Anda di halaman 1dari 6

TEMPAT WISATA KOTA BANGKALAN

Kabupaten Bangkalan, adalah sebuah kabupaten di Pulau Madura, Provinsi Jawa


Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Bangkalan. Kabupaten ini terletak di ujung
paling barat Pulau Madura; berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten
Sampang di timur serta Selat Madura di selatan dan barat.
Pelabuhan Kamal merupakan pintu gerbang Madura dari Jawa, dimana terdapat
layanan kapal ferry yang menghubungkan Madura dengan Surabaya (Pelabuhan
Ujung). Saat ini telah dibangun Jembatan Suramadu (Surabaya-Madura) yang saat
ini adalah jembatan terpanjang dan terbesar di Indonesia. Bangkalan merupakan
salah satu kawasan perkembangan Surabaya serta tercakup dalam lingkup
Gerbangkertosusila. Di Bangkalan berdiri kerajaan pada 1531, diperintah oleh
Panembahan Lemah Duwur sampai tahun 1592. Raja Bangkalan yang terakhir
adalah Panembahan Cakraadiningrat VIII yang memerintah tahun 1862 1882.
Tempat Wisata di Bangkalan
Beberapa tempat wisata di kota bangkalan:
Batik Tanjung Bumi
Tanjung Bumi adalah salah satu sentra batik tulis Madura yang cukup terkenal. Jaraknya
kurang lebih 50 km dari pusat kota yaitu kabupaten Bangkalan.
Kecamatan Tanjung Bumi terletak di daerah pesisir pantai menjadikannya kekhasan pada
batik asal daerah tersebut dengan motif khas batik pesisir yaitu yang terlihat dari warnawarna yang berani dan desain atau corak yang bebas.
Cara atau proses pembatikan serta karakteristik tanah dan air di daerah Tanjung Bumi juga
menjadikan keunikan batik dari daerah ini yang lain dari yang lain.
Keistimewaan yang lain dari Batik Madura dari Tanjung Bumi adalah warnanya akan lebih
cerah dan bagus justru setelah beberapa kali dicuci,. Makanya tidak heran banyak motif
batik tulis dari Tanjung Bumi yang harganya lebih mahal daripada batik Madura daerah lain.
Batik yang cukup terkenal di Tanjung Bumi adalah batik gentongan. Harganya juga cukup
mahal. Batik Gentongan mempunyai nilai yang mendalam dalam tradisi Madura. Mengapa
disebut batik Gentongan? Karena proses pewarnaannya dilakukan dengan cara merendam
kain batik tersebut kedalam wadah berupa gentong pada saat proses pembuatannya. Proses
perendaman dilakukan untuk proses pewarnaan juga untuk menghilangkan sisa malam juga
agar supaya warnanya lebih awet dan tahan bertahun-tahun.
Itulah sebabnya mengapa batik gentongan ini mahal karena walaupun umurnya puluhan
tahun warnanya tetap awet seperti baru dan juga walaupun batik Gentongan ini terbuat dari
kain katun tapi harganya bisa jauh lebih mahal daripada batik madura yang terbuat dari kain
sutera.
Desain gambar atau motif yang dibatik pada sehelai kain itu murni hasil kreasi dan imajinasi
para pembatik itu sendiri. Jadi seolah-olah menggambarkan perasaan, hati dan pikiran
mereka. Ada motif lama yaitu motif asli atau tradisional Madura, tetapi saat ini motif batik
Madura juga mulai bermotif modern yaitu dengan membuat beberapa motif yang dijadikan
satu (motif kombinasi)

Bukit Geger
Bukit Geger, terletak kurang lebih 30 km arah tenggara kota Bangkalan, tepatnya berada di
desa Geger, kecamatan Geger.
Bukit yang hijau dan tenang ini berada di ketinggian sekitar 150-200 M dari permukaan laut.
Obyek wisata bukit Geger ini banyak dikunjungi wisatawan yang datang ke Bangkalan,
selain sebagai bumi perkemahan juga biasa digunakan sebagai tempat pendakian.

