) 235
RASPI
SANG MAESTRO RONGGENG GUNUNG
RASPI MAESTRO OF RONGGENG GUNUNG
Euis Thresnawaty S.
Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat
Jln. Cinambo 136 Ujungberung Bandung
e-mail: euisthresnawaty62@gmail.com
Naskah Diterima: 7 Maret 2016 Naskah Direvisi:11 April 2016 Naskah Disetujui:4 Mei 2016
Abstrak
Raspi adalah seorang maestro seni yang peduli pada lestarinya kesenian tradisional yang
hampir punah, yaitu ronggeng gunung. Kesenian tradisional ini berasal dari Kabupaten Ciamis.
Tarian ini muncul atas nama cinta dan dendam Dewi Siti Samboja, putri ke-38 Prabu Siliwangi
karena suaminya Raden Anggalarang tewas di tangan bajak laut/bajo. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui siapakah Raspi, bagaimana kiprahnya sebagai ronggeng gunung, yang mampu
bertahan sampai sekarang. Metode yang digunakan adalah metode sejarah yang meliputi
heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh
informasi bahwa Raspi lahir di Dusun Karang Gowok, Kabupaten Ciamis tahun 1956. Sejak kecil
ia hidup sendiri karena kedua orang tuanya telah bercerai. Usia 13 tahun, yaitu sekitar tahun
1970-an, Raspi lari dari rumahnya karena dipaksa kawin oleh orang tuanya. Saat pelarian itulah
ia bertemu guru pertamanya sebagai penari ronggeng yaitu Embah Maja Kabun di Kampung
Jubleg, Desa Panyutran, Kecamatan Padaherang, Kabupaten Ciamis.
Abstract
Raspi is a master of the art who concern about the preservation of nearly extinct traditional
arts, namely Ronggeng Mountains. This traditional art is derived from Ciamis District. This dance
appears in the name of love and revenge of Samboja Siti Dewi, daughter of the 38th Prabu
Siliwangi Raden Anggalarang because her husband was killed by the pirates / bajo. This research
is conducted to find out who is Raspi?, how his work as Ronggeng Mountain, is able to survive
until now? The method used is the historical method which includes heuristics, criticism,
interpretation, and historiography. The results are obtained that Raspi was born in Dusun Karang
Kupa, Ciamis district in 1956. Since he was a kid, he lived alone because his parents had
divorced. At age 13, which is about 1970, Raspi ran away because he was forced to marry by his
parents. In his escape, he met his first teacher as a dancer Ronggeng, Embah Maja Kabun in
Kampung Jubleg, Panyutran Village, District Padaherang, Ciamis District.
Keywords: Raspi maestro, ronggeng gunung, traditional arts.
perempuan. Disusul oleh kelompok umur juru kawih, dan hanya diiringi tiga orang
05-09 tahun dengan jumlah 4.707 jiwa nayaga. Ronggeng gunung adalah wanita
laki-laki dan 4.365 jiwa perempuan. yang berperan sebagai penyanyi dan
Jumlah penduduk terbanyak ada di desa penari, yang ditunjang oleh aspek lain,
Cibadak yaitu sebanyak 7.422 jiwa, yaitu penari laki-laki yang muncul dari
sedangkan kepadatan penduduk tertinggi penonton, yang dikenal dengan istilah
ada di Desa Banjarsari sebanyak 774.5 pamogaran (Herdiani, 2003: 52).
jiwa/km². Jarak dari Kecamatan Banjarsari Ronggeng gunung adalah tarian
ke ibu kota Kabupaten Ciamis adalah buhun yang penyajiannya sangat
sekitar 45 km . minimalis. Akan tetapi meskipun
Secara geografis batas-batas wilayah minimalis, ronggeng gunung memiliki
yang mengelilingi Kecamatan Banjarsari kelebihan dari mayoritas tari Sunda.
adalah sebagai berikut: Apabila tari Sunda memberikan porsi sama
- Sebelah utara berbatasan dengan antara gerakan tangan dan kaki, ronggeng
Kecamatan Purwadadi dan Kecamatan gunung lebih menekankan pada gerakan
Mangunjaya; kaki.
- Sebelah selatan berbatasan dengan Dari sekian banyak keragaman
Kecamatan Langkaplancar dan bentuk dan jenis kesenian di Jawa Barat,
Kecamatan Parigi; ronggeng gunung merupakan salah satu
- Sebelah barat berbatasan dengan seni pertunjukan yang cukup dikenal
Kecamatan Pamarican; sehingga menjadi ciri khas dan identitas
- Sebelah timur berbatasan dengan terutama untuk daerah Ciamis. Ronggeng
Kecamatan Padaherang dan Kecamatan gunung sampai sekarang masih mampu
Sidamulih. bertahan di tengah kesulitannya (Campaka,
Secara administratif Kecamatan 2008: 3).
Banjarsari terdiri atas 22 desa, 78 dusun, Seni ronggeng terbagi menjadi tiga
150 RW, 719 RT. Pembagian wilayah jenis, berdasarkan asal penarinya:
tersebut untuk mempermudah pembinaan ronggeng gunung, penarinya berasal dari
penduduk yang tersebar di seluruh desa di kawasan pengunungan. Ronggeng kaler
wilayah Kecamatan Banjarsari. Di penarinya berasal dari wilayah utara.
Kecamatan Banjarsari inilah, tepatnya di Ronggeng kidul, penarinya berasal dari
Dusun Cikukang RT 13/RW 03, Desa wilayah bagian selatan.
Ciulu tempat tinggal Raspi dan Sanggar Dalam mengkaji permasalahan yang
Panggugah Rasa berada. Raspi sang akan dibahas digunakan literatur terdahulu
ronggeng yang dengan gigihnya terus sebagai sumber rujukan dalam penelitian
berupaya melestarikan kesenian tradisional ini. Dari sejumlah sumber tertulis
ronggeng gunung. mengenai Raspi dan kesenian ronggeng
Jenis kesenian ronggeng gunung gunung terdapat beberapa buku yang dapat
hanya terdapat di daerah Kabupaten djadikan sumber acuan yang saling
Ciamis dan berkembang di daerah melengkapi. Sumber pertama adalah
pegunungan yang berfungsi sebagai ajang “Lagu Kudup Turi dalam Kesenian
hiburan dan upacara adat. Kesenian ini Ronggeng Gunung di Ciamis Selatan”
tidak berbeda dengan ronggeng pada (2008), karya Gilang Campaka. Skripsi
umumnya, yaitu kesenian tradisional yang yang membahas tentang keberadaan
menampilkan seorang penari atau lebih, ronggeng gunung dan kesulitan menjadi
yang diiringi lagu dari suara juru kawih seorang ronggeng.
atau sinden. Sumber tertulis kedua adalah Skripsi
Akan tetapi khusus ronggeng yang berjudul “Perjalanan Ronggeng
gunung, ronggengnya hanya satu orang Gunung di Kabupaten Ciamis” (2009)
yang berperan sebagai penari sekaligus karya Yayu Yuniawati. Skripsi ini
238 Patanjala Vol. 8 No. 2 Juni 2016: 235 - 250
titik sentral dari alur pertunjukan ronggeng sekalipun tanpa bantuan pengeras suara
gunung. Kelangsungan pertunjukan (Adeng, 2013: 54).
tersebut juga sangat bergantung pada Kesenian ronggeng gunung memang
kehadiran ronggeng. Berjalan dan menyimpan kekuatan pada nyanyiannya
berhentinya pertunjukan dikendalikan oleh yang lahir dari kekuatan dan karakter vokal
seorang ronggeng. seorang ronggeng. Nyanyian yang dilan-
tunkan seorang ronggeng sesekali
terdengar sendu, namun lebih banyak beru-
pa suara lengkingan panjang yang menya-
yat-nyayat. Tinggi rendah nada muncul tak
terduga dan hanya bisa dilakukan oleh
mereka yang terlatih dalam olah suara dan
nafas (Campaka, 2008: 4).
Durasi pementasan tarian yang
disertai tembang biasanya memakan waktu
cukup lama. Kalaupun bergabung dengan
seni lain, ronggeng gunung ditempatkan di
acara terakhir dan seringkali selesai
Gambar 1: Para penari Ronggeng Kaler menjelang subuh (Andayani, 2006: 26).
Sumber: BPNB Bandung 2013. Ketika hendak tampil dalam suatu
pertunjukan, sang ronggeng tentu saja
Tidak ada batasan umur untuk menjadi harus merias diri dan mengenakan kostum
seorang ronggeng. Seperti pengalaman panggung agar tampak istimewa dan
ronggeng yang populer saat ini di Ciamis, memukau. Seorang ronggeng biasanya
Raspi mengaku menjadi ronggeng sejak mengenakan busana dan tata rias yang
usia 13 tahun. Meskipun demikian, tidak khas namun tampak sederhana. Rambut
setiap perempuan bisa dengan mudah disanggul secara tradisional, dengan
menjadi ronggeng. Ia harus melalui seleksi ukuran sanggul yang cukup besar. Riasan
yang ketat dan betul-betul memiliki wajah pun tidak terlalu mencolok, namun
kemampuan menari, menyanyi, juga tetap menunjukkan penampilan yang
berparas jelita. Tidak heran, pada saat itu berbeda dengan dandanan sehari-hari.
ronggeng termasuk orang terpandang Yang pasti aura kecantikan seorang
dalam lingkungan dan keluarganya. ronggeng yang mempesona terpancar pada
Sebagian besar persyaratan untuk saat itu.
menjadi ronggeng memang masih seperti Telinga ronggeng dipasangi subang
itu, kecuali keharusan berparas cantik tidak berukuran agak besar. Pada lehernya
terlalu penting lagi. Handal dalam dikalungkan kalung panjang berwarna
kemampuan menari dan menyanyi merupa- keemasan, serta sampur yang warnanya
kan tuntutan utama bagi seorang ronggeng. serasi dengan bajunya. Warna yang dipilih
Dari dua keahlian itu, menyanyi merupa- biasanya warna yang cukup menyala,
kan yang paling penting. Dia harus seperti merah. Model busana yang
mampu menyanyi dalam waktu yang lama, dikenakan ronggeng berbentuk kebaya
karena dia akan menyanyi sepanjang sederhana berlengan pendek atau panjang.
pertunjukan ronggeng gunung berlang- Payet dan renda keemasan menghiasi
sung. Selain itu, dia dituntut mahir bagian bawah kebaya dan belahan depan
melakukan olah vokal dengan tingkat kebaya. Secara terpisah, pada bagian
kesulitan yang tinggi, seperti menyanyi tengah kebaya dipasang apok, yakni hiasan
dengan suara yang melengking tinggi, dari kain yang melingkar di bagian
keras, dan meliuk-liuk. Tak heran, alunan pinggang ronggeng. Apok dihiasi payet
suara ronggeng tetap akan terdengar, dan renda keemasan pada bagian sisi-
240 Patanjala Vol. 8 No. 2 Juni 2016: 235 - 250
sisinya. Pasangan kebaya merah yang saja, karena generasi penerusnya belum
dikenakan oleh ronggeng adalah kain muncul.
panjang. Pergelangan tangan sang
ronggeng dihiasi gelang keemasan. 2. Kisah Sejarah di Balik Kesenian
Dengan dandanan seperti itu, seorang Ronggeng Gunung
ronggeng sudah siap untuk tampil Asal-usul kesenian ronggeng
menghibur para pencinta kesenian gunung, salah satunya merujuk pada cerita
ronggeng. rakyat yang berhubungan dengan sese-
Hal-hal yang disyaratkan untuk orang yang bernama Dewi Siti Samboja.
menjadi seorang ronggeng bukan sesuatu Kisah selengkapnya dapat dilihat pada
yang mudah untuk dilakukan. Seperti telah uraian berikut ini.
disebutkan tadi bahwa kesulitan yang Pada zaman dahulu, di ujung
paling utama terletak pada kemampuan Pananjung berdiri sebuah kerajaan yang
berolah vokal yang cukup unik. Perempuan dipimpin seorang raja bernama Raden
muda di Ciulu misalnya, lebih memilih Anggalarang. Istri sang raja bernama Dewi
menjadi penyanyi dangdut atau penyanyi Siti Samboja, yang kelak akan disebut
organ tunggal daripada menjadi ronggeng. Dewi Rengganis. Raden Anggalarang
Mereka tidak memiliki kesabaran yang mendirikan sebuah kerajaan di sana atas
lebih untuk mendapat kemampuan kehendak sendiri. Dia sengaja meminta
menyanyi seperti itu. Belajar menjadi kepada ayahnya, yaitu Prabu Haur Kuning,
ronggeng memang memerlukan waktu yang sedang memimpin kerajaan di daerah
yang cukup panjang. Sementara itu, anak Galuh.
muda sekarang umumnya ingin belajar Sejak awal, Prabu Haur Kuning
dengan cepat agar dapat segera sudah memiliki firasat yang kurang baik
menghasilkan uang. terhadap niat anaknya, yang ingin
Tak heran, perempuan yang membangun sebuah kerajaan. Firasat itu
berprofesi sebagai ronggeng terbilang muncul karena dia mengetahui situasi dan
langka sampai sekarang. Saat ini, hanya kondisi tempat tersebut. Lokasi untuk
ada satu perempuan yang begitu serius kerajaan anaknya berada tidak jauh dari
menekuni dunia itu, yakni Raspi atau lebih pinggir pantai. Wilayah tersebut, apalagi di
dikenal dengan panggilan Bi Raspi. Dia ujung Pananjung, merupakan tempat
pun sudah tidak muda lagi, karena telah persinggahan andar-andar atau bajo. Oleh
berumur di atas 50 tahun. Dalam dirinya karena itu, wilayah tersebut kemudian
terbersit keinginan untuk mewariskan disebut Pangandaran. Mereka dikenal
keahliannya menjadi ronggeng kepada sebagai orang-orang jahat. Sekalipun
generasi muda, namun dia kesulitan kerajaan yang dikehendaki anaknya ber-
menemukan orang yang bersedia mengha- diri, diperkirakan keberadaan kerajaan
biskan waktunya menjadi ronggeng. tersebut tidak akan berumur lama oleh
Melihat kenyataan tersebut, bukan ayahnya (Depdikbud Ciamis, 1998: 4).
hanya Bi Raspi yang merasa sedih dan Raden Anggalarang tidak mengin-
khawatir. Para pecinta kesenian ronggeng dahkan kekhawatiran ayahnya. Dia tetap
gunung dan berbagai pihak yang bersikeras untuk mendirikan kerajaan
berhubungan dengan bidang kesenian pun sampai selesai. Dalam menyelesaikan
merasakan hal yang sama. Ironis memang, pekerjaan besar tersebut, dia dibantu para
eksistensi seni tradisi warisan leluhur yang pengikutnya, juga didampingi oleh Patih
kaya akan nilai-nilai kehidupan itu berada Kidang Pananjung dan Mama Lengser.
dalam kondisi kritis karena hambatan Apa yang dikhawatirkan Prabu Haur
regenerasi. Jika Raspi meninggal, barang- Kuning memang menjadi kenyataan. Tidak
kali ronggeng gunung tinggal kenangan berapa lama setelah kerajaan itu berdiri,
terjadi peperangan antara pasukan dari
Raspi Sang Maestro Ronggeng Gunung (Euis Thresnawaty S.) 241
kemudian disebut Pasir Eurih. Ternyata rombongan Dewi Siti Samboja menyamar
suaminya mengalami kekalahan dalam menjadi rombongan seni doger (ketuk tilu)
pertempuran itu kemudian dibunuh, dan bersama-sama dengan para pemuda
mayatnya diarak oleh para bajo. Oleh setempat. Dewi Siti Samboja sendiri
karena itu, tempat mengarak mayat tadi menjadi waranggana atau ronggengnya.
disebut Parakan. Sementara itu, tempat Tujuan penyamaran itu tentu saja untuk
Dewi Siti Samboja melihat keadaan menyelamatkan Dewi Siti Samboja beserta
(nyawang dalam bahasa Sunda, yang kata rombongannya dari kejaran para bajo.
asalnya adalah sawang) sang suami berpe- Berbulan-bulan Dewi Siti Samboja
rang disebut Sawangan (Depdikbud menyamar sebagai ronggeng bersama para
Ciamis, 1998: 6). pemuda yang ada di daerah pegunungan
Dewi Siti Samboja bersama Mama Kendeng. Dewi Siti Samboja pun
Lengser segera berangkat ke utara hingga mengganti namanya menjadi Dewi
sampai di pinggir sungai yang kemudian Rengganis.
disebut Citanduy. Di situ Dewi Siti Dikisahkan Prabu Haur Kuning
Samboja bertemu dengan tukang rakit mengutus salah seorang patihnya, yaitu
yang dapat menyeberangkan dirinya dan Sawung Galing agar menelusuri keadaan
Mama Lengser. Begitu sampai di seberang, anaknya yang mendirikan kerajaan di
mereka berpesan agar tukang rakit tidak daerah pantai. Hal itu dilakukan karena dia
memberi tahu keberadaan mereka kepada mengetahui keadaan anaknya yang sedang
orang lain. Tukang rakit pun tidak mengalami kesulitan. Sampailah sang patih
keberatan dengan permintaan itu. di daerah Pegunungan Kendeng. Di sana
Keesokan harinya, Dewi Siti dia mendengar ada pergelaran kesenian
Samboja sampai di sebuah anak Sungai yang dipimpin oleh Mama Lengser setiap
Citanduy. Dia menemukan mayat seorang malam. Pada suatu malam, Patih Sawung
laki-laki muda, dan ternyata mayat itu Galing mencoba menemui Mama Lengser.
adalah tukang rakit yang menyeberangkan Ternyata Mama Lengser mengetahui patih
mereka. Oleh karena itu, tempat itu adalah utusan dari Prabu Haur Kuning.
menemukan mayat tersebut dinamakan Kedatangan sang patih untuk menemui
Patimuan. Konon, dia tewas karena keadaan anak dan menantunya.
berkelahi dengan para bajo yang juga Dewi Rengganis belum percaya
minta diseberangkan. Dia tidak meluluskan kepada Sawung Galing sebagai utusan dari
permintaan para bajo karena memenuhi ayah (mertuanya). Dia meminta Sawung
keinginan Dewi Siti Samboja. Akibatnya, Galing agar bertanding dulu dengan para
dia dibunuh para bajo dan mayatnya pemuda yang dipimpinnya. Ternyata, tak
terbawa arus Sungai Citanduy. satu pun pemuda yang dapat menan-
Dari tempat tesebut, Dewi Siti dinginya. Meskipun begitu, dia masih
Samboja dan Mama Lengser berangkat belum merasa yakin dengan kenyataan
lagi menuju selatan dan sampai di daerah tersebut. Akhirnya, dia meminta patih
pegunungan yang kemudian disebut untuk menunjukkan kekuatan lainnya
Tunggilis. Karena merasa lelah dengan sesuai dengan kapasitasnya sebagai
kesengsaraannya, Dewi Siti Samboja seorang patih kerajaan.
menangis tak henti-hentinya di sana. Oleh Pada keesokan harinya, Patih
karena itu, tempat tersebut dinamakan Sawung Galing memperlihatkan ilmu
Tunggilis, dari kata tangis nu geulis atau kekuatannya. Dia mengambil sebuah lidi
tangisan si cantik jelita. enau (Sunda: kawung) kemudian menan-
Di daerah pegunungan itu, Dewi Siti capkannya pada tebing batu yang ada di
Samboja menyepi dan bertapa. Dalam daerah Pegunungan Tunggilis. Ketika lidi
keheningan, dia mendengar suara tanpa dicabut kembali, batu itu timbul dan
wujud. Intinya merupakan perintah agar menonjol seperti alat kelamin laki-laki
Raspi Sang Maestro Ronggeng Gunung (Euis Thresnawaty S.) 243
serta memancarkan air. Oleh karena itu, disusun sedemikian rupa, dengan tenaga
daerah tersebut kemudian dinamakan andalannya yaitu Sawung Galing, rom-
Paliken, yang berasal dari kata palakian bongan bajo pun dapat dikalahkan. Ba-
(Sunda), yakni alat kelamin laki-laki. nyak di antara mereka mati dibunuh oleh
Setelah itu, Patih Sawung Galing Sawung Galing. Oleh karena kejadian itu,
menaburkan bibit tanaman tembakau, yang Mama Lengser menamakan tempat itu
kemudian terkenal dengan tembakau Bagolo, yang berasal dari kata begalan
Paliken (Adeng, 2011: 34). pati atau bertaruh nyawa dengan para bajo.
Dewi Rengganis melihat sendiri Sampai sekarang tempat itu dikenal
kebenaran kekuatan dan kadigjayaan sebagai tempat untuk mencuci diri supaya
Sawung Galing. Akhirnya dia memper- kuat oleh pukulan benda keras dan tikaman
cayai sang patih, bahkan bersedia benda tajam.
menerima lamaran untuk menikah Akhirnya, Dewi Siti Samboja yang
dengannya. Walaupun Dewi Rengganis menyamar jadi ronggeng dengan nama
telah menikah dengan Sawung Galing, Dewi Rengganis kembali bersama Sawung
kelompok kesenian itu tetap berjalan. Galing ke kerajaan bekas Raden
Setiap malam mereka mengadakan hiburan Anggalarang, yaitu ke Pananjung
bersama para pemuda yang ada di Pangandaran. Sejak itulah kerajaan
pegunungan itu. Dalam berkesenian, tersebut dinamakan Pananjung Ngadeg
Mama Lengser beserta Dewi Rengganis Tumenggung, dengan rajanya Sawung
menyusun jalannya pertunjukan beserta Galing (Depdikbud Ciamis, 1998: 9).
lagu-lagunya berdasarkan kisah perjalanan
Dewi Rengganis sejak berangkat, 3. Beberapa versi Tari Ronggeng
menghilang dari Kerajaan Pananjung Gunung
Pangandaran. Terdapat beberapa versi tentang
Selain menyamar sebagai rombong- asal-usul kesenian ronggeng gunung, dua
an kesenian, mereka juga menjadi petani di antaranya adalah:
atau bercocok tanam bersama-sama de- Versi pertama menurut masyarakat
ngan masyarakat di pegunungan itu. Pada Ciamis Selatan (Panyuratan, Ciparakan,
waktu itu, bercocok tanamnya berpindah- Barujul, Pangandaran, dan Cijulang)
pindah, jadi tidak menetap. Dikisahkan mengatakan bahwa, ronggeng gunung
sampailah mereka di suatu tempat yang diciptakan oleh Raden Sawung Galing.
kemudian disebut Bagolo. Di tempat itu Konon, ketika Kerajaan Galuh dalam
rombongan Mama Lengser memaksakan keadaan kacau-balau karena ada serangan
ngahuma. Sementara itu, malam harinya dari pihak musuh, kemudian Sang Raja
tetap menggelar hiburan yang disebut terpaksa mengungsi ke tempat yang aman.
mamarung (hiburan). Pertunjukan itu Dalam keadaan situasi demikian,
merupakan kesiapsiagaan mereka untuk muncullah seorang penyelamat yang
melawan musuh-musuh yang mungkin bernama Raden Sawung Galing. Raden
akan masuk dan memboyong rong- Sawung Galing berhasil memukul mundur
gengnya. musuh Kerajaan Galuh. Atas jasa-jasanya
Dikisahkan rombongan Mama maka Raden Sawung Galing dinikahkan
Lengser sedang menggelar mamarung, kepada putri Sang Raja (Putri Galuh).
tiba-tiba serombongan bajo datang. Kemudian, ketika Raden Sawung
Mereka memang sengaja terus menelusuri Galing memegang tampuk pemerintahan,
keberadaan sang dewi, dan mereka me- beliau menciptakan sebuah tarian yang
ngetahui yang dicari ada dalam rombongan bernama ronggeng gunung sebagai sarana
tersebut. Namun, kali ini mereka menda- hiburan resmi di istana. Penarinya diseleksi
pat perlawanan yang ketat. Oleh karena ketat oleh raja dan harus betul-betul
kekuatan rombongan Mama Lengser sudah mempunyai kemampuan menari,
244 Patanjala Vol. 8 No. 2 Juni 2016: 235 - 250
menyanyi, dan berparas cantik, sehingga hatinya yang sangat mendalam karena
ketika itu penari ronggeng mempunyai ditinggal suami yang dicintainya, Dewi
status terpandang di lingkungan masya- Rengganis berkelana dari satu tempat ke
rakat. tempat lainnya. Tanpa terasa, gunung-
gunung telah didaki dan lembah-lembah
dituruni. Namun, di matanya masih
terbayang bagaimana orang yang dijadikan
tumpuan hidupnya telah dibunuh para
perompak dan kemudian mayatnya diarak
lalu dibuang ke Samudera Hindia. Kepe-
dihan itu diungkapkan dalam lagu yang
berjudul “Manangis”. Berikut ini adalah
syairnya.
Ka mana boboko suling
Teu kadeuleu-deuleu deui
Ka mana kabogoh kuring
Gambar 2. Tarian Ronggeng Gunung Teu kadeulu datang deui
Sumber: BPNB Bandung, 2013. Singkat cerita, pergelaran ronggeng
akhirnya sampai di tempat Kalasamudra
Versi kedua menceritakan perka- dan Dewi Samboja dapat membalas
winan antara Dewi Siti Samboja dengan kematian suaminya dengan membunuh
Raden Anggalarang, putra Prabu Haur Kalasamudra ketika sedang menari
Kuning dari Kerajaan Galuh. Perkawinan bersama.
ini tidak direstui atau tidak disetujui oleh Cerita tersebut di atas mulai dari
ayahanda, Raden Anggalarang. Raden versi satu dan dua pada intinya sama, Dewi
Anggalarang mohon pamit dan izin kepada Samboga ingin membalas dendam atas
ayahnya Prabu Haur Kuning untuk terbunuhnya suami yang dicintainya oleh
mendirikan sebuah kerajaan di Pananjung, para perompak atau bajak laut yang
yaitu daerah yang kini merupakan Cagar dipimpin oleh Kalasamudra. Hanya alur
Alam Pananjung di objek wisata ceriteranya yang berbeda (Andayani, 2006:
Pangandaran. Prabu Haur Kuning 31).
merestuinya namun dalam hatinya merasa
khawatir mendirikan kerajaan di 4. Raspi Sang Maestro Ronggeng
Pananjung karena tempat itu sering Gunung
didatangi para perompak. Kehawatiran a. Latar Belakang Keluarga
Prabu Haur Kuning terbukti ketika Raspi adalah seorang seniman
Anggalarang mendirikan Kerajaan ronggeng gunung yang cukup terkenal.
Pananjung tidak lama kemudian diserang Menurut Raspi ia lahir sekitar tahun 1956
oleh para perompak (bajak laut) yang di Dusun Karang Gowok, Kabupaten
dipimpin oleh Kalasamudra, sehingga Ciamis, dari pasangan Sidot dan Kastem.
terjadi pertempuran. Namun, karena Raspi hidup dalam keluarga yang sangat
pertempuran tidak seimbang, akhirnya sederhana. Ketika orang tuanya bercerai, ia
Raden Anggalarang gugur. Akan tetapi, lebih memilih tinggal bersama ibunya di
istrinya, Dewi Siti Samboja, berhasil Dusun Karang Gowok.
menyelamatkan diri dan mengembara. Raspi mulai menggeluti dunia
Dalam pengembaraannya yang penuh ronggeng sejak lulus SD sekitar tahun
dengan penderitaan, sang Dewi akhirnya 1972, itu pun secara tidak sengaja. Saat itu
menerima wangsit agar namanya diganti di usianya yang baru 13 tahun, ia lari dari
menjadi Dewi Rengganis dan menyamar rumahnya sebagai wujud pemberon-
sebagai ronggeng. Di tengah kepedihan takannya karena dipaksa oleh orang
Raspi Sang Maestro Ronggeng Gunung (Euis Thresnawaty S.) 245
tuanya untuk menikah dengan lelaki bukan pernikahan itu diakhiri dengan perceraian.
pilihannya, sementara dia merasa belum Selanjutnya Raspi menikah lagi dengan
siap untuk menikah muda. salah seorang nayaga Sanggar Panggugah
Pada saat pelarian itu ia bertemu Rasa, sanggar seni yang dipimpinnya yaitu
dengan pelatih ronggeng, yaitu mbah Maja Wasco.
Kabun dan Indung Darwis di Kampung Untuk pementasan di daerahnya
Jublek, Desa Panyutran, Kecamatan biasanya Raspi hanya tampil seorang diri,
Padaherang. Mbah Maja Kabunlah yang karena nayaga dan penari pengiringnya
menjadi guru pertamanya mempelajari tari berasal dari penonton yang spontan
ronggeng gunung, namun secara spiritual menabuh alat musik sederhana berupa
disempurnakan oleh Indung Darwis. kenong dan menari mengiringi Raspi.
Menurut Bi Raspi, Indung Darwis adalah Namun karena akhir-akhir ini Raspi sering
gegedug atau ahlinya ronggeng di diundang untuk tampil di luar daerahnya
Padaherang. Teman seangkatan Bi Raspi maka diperlukan adanya personil tetap
saat itu adalah Bi Pejoh dan Bi Atih dari yang dapat mengiringinya mementaskan
Pagergunung Pangandaran (http://www. ronggeng gunung di mana saja dan kapan
kabar-priangan.com/ews/detail/11217/ saja dipentaskan. Kemudian dibentuklah
diakses 9 Januari 2014). sebuah sanggar seni yang bernama
“Panggugah Rasa” miliknya. Kesenian
ronggeng gunung ini tetap masih bisa
tampil walaupun dalam kondisi yang
semakin sulit seperti saat ini.
Raspi kini masih aktif me-ronggeng
di daerahnya untuk acara hajatan dan
ritual. Selain berpentas di daerah dan
sekitarnya, Raspi juga pernah dipanggil
untuk berpentas hingga ke Taman Mini
Indonesia Indah (TMII).
Gambar 3. Bi Raspi Sang Maestro
Sumber: BPNB Bandung
3. Sumber Lisan/Informan
Bi Raspi (56 thn). 2013.
Maestro seni ronggeng gunung.
Wawancara, Kabupaten Ciamis, 19 Mei
2013.
Nurhayati, Neni (25 thn). 2013.
Seniman ronggeng gunung.
Wawancara, Kabupaten Ciamis, 19
Mei 2013.
4. Internet
“Raspi Ronggeng Gunung Terakhir” dalam
https://www.facebook.com/notes/pandu-
radea/raspi-ronggeng-gunung-
terakhir/10152123872181339/ diakses,
18 Juli 2016/pukul 15:11.
“Titik Balik Perjalanan Nyi Ronggeng”
diakses dari http://www.kabar-
priangan.com/news/detail/11217
diakses 9 Januari 2014.
“Raspi: Maestro Ronggeng Gunung Terakhir”,
dalam http://indonesiaproud.wordpress.
com/2011/01/11/raspi-maestro-
ronggeng-gunung-terakhir/ diakses 9
Januari 2014.