Makalah TP Korupsi Kelompok 1
Makalah TP Korupsi Kelompok 1
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai Pancasila Sebagai Dasar Negara
Dalam Menanggulangi Faktor-Faktor Penyebab Korupsi dan Dampak Masif Korupsi. Dalam
makalah ini di buat berdasarkan informasi yang tersedia dalam websaite terpercaya, dan di
bantu oleh berbagai pihak untuk menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan
makalah ini, oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Korupsi adalah suatu tindakan dimana seseorang menyalahgunakan uang negara secara diam-
diam untuk kepentingan pribadi atau pun kepentingan lain yang bukan menjadi urusan negara.
Hal itu jika semakin marak terjadi, maka akan berdampak sangat besar bagi negara dan hal itu
akan membuat negara tersebut terganggu dalam bidang ekonominya. Jika ekonomi terganggu,
maka kehidupan negara tersebut juga akan terancam bahaya.
Penyebab korupsi dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal merupakan penyebab korupsi yang datang dari diri pribadi sedang faktor eksternal
adalah faktor penyebab terjadinya korupsi karena sebab-sebab dari luar.
Faktor internal terdiri dari aspek moral, misalnya lemahnya keimanan, kejujuran, rasa malu,
aspek sikap atau perilaku misalnya pola hidup konsumtif dan aspek sosial seperti keluarga yang
dapat mendorong seseorang untuk berperilaku korupsi.
Faktor eksternal bisa ditinjau dari aspek ekonomi seperti pendapatan atau gaji yang tidak
mencukupi kebutuhan, aspek politis misalnya instabilitas politik, kepentingan politis, meraih
dan mempertahankan kekuasaan, aspek manajemen & organisasi yaitu ketiadaan akuntabilitas
dan transparansi, aspek hukum, terlihat dalam buruknya wujud perundang undangan dan
lemahnya penegakkan hukum serta aspek sosial yaitu lingkungan atau masyarakat yang kurang
mendukung perilaku anti korupsi.
Di Indonesia korupsi adalah hal yang sangat marak terjadi di pemerintahan, hal tersebut terjadi
karena banyak faktor, salah satunya yaitu rendahnya kekuatan iman yang dimiliki pejabat.
Pejabat harus memiliki iman yang kuat agar tidak mudah terpengaruhi oleh sesuatu yang
menggiurkan. Walaupun sudah didirikannya KPK untuk memberantas korupsi, hal itu tidaklah
cukup untuk menghilangkan korupsi di Indonesia. Pemerintah harus lebih tegas terhadap
pelanggaran-pelanggaran yang terjadi agar hal-hal yang buruk tidak akan terjadi pada
Indonesia.
Korupsi merupakan penyakit sosial yang menggerogoti sendi-sendi bangsa dan merusak
tatanan hidup bernegara. Korupsi di Indonesia sudah tergolong extra ordinary crime karena
telah merusak, tidak saja keuangan negara dan potensi ekonomi negara, tetapi juga telah
meluluhlantakan pilar-pilar sosial budaya, moral, politik, dan tatanan hukum dan keamanan
nasional. Oleh karena itu, pola pemberantasannya tidak bisa hanya oleh instansi tertentu dan
tidak bisa juga dengan pendekatan parsial. Hal tersebut harus dilaksanakan secara
komperehensif dan bersama-sama, oleh lembaga penegak hukum, lembaga permasyarakatan,
dan setiap individu sebagai anggota masyarakat.
Indonesia mempunyai suatu sumber dan pandangan yang harus digunakan sebagai pedoman
dalam melakukan segala sesuatu yaitu Pancasila. Pancasila merupakan ideologi dasar dalam
kehidupan bagi negara Indonesia bukan hanya sebuah ideologi tetapi, Pancasila merupakan
prinsip yang harus di miliki oleh setiap warga negara Indonesia. Dengan pengertian tersebut
kita dapat memaknai bahwa dalam setiap melakukan segala sesuatu kita harus berpegangan
pada Pancasila yang merupakan prinsip dasar negara kita. Jika kita melakukan suatu kegiatan
dengan berdasarkan pada Pancasila maka kehidupan antar masyarakat akan terjalin dengan
sangat baik, begitu juga dengan pemerintahan sebagai negara yang merdeka untuk
mempertahankan kemerdekaan,indonesia telah memiliki sumber hukum yang berupa
Pancasila, yang sejak awal kemerdekaan hingga detik ini menjadi sumber dari segala sumber
hukum di Indonesia,Mengenai kesejahteraan dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya
dan pertahanan keamanan.
Salah satu untuk mempertahankan eksistensi negara Indonesia yaitu dengan memberantas
korupsi yang merupakan suatu masalah yang sangat masif di Indonesia. Dampak-dampak
korupsi yang menyentuh segala aspek, bahkan mengurangi implementasi dari sumber hukum
indonesia untuk melindungi hak-hak asasi manusia seluruh masyarakat, khususnya hak untuk
mendapatkan kesejahteraan. Perlu sistem hukum yang dapat mengakomodasi suatu tindak
pidana yang telah dianggap kejahatan luar biasa oleh pemerintah saat ini. Kebijakan berupa
undang-undang tentang tindak pidana korupsi yang saat ini telah menyatakan adanya hukuman
mati untuk para koruptor pun tenyata tidak membuat para pelaku korupsi takut melakukan
korupsi.
Dalam Pancasila terdapat lima sila yang dimana setiap sila-sila itu memiliki arti yang berbeda
tetapi memiliki tujuan yang satu yaitu menciptakan dan mewujudkan cita-cita negara
Indonesia. Seperti yang telah dijelaskan bahwa korupsi merupakan salah satu penyelewangan
yang marak terjadi di Indonesia. Tindakan tersebut bukan hanya melanggar aturan negara tetapi
hal itu juga telah melanggar ideologi dan prinsip terhadap Pancasila. Dengan menyelewengnya
tindakan terhadap Pancasila hal tersebut akan membuat cita-cita yang didambakan oleh negara
dan bangsa lama kelamaan akan menjadi hancur. Maka dari itu terdapat hal penting dalam
tindakan korupsi terhadap Pancasila yaitu dengan kita melakukan tindakan korupsi kita sama
saja telah menghancurkan Pancasila yang telah susah payah dibuat oleh pendiri bangsa kita
yang berjuang mati-matian.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini sebagai berikut :
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini sebagai berikut :
PEMBAHASAN
Pancasila sebagai dasar negara mengandung nilai-nilai yang sepatutnya diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Tidak hanya lewat perilaku tiap individu atau kelompok, tetapi juga
melalui perumusan peraturan dan segala hal lainnya yang berkaitan dengan aspek kenegaraan.
Dikutip dari jurnal Pancasila sebagai Dasar Negara dan Implementasinya dalam Berbagai
Bidang (2021) oleh Alvira Oktavia Safitri dan Dinie Anggaraeni Dewi, Pancasila sebagai dasar
negara berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan ketatanegaraan Indonesia
didasarkan pada Pancasila.
Begitu pula halnya dalam penyelenggaraan pemerintahan Indonesia, yang juga harus
dilaksanakan dengan menjadikan Pancasila sebagai landasan atau pedomannya.
Pancasila sebagai dasar negara sering juga disebut sebagai dasar falsafah negara atau ideologi
negara.
Dilansir dari buku Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Berbasis Blended Learning
(2021) karya Maulana Arafat Lubis, berkaitan dengan fungsi Pancasila sebagai dasar negara,
berarti pelaksanaan Pancasila bersifat mengikat dan imperatif (keharusan).
Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara berarti Undang-undang Dasar dan semua turunan
peraturan mengikuti Pancasila dan tidak bertentangan dengan Pancasila.
Pancasila merupakan norma hukum yang tidak boleh dikesampingkan atau dilanggar.
Secara yuridis, kedudukan Pancasila sebagai dasar negara, dijelaskan dalam alinea ke-4
Pembukaan UUD (Undang-Undang Dasar) 1945 yang berbunyi:
"... Maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang
Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berlandaskan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan
yang adil dan berada, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan
Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia."
Berdasarkan kutipan di atas, bisa dikatakan bahwa Pancasila merupakan dasar negara
Indonesia, yang terlihat jelas dari pemaparan kelima sila Pancasila tersebut.
Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara merupakan sumber tertib hukum yang mengatur
kehidupan negara dan masyarakat yang tertuang dalam Undang-undang (UU) No. 10 Tahun
2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.
Hal ini kian ditegaskan dalam Ketetapan MPR No. XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan P4
dan Penetapan tentang Penegasan Pancasila sebagai Dasar Negara.
Pancasila sebagai dasar negara dipergunakan sebagai dasar dalam mengatur penyelenggaraan
pemerintahan negara.
Nurdjana (1990)
Pengertian korupsi menurut Nurdjana, korupsi berasal dari bahasa Yunani yaitu “corruptio”
yang berarti perbuatan yang tidak baik, buruk, curang, dapat disuap, tidak bermoral,
menyimpang dari kesucian, melanggar norma-norma agama materiil, mental dan hukum.
Kartono (1983)
Kartono mendefinisikan korupsi yaitu tingkah laku salah satu individu yang memakai
wewenang dan jabatan yang digunakan untuk mengeruk keuntungan demi kepentingan pribadi
merugikan kepentingan umum dan negara.
Sedangkan definisi korupsi menurut Syeh Hussein Alatas yaitu subordinasi kepentingan umum
yang digunakan untuk kepentingan pribadi yang mencakup pelanggaran norma, tugas, dan
kesejahteraan umum, yang telah diakui dengan kerahasiaannya, makar, penipuan, dan tidak
mengetahui konsekuensi yang diderita oleh masyarakat.
Berikut ini faktor-faktor penyebab korupsi menurut para ahli, antara lain :
1. Nur Syam
Menurut Nur Syam dalam sebuah artikelnya yang berjudul “Penyebab Korupsi” beliau
menyatakan
bahwa penyebab utama dari tindakan korupsi sebagai penyebab tindak kriminal yang dilakukan
oleh para pejabat adalah karena adanya godaan akan materi dunia. Seorang pejabat negara yang
memiliki jabatan tentu tidak hanya mendapatkan pangkat dan jabatan dalam lingkungan kerja,
namun juga mengharapkan pundi-pundi kekayaan yang melimpah. Sebab, mereka menilai
bahwa jabatan tidak akan lengkap jika tidak diimbangi dengan kekayaan yang berlimpah. Maka
jangan heran jika kemudian banyak pejabat yang tertangkap KPK dan terjerat kasus korupsi.
2. Arifin
Arifin merupakan salah satu ahli yang membahas mengenai penyebab korupsi. Menurut beliau
terdapat 3 poin yang menyebabkan tindakan korupsi terjadi dan dilakukan oleh para pejabat,
diantaranya sebagai berikut :
Setiap orang memiliki karakter dan perilaku yang berbeda. Ada yang memang murni bekerja
untuk
rakyat dan sebaliknya ada yang bekerja dengan berbagai kepentingan di belakangnya. Perilaku
inilah yang kemudian dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan tindakan korupsi.
- Aspek Organisasi
Dalam sebuah organisasi tentu didalamnya terdapat orang-orang yang berbagi kepentingan.
Mereka tidak sungkan melakukan tindakan korupsi secara kolektif untuk menutupi kejahatan
satu dengan yang lain. Kondisi dalam lingkungan organisasi seperti ini tentu saja dapat
menyulut semakin maraknya tindakan korupsi.
- Aspek Masyarakat
Dalam paradigma masyarakat, seorang pejabat tinggi identik dengan jabatan dan pastinya
memiliki kekayaan berlimpah. Tentu saja hal ini menjadikan para pejabat negara merasa bahwa
kekayaan dapat meningkatkan status mereka di masyarakat.
Wahyudi
Pendapat ahli berikutnya yang membahas mengenai penyebab tindakan korupsi adalah sebagai
berikut. 1. Sifat Tamak Manusia
Manusia adalah makhluk yang tidak pernah puas terutama bagi mereka yang kurang
mensyukuri nikmat. Sudah punya mobil masih ingin mobil yang lebih mewah begitu
seterusnya. Sifat inilah yang merupakan sifat tamak manusia yang bisa menyebabkan manusia
menghalalkan segala cara untuk memperoleh kekayaan, salah satunya lewat jalan korupsi.
Tindakan korupsi juga dapat dipicu dari adanya sikap moral yang kurang kuat. Dimana mudah
tergoda dengan uang besar yang pastinya bukan hak pribadi. Moral ini biasanya dimiliki oleh
pejabat yang malas bekerja dan ingin memperkaya diri melalui korupsi.
Gaya hidup juga menjadi penyebab utama terjadinya korupsi. Terlebih lagi kini manusia seolah
Sikap malas dan tidak mau bekerja juga menjadi penyebab korupsi. Mereka enggan
melaksanakan kewajiban namun mempergunakan uang negara untuk kepentingan pribadi.
Tentu saja budaya ini sudah banyak menular kepada para pejabat birokrasi kita.
B. Pengertian Korupsi
Korupsi secara harfiah merupakan sesuatu yang busuk, jahat dan merusak. Secara harfiah
korupsi mempunyai pengertian yang luas, pertama, penyelewengan atau penggelapan (uang
negara atau perusahaan) untuk kepentingan pribadi dan orang lain. Kedua, memakai barang
atau uang yang dipercayakan kepadanya, dapat disogok (melalui kekuasaannya untuk
kepentingan pribadi). Tindak pidana korupsi dalam Kamus Hukum diartikan sebagai perbuatan
curang, tindak pidana yang merugikan keuangan negara.
Rumusan tindak pidana korupsi diatur dalam Pasal 2 dan Pasal 3 Undang Undang No. 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Pasal 2 ayat (1) menyatakan bahwa setiap
orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang
lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara
dipidana dengan pidana penjara paling sedikit empat tahun dan paling lama 20 tahun dan denda
paling sedikit Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,-
(satu milyar rupiah). Berdasar pasal tersebut, unsur-unsur tindak pidana korupsi adalah :
1. melawan hukum;
Pengertian “secara melawan hukum” dalam pasal tersebut adalah mencakup perbuatan
melawan hukum dalam arti formil maupun melawan hukum dalam arti materiil, yaitu meskipun
perbuatan tersebut tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan, namun apabila perbuatan
tersebut dianggap tercela karena tidak sesuai dengan rasa keadilan atau norma-norma
kehidupan sosial dalam masyarakat, maka perbuatan tersebut dapat dipidana. Disamping itu
kata “dapat merugikan keuangan atau perekonomian negara” menunjukkan bahwa tindak
pidana korupsi merupakan delik formil, yaitu adanya tindak pidana korupsi cukup dengan
dipenuhinya unsur- unsur perbuatan yang sudah dirumuskan bukan dengan timbulnya akibat.
Dari kasus korupsi yang terjadi pada penyelenggara pemerintahan hingga kini masih belum
berakhir. Satu kasus terungkap, kemudian disusul dengan kasus baru lainnya, begitu pula
seterusnya. Berbagai instrumen hukum telah tersedia, namun praktik korupsi masih saja tetap
terjadi. Lebih ironis lagi, para pelaku korupsi dari penyelenggara pemerintahan ini termasuk
salah satu pihak yang selalu mengampanyekan Pancasila ke publik. Situasi ini jelas
memprihatinkan. Pancasila surplus dalam pelafalan dan jargon, namun defisit dalam
implementasi.
Terlebih sejak terbit Keputusan Presiden No. 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahir Pancasila yang
ditetapkan pada tanggal 1 Juni, kegiatan yang diselenggarakan oleh penyelenggara pemerintah
terkait dengan Pancasila kian masif. Dalam konsiderannya, penetapan 1 Juni sebagai hari
Pancasila dimaksudkan untuk melestarikan dan melanggengkan Pancasila agar diamalkan
dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Hal yang sama juga tertuang dalam
konsideran pendirian Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) melalui Perpres No. 7
Tahun 2018.
Secara kualitatif, keberadaan berbagai instrumen hukum tentang ideologi Pancasila dalam
sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara nyatanya tidak berdampak secara
konkret dalam menyetop praktik korupsi khususnya di lingkungan penyelenggara pemerintah.
Praktik korupsi telah menjadi beban serius bagi penyelenggaraan pemerintahan. Korupsi secara
nyata memberi dampak kerusakan yang sistemik di berbagai bidang. Seperti ekonomi, sosial,
budaya, pendidikan, dan sektor publik lainnya.
Kabar buruknya, riset Transparancy International (TI) pada tahun 2020 mengungkapkan
Indeks Persepsi Korupsi (corruption perception index) Indonesia mengalami penurunan
dibanding tahun sebelumnya. Indonesia yang pada tahun 2019 berada di poin 40 melorot
berada di poin 37 pada tahun 2020, dengan skala 1-100. Sedangkan peringkat Indonesia berada
di ranking 102 dari total 180 negara yang disurvei.
Rilis riset Global Corruption Barometer pada akhir tahun 2020 lalu mengungkapkan sejumlah
lembaga negara yang dipersepsikan oleh responden sebagai lembaga terkorup yakni DPR
(51%), pemerintah daerah (48%), pejabat pemerintahan (45%), polisi (33%), pebisnis (25%),
hakim/pengadilan (23%), presiden/menteri (20%), LSM (19%), TNI (8%), dan pemuka agama
(7%).
Dalam konteks ini, Pancasila yang menjadi dasar negara (staatfundamentalnorm) dan cita
hukum (rechtidee) bangsa Indonesia, secara operasional tidak dijalankan dengan baik oleh
penyelenggara pemerintahan yang melakukan tindakan koruptif. Semestinya Pancasila
menjadi koridor etik bagi penyelenggara pemerintahan untuk tidak melakukan tindakan
koruptif.
Menurut Pusat Edukasi Antikorupsi dari KPK, faktor penyebab korupsi dibagi menjadi dua,
faktor internal dan eksternal. Berikut penjelasan mengenai dua faktor penyebab korupsi:
• Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor penyebab korupsi yang datang dari diri pribadi. Faktor ini
terdiri dua aspek perilaku, yaitu individu dan sosial. Aspek perilaku individu meliputi sifat
tamak atau rakus manusia, moral yang kurang kuat, san gaya hidup konsumtif.
Sementara aspek sosial dapat terjadi karena dorongan perilaku keluarga. Kaum behavioris
mengatakan bahwa lingkungan keluarga lah yang secara kuat memberi dorongan bagi orang
untuk korupsi dan mengalahkan sifat baik seseorang yang sudah menjadi sifat pribadinya.
Lingkungan dalam hal ini malah memberi dorongan dan bukan memberi hukuman pada orang
ketika ia menyalahgunakan kekuasaannya.
Faktor eksternal merupakan faktor penyebab korupsi yang datang dari sebab-sebab luar. Ini
meliputi beberapa aspek, yaitu:
- Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi akan bisa dicegah dan diberantas bila
mereka ikut aktif dalam agenda pencegahan dan pemberantasan.
✓ Aspek ekonomi
Aspek ekonomi yang menjadi faktor penyebab korupsi adalah pendapatan yang tidak
mencukupi.
✓ Aspek politis
Aspek politis yang menjadi faktor penyebab korupsi seperti kepentingan politis, meraih dan
mempertahakan kekuasaan.
✓ Aspek organisasi
- Lemahnya pengawasan.
D. Macam-Macam Korupsi
1. Penyuapan (Bribery)
Penyuapan adalah pembayaran dalam bentuk uang atau sejenisnya yang diberikan atau diambil
dalam hubungan korupsi. Dengan demikian, dalam konteks penyuapan, korupsi adalah
tindakan membayar atau menerima suap.
Penyuapan biasanya dilakukan dengan tujuan untuk memuluskan atau memperlancar urusan
terutama ketika harus melewati proses birokrasi formal.
2. Penggelapan/Pencurian (Embezzlement)
Penggelapan atau pencurian merupakan tindakan kejahatan menggelapkan atau mencuri uang
rakyat yang dilakukan oleh pegawai pemerintah, pegawai sektor swasta, atau aparat birokrasi.
3. Penipuan (Fraud)
Penipuan atau fraud dapat didefinisikan sebagai kejahatan ekonomi berwujud kebohongan,
penipuan, dan perilaku tidak jujur. Jenis korupsi ini merupakan kejahatan ekonomi yang
terorganisir dan biasanya melibatkan pejabat.
Dengan begitu, kegiatan penipuan relatif lebih berbahaya dan berskala lebih luas dibandingkan
penyuapan dan penggelapan.
4. Pemerasan (Extortion)
Korupsi dalam bentuk pemerasan merupakan jenis korupsi yang melibatkan aparat dengan
melakukan pemaksaan untuk mendapatkan keuntungan sebagai imbal jasa pelayanan yang
diberikan. Pada umumnya, pemerasan dilakukan from above, yaitu dilakukan oleh aparat
pemberi layanan terhadap warga.
5. Favoritisme (Favortism)
Favoritisme dikenal juga dengan pilih kasih merupakan tindak penyalahgunaan kekuasaan
yang melibatkan tindak privatisasi sumber daya.
Korupsi tidak hanya berdampak terhadap satu aspek kehidupan saja. Korupsi menimbulkan
efek domino yang meluas terhadap eksistensi bangsa dan negara. Meluasnya praktik korupsi
di suatu negara akan memperburuk kondisi ekonomi bangsa, misalnya harga barang menjadi
mahal dengan kualitas buruk, akses rakyat terhadap pendidikan dan kesehatan menjadi sulit,
keamanan suatu negara terancam, kerusakan lingkungan hidup, dan citra pemerintahan yang
buruk di mata internasional sehingga menggoyahkan seni- sendi keprcayaan pemilik modal
asing, krisis ekonomi yang berkepanjangan, dan negara pun menjadi semakin terperosok dalam
kemiskinan.
Ketika seseorang sudah melakukan korupsi berbagai dampak yang akan terjadi adalah sebagai
berikut :
1. Dampak korupsi terhadap ekonomi
Ekonomi berfungsi sebagai faktor terpenting bagi masyarakat. Apabila korupsi sudah masuk
pada
perekonomian Negara, mana mungkin bisa makmur masyarakatnya jika semua proses ekonomi
dijalankan oleh oknum yang korupsi.
- Turunnya produktifitas
• Penanggulan Korupsi
Upaya pencegahan korupsi dapat dlakukan secara preventif, detektif, dan represif.
Upaya pencegahan preventif dan represif agar tindak korupsi tidak lagi terjadi adalah
meminimalisasi faktor-faktor penyebab atau peluang terjadinya korupsi dan mempercepat
proses penindakan terhadap pelaku tindak korupsi.
✓ Strategi Preventif
Upaya preventif adalah usaha pencegahan korupsi yang diarahkan untuk meminimalisasi
penyebab dan peluang seseorang melakukan tindak korupsi.
* Membangun kode etik di sektor partai politik, organisasi profesi, dan asosiasi bisnis.
✓ Strategi Detektif
Upaya detektif adalah usaha yang diarahkan untuk mendeteksi terjadinya kasus-kasus korupsi
dengan cepat, tepat, dan biaya murah. Sehingga dapat segera ditindaklanjuti.
* Partisipasi Indonesia pada gerakan anti korupsi dan anti pencucian uang di kancah
internasional.
✓ Strategi Represif
Upaya represif adalah usaha yang diarahkan agar setiap perbuatan korupsi yang telah
diidentifikasi dapat diproses dengan cepat, tepat, dan dengan biaya murah. Sehingga para
pelakunya dapat segera diberikan sanksi sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
* Pengaturan kembali hubungan dan standar kerja antara tugas penyidik tindak pidana
korupsi dengan penyidik umum, penyidik pegawai negeri sipil atau PPNS, dan penuntut
umum.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Korupsi di Indonesia sudah tergolong extra ordinary crime karena telah merusak, tidak hanya
keuangan negara dan potensi ekonomi negara, tetapi juga telah meluluhlantakan pilar-pilar
sosial budaya, moral, politik, dan tatanan hukum dan keamanan nasional. Pancasila merupakan
ideologi dasar dalam kehidupan bagi negara Indonesia bukan hanya sebuah ideologi, tetapi
Pancasila merupakan prinsip yang harus dimiliki oleh setiap warga negara Indonesia.
Dalam kasus di atas perlu adanya tindakan dan sanksi terhadap semua pihak yang terlibat di
dalamnya, dengan cara dimintai pertanggungjawabannya. Tidak hanya itu, perlu adanya
pemantauan dan evaluasi terhadap pendistribusian program kartu tersebut. Dan perlu adanya
kerja sama antara Kemendikbud dengan lembaga atau pihak terkait untuk membantu
mensukseskan program tersebut. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu adanya pendidikan
karakter yang ditanamkan kepada masyarakat Indonesia sejak usia dini. Karena pendidikan
karakter ini merupakan suatu alat untuk memperbaiki perilaku dan moralitas kaum muda
Indonesia sebagai generasi penerus bangsa Indonesia. Sila kelima "Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia" yang menjadi salah satu tujuan bernegara akan menjadi spirit yang luar biasa
bagi penyelenggara pemerintahan dalam perumusan setiap produk kebijakan. Pancasila harus
ditempatkan pada porsi yang tepