Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH MATA KULIAH

HUKUM KEPERAWATAN DAN PERDATA KESEHATAN

TERANSAKSI TERAPEUTIK ANTARA DOKTER DAN PASIEN

DALAM LAYANAN KESEHATAN ONLINE

DOSEN PENGAMPU
Dr. Yetti S.H, M.Hum.

OLEH

1. RAHAYU FITRIAWATI NIM 2174101063


2. YULIA TIRTAYANTI NIM 2174101015
3. JUNI RAHMADHANI NIM 2174101098

PROGRAM STUDI MAGISTER HUKUM KESEHATAN

PASCASARJANA UNIVERSITAS LANCANG KUNING

PEKANBARU

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Teransaksi Terapeutik
Antara Dokter dan Pasien Dalam Layanan Kesehatan Online.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada
matakuliah Hukum Keperawatan dan Perdata Kesehatan. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah pengetahuan tentang teransaksi terapeutik antara dokter dan
pasien dalama Telemedicine, baik bagi para pembaca juga bagi penulis.

Kami ucapkan terimakasih kepada Dr. Yetti S.H., M.Hum., selaku dosen pengampu
pada matakuliah Hukum Keperawatan dan Perdata Kesehatan yang telah memberikan
tugas ini, sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang kami tekuni.

Kami sadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI .........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
C. Tujuan......................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Transaksi Terapeutik ................................................................................ 4


B. Tanggungjawab Dokter Terhadap Pasien Apabila Mengalami
Kerugian Dalam Kontrak Terapeutik .................................................... 6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................. 8
B. Saran ........................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mulai menjamurnya telekonsultasi dimasyarakat, hal ini didukung dengan kondisi
Pandemi Covid-19 yang menyerang masyarakat Indonesia dalam 3 (tiga) tahun terakhir
ini, telah meningkatkan permintaan layanan konsultasi via teknologi komunikasi antara
dokter dan pasien. Risiko saling menularkan virus Corona antara dokter dan pasien di
tempat layanan kesehatan serta gencarnya himbauan pembatasan sosial dan fisik
membuat telekonsultasi menjadi pilihan yang populer baik oleh dokter maupun pasien.1
Telemedicine adalah salah satu praktek sistem digital terhadap pengembangan
promosi kesehatan dengan memakai komunikasi audio, visual dan data, termasuk
perawatan, diagnosis, konsultasi dan pengobatan serta pertukaran data medis dan diskusi
ilmiah jarak jauh. Berdasarkan pengertian diatas dapat dipahami bahwa cakupan
telemedicine cukup luas, meliputi penyediaan pelayanan kesehatan jarak jauh (termasuk
klinis, pendidikan dan pelayanan administrasi), melalui transfer informasi (audio, video,
grafik), dengan menggunakan perangkat telekomunikasi (audio-video interaktif dua arah,
computer dan telemetri) dengan melibatkan dokter, pasien dan pihak-pihak lain. Secara
sederhana telemedicine sesungguhnya telah diaplikasikan ketika terjadi diskusi antara
dokter dengan pasien yang membicarakan masalah pasien melalui telepon.2
Situs atau website online yang menyediakan konsultasi kesehatan online yang
menjadi salah satu tren yang lahir dari perkembangan teknologi komunikasi. Alodokter
dan halodoc merupakan beberapa diantara cukup banyaknya flat form yang cukup
terkenal di Indonesia. Konsultasi kesehatan online didukung oleh para dokter-dokter yang
memiliki latar belakang ilmu kesehatan yang mampu menganalisis dan mendiagnosis

1
https://www.kompasiana.com/dwisiswoko/626376f9ef62f6746830de12/konsultasi-bijak-via-
online-antara-dokter-dan-pasien-pada-era-modern-agar-tidak-menimbulkan-kerugian
2
Geni Gustina Sari, welly wirman. Telemedicine sebagai media konsultasi Kesehatan dimasa
pandemic covid 19 di Indonesia. Jurnal komunikasi volume 15 no 1. Maret 2021. hlm44

