JWBN Rumusan Masalah
JWBN Rumusan Masalah
Pada awalnya desa Pananjung, Pangandaran ini dibuka dan ditempati oleh para nelayan dari
suku sunda. Penyebab pendatang lebih memilih daerah pangandaran untuk menjadi tempat
tinggal karena gelombang laut yang kecil yang membuat mudah untuk mencari ikan, karena
dipantai pangandaran inilah terdapat sebuah daratan yang menjorok ke laut yang sekarang
menjadi cagar alam atau hutan lindung,tanjung inilah yang menghambat atau menghalangi
gelombang besar untuk sampai ke pantai. Disinilah para nelayan menjadikan tempat tersebut
untuk menyimpan perahu yang dalam bahasa sundanya disebut andar setelah beberapa
banyak berdatangan ke tempat ini dan menetap sehingga menjadi sebuah perkampungan yang
disebut pangandaran. Pangandaran berasal dari dua buah kata pangan dan daran yang artinya
pangan adalah makanan dan daran adalah pendatang.jadi pangandaran artinya sumber
makanan para pendatang.
Lalu para sesepuh terdahulu memberi nama Desa pananjung,karena menurut para sesepuh
terdahulu disamping daerah itu terdapat tanjung didaerah inipun banyak sekali keramat-
keramat dibeberapa tempat. Pananjung artinya dalam bahasa sunda pangnanjung-
nanjungna(paling subur atau paling makmur)
Pada mulanya pananjung merupakan salah satu pusat kerajaan, sejaman dengan kerajaan
Galuh pangauban yang berpusat di putrapingan sekitar abad XIV M.setelah munculnya
kerajaan pajajaran dipakuan bogor.Nama rajanya adalah Prabu Anggalarang yang salah satu
versi mengatakan bahwa beliau masih keturunan Prabu Haur Kuning,raja pertama Kerajaan
Galuh Pagauban,namun sayangnya kerajaan pananjung ini hancur diserang oleh para
Bajo(Bajak Laut)karena pihak kerajaan tidak bersedia menjual hasil bumi kepada
mereka,karena pada saat itu situasi rakyat sedang dalam keadaan panceklik(gagal panen).
Pada tahun 1922 pada jaman penjajahan Belanda oleh Y. Everen (Presiden Priangan)
Pananjung dijadikan taman baru, pada saat melepaskan seekor banteng jantan, tiga ekor sapi
betina dan beberapa ekor rusa.
Karena memiliki keanekaragaman satwa dan jenis-jenis tanaman langka, agar kelangsungan
habitatnya dapat terjaga maka pada tahun 1934 Pananjung dijadikan suaka alam dan marga
satwa dengan luas 530 Ha. Pada tahun 1961 setelah ditemukannya Bunga Raflesia padma
status berubah menjadi cagar alam.
Dengan meningkatnya hubungan masyarakat akan tempat rekreasi maka pada tahun 1978
sebagian kawasan tersebut seluas 37, 70 Ha dijadikan Taman Wisata. Pada tahun 1990
dikukuhkan pula kawasan perairan di sekitarnya sebagai cagar alam laut (470,0 Ha) sehingga
luas kawasan pelestarian alam seluruhnya menjadi 1000,0 Ha. Perkembangan selanjutnya,
berdaarkan SK Menteri Kehutanan No.104/KPTS-II/1993 pengusaha wisata TWA Pananjung
Pangandaran diserahkan dari Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam
kepada Perum Perhutani dalam pengawasan Perum Perhutani Unit III Jawa Barat, Kesatuan
Pemangkuan Hutan Ciamis, bagian Kemangkuan Hutan Pangandaran. (Laporan PKL SMA
Mekar Arum 2016,Deris Dkk : 21)
Letak yang strategis dengan pantai yang landai dan terlindung, membuatnya
strategis, terutama dari segi militer. Pantai Pangandaran sangat cocok untuk operasi
pendaratan pasukan lewat laut. Jepang yang pernah menduduki Indonesia melihat hal
tersebut, dan mereka mendirikan basis pertahanan di Pantai Pangandaran. Beteng, bunker,
goa-goa juga menjadi salah satu bukti peninggalan Jepang tersebut.
