cara panen yang baik
X. Penanganan Pasca Panen
A. Definisi
Kegiatan sortasi, pengemasan dan
penyimpanan buah, berdasarkan ukuran dan
standar mutu yang telah ditentukan.
B. Tujuan
Menghasilkan buah dengan standar mutu yang
baik dan seragam.
C.Validasi
Pengalaman petani, petugas, pelaku.
 
D. Alat dan bahan
• Tray plastik
• Paking kemasan (plastik/Stero
foam)
• Rak penyimpanan
• Label
• Dus
E. Fungsi
• Baki plastik, untuk mengumpulkan buah yang
telah siap dipanen.
• Rak penyimpanan, untuk tempat menyimpan
buah.
• Paking kemasan, untuk wadah buah stroberi yang
akan dikemas.
• Label, untuk memberi keterangan spesifikasi
produk.
• Dus, untuk wadah buah stroberi yang telah
dikemas di kotak plastik.
F. Prosedur pelaksanaan
1. Buah diletakkan pada ruangan bersuhu 15-
200C, jangan ditumpuk terlalu rapat.
2. Sortasi dan grading.
• Pisahkan buah stroberi berdasarkan kelas
buah→
masukkan dalam wadah sesuai dengan kelas
buah,
sebaiknya jangan ditumpuk.
• Buah stroberi diklasifikasikan menjadi 3 kelas,
yaitu kelas ekstra, kelas I, dan kelas II.
3. Pengemasan
• Siapkan kotak plastik bening (transparan)
• Masukkan buah stroberi secara berhati-
hati ke dalam kotak plastik hingga penuh.
• Tutup permukaan kotak plastik berisi
buah stroberi dengan lembar plastik
polyetilen.
• Pasang label untuk menarik perhatian
konsumen.
4. Pengepakan dan Pengangkutan
• Masukkan kemasan buah stroberi
tadi ke dalam dus karton/keranjang
plastik secara bersusun, selanjutnya
ditata satu-per satu dalam mobil
angkutan.
• Buah stroberi yang telah ditata
dalam dus kartondangkut ke
tempat-tempat penjualan
5. Penyimpanan
• Bongkar semua wadah
(kemasan) buah stroberi dari
mobil angkutan.
• Simpan kemasan buah stroberi
tersebut pada rak-rak
penyimpanan atau lemari
pendingin bersuhu antara 0 -1 C
0 0
Tugas 2.
• Masing-masing mahasiswa membuat SOP
tentang buah/sayur dan mempresentasikan
secara singkat serta dilakukan diskusi tanya
jawab di ruang kelas seminggu kemudian (pada
pertemuan berikutnya)
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN YANG BAIK DAN
BENAR(GOOD AGRICULTURE PRACTICES)

A. Latar Belakang

• Semakin terbukanya pasar bebas antar negara, maka


→perkembangan pasar dunia yang semakin
mengglobal,→ dimana batas antara negara tidak lagi jelas
sehingga produk yang dihasilkan suatu negara bebas
dipasarkan ke negara lain dengan persyaratan tersebut.
• Keadaan tertentu akan menyebabkan terjadinya
persaingan yang ketat dari negara-negara produsen,
termasuk didalamnya produsen di bidang tanaman
pangan.
• Untuk menyikapi tuntutan persyaratan
tersebut→ harus menghasilkan produk
tanaman pangan yang bermutu baik dan
aman dikonsumsi.
• Departemen Pertanian bersama-sama
masyarakat tanaman pangan Indonesia
perlu menyusun ketentuan cara
berproduksi tanaman pangan yang baik dan
benar, mencakup :
= penerapan teknologi yang ramah
lingkungan,
= penjagaan kesehatan dan peningkatan
kesejahteraan pekerja,
= pencegahan penularan OPT
= menetapkan prinsip traceability (suatu
produk dapat ditelusuri asal-usulnya, dari
pasar sampai kebun).
= melalui penerapan GAP diharapkan di masa
mendatang akan dihasilkan produk
tanaman pangan yang bermutu baik dan
aman dikonsumsi.
 
Tujuan yang dicapai dari penerapan Pedoman Budidaya
Tanaman Pangan Yang Baik dan Benar adalah :
1. Meningkatkan produksi dan produktifitas tanaman
pangan;
2. Meningkatkan mutu hasil tanaman pangan termasuk
keamanan konsumsi tanaman pangan;
3. Meningkatkan efisiensi produksi dan daya saing
tanaman pangan;
4. Memperbaiki efisiensi penggunaan sumber daya
alam;
5. Mempertahankan kesuburan lahan, kelestarian
lingkungan dan sistem produksi yang berkelanjutan;
6. Mendorong petani dan kelompok tani
untuk memiliki sikap mental yang
bertanggung jawab terhadap produk yang
dihasilkan, kesehatan dan keamanan diri
dan lingkungan;
7. Meningkatkan peluang dan daya saing
penerimaan oleh pasar internasional
maupun domestik;
8. Memberi jaminan keamanan terhadap
konsumen
Pengertian
1. Tanaman pangan adalah tanaman budidaya
yang menghasilkan pangan;
2. Benih adalah tanaman atau bagiannya yang
digunakan untuk memperbanyak dan/atau
mengembangbiakan;
3. Varietas adalah bagian dari suatu jenis yang
ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan,
daun, bunga, buah, biji dan sifat-sifat lain yang
dapat dibedakan dalam jenis yang sama;
4. Varietas unggul adalah varietas tanaman pangan
yang memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi
terhadap lingkungannya, dan maupun
memproduksi hasil dan mutu yang tinggi;
5. Perlindungan tanaman adalah segala upaya
untuk mencegah kerugian pada budidaya
tanaman pangan yang diakibatkan oleh
organisme pengganggu tumbuhan;
6. Organisme Penggangu Tumbuhan (OPT) adalah
semua organism yang dapat merusak,
mengganggu kehidupan,atau menyebabkan
kematian pada tumbuhan;
7. Pestisida adalah zat atau senyawa kimia, zat pengatur
tumbuh dan perangsang tumbuh, bahan lain, serta
organisme renik, atau virus yang digunakan untuk
melakukan perlindungan tanaman;
8. Pupuk adalah bahan kimia atau organisme yang
berperan dalam penyediaan unsur hara bagi
keperluan tanaman secara langsung atau tidak
langsung;
9. Pewilayahan komoditas adalah penentuan wilayah
yang diperuntukan bagi pengembangan suatu
komoditas karena dinilai sesuai dengan pertimbangan
agroekologi, sosio ekonomi dan pemasaran serta
ketersediaan prasarana sarana dan teknologinya;
10. Konservasi lahan adalah semua kegiatan untuk
mencegah penurunan daya dukung lahan,
menghindari erosi dan terbawanya unsur hara
lahan, sehingga dapat melestarikan kualitas
tanah dan tingkat kesuburannya;
11. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat
terhadap sistem budidaya tanaman pangan
dan produk yang dihasilkan setelah melalui
pemeriksaan, pengujian dan pengawasan serta
memenuhi semua persyaratan untuk
diedarkan;
Pemilihan lokasi budidaya tanaman pangan harus
memuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
1. Rencana penanaman pada lahan kering tidak
bertentangan dengan Rencana Umum Tata
Ruang (RUTR) dan Rencana Detail Tata Ruang
Daerah (RDTRD);
2. Lokasi sesuai dengan peta pewilayahan
komoditas yang akan diusahakan;
3. Apabila peta pewilayahan komoditas belum
tersedia, lokasi harus sesuai dengan Agro
Ecology Zone (ARZ) untuk menjamin
produktivitas dan mutu yang tinggi;
4. Lahan sangat dianjurkan jelas status
kepemilikannya dan hak penggunaannya;
5. Lahan harus jelas pengairannya.

Riwayat Lokasi : harus dilakukan pencatatan


terhadap riwayat penggunaan
lahan;
Pemetaan Lahan : Sebelum melaksanakan usaha
produksi tanaman pangan dilakukan
pemetaan penggunaan lahan sebagai dasar
perencanaan rotasi/pergiliran pembibitan dan
penanaman
Kesuburan Lahan: 
1. Lahan untuk budidaya tanaman pangan
harus memiliki kesuburan tanah yang cukup
baik;
2. Kesuburan tanah yang rendah dapat
diatasi melalui pemupukan, menggunakan
pupuk organik dan/atau pupuk anorganik;
3. Untuk mempertahankan kesuburan lahan,
dilakukan rotasi/pergiliran tanaman.
 
Penyiapan Lahan :
1. Lahan petani harus bebas dari
pencemaran limbah beracun;
2. Penyiapan lahan dilakukan dengan baik
agar struktur tanah menjadi gembur dan
beraerasi baik sehingga perakaran dapat
berkembang secara optimal;
3. Harus menghindarkan terjadinya erosi
permukaan tanah, kelongsoran tanah,
dan atau kerusakan sumber daya lahan;
4. Penyiapan lahan merupakan bagian integral
dari upaya pelestarian sumber daya lahan,
dan sekaligus sebagai tindakan sanitasi dan
penyehatan lahan;
5. Penyiapan lahan disertai dengan
pengapuran, penambahan bahan organik,
pembenahan tanah (soil amelioration), dan
atau teknik perbaikan kesuburan tanah;
6. Penyiapan lahan dapat dilakukan dengan
cara manual maupun dengan alat mesin
pertanian.
• Saluran drainase, ukuran disesuaikan kondisi
lahan dan komoditas yang akan diusahakan.
• Lahan untuk budidaya tanaman pangan → lahan
datar sampai dengan lahan berkemiringan (30%)
yang diikuti dengan upaya tindakan konservasi.
• Untuk kemiringan lahan >30% wajib dilakukan
tindakan konservasi.
• Pengelolaan lahan dilakukan dengan tepat →
mencegah terjadinya erosi tanah, pemadatan
tanah, perusakan struktur dan drainase tanah,
serta hilangnya sumber hara tanah.
1. Varietas yang ditanam : varietas unggul atau
varietas yang telah dilepas oleh Menteri Pertanian;
2. Benih atau bahan tanaman yang ditanam sesuai
dengan ARZ adalah sertifikat yang memiliki label
(jelas nama varietasnya, daya tumbuh, tempat asal
dan tanggal kedaluwarsa) serta berasal dari
perusahaan/penangkar yang terdaftar;
3. Benih atau bahan tanaman harus sehat, memiliki
vigor yang baik, tidak membawa dan atau
menularkan OPT di lokasi usaha produksi;
4. Apabila diperlukan, sebelum ditanam benih
mendapat perlakuan (seed treatment).
1. Penanaman benih/bahan tanaman dilakukan
dengan mengikuti teknik budidaya yang
dianjurkan, dalam hal jarak tanam dan
kebutuhan benih perhektar yang disesuaikan
dengan persyaratan spesifik bagi setiap jenis
tanaman, varietas, dan tujuan penanaman;
2. Penanaman dilakukan pada musim tanam
yang dinilai tepat atau sesuai dengan jadwal
tanam dalam manejemen produksi tanaman
yang bersangkutan;
3. Pada saat penanaman, di antisipasi agar tanaman
tidak menderita cekaman kekeringan, kebanjiran,
tergenang, atau cekaman faktor abiotik lainnya;
4. Untuk menghindari serangan OPT pada daerah
endemis dan eksplosif, benih atau bahan
tanaman dapat diberi perlakuan yang sesuai
sebelum ditanam;
5. Dilakukan pencatatan tanggal penanaman pada
buku kerja, guna memudahkan jadwal
pemeliharaan, penyulaman, pemanenan, dan hal-
hal lainnya. Apabila benih memili label, label
harus disimpan.
1. Pupuk anorganik yang digunakan → jenis pupuk yang
terdaftar, disahkan atau direkomendasikan oleh
pemerintah;
2. Pupuk organik → pupuk yang sebagian besar atau
seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal
dari tanaman atau hewan yang telah melalui proses
rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang
digunakan untuk mensuplai bahan organik,
memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah;
3. Pembenah tanah → bahan-bahan sintetis atau alami,
organik atau mineral berbentuk padat atau cair yang
mampu memperbaiki sifat fisik kimia dan biologi
tanah.
1. Pemupukan diusahakan memberikan manfaat
yang sebesar-besarnya dengan dampak negatif
yang sekecilkecilnya, serta memenuhi kriteria 5
(lima) tepat yaitu :
a. Tepat jenis, yaitu jenis pupuk mengandung
unsure hara makro atau mikro sesuai dengan
kebutuhan tanaman dengan memperhatikan
kondisi kesuburan lahan;
b. Tepat mutu, yaitu harus menggunakan pupuk
yang bermutu baik, sesuai standard yang
ditetapkan;
c. Tepat waktu, yaitu diaplikasikan sesuai
dengan kebutuhan dan stadia tumbuh
tanaman serta kondisi lapangan yang
tepat;
d. Tepat dosis, yaitu Jumlah yang diberikan
sesuai dengan anjuran /rekomendasi
spesifik lokasi;
e. Tepat cara aplikasi, yaitu disesuaikan
dengan jenis pupuk, tanaman dan
kondisi lapangan;
2. Pemberian pupuk mengacu pada hasil analisis kesuburan
tanah dan kebutuhan tanaman yang dilakukan oleh Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) setempat;
3. Penyemprotan pupuk cair pada tajuk tanaman/foliar
sprays tidak boleh meninggalkan residu zat-zat kimia
berbahaya pada saat tanaman dipanen;
4. Mengutamakan penggunaan pupuk organik dan
disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan kondisi fisik
tanah;
5. Penggunaan pupuk tidak boleh mengakibatkan
terjadinya pencemaran air baku (waduk, telaga, embung,
empang) atau air tanah dan sumber air;
6. Tidak boleh menggunakan limbah kotoran manusia yang
tidak diberikan perlakuan. 
1. Tempat penyimpanan pupuk harus bersih, aman,
kering, dan di tempat tertutup;
2. Penyimpanan pupuk tidak disatukan (terpisah)
dengan penyimpanan pestisida atau stok benih
dan produk segar 
3. Petani dan penyuluh sangat dianjurkan
mempunyai keahlian tentang pupuk dan
pemupukan;
4. Aplikasi cara pemupukan mengacu pada
rekomendasi penyuluh yang ahli di bidangnya;
A. Prinsip Perlindungan Tanaman
1. Perlindungan tanaman dillaksanakan sesuai
dengan sistem Pengendalian Hama terpadu
(PHT), menggunakan sarana dan cara yang tidak
mengganggu kesehatan manusia, serta tidak
menimbulakan gangguan dan kerusakan
lingkungan hidup.
2. Perlindungan tanaman dilaksanakan pada masa
pra tanam, masa pertumbuhan tanaman dan
atau masa pascapanen, disesuaikan dengan
kebutuhan;
B. Pengendalian OPT : 
1. Dilaksanakan sesuai anjuran. Penggunaan pestisida
merupakan alternative terakhir apabila cara-cara yang
lain dinilai tidak memadai;
2. Dilakukan atas dasar hasil pengamatan terhadap OPT
dan faktor yang mempengaruhi perkembangan serta
terjadinya serangan OPT;
3. Penggunaan sarana pengendalian OPT (pestisida, agens
hayati, serta alat dan mesin), dilaksanakan sesuai
dengan anjuran baku dan dalam penerapannya telah
mendapat bimbingan/latihan dari penyuluh atau para
ahli di bidangnya;
4. Dalam menggunakan pestisida petani harus sudah
mendapat pelatihan;
D. Penggunaan Pestisida

1. Penggunaan pestisida harus diusahakan untuk


memperolehmanfaat yang sebesarnya dengan dampak
sekecil-kecilnya dan memenuhi 6 kriteria tepat serta
memenuhi ketentuan baku lainnya sesuai dengan
“Pedoman Umum Penggunaan Pestisida”, yaitu :
a. Tepat jenis;
b. Tepat mutu;
c. Tepat dosis/konsentrasi;
d. Tepat waktu;
e. Tepat Sasaran (OPT target dan komoditi);
f. Tepat cara; dan alat aplikasi;
2. Penggunaan pestisida diupayakan seminimal
mungkin meninggalkan residu apada hasil panen,
3. Petisida hayati, pestisida yang mudah terurai dan
pestisida yang tidak meninggalkan residu pada
hasil panen serta pestisida yang kurang berbahaya
terhadap manusia dan ramah lilngkungan;
4. Penggunaan pestisida tidak menimbulkan dampak
negatif terhadap kesehatan pekerja (misalnya
dengan menggunakan pakaian perlindungan) atau
apliikator pestisida; dan tidak menimbulkan
dampak negatif terhadap lingkungan hidup
terutama terhadap biota tanah dan biota air;
5. Tata cara aplikasi pestisida harus mengikuti
aturan yang tertera pada label;
6. Pestisida yang residunya berbahaya bagi
manusia tidak boleh diaplikasikan menjelang
panen dan saat panen. 

PENGAIRAN
1. Setiap budidaya tanaman pangan hendaknya
didukung dengan penyediaan air sesuai
kebutuhan dan peruntukannya;
2. Air hendaknya dapat disediakan sepanjang tahun,
baik bersumber dari air hujan, air tanah, air embun,
tandon, bendungan ataupun sistem
irigasi/pengairan;
3. Air yang digunakan untuk irigasi memenuhi baku
mutu air irigasi, dan tidak menggukan air limbah
berbahaya;
4. Air yang digunakan untuk proses pascapanen dan
pengolahan hasil tanaman pangan memenuhi baku
mutu air yang sehat;
5. Pemberian air untuk tanaman pangan dilakukan
secara efektif, efisien, hemat air dan menfaat
optimal;
6. Apabila Air irigasi tidak mencukupi kebutuhan tanaman
guna pertumbuhan optimal, harus diberikan tambahan
air dengan berbagai teknik irigasi;
7. Penggunaan air pengairan tidak bertentangan dengan
kepentingan masyarakat di sekitarnya dan mengacu pada
peraturan yang ada;
8. Pengairan tidak boleh mengakibatkan terjadinya erosi
lahan maupun tercucinya unsur hara, pencemaran lahan
oleh bahan berbahaya, dan keracunan bagi tanaman
serta lingkungan hidup;
9. Penggunaan alat dan mesin pertanian untuk
irigasi/penyediaan air dari sumber, harus memenuhi
ketentuan sesuai peraturan perundang-undangan dan
dapat diterima oleh masyarakat;
PEMELIHARAAN TANAMAN
• Tanaman Pangan harus dipelihara sesuai
karakteristik dan kebutuhan spesifik
tanaman, agar dapat tumbuh dan
berproduksi optimal serta menghasilkan
produk pangan bermutu tinggi;
• Tanaman harus dijaga agar terlindung
dari gangguan hewan ternak, binatang
liar dan atau lainnya.
PANEN DAN PENANGANAN PASCAPANEN

1. Pemanenan dilakukan pada umur/waktu yang


tepat → produk tanaman pangan hasil panen
mutunya dapat optimal pada saat dikonsumsi;
2. Penentuan saat panen yang tepat untuk masing-
masing komoditi tanaman pangan mengikuti standar
yang berlaku;
3. Cara pemanenan tanaman pangan harus sesuai
dengan teknik, anjuran baku untuk masing-masing
jenis tanaman, sehingga diperoleh mutu hasil panen
yang tinggi, tidak rusak, tetap segar dalam waktu
lama, dan meminimalkan tingkat kehilangan hasil;
4. Kemasan (wadah) yang akan digunakan
harus disimpan (diletakan) di tempat yang
aman untuk menghindari terjadinya
kontaminasi; 
5. Hasil panen tanaman pangan di simpan
disuatu tempat yang tidak lembab;
6. Untuk hasil tanaman pangan yang
memerlukan perontokan dan penggilingan
dapat dilakukan secara manual maupun
dengan alat mesin pertanian;

Anda mungkin juga menyukai