1
kondisi kesehatan pasiennya. Namun tidak bisa diabaikan keberadaan situs konsultasi
online ini juga bukan tanpa masalah.3 Berbagai permasalahan bisa muncul, seperti
standarisasi alat dan kejelasan kontrak terapeutik, menjadi tantangan dalam penggunaan
layanan konsultasi kesehatan online.4
Pada pelaksanaannya, hubungan antara dokter dan pasien pada layanan kesehatan
online dilakukan dengan cara melalui internet maka seperti halnya hubungan dokter
dengan pasien pada pelayanan medis konvensional, hubungan dokter dan pasien dengan
menggunakan layanan medis online ini juga harus memenuhi syarat yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Pasal 39 mengatur
bahwa praktik kedokteran dilaksanakan berdasarkan pada kesepakatan berdasarkan
hubungan kepercayaan antara dokter atau dokter gigi dengan pasien dalam upaya
pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan
penyakit dan pemulihan kesehatan. Kesepakatan sebagaimana dimaksud merupakan
upaya maksimal pengabdian profesi kedokteran yang harus dilakukan dokter dan dokter
gigi dalam penyembuhan dan pemulihan kesehatan pasien sesuai dengan standar
pelayanan, standar profesi, standar prosedur operasional dan kebutuhan medis pasien. 5
Transaksi terapeutik merupakan hal yang krusial dalam hubungan antara
dokter dan pasien. Dengan dimulainya transaksi terapeutik, maka masing-
masing pihak mulai terikat dengan hak dan kewajiban. Transaksi terapeutik
juga memiliki kekuatan hukum yang memberikan tanggung jawab bagi dokter
kepada pasiennya serta perlindungan hukum kepada pasiennya. Menurut pasal
1320, 1332, dan 1333 KUHPerdata, terdapat beberapa aspek yang menjadi

3
Geni Gustina Sari, welly wirman, “Telemedicine sebagai media konsultasi Kesehatan dimasa
pandemic covid 19 di Indonesia”, Jurnal komunikasi volume 15 no 1. Maret, 2021, hlm. 45.
4
Rani Tyas Budiyanti dan Penggalih Mahardika Herlambang, “Perlindungan Hukum Pasien dalam
Layana Konsultasi Kesehatan Online”, Jurnal Hukum Kesehatan Indonesi. Vol. 01, No. 02, April 2021,
hlm. 2.
5
Ramanda, Adi Tio Helga. "Tanggung Jawab Hukum Dokter Terhadap Konsultasi Via Online
Apabila Pasien Mengalami Kerugian." Yustisia Merdeka: Jurnal Ilmiah Hukum 7.1, 2021, hlm. 1.

2
syarat dalam kontrak terapeutik seperti adanya kesepakatan kehendak, adanya
kecakapan pihak yang bersepakat, adanya objek tertentu, dan halal.6
Layanan kesehatan online ini juga memberikan pengaruh pada hubungan dokter
dan pasien terutama terkait rasa percaya (trust). Padahal hubungan ini diperlukan dalam
menciptakan transaksi atau kontrak terapeutik yang memunculkan hak dan kewajiban
masing-masing pihak. Dalam layanan konsultasi kesehatan online adakalanya pula
muncul tanda tanya siapakah yang akan bertanggung jawab jika ternyata terdapat hal yang
merugikan pasien seperti kesalahan diagnosis ataupun kesalahan terapi. Apakah hal
tersebut akan ditanggung oleh penyedia layanan konsultasi kesehatan online ataukah
ditanggung secara mandiri oleh dokter pelaksana?

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka rumusan masalah
dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimanakah yang dimaksud dengan transaksi terapeutik?
2. Bagaimanakah tanggung jawab hukum dokter terhadap pasien, bila pasien
mengalami kerugian?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Menganalisis yang dimaksud dengan transaksi terapeutik
2. Menganalisis tanggung jawab hukum dokter apabila pasien mengalami
kerugian

6
Ramanda, Adi Tio Helga. "Tanggung Jawab Hukum Dokter Terhadap Konsultasi Via Online
Apabila Pasien Mengalami Kerugian." Yustisia Merdeka: Jurnal Ilmiah Hukum 7.1, 2021, hlm. 6.

3
BAB II

PEMBAHASAN

TRANSAKSI TERAPEUTIK ANTARA DOKTER DAN PASIEN

DALAM LAYANAN KESEHATAN ONLINE

A. Transaksi Terapeutik

Secara yuridis, perjanjian terapeutik diartikan sebagai hubungan hukum antara


dokter dengan pasien dalam pelayanan medis secara profesional didasarkan kompetensi
yang sesuai dengan keahlian dan keterampilan tertentu di bidang kesehatan. Transaksi
terapeutik merupakan kegiatan didalam penyelenggaraan praktik kedokteran berupa
pelayanan kesehatan secara individual atau disebut pelayanan medik yang didasarkan atas
keahliannya dan keterampilan, serta ketelitian. Pasien dan dokter dalam prakterk
kesehatan memiliki hubungan yang saling terkait. Hubungan tersebut tidak dapat terlepas
dari sebuah perjanjian yang disebut perjanjian terapeutik atau yang disebut transaksi
terapeutik.7

Istilah transaksi terapeutik dapat diketemukan dalam mukadimah Kode Etik


Kedokteran Indonesia (KODEKI) yang terdapat dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor 434/Men/X/1983 tentang berlakunya Kode Etik Kedokteran Indonesia yang
mencantumkan tentang transaksi terapeutik sebagai berikut; yang dimaksud dengan
transaksi terapeutik adalah hubungan antara dokter dan penderita yang dilakukan dalam
suasana saling percaya (konfidensial) serta senantiasa diliputi oleh segala emosi, harapan
dan kekhawatiran makhluk insani.8

7
Ramanda, Adi Tio Helga. "Tanggung Jawab Hukum Dokter Terhadap Konsultasi Via Online
Apabila Pasien Mengalami Kerugian." Yustisia Merdeka: Jurnal Ilmiah Hukum 7.1, 2021, hlm. 4.
8
Hlm. 41

4
Transaksi terapeutik adalah perjanjian antara dokter dengan pasien, berupa
hubungan hukum yang melahirkan hak dan kewajiban bagi kedua belah pihak. Pada
transaksi terapeutik ini berbeda denangan perjanjian pada umumnya, yaitu perbedaan
yang terletak pada objek perjanjiannya. Dimana bukan hasil yang menjadi tujuan utama
suatu perjanjian (resultansi verbintenis), melainkan terletak pada upaya yang dilakukan
untuk kesembuhan pasien (inspaning verbintenis).9

Dalam pelaksanaan perjanjian terapeutik harus didahului oleh adanya persetujuan


Tindakan tenaga Kesehatan/dokter/dokter gigi terhadap pasien yang lazim disebut
informed consent. Sebagaimana diterangkan dalam pasal 1319 KUHPerdata, bahwa
untuk semua perjanjian baik yang mempunyai nama khusus, maupun yang tidak dikenal
dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan umum mengenai perikatan pada
umumnya, sehingga transaksi atau perjanjian terapeutik juga dikatakan sebagai suatu
perjanjian.10

Adapun persyaratan terhadap sah tidaknya perjanjian antara dokter-pasien


(transaksi terapeutik) dan rumah sakit-pasien harus mengikuti kaidah-kaidah hukum
perjanjian nasional yang memuat ketentuan umum perihal perikatan atau perjanjian, yaitu
yang terdapat pada pasal 1313 KUHPerdata: “suatu perikatan adalah perbuatan dengan
mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”.
Perjanjian yang sah adalah perjanjian yang memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh
Undang-Undang. Perjanjian yang sah diakui dan diberi akibat hukum atau disebut juga
legal concluded contract. Menurut Pasal 1320 KUHPerdata, syarat sah perjanjian
adalah:11

1. Adanya persetujuan kehendak anatara pihak yang telah membuat perjanjian


(consensus). Persetujuan kehendak adalah kesepakatan, sekata antara pihak-
pihak mengenai pokok perjanjian.
2. Adanay kecakapan para pihak-pihak untuk membuat perjanjian (capacity). Pada
umumnya orang yang dapat dikatakan cakap melakukan perbuatan hukum

9
Aris Prio, Hukum Kesehatan, Jakarta: CV. Trans Info Media, Cetakan Pertama, 2020, hlm. 42.
10
Ibid. hlm. 43.
11
Ibid. hlm. 43-44.

5
apabila sudah dewasa , artinya sudah mencapai umur 21 tahun atau sudah kawin
walaupun belum 21 tahun, sedangkan menurut ketentuan 1330 KUHPerdata,
dikatakan tidak cakap melakukan perjanjian ialah orang yang belum dewasa,
orang yang berada di bawah pengampuan, dan wanita bersuami. Mereka ini
apabila melakukan perbuatan hukum harus diwakili oleh wali mereka.
3. Ada suatu hal tertentu (object). Suatu hal tertentu merupakan pokok perjanjian,
objek perjanjian, prestasi yang wajib dipenuhi. Kejelasan mengenai pokok
perjanjian atau objek perjanjian ialah untuk memungkinkan pelaksanaan hak
dan kewajiban para pihak.
4. Ada sesuatu sebab yang halal (causa). Yaitu isi dari perjanjiannya yang
menggambarkan tujuan yang hendak dicapai oleh pihak yang membuta
perjanjian, apakah dilarang oleh Undang-Undang atau tidak, dan apakah
bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan atau tidak, sesuai Pasal
1337 KUHPerdata.

B. Tanggung Jawab Dokter Terhadap Pasien, Apabila Pasien Mengalami


Kerugian Dalam Kontrak Terapeutik
Layanan Kesehatan online juga memberikan pengaruh pada hubungan dokter dan
pasien terutama terkait rasa percaya (trust). Padahal hubungan ini diperlukan dalam
menciptakan transaksi atau kontrak terapeutik yang memunculkan hak dan kewajiban
masing – masing pihak. Dalam layanan konsultasi kesehatan online adakalanya juga
muncul tanda tanya siapakah yang akan bertanggung jawab jika ternyata terdapat hal yang
merugikan pasien seperti kesalahan diagnosis ataupun kesalahan terapi. Apa hal tersebut
akan ditanggung oleh penyedia layanan konsultasi kesehatan online ataukah ditanggung
secara mandiri oleh dokter pelaksana. Hingga saat ini di Indonesia belum ada peraturan
spesifik yang mengatur mengenai praktek kesehatan online terutama terkait standar
device yang digunakan, peresepan online dan perlindungan terhadap kejadian kesalahan
pelayanan dalam layanan konsultasi kesehatan online.12

12
Rani Tyas Budiyanti dan Penggalih Mahardika Herlambang. Perlindungan Hukum Pasien
dalam Layanan Konsultasi Kesehatan Online. Jurnal Hukum Kesehatan Indonesi. Vol. 01, No. 02. April
2021. hlm.3.

6
Apabila hubungan dokter dan pasien tidak berjalan dengan baik akan
menimbulkan ketimpangan antara hak dan kewajiban pada keduanya sehingga akan
menimbulkan akibat hukum, biasanya pihak pasien dalam hal ini merasa lebih banyak
dirugikan. Sehingga menuntut tanggungjawab dokter. Tanggungjawab dokter dapat
dituntut karena dalam hal ini seorang dokter dalam menjalankan profesi kedokterannya
harus bersifat professional dengan memenuhi standar profesi kompetensi serta izin untuk
berkerja sesuai dengan stanar dan profesionalismenya.13
Dalam transaksi terapeutik terjadi kesetaraan para pihak yang berjanji (dokter dan
pasien) dimata hukum, sehingga walaupun pasien tidak mengetahui tentang ilmu medis,
tetapi oleh Undang-Undang dijamin haknya untuk mendapatkan perlakuan yang terbaik
dari dokter. Karena dokterpun terikat oleh aturan yang sama yang harus menjalankan
menjalankan kewajibannya sesui dengan keilmuannya untuk memperlakukan pasien
seolah-olah dia berada pada posisi pasien. Karena sifanya hukum itu mengikat
kesemuanya dengan memberikan keadailan dan kepastian hukum, maka pada saat salah
satu pihak merasakan dirugikan oleh pihak lain, maka pihak yang merasa dirugikan
berhak untuk mengajukan tuntuan atau gugatan kepada pihak yang dianggap
merugikan.14

13
Aris Prio, Hukum Kesehatan, Jakarta: CV. Trans Info Media, Cetakan Pertama, 2020, hlm. 42.
14
Ibid. hlm. 43.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
➢ Transaksi terapeutik merupakan hal yang krusial dalam hubungan antara
dokter dan pasien.
➢ Hubungan dokter dan pasien yang tidak berjalan dengan baik
menimbulkan ketimpangan antara hak dan kewajiban pada keduanya
sehingga akan menimbulkan akibat hukum
➢ Hingga saat ini, belum ada pengaturan yang detail tentang layanan medis berbasis
online baik dalam ketentuan perundang-undangan maupun dalam ketentuan kode
etik kedokteran.

B. Saran
➢ Diperlukan pengaturan mengenai batasan - batasan dalam pelaksanaan layanan
kesahatan online.
➢ Diperlukan kerjasama multipihak dalam mengembangkan serta mengawasi
implementasi layanan konsultasi kesehatan online sehingga tidak bertentangan
dengan etika dan hukum yang berlaku di Indonesia.
➢ Perlu adanya pengaturan undang-undang yang spesifik membahas tentang
penggunaan layanan Kesehatan berbasis online.

8
DAFTAR PUSTAKA

Aris Prio, Hukum Kesehatan. 2020. Jakarta: CV. Trans Info Media, Cetakan
Pertama.

Geni Gustina Sari, welly wirman. 2021. “Telemedicine sebagai media konsultasi
Kesehatan dimasa pandemic covid 19 di Indonesia”, Jurnal komunikasi volume 15 no 1.

Rani Tyas Budiyanti dan Penggalih Mahardika Herlambang. 2021. Perlindungan Hukum
Pasien dalam Layanan Konsultasi Kesehatan Online. Jurnal Hukum Kesehatan
Indonesi. Vol. 01, No. 02.
Ramanda, Adi Tio Helga. 2021. "Tanggung Jawab Hukum Dokter Terhadap Konsultasi
Via Online Apabila Pasien Mengalami Kerugian." Yustisia Merdeka: Jurnal
Ilmiah Hukum 7.1.
https://www.kompasiana.com/dwisiswoko/626376f9ef62f6746830de12/konsultasi
-bijak-via-online-antara-dokter-dan-pasien-pada-era-modern-agar-tidak-menimbulkan-
kerugian

Anda mungkin juga menyukai