Di lokasi Pantai Pangandaran, penataan sangat tidak terlihat. Semrawut, acak-acakan dan
kumuh menjadi pemandangan minus dari Pantai Pangandaran. Pantai tidak terlihat dari jalan
raya akibat tertutup tenda pedagang (http://ciamissuka-suka.blogspot.co.id/2009/07/pantai-
pangandaran-di-kabupaten-ciamis.html hari jumat tanggal 9 November 2017 pukul 08.44
WIB).
Kelahiran Kabupaten Pangandaran sebagai daerah otonom baru, didasarkan pada undang-
undang No.21 tahun 2012 Tentang penetapan pemerintahan kabupaten Pangandaran.
Kabupaten pangandaran merupakan salah satu daerah otonom baru di Provinsi Jawa Barat.
Sebelum menjadi Kabupaten, Pangandaran merupakan bagian dari kabupaten Ciamis.
Pembentukan Kabupaten Pangandaran tidak terjadi begitu saja, melainkan melalui proses
panjang yang melelahkan dan pengorbanan yang cukup besar. Akan tetapi, untuk
mewujudkan kehidupan yang lebih baik lagi, berbagai elemen masyarakat tidak kenal lelah
memperjuangkan terwujudnya Kabupaten Pangandaran. Kegigihan masyarakat Pangandaran
tersebut karena didorong oleh enam faktor yaitu, ingin mendekatkan pelayanan publik karena
jarak yang cukup jauh dengan kota ciami, ingin mengelola potensi daerah yang tidak
dilakukan secara optimal oleh pemerintah kabupaten ciamis, ingin membuka lapangan kerja
karena tingkat pengangguran di daerah ciamis yang masih cukup tinggi, ingin
menyejahterakan masyarakat pangandaran, ingin melakukan penataan kewilayahan sesuai
dengan kebutuhan, dan meningkatkan stabilitas pertahanan keamanan karena pangandaran
memiliki garis pantai cukup panjang dan langsung berhadapan dengan perairan internasional.
Keenam tersebut belum secara optimal dirasakan oleh masyarakat pangandaran karena
keterbatasan anggaran dan wilayah kabupaten ciamis yang betitu luas.
Selain itu, pangandaran memiliki sumber daya manusia dan sumber daya alam yang
melimpah yang apabila dikelola dengan baik, akan mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat pangandaran. Namun, sumber daya tersebut belum secara optimal dikelola
sehingga tidak memberikan dampak signifisikan terhadap kesejahteraan masyarakat
pangandaran. Kondisi tersebut disebabkan oleh ketimpangan struktur anggaran dalam APBD
Kabupaten Ciamis yang mengalokasikan lebih tinggi untuk belanja pegawai daripada untuk
belanja publik.
Kondisi tersebut yang mendorong beberapa tokoh Pangandaran yang dimotori oleh
Supratman b.sc, melakukan audiensi dengan pemerintah Kabupaten Ciamis untuk mengubah
pertimbangan apbd kabupaten ciamis dengan ,meningkatkan anggaran belanja publik. Akan
tetapi, usulan tersebut ditolak oleh pemerintah Kabupaten Ciamis, yang mengakibatkan
lahirnya dua opsi, yakni, (1) tokoh masyarakat Pangandaran ikut dalam Pilkada Kabupaten
Ciamis dan jika menang bisa mengubah APBD; serta (2) memisahkan diri dari kabupaten
ciamis. Dengan mempertimbangkan kekuatan sosial-politik, pada tanggal 18 febuari 2007
para tokoh masyarakat, antara lain Supratman, b.sc, H. Iyos rosbi, H. Adang Hardari, Andis
sose, Soni agustiana, H. Wagiman, H. Ino darsono, H. Ir. Eno Karseno, dan H. Ikin sodikin,
dan tokoh lainnya sepakat memilih opsi kedua sebagai pilihan paling rasional. Untuk
merealisasikan aspirasi tersebut, masyarakat setempat kemudian membentuk forum
paguyuban masyarakat pakidulan (pmp) yang salah satu agendanya adalah menyuarakan
wilayah pangandaran menjadi daerah otonom baru, terlepas dari kabupaten ciamis.
Pada 24 februari 2007, dibentuk panitia kecil dengan susunan personalia supratman,
bsc (ketua), drs. Tudi Hermanto (sekretaris), Moch. Sonny Agustiana s (wakil sekretaris), H.
H Yos Rosbi sebagai bendahara, dan H. Adang Hadari wakil bendahara,. Tugas utama panitia
kecil adalah membuat rancangan pembentukan Kabupaten Pangandaran sebagai daerah
otonomi baru yang harus dilakukan secara prosedural dan sesuai dengan peraturan
perundang-undangannya yang berlaku. Panitia kecil melakukan komunikasi politik dengan
pemerintah Kabupaten Ciamis, DPRD Kabupaten Ciamis, dan melakukan konsultasi kepada
LPPM Universitas Padjajaran. Langkah tersebut sejalan dengan pernyataan ketua DPRD
Kabupaten Pangandaran Ciamis, Jeje Wiradinarta yang mengatakan bahwa secara
konstitusional pembentukan Kabupaten Pangandaran terbuka untuk dilakukan, tetapi harus
dilakukan secara prosedural. Sebagai bentuk dukungan, dprd kabupaten ciamis memasukkan
rencana melakukan kajian akademik pada tahun anggaran 2008.
Berkas usulan pembentukan kabupaten ciamis yang pada saat itu, bupatinya h.
Engkon komara, setelah dilakukan kajian akademik tentang kelayakan pembentukan
kabupaten pangandaran kemudian disampaikan oleh bupati ciamis kepada dprd kabupaten
ciamis untuk dibahas dan mendapat persetujuan. Anggota dprd kabupaten ciamis yang
dimotori oleh ketuanya, jeje wiradinata, ikut memperjuangkan pembentukan kabupaten
pangandaran dengan melakukan lobi-lobi politik agar agar aspirasi tersebut diterima oleh
dprd kabupaten ciamis tanpa melalui voting. Pada tgl 6 februari 2010, dprd kabupaten ciamis
menyetujui pembentukan kabupaten pangandaran yang meliputi 10 kecamatan, yakni:
padaherang,mangunjaya,kalipucang,pangandaran,sidamulih,parigi,cigugur,cijulang,cimerak,
dan langkaplancar, dengan ibu kota parigi.
Setelah melalui proses yang cukup panjang, pada tanggal 25 oktober 2012, dpr ri yang
di ketuai oleh h. Marzuki ali dengan pemerintah pada rapat paripurna menyetujui rancangan
undang-undang tentang pembentukan kabupaten pangandaran di provinsi jawa barat menjadi
undang-undang. Pada tanggal 16 november 2012 presiden h. Susilo bambang yudhoyono
mengesahkan undang-undang nomor 21 tahun 2012 tentang pembentukan kabupaten
pangandaran di provinsi jawa barat dan diundangkan pada tanggal 17 november 2012
(Laporan PKL SMA Mekar Arum 2018,Deris Dkk : 24)
Stasiun ini dibangun sejak tahun 1921, merupakan Stasiun tersibuk di Kabupaten
Pangandaran saat itu. Karena tempat transit penumpang dan pengangkutan barang serta
rempah-rempah dari hasil perkebunan di Kecamatan Banjar, Banjarsari, Padaherang,
Kalipucang, cijulang dan parigi.
2. Terowongan Wilhemina
4. Gedung Uyeng
5. Goa Jepang
Goa Jepang terletak di Cagar Alam Pantai Pangandaran, goa yang di bangun oleh
pemerintah Jepang pada tahun 1941-1945 bertujuan untuk memantau atau mengawasi
pendataran pihak Belanda di Pantai Pangandaran. Setiap tanggal 17 Agustus warga Jepang
yang berada di Pangandaran melakukan upacara khusus sebagai tanda penghormatan
terhadap nenek moyangnya.
6. Rumah Belanda
Rumah yang ini merupakan rumah yang dibangun oleh orang Belanda saat itu, namun
kini kondisinya sudah rusak parah karena tidak terurus. Rumah yang terletak di desa Paledah
Kecamatan Padaherang Kabupaten Pangandaran ini pernah menjadi tempat menginap pihak
Belanda ketika akan menyebrang ke sungai Citanduy untuk memantau perkebunan di Jawa
Tengah (https://news.mypangandaran.com/aneka/read/105/6-bangunan-yang -ada-sejak-
zaman-penjajah-di-kabupaten-pangandaran.html hari jumat tanggal 9 November 2017 pukul
08.45 WIB).
3.1.5 Tradisi-Tradisi Pangandaran
Masyarakat pangandaran berpendapat bahwa hajat laut sama sekali bukanlah hal yang bidah
karena menurut mereka sepantasnya kita menjaga dan menghormati serta memelihara
warisan nenek moyang yang sudah menjadi satu kewajiban bagi kita semua untuk
melaksanakannya. Lalu hubungan dengan sesajipun itu tujuanya bukan dipersembahkan
untuk ratu pantai atau nyi roro kidul itu sekedar simbol saja.
Masyarakat hal seperti itu bukan pertama kalinya dipertanyakan, tentang rituan hajat laut ada
yang berpendapat musrik dan tidak musrik. Tapi menurut pandangan masyarakat
pangandaran perbedaan itu wajar saja yang terpenting bagi masyarakat pangandaran jangan
sampai terpecah belah karena perbedaan pendapat. Buktinya masyarakat pangandaran disini
masih bisa bersama, aman dan tentram, sikap ramah tamah dan gotong royong pun terlihat
jelas antar satu individu dengan individu lain.
Melaksanakan ritual yang tidak pernah dilakukan oleh nabi atau suatu praktek yang tidak
pernah terdapat dalam ajaran islam adalah bid’ah. Tetapi perlu kita kaji kembali apakah
dilaksanakan ritual hajat laut itu lebih banyak membawa kebaikan atau keburukan? Jika
melaksanakan hajat laut lebih banyak membawa kebaikan maka bid’ah itu di bolehkan oleh
Allah atau menjadi bid’ah hasanah atau bid’ah yang membawa kebaikan.
Pada dasarnya ritual hajat laut merupakan suatu ibadah, namun dalam kenyataannya
masyarakat pangandaran mengatakan hal tersebut adalah praktek yang bukan bid’ah, jika
dilihat dari tata cara mereka melakukan persembahan seperti sesaji disini terlihat bid’ah,
tetapi ketahui dulu makna kami menganggap sesaji itu hanyalah sebuah simbol, tidak lebih.
Tujuan hajat laut tokoh agama di pangandaran menganggap hajat itu hanyalah sekedar
syukuran saja, jadi dalam melaksanakannya haat laut tidak ada unsur kemusrikan. Karena
tujuan dilaksanakan hajat laut adalah sebagai rasa syukur atas karunia nikmat yang diberikan
oleh oleh Allah karena dengan tradisi dan budaya inilah masyarakat pangandaran mempunyai
tujuan untuk mempererat tali persaudaraan antar satu individu dengan individu lainya
alasannya diadakan hajat laut.
Segala sesuatu yang telah kita raih wajib untuk kita wajib berucap syukur kepada sang
pemberi. Hal inilah yang dilakukan oleh para nelayan dikawasan pantai pangandaran.
Sebagai ucapan terimakasih, mereka (nelayan) menggelar acara syukuran nelayan, yang oleh
masyarakat setempat lebih populer dengan istilah “hajat laut” pantai pangandaran adalah
salah satu objek wisata yang cukup populer di masyarakat indonesia maupun manca negara.
Lokasinya di bagian selatan jawa, masuk dalam wilayah kabupaten ciamis, jawa barat. Untuk
mencapai tempat ini, hanya di perlukan waktu tidak lebih dari 2 jam dari kota ciamis, atau
sekitar 5 jam dari bandung.
Alasan diadakannya syukuran nelayan tersebut sangat sederhana, yakni untuk memberikan
persembahan berupa sesajian kepada penguasa pantai selatan yang telah memberikan
kemakmuran kepada para nelayan selama ini. Mereka bersyukur dan berterimakasih atas
semua kekayaan yang diperairan laut diselatan pulau jawa itu, secara umum, acara yang di
adakan pada setiap bulan suro (penanggalan jawa) itu sangat meriah, dihadiri oleh puluhan
bahkan ratusan ribu orang.
Ronggeng gunung adalah jenis kesenian daerah khas dari kabupaten Pangandaran yang masih
teteap eksis dan berkembang. Kesenian yang sangat digemari dan disukai oleh kalangan
dewasa ini mempunyai kisah/cerita rakyat yakni kesenian ronggeng gunung merupakan
wangsit dari patih Kidang Pananjung kepada Dewi siti samoja yang pada waktu itu Dewi siti
sedang di rundung malang karena kekasih nya kalah di medan perang. Lirik-lirik lagu dalam
ronggeng gunung merupakan luapan ekspresi jiwa yang sedang kasmaran terhadap kekasih
nya (https://news.mypangandaran.com/aneka/read/106/7-kesenian-tradisional-di-kabupaten-
pangandaran.html hari jumat 8 November 2018 pukul 08.37)
kabupaten pangandaran merupakan salah satu daerah otonom baru di provinsi jawa barat.
