Anda di halaman 1dari 2

Menjaga Keseimbangan Dunia: Pelajaran Dari Kaum Al Majadzib

Oleh: Abu Hasan Mubarok


Ketua Umum MUI Kab. PPU

‫ين يَ ْدعُو َن َر َّب ُه ْم بِالْغَ َد ِاة َوال َْع ِش ِّي يُ ِري ُدو َن َو ْج َه هُ َواَل َت ْع ُد‬ ِ َّ‫ك م ع ال‬
َ ََ َ ‫س‬
‫ذ‬ ِْ ‫و‬
َ ‫اص ب ْر َن ْف‬ َ
‫الد ْنيَا َواَل تُ ِط ْع َم ْن َأ ْغ َفلْنَ ا َقلْبَ هُ َع ْن ِذ ْك ِرنَا َو َّاتبَ َع‬
ُّ ‫ْحيَ ِاة‬
َ ‫اك َع ْن ُه ْم تُ ِري ُد ِزينَ ةَ ال‬
َ َ‫َع ْين‬
)28( ‫َه َواهُ َو َكا َن َْأم ُرهُ ُف ُرطًا‬
Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan
senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari
mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang
hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah
keadaannya itu melewati batas.

Sebelum menguraikan tentang ayat ini, saya ingin menjelaskan tentang sebab nuzul ayat. Berikut
dituturkan oleh al Imam Asy Sya’rawi dalam tafsrinya bahwa ayat ini diturunkan berkaitan
dengan ahlussuffah yaitu orang-orang yang tinggal dan menetap di sekitaran masjid Nabawi,
mereka tidak bekerja, layaknya orang-orang pada umumnya dan aktifitas mereka lebih nampak
ibadah secara mahdhah.

Pada ayat ini, Rasulullah saw mendapatkan perintah dari Allah untuk tetap tenang jiwanya
dengan cara “tetap bertahan”. Jangan gegabah dalam mengambil tindakan atau memutuskan
suatu perkara, kecuali dengan jalan menjaga kebijaksanaan rasio (ar rusyd) dan kebijaksanaan
bathin (dhomir).

Di dalam tafsir al Makki, Makki bin Abi Thalib (w. 437 H) menyebutkan sebab turun ayat di
atas adalah bahwa ada beberapa para pembesar Quraisy mendatangi Rasulullah saw dan mereka
meminta agar Rasulullah saw menjauh dari orang-orang yang memiliki bau, seperti bau biawak,
karena mereka adalah para budak dan bukan para pembesar. Mereka berkeinginan untuk
berdiskusi dan membangun kefahaman Bersama. Di antara orang-orang yang dimaksud oleh para
pembesar Quraisy adalah Khabba, Shuhaib, ‘Amar dan Bilal RA. Kemudia Allah perintahkan
kepada Rasulullah saw agar menerima mereka para sahabat dan tidak tertarik pada tawaran para
pembesar Quraisy.

Syaikh Mutawali Sya’rawi ketika menjelaskan ayat ini, beliau berkata bahwa oleh karena itu,
maka janganlah kita meremehkan orang-orang seperti mereka (ahlussuffah), kami menyebutnya
dengan al majadzib, yaitu orang-orang yang memutuskan diri dari duniwi, dan focus hanya pada
ibadah. Karena, Allah telah menjadikan mereka sebagai neraca, penjaga keseimbangan dalam
kehidupan. Sebagai gambaran adalah bahwa orang-orang yang cinta terhadap dunia, ketika
tenggelam dalam cinta duniawinya, hidup dengannya, bahkan sampai menjual agamanya, ketika
menyadari bahwa ternyata ada orang yang tidak memberi nilai istimewa terhadap kehidupan
dunia, maka mereka mejadi sadar dan ikut mensucikan diri, mereka pergi ke masjid, bersandar di
dindignya, dan menjulurkan kakinya.

Ada empat perintah yang terkandung di dalam ayat ini, yaitu:

Pertama, perintah sabar (‫)واصبر نفسك‬

1. Apa itu sabar, banyak kalangan ulama tafsir menjelaskan makan sabar dengan sikap tetap
menjalankan aturan agama dengan baik dan benar, meskipun dalam impelemntasinya ada
kesulitan, sesuatu yang tidak normal.
Di dalam al qur’an terdapat perintah Allah yang berbunyi ishbiru kata ini menunjukan
dalam menjalankan ketaatan atau menjauhi dari pelanggaran. Sementara tashabaru
adalah untuk meninggalkan nafsu syahwat, sedangkan rabithu adalah untuk sikap
istiqomah pada semua kondisi dan keadaan.
Adapula yang mengatakan bahwa ishbiru adalah pada hal kejiwaan, sedangkan shabiru
adalah dalam hal urusan hati, sedangkan rabithu adalah dalam hal menghadapi musuh.
Sabar itu pahit, manakala kebaikan yang dilakukan itu menjadi sunyi. Dan sabar
bisa menjadi manis, manakala mendapatkan tertimoni dan pandangan.

2. Apa bentuk-bentuk sabar,

Kedua, larangan menjauh dari orang-orang yang ikhlas (‫)وال تعد عيناك عنهم‬

1. Apa itu ikhlas


2. Siapakah orang-orang yang ikhlas itu
3. Apa ciri-ciri mereka

Ketiga, larangan terperdaya dengan orang-orang yang lalai

1. Siapakah orang-orang yang telah Allah lalaikan hatinya?


2. Apa ciri-ciri mereka?
3. Siapakah orang-orang yang hatinya selalu sadar dan ingat akan Allah?

Keempat, perintah menjauhi orang-orang yang menuruti hawa nafsunya.

1. Apa itu hawa nafsu


2. Apa saja jenis-jenisnya
3. Siapakah para penyembah hawa nafsu?
4. Apa ciri-ciri mereka?

Anda mungkin juga menyukai