Disekitar bukit, terdapat lokasi-lokasi lainnya yang bisa dikunjungi seperti, hutan akasia,
hutan mahoni dan hutan jati seluas 42 hektar. Terdapat pula, Lembah Palenggiyan dengan
keindahan danau dan jajaran sawahnya yang hijau dan mempesona.
Bukit ini juga memiliki 5 goa legendaris dan bersejarah, dengan nama-nama dalam bahasa
Madura yaitu: Goa Petapan (gua untuk bersemedi), Goa Potre (gua putri), Goa Planangan
(gua laki-laki), Goa Pancong Pote (gua pancung putih), dan Goa Olar (gua Ular).

Gunung Jaddih
Meski terbilang wisata baru, Gunung Jaddih yang terletak di Bangkalan, Madura, Jawa Timur
ini cukup populer di kawasan para trekking dan traveller yang ingin menikmati keindahan
alam yang menyejukkan. Salah satu wisata di Madura ini terletak sekitar 10 kilometer dari
pusat kota Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur.
Wisata di Madura ini awalnya ditemukan warga empat desa di Kecamatan Socah yakni dari
Desa Jaddih Timur, Parseh, Sanggra Agung dan Rabasan sekitar dua tahun lalu. Sejak saat
itu, banyak para traveller yang datang kesana, khususnya saat Lebaran, ribuan orang
memenuhi lokasi wisata Gunung Jaddih mulai dari anak-anak, muda-mudi sampai orang tua.
Hal ini memudahkan warga sekitar pedesaan yang ingin pergi berlibur bersama keluarga
tanpa mengeluarkan biaya yang banyak. Fasilitas dan sarana juga mulai disediakan.
Pemerintah setempat sudah mulai membangun dan ingin menjadikan pegunungan ini
sebagai salah satu tujuan perjalanan yang dapat meningkatkan pemasukan daerah.
Sebagai tempat rekreasi, di sebelah barat gunung, terdapat hambaran rumput hijau yang
menjadi lokasi menggelar tikar dan makan bersama keluarga, di sebelah selatan merupakan
tempat berkumpul muda-mudi sekaligus tempat anak-anak motor unjuk kebolehan gaya free
style. Sementara di sebelah utara khusus tempat anak-anak berenang, tersedia kolam
renang sepanjang 10X6 meter kedalaman kurang setengah meter.
Dari puncak gunung tersebut, akan terlihat seluruh kota Bangkalan dan jembatan Suramadu
yang begitu megah. Gunung ini tidak termasuk gunung berapi. Gunung ini hanya berupa
gundukan batu kapur besar yang memiliki luas kurang lebih 500 hektare yang berada dalam
kawasan tiga desa yakni Jaddih, Rabasan, dan Parseh.
Kebanyakan warga mencari nafkah di sekitar gunung tersebut. biasanya, batu kapur gunung
ini diambil kemudian dibakar hingga serbuk kapur sebagai campuran semen bangunan. Ada
juga yang menjual batu kapur setelah menjadi batu bata atau batu fondasi untuk
membangun rumah serta dijual dalam bentuk batu urukan yang dipasarkan mulai dari
Surabaya, Sidoarjo, Gresik sampai ke Pasuruan.

Kuburan Aermata (Air Mata)


Sebagai pintu gerbang Pulau Madura, Kabupaten Bangkalan yang terletak paling
barat, kaya akan peninggal sejarah peradaban Islam. Banyak situs penting yang
menjadi tetenger, bahwa Islam masuk secara damai dan menjunjung tinggi kearifan
budaya lokal yang lebih dulu masuk. Salah satunya, keberadaan situs Aer Mata,
yang terletak di Dusun/Desa Buduran, Kecamatan Arosbaya, Kabupaten Bangkalan.
Komplek situs sejarah yang terletak di sisi utara, sekitar 30 Km dari arah kota, atau
kurang lebih 30 menit perjalanan darat tersebut menyimpan banyak fakta dan
cerita sejarah, termasuk peninggalan berupa makam Islam kuno, yang disertai
dengan arsitektur budaya Hindu-Budha yang telah berkembang sebelumnya.
Dalam konteks harfiah sendiri, Aer Mata memiliki arti yang tak jauh berbeda dengan
bahasa Indonesia, yakni air mata.
Berdasarkan penuturan dari Kepala seksi kesenian, pengembangan bahasa dan
budaya, Dinas Pendidikan Bangkalan, Slamet Mestu, asal usul komplek pemakaman
Aer Mata sendiri berasal dari kisah Pangeran Cakraningrat I (Raden Praseno), yang
memerintah Pulau Madura dalam kurun waktu sekitar tahun 1624-1648.
Saat menjalani masa pemerintahan tersebut, Cakraningrat I mempunyai seorang
permaisuri yang konon sangat cantik jelita, dengan nama Syarifah Ambami yang

dikemudian hari dikenal dengan sebutan Ratu Ibu.