sebelum menjadi kabupaten, pangandaran merupakan bagian dari kabupaten ciamis.
pembentukan kabupaten pangandaran tidak terjadi begitu saja, melainkan melalui proses
panjang yang melelahkan dan pengorbanan yang cukup besar. akan tetapi, untuk
mewujudkan kehidupan yang lebih baik lagi, berbagai elemen masyarakat tidak kenal lelah
memperjuangkan terwujudnya kabupaten pangandaran. kegigihan masyarakat pangandaran
tersebut karena didorong oleh enam faktor, yaitu ingin mendekatkan pelayanan publik karena
jarak yang cukup jauh dengan kota ciamis, ingin mengelola potensi daerah yang tidak
dilakukan secara optimal oleh pemerintah kabupaten ciamis, ingin membuka lapangan kerja
karena tingkat pengangguran di ciamis yang masih cukup tinggi, ingin menyejahterakan
masyarakat pangandaran, ingin melakukan penataan kewilayahan sesuai dengan kebutuhan,
dan meningkat-kan stabilitas pertahanan keamanan karena pangandaran memiliki garis pantai
cukup panjang dan langsung berhadapan dengan perairan internasional. keenam potensi
tersebut belum secara optimal dirasakan oleh masyarakat pangandaran karena keterbatasan
anggaran dan wilayah kabupaten ciamis yang begitu luas.
Di Indonesia, konsep kawasan alam yang dilindungi diperkenalkan oleh Sijfert Hendrik
Koorders, seorang ahli botani yang bekerja di jawatan kehutanan pemerintah Hindia Belanda.
Pada tangga 31 Maret 1913, Koders menandatangani kesepakatan dengan pemerintah kota
praja Depok untuk menetapkan tanah seluas 6 hektar beserta kehidupan liar di dalamnya
sebagai cagar alam. Kini, tempat tersebut telah berubah statusnya menjadi Taman Hutan
Raya Pancoran Mas, Depok.
4.1 Geografi
4.1.1 Letak geografis dan luas daerah kabupaten pangandaran
Kabupaten Pangandaran terdiri dari 10 Kecamatan, berdasarkan letak geografis nya,
Kabupaten Pangandaran berada pada posisi strategis yang dilalu jalan nasional lintas Jawa
Barat-Jawa Tengah dan jalan Nasional Jabar Selatan.
Secara geografis letak nya berada pada koordinat 108’18’ sampai dengan 108’47’ bujur timur
dan 7’30’20’’ sampai dengan 7’50’00’’ Lintang selatan
Luas wilayah Kabupaten Pangandaran yaitu 168.509 Ha dengan luas laut 67.340
Ha.Kabupaten Pangandaran memiliki panjang pantai 91 Km, dan luas Cagar Alam 493,3 Ha
57%
44%
v
Gambar.5 usia produktif dan non produktif penduduk pangandaran tahun 2014
Jumlah penduduk menurut jenis kelamin pada tahun 2014, perempuan berjumlah
212.022 jiwa dan laki-laki berjumlah 210.564 jiwa. Dengan perincian sebagai berikut:
usia Laki-laki Perempuan Jumlah
0-5 - 13.367 28.030
5-14 38.815 34.979 71.794
15-44 103.503 104.395 207.898
45-64 49.687 49.783 99.470
65+ 16.715 18.596 35.331
(sumber: www.pangandaran.go.id/profil-pangandaran/)
pedagang
18%
nelayan
pegawai 30%
18%
4.1.8 Ekosistem
Dalam kawan Taman Wisata Alam dapat ditemui beberapa ekosistem diantaranya:
1. Ekosistem pantai pasir di dominasi oleh jeis Kangkung Pantai.
2. Ekosistem pantai di dominasi oleh Butun, Katapang, Nyamplung.
3. Ekosistem hutan alam di dominasi oleh jenis Laban, Kisegel.
5.1 Sosiologi
1. Anak balita terlantar adalah seorang anak berusia 5 (lima) tahun kebawah yang
ditelantarkan orangtuanya atau keluarga yang berada didalam keluarga yang tidak mampu
sehingga hak-hak dasarnya semakin tidak terpenuhi serta anak diekploitasi untuk tujuan
tertentu.
2. Anak terlantar adalah seorang anak berusia 5 (lima) sampai 18 (delapan belas) tahun yang
mengalami perlakuan salah dan ditelantarkan oleg orangtua atau keluarga.
3. Anak berhadapan dengan hukum adalah seorang anak berusia 6 (enam) sampai 18 (delapan
belas) tahun dan belum menikah, 1). Yang diduga, disangka, didakwa, atau dijatuhi pidana
karena melakukan tindak pidana. 2). Yang menjadi korban tindak pidana atau
melihat/mendengar sendiri terjadinya suatu tindak pidana.
4. Anak jalanan adalah seorang anak berusia 5-18 tahun, dan anak yang bekerja atau
dipekerjakan dijalanan yang sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup
sehari-hari.
5. Anak dengan Kedisabilitasan (ADK) adalah seorang yang berusia 18 tahun kebawah yang
mempunyai kelainan fisik atau mental yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan
dan hambatan bagi dirinya untuk melakukan fungsi jasmani, rohani, maupun sosialnya.
6. Anak memerlukan perlindungan khusus adalah anak usia 0 sampai 18 tahun dalam situasi
darurat, anak korban perdagangan atau penculikan, anak korban kekerasan fisik atau mental,
anak korban eksploitasi, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi serta dari komunitas
adat terpencil, anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotoprika,
dan zat adiktif lainnya (NAPZA) serta anak yang terinfeksi HIV/AIDS.
7. Lanjut Usia Telantar adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih yang tidak dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara jasmani, rohani maupun sosial.
8. Tuna Susila adalah seseorang yang melakukan hubungan seksual dengan sesama atau
lawan jenis secara berulang-ulang dan bergantian diluar perkawinan yang sah dengan tujuan
mendapatkan imbalan uang, materi atau jasa.
9. Gelandang adalah orang-orang yang hidup dalam keadaan yang tidak sesuai dengan norma
kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat, serta tidak mempunyai pencaharian dan
tempat tinggal yang tetap serta mengembara di tempat umum.
10. Pengemis adalah orang-orang yang mendapat penghasilan meminta-minta ditempat
umum dengan berbagai cara dengan alasan untuk mengharapkan belas kasihan orang lain.
11. Pemulung adalah orang-orang yang melakukan pekerjaan dengan cara mengais langsung
dan pendaur ulang barang-barang bekas.
12. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) adalah seseorang yang telah terinfeksi HIV dan
membutuhkan pelayanan sosial, perawatan kesehatan, dukungan dan pengobatan unuk
mencapai kalitas hidup yang optimal.
13. Korban Penyalahgunaan NAPZA adalah seseorang yang tidak sengaja menggunakan
NAPZA karena dibujuk, dipercaya, ditipu, dipaksa dan/atau diancam untuk menggunakan
NAPZA.
14. Korban tTindak Kekerasan adalah orang (baik individu, keluarga maupun kelompok)
yang mengalami tindak ekerasan, baik sebagai akibat dari penelantaran, perlakuan salah,
eksploitasi, diskriminasi dan bentuk kekerasan lainnya maupun orang yang berada dalam
situasi yang membahayakan dirinya sehingga menyebabkan fungsi sosialnya terganggu.
15. Perempuan Rawan Sosial Ekonomi seorang perempuan dewasa berusia 18-59 tahun
belum menikah atau janda dan tidak mempunyai penghasilan cukup untuk dapat memenuhi
kebutuhan pokok keluarga.
6.1 Penghasilan Di Kabupaten Pangandaran
6.1.1 Pedagang
Pedagang menjualkan daganganya sebagian besar pedagang asin asongan, dalam setiap
akhir pekan biasanya Pedagang ini mampu menjual jambal roti tak kurang dari 10
bungkus, tapi sekarang untuk menjual 5 bungkus saja sangat sulit.
6.1.2 Nelayan
Biasanya para nelayan dapat menghasilkan pendapatan dari perhari, kadang jika
pengunjung sedang banyak bisa menghasilkan banyak, kurang lebih dari 7jt, dan mereka
berkontribusi lebih dari 80% pada produksi ikan. Dalam hal pembagian pendapatan,
pemerintah melalui Undang-undang tentang Perikanan telah mengatur sistem bagi hasil
yang dianggap cukup adil, yaitu: 60% untuk pemilik perahu, dan 40% untuk nelayan
pekerja. Namun, kondisi di Kabupaten Pangandaran belum tentu menikuti aturan
pemerintah.
6.1.3 Pedagang Kaki Lima