Anda di halaman 1dari 4

KELOMPOK 1 PANCASILA

WILY WICAKSONO : 2502140571


FALAH NUR SALAM : 2502151644
IMANUEL AGAPE SANJAYA : 2502151732
NURKUKUH BAYUAJIE : 2502142034
LUTHFI ASSHIDIQI : 2502151726

Tugas Kelompok ke-1

(Minggu 3/ Sesi 4)

Buatlah sebuah deskripsi minimal 1 halaman Font: Times New Roman, ukuran: 12,
spasi: 1,5.

Fakta bahwa kemajuan ilmu dan teknologi, terutama di era informasi ini, memang membawa
dampak negatif disamping, dampak positifnya. Hal inilah yang disebut dengan ambivalensi
ilmu dan teknologi itu terjadi. Apalagi akhir-akhir ini.

Akhir-akhir ini hoax ‘terserak’, caci-maki dan ‘sumbu pendek’ banyak terjadi dan cukup
membuat resah. Tak mengherankan bila Keminfo mulai mengeluarkan ancaman-ancaman
tertentu berkenaan dengan hal ini.

Berdasarkan deskrispsi kasus di atas, analisa pertannyaan berirkut;

Apa pandangan anda mengenai praktik-praktik hoax dan hate speech tersebut? Pandangan
anda harus mencerminkan nilai-nilai Pancasila.

• Tugas memuat referensi bacaan.

Jawab :

Ilmu pengetahuan sebagai lokomotif perkembangan peradaban manusia harus dibangun


sesuai batas-batas nilai-nilai etika dan moral kemanusiaan, sebagai upaya agar tidak terjadi
(atau paling tidak meminimalisir) dampak negatif yang ditimbulkan dari ambivalensi ilmu
pengetahuan itu sendiri. Sejarah menunjukan bahwa hubungan antara laju perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sering membawa dampak negatif untuk
kesejahteraan umat manusia seperti ; Bom Atom Hiroshima & Nagasaki; Senjata Biologi;
penyalahgunaan obat terlarang; hingga teknologi informasi saat ini yang sering
disalahgunakan untuk kepentingan tertentu. Hal ini meunjukkan bahwa laju perkembangan
ilmu pengetahuan sering bersifat otonom tanpa melibatkan analisa resiko secara etika
maupun moral kemanusiaan lebih luas.

CHAR6019 – Character Building: Pancasila


KELOMPOK 1 PANCASILA
WILY WICAKSONO : 2502140571
FALAH NUR SALAM : 2502151644
IMANUEL AGAPE SANJAYA : 2502151732
NURKUKUH BAYUAJIE : 2502142034
LUTHFI ASSHIDIQI : 2502151726

Era teknologi informasi saat ini juga dapat memicu terjadinya ambivalensi ilmu pengetahuan
yang dapat mendestruksi keharmonisan antar manusia. Resiko ini ditunjukkan pada
mudahnya disinformasi yang dibuat secara sengaja maupun tidak melalui media online yang
berkembang di tengah masyarakat. Sekarang cukup banyak orang yang mengatasnamakan
kebebasan berekspresi untuk menyebarkan kebencian dan provokasi melalui media sosial,
kanal-kanal platform online, bahkan aplikasi layanan pesan. Melalui media online berita
dapat dengan cepat tersebar dibanding dengan media konvensional/ media cetak, peristiwa
yang terjadi di lapagan dapat dengan langsung diupload dalam hitungan detik ataupun menit.
Pada fenomena seperti ini tentunya masyarakat dapat dengan mudah terpengaruh tanpa
mencari tahu kebenarannya yang dapat menimbulkan suatu masalah pada ancaman
perpecahan. Kondisi tersebut bisa menjadi sebuah ancaman atau justru memberikan dampak
negatif yang mengarah pada perpecahan. Sebagaimana kita ketahui bahwa akhir-akhir ini
penyebaran berita ujaran kebencian, bentuk-bentuk intoleransi dan informasi palsu (hoax)
sedang marak menghiasi media sosial di Indonesia. Padahal jika kita mengingat kembali sila
ke-2 dalam Pancasila dapat dimaknai bahwa kita harus beradab dan bermoral, tidak terkecuali
ketika berekspresi di media sosial.

Dapat kita ambil contoh kejadian-kejadian yang terjadi di dunia politik Indonesia setiap
waktu pra-pemilu, perpecahan melalui ujaran kebencian, pengelompokan golongan dan
pemetaaan tendensius atas ras dan agama, sebagai modal kampanye sangat berhamburan
menghiasi setiap sudut media sosial, platform online bahkan sampai group chat keluarga .
Hal ini tentunya bertentangan juga dengan makna sila ke-1 dan ke-4 dalam Pancasila. Dalam
sila ke-1 semua agama niscayanya bertujuan sama yaitu untuk menciptakan kehidupan yang
damai dan tentram, sedangkan sesuai sila ke 4 bahwa dalam pemilihan umum harus
dilaksanakan dengan hikmat, tidak melakukan paksaan pada orang lain agar menyetujui apa
yang kita katakan atau lakukan.

Berita hoax atau hate speech juga mengancam sila ke-3 yaitu Persatuan Indonesia dan
menjadi isu yang berbahaya dalam hidup berbangsa dan bermasyarakat. Melihat masyarakat
yang mudah terpengaruh dengan berbagai informasi yang beredar tanpa mencari tahu
kebenarannya, pemerintah serta masyarakat memiliki peran penting untuk

CHAR6019 – Character Building: Pancasila


KELOMPOK 1 PANCASILA
WILY WICAKSONO : 2502140571
FALAH NUR SALAM : 2502151644
IMANUEL AGAPE SANJAYA : 2502151732
NURKUKUH BAYUAJIE : 2502142034
LUTHFI ASSHIDIQI : 2502151726

mengatasi dan mengantisipasi bahaya hoax, dengan melakukan klarifikasi berita yang benar
kepada masyarakat.

Adopsi dan turunan atas sila ke-5 Pancasila juga telah tercermin dalam pembentukan
Peraturan formal untuk para penyebar hoax, secara hukum positif seperti tercantum pada
Pasal 154, 155, 156, 156 a dan 157 KUHP serta Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik pasal 28 ayat 2 dan pasal 45 ayat 2 selain itu diatur pula dalam Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis pasal 16.
Selain pemberian sanksi kepada pelaku, maka masyarakat di Indonesia dituntut untuk
menyaring setiap informasi yang diterima, dan tidak menyebarkan atau meneruskan
informasi yang masih diragukan kebenarannya. Bahkan ketika informasi tersebut diyakini
kebenarannya, namun jika berdampak pada renggangnya hubungan dan persatuan di
Indonesia, sebaiknya tidak disebarluaskan. Dengan cara seperti itu, diharapkan nilai-nilai
Persatuan di Indonesa dapat dipertahankan sepanjang masa

Kesimpulannya bahwa Hoax atau Hate Speech sering disalah artikan sebagai “Kebebasan
Berpendapat” di tengah masyarakat Indonesia. Penyebaran hoax atau hate speech di era yang
sekarang ini sangatlah mudah dikarenakan kemajuan teknologi yang sangat pesat. Hal ini
sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang dimiliki Pancasila, dimana dalam Pancasila nilai
untuk menyatukan seluruh lapisan masyarakat sangat dijunjung tinggi sedangkan Hoax
maupun Hate Speech bertindak sebaliknya berupaya memecah-belah. Nilai-nilai Pancasila
berperan penting dalam pemberantasan Hoax dan Hate Speech, yaitu dengan memperhatikan
nilai-nilai yang terkandung dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pancasila sebagai dasar falsafah dan ideologi negara kita diharapkan dapat menjadi
pandangan hidup bangsa Indonesia sebagai dasar pemersatu, lambang persatuan dan kesatuan
serta sebagai pertahanan bangsa dan negara kita Indonesia.

CHAR6019 – Character Building: Pancasila


KELOMPOK 1 PANCASILA
WILY WICAKSONO : 2502140571
FALAH NUR SALAM : 2502151644
IMANUEL AGAPE SANJAYA : 2502151732
NURKUKUH BAYUAJIE : 2502142034
LUTHFI ASSHIDIQI : 2502151726

Sumber :

1. LECTURE NOTES, Character Building: Pancasila, Week 3, Pancasila sebagai Dasar Etis
Pengembangan Ilmu dan Teknologi
2. Kristan, S.E., M.Ag (2021, Juni 8) - Pandangan mengenai praktik-praktik hoax dan hate
speech,harus mencerminkan nilai-nilai Pancasila. Diakses tanggal 22 Juni 2022 melalui
https://binus.ac.id/character-building/pancasila/pandangan-mengenai-praktik-praktik-
hoax-dan-hate-speechharus-mencerminkan-nilai-nilai-pancasila/
3. Anisa NurAini (2019, Juni 6) - Peran Pancasila dalam Pemberantasan dan Pemberhentian
Berita Hoax. Diakses taggal 22 Juni 2022 melalui
https://www.kompasiana.com/anisanuraini/5cf85cdf0d82306f5f66abc0/peran-
pancasila-dalam-pemberantasan-dan-pemberhentian-berita-hoax
4. Abner, Khaidir, Mohammad Ridho Abdillah, Rizky Bimantoro, Weiby Reinaldy (2017,
Juli 3) - PENYALAHGUNAAN INFORMASI/BERITA HOAX DI MEDIA SOSIAL.
Diakses tanggal 23 Juni 2022 melalui
https://mti.binus.ac.id/2017/07/03/penyalahgunaan-informasiberita-hoax-di-media-
sosial/

CHAR6019 – Character Building: Pancasila

Anda mungkin juga menyukai