Saat masa pemerintahan Cakraningrat I sendiri, Madura lebih banyak dikendalikan
dari Mataram. Pasalnya, saat itu, tenaga, pikiran, dan kepiawaian Cakraningrat I
juga dibutuhkan oleh Sultan Agung, selaku pimpinan Mataram.
"Melihat keadaan yang seperti itu (ditinggal bertugas), membuat beliau (Syarifah
Ambami) sedih. Siang malam menangis, meratapi dirinya yang terus ditinggal sang
suami," ujar Slamet, yang juga merupakan penulis buku Makam Aer Mata: Makam
Kanjeng Ratoe Iboe Syarifah Ambami 1546-1569.
Saat hatinya gelisah dan dirundung kesedihan, menurut Slamet, akhirnya Syarifah
Ambami sendiri memilih untuk menyendiri di tempat yang sepi (bertapa). Dalam
masa pertapaan tersebut, Syarifah memohon kepada Yang Maha Kuasa, agar kelak
tujuh turunannya dapat ditakdirkan menjadi penguasa pemerintahan Pulau Madura.
Usai bertapa dan berfirasat, jika yang diminta bakal terkabul, Syarifah pun memilih
pulang ke Kabupaten Sampang. Selang beberapa tahun kemudian, Pangeran
Cakraningrat I datang dari Mataram, bergegas pergi mencari Syarifah yang
kemudian mendapat gelar Ratu Ibu.
Saat bertemu dengan Cakraningrat I, perasaan Ratu Ibu berbunga-bunga, bahkan
menceritakan kalau dirinya habis bertapa dan meminta agar tujuh turunannya
menjadi pemimpin Madura. Mendengar cerita tersebut, Cakraningrat I sendiri bukan
malah bangga, sebaliknya dia kecewa karena cuma berdoa tujuh turunan saja.
Pasca mendengar cerita dari Ratu Ibu, akhirnya Cakraningrat I memutuskan untuk
kembali lagi ke Mataram. "Nah, mungkin merasa bersalah pada sang suami, Ratu
Ibu sedih, memilih kembali untuk bertapa di tempat yang sama," tegas Slamet.
Saat menjalani masa pertapaan, yang diyakini oleh warga sekitar bertempat di
Desa Buduran, Kecamatan Arosbaya, Ratu Ibu terlihat bersedih dan terus menerus
menangis. Bahkan, dalam cerita dari warga sekitar, air mata yang keluar sampai
membanjiri tempat pertapaan beliau. Itu terjadi hingga beliau wafat dan
dikebumikan di tempat pertapaannya.
Sampai sekarang tempat pertapaan tersebut, menjadi situs bersejarah yang oleh
warga sekitar dinamakan Makam Aer Mata Ratu Ibu, terletak di Dusun/Desa
Buduran, Kecamatan Arosbaya, Bangkalan.
Makam Sultan Abdul Kadirun
Makam Sultan Abdul Kadirun ini letaknya berada di Jl. Sultan Abdul Kadirun, di belakang
Masjid Agung Kota Bangkalan. Makam ini selalu dipenuhi oleh para peziarah terutama
dibulan Ramadhan, bahkan dari siang ampe malam alunan ayat-ayat Al-Quran selalu
berkumandang ditempat ini. Raden Abdul Kadirun adalah Sultan Bangkalan II, menggantikan
Panembahan Adipati Tjakraningrat I. Sultan Abdul Kadirun adalah Pangeran di Keraton
Bangkalan. Mewarisi Pemerintahan Sultan Bangkalan I (Sultan Abdul/Panembahan Adipati
Tjakraadiningat I), Raden Abdul Kadirun berjasa memajukan wilayah di ujung Barat Madura.
Tidak serta-merta menghapuskan perannya dalam penyebaran Islam. Raden Abdul Kadirun
dikenal menjalankan pemerintahannya dengan prinsip-prinsip islami.
Saat memerintah pada 1815-1847, Islam berkembang dan menjadi warna yang dominan di
masyarakat Bangkalan. Tak heran, Rato (pemimpin/pemerintah) ini begitu dihormati
sosoknya. Tanda bahwa Sultan Abdul Kadirun begitu berjasa terhadap penyebaran Islam

juga terlihat dari nisannya yang dibangun sedemikian megah. Terletak di sisi barat komplek
Masjid Agung Bangkalan.
Nuansa bangunan kuno begitu kental dengan ukiran motif bunga dan lambang-lambang
perjuangan saat mengusir penjajah. Salah satu nisan makam ada yang berbentuk mahkota
kerajaan. Raden Abdul Kadirun merupakan tokoh penting dalam sejarah Bangkalan bahkan
merupakan seorang pemimpin pertama yang berjuang melawan penjajah Belanda.
Raden Abdul Kadirun merupakan keturunan Ratu Ibu, yang terletak di Arosbaya. Raden
Abdul Kadirun yang bergelar Sultan Cakra Adiningrat II ini juga masih mempunyai garis
keturunan dengan Brawijaya.
Para Penelusur pasti bangga kan dengan Sultan R. Abdul Kadirun. Dengan sosok yang
seperti beliau, sifat-sifatnya harus dapat kita contoh. Ayo datang ke makam beliau, selain
kita berziarah, kita juga bisa dapat pengetahuan tentang beliau. Para Penelusur ga akan
kecewa karena selain mendapatkan pengetahuan tentang sejarah, Para Penelusur juga
mendapatkan pengetahuan rohani. Serta dengan bangunan yang sangat bagus karena
kompleks makam bagian dalam yang dibangun sejak 1848 itu, tertera jelas didominasi
kultur Jawa, semakin menambah keindahan tempat ini

Makam Muhammad Syaikhona Kholil


Merupakan makam seorang ulama besar Madura, salah satu guru dari KH. Hasyim
Asyari, pendiri NU. Ia juga mewariskan perahu yang kabarnya masih dirawat
dengan baik.

Untuk mencapai pesarean Syeikhona Kholil, dari arah kota Bangkalan, kita harus terus
menuju ke arah barat sekitar 700 meter untuk bisa sampai di peristitahatan terakhir guru
agama para founding father negeri ini. tanda bahwa kita akan memasuki pesarean adalah
saat kita melintasi gapura bertuliskan Anda Memasuki Desa Mertajesah, karena pesarean
KHM. Kolil Bangkalan memang terletak di desa tersebut.
Syeikhona Kholil sendiri hidup pada 1835 M 1925 M, beliau adalah ulama keturunan
ketujuh dari Sunan Gunung Jati Cirebon, (tapi jika merujuk dari buyutnya yang bernama
Sunan Cendana, beliau adalah keturunan Sunan Ampel. Atau bisa jadi ia memang adalah
keturunan kedua sunan tersebut) beliau dikenal sebagai guru agama banyak tokoh di
Indonesia. Bahkan kabarnya Ir. Soekarno sendiri pernah mondok di Syeikhona Kholil sebelum
nyantri ke HOS. Tjokro Aminoto yang juga pernah nyantri pada KH. Kholil.
Beliau menjadi tokoh di balik berdirinya NU di Indonesia, lewat petunjuknyalah KH. Hasyim
Asyari berangkat ke Hijaz dalam misi mempertahankan tradisi Islam tradisional yang
dianggap benar dan mempertahankan makam Nabi Muhammad agar tidak digusur oleh
orang Wahabi. Begitu juga saat Hasyim Asyari hendak mendirikan NU sebagai kelanjutan
Komite Hijaz yang ia gagas, ia juga masih meminta restu Mbah Kholil (orang Bangkalan
biasa menyebutnya).
Sedikit yang unik, pada nisan sang Syekh terkesan besar dan terus bertambah besar, di
nisannya melekat kain kafan yang diikatkan pada nisan, karena walau sejak 1980-an tidak
lagi dipasangi kain kafan, tapi banyak para pengunjung yang mempunyai nadzar kemudian
harus diiyakan oleh pengurus makam. Akan tetapi saat ini bentuk nisan dikembalikan lagi
menjadi lebih ramping. Setiap harinya, peziarah bisa mencapai 60 bis pariwisata. Jangan
heran pula jika yang datang pun ternyata bukan hanya umat Islam Indonesia tapi juga dari
Kuala Lumpur, Brunai, Beijing, dan Australia. Setidaknya begitulah menurut pengakuan
penjaga pesarean.

Mercusuar
Ujung Piring, Kecamatan Socah, sekitar 7 km dari Bangkalan, tinggi 78 m,
diresmikan Z.W Williem II pada 1879, untuk memandu kapal yang masuk ke Tanjung
Perak. Itulah Mecusuar ZM Willem III yang bisa dikunjungi akhir pekan ini saat
liburan di Pulau Garam.
Ada tempat wisata sejarah yang terletak di Pulau Madura tepatnya di Kota

Bangkalan. Sebuah mercusuar buatan Belanda letaknya berdekatan dengan alam


yang indah yakni Pantai Sembilangan.
Museum Cakraningrat
Jl. Soekarno Hatta, sekitar 1.5 km dari pusat Kota Bangkalan, yang menyimpan benda-benda
pusaka dan budaya peninggalan Kerajaan Madura Barat. Pada tahun
1974 Pemerintah Daerah Tingkat II KabupatenBangkalan mendirikan sebuah Gedung
Museum untuk penyimpanan benda-benda koleksi keluarga Kraton yang sudah diserahkan
perawatannya kepada Pemerintah dengan ciri khas gerbang pintu adalah miniatur
Bentar Makam Agung Arosbaya.

Kemudian pada tanggal 24 Juli 1975 dibuka untuk umum setiap hari pada pukul
08.00 sId 14.00 WIB. Dengan bentuk dan kondisi yang hanya satu ruangan tersebut,
maka telah dapat ditampung beberapa macam benda koleksi Peninggalan milik
perorangan maupun milik Keluarga Bangsawan Bangkalan.
Museum tidak hanya bersifat memperkenalkan benda-benda bernilai sejarah saja,
akan tetapi juga merupakan Human Relationship sebagai sarana komunikasi dari
generasi ke generasi, demikian ada keberadaan Museum Daerah Kabupaten
Bangkalan
Sebelum memiliki gedung yang tetap seperti yang terjadi pada saat ini, terdorong
oleh rasa bangga terhadap warisan nenek moyang kita, yang menggambarkan
pembuktian manusia, alam dan kebudayaan, baik secara synchronis maupun
pencerminan histories dari pada manusia, alam lingkungan dan kebudayaannya.
Pantai Rongkang
Pantai Ini Terletak Di Desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan, kirakira 35 km di selatan kota Bangkalan.
Kwanyar, 10 km dari Dari jembatan Suramadu ke arah Timur menuju Kwanyar. Terdapat
bukit berundak bertinggian 20 25 mdpl, dengan lampu-lampu kapal pada malam hari.

Pantai Sambilangan
Pantai Sambilangan merupakan tempat wisata pantai yang indah, terletak sekitar 7 km di
sebelah selatan dari kota Bangkalan, di desa Sambilangan , kecamatan Bangkalan, Madura,
Jawa Timur.
Di pantai ini terdapat sebuah mercusuar yang dibuat pada tahun 1879, dibuka oleh zw
Willem III.
Desa Sambilangan, sekitar 7 km dari Kota Bangkalan.
Pantai Siring Kemuning
Pantai Siring Kemuning Pulau Madura memang banyak menyimpan potensi wisata
pantainya. Namun sayang masih banyak terdapat pantai-pantai yang belum di kembangkan
secara profesional sehingga membuat pantainya seakan tersembunyi dari pandangan
wisatawan luar, padahal pantai-pantai tersebut sangat cantik dan indah.
Salah satu pantai yang cantik itu adalah pantai Siring Kemuning ini, merupakan pantai yang
masih cukup alami dengan pesona pemandangannya yang sungguh sangat luar biasa.
Lokasi Dan Transportasi
Secara administratif pantai Siring Kemuning terletak di Desa Mecajah, Kecamatan Tanjung
Bumi, Kabupaten Bangkalan, Madura. Berada sekitar 41 Km ke arah Utara Kota Bangkalan
atau memakan waktu tempuh sekitar satu jam perjalanan dengan menggunakan mobil.
Belum ada transportasi umum yang menuju ke daerah pantai ini, jadi satu-satunya
transportasi adalah dengan menggunakan motor ataupun mobil pribadi. Namun jika anda
tidak mempunyai kendaraan, anda dapat menyewa mobil dari Kota bangkalan.
Banyak tersedia jasa penyewaan disana dengan harga yang bervariasi, tergantung dari jenis
mobilnya. Rata-rata harga sewa berkisar antara Rp 500.000*) Rp 600.000*) per harinya,
dengan waktu maksimal pemakaian selama 12 jam. Jenis mobil yang tersedia seperti APV,

Xenia, Avanza dan Innova. Harga tersebut biasanya sudah termasuk pula dengan sopir
beserta bahan bakarnya.
Wisata
Setelah menempuh satu jam perjalanan darat dari kota Bangkalan, maka sekitar satu
Kilometer lagi dari jalan utama anda akan menemukan pantai Siring Kemuning ini. Pertama
kali masuk anda akan dikenakan tiket masuk sebesar Rp 3.000*) per orang dan uang
restribusi parkir sebesar Rp 3.000*) untuk motor, sedangkan mobil sebesar Rp 5.000*).
Memasuki area pantai ini anda akan disuguhkan dengan hembusan angin yang
menyejukkan, terdapat pula pepohonan rindang di sekitar bibir pantai yang membuatnya
tampak lebih asri dan alami. Anda dapat beristirahat ataupun makan siang di bawah pohon
ini sambil menikmati pemandangan sekitarnya.
Fasilitas umum yang ada di pantai ini masih sangat minim, hanya terdapat toilet umum yang
bisa anda gunakan dan juga terdapat beberapa warung yang menjual jajanan. Jadi pastikan
anda sudah mempersiapkan semuanya sebelum berangkat, termasuk dengan persiapan
bekal makanan yang akan dibawa.
Pemandangan di pantai ini tak kalah cantiknya dengan pantai-pantai di tempat lain, pasirnya
yang berwarna putih ditambah dengan hiasan batu karang di tepi laut dijamin akan
membuat anda terpukau. Pemandangan pun akan semakin menarik saat anda melihat
perahu-perahu nelayan yang bersandar.
Anda dapat melihat mereka yang sedang sibuk dengan aktifitasnya, ada yang sedang
memperbaiki perahu, mengatur jaring ataupun sekedar mengobrol sesama rekannya.
Deburan ombak yang terkadang cukup besar pun menambah cantiknya panorama alam
disini.
Jika anda ingin berenang sebaiknya lebih berhati-hati terutama bagi anak kecil karena
ombak yang datang seringkali akan menyeret anda ke laut, jadi sebaiknya jangan berenang
terlalu jauh. Apalagi pada bagian pantai yang dibawahnya terdapat batuan karang yang
cukup membuat sakit jika terinjak secara langsung tanpa menggunakan alas kaki.
Di area pantai ini juga terdapat warung yang menjual jajanan, salah satunya yang terkenal
adalah rujak Madura yaitu rujak yang berisi lontong dan sayuran. Cukup dengan membayar
Rp 5.000*) anda sudah dapat mencicipi satu porsi jajanan khas ini.
Jika anda ingin mencari penjual souvenir maka anda tidak akan menemukannya di area
pantai ini, anda dapat mencarinya di luar menuju ke arah Kota. Souvenir yang paling
terkenal dan sering dicari pengunjung adalah batik Tanjung Bumi, dimana merupakan batik
khas daerah tersebut.
Pantai Siring Kemuning selalu sepi dari pengunjung, hanya sesekali menjelang liburan pantai
ini akan ramai dikunjungi oleh wisatawan dari luar Kota. Jika anda berkunjung dan ingin
bermalam disana, terdapat penyewaan kamar yang bisa anda sewa dari penduduk setempat
karena rata-rata penduduk sekitar pantai sudah menyiapkan kamar untuk disewakan kepada
pengunjung dan tentunya dengan harga yang cukup terjangkau.

Pelabuhan Kamal
Sebelum dibukanya Jembatan Suramadu merupakan pintu gerbang Madura dari
Jawa, terdapat layanan kapal ferry yang menghubungkan Madura dengan
Pelabuhan Ujung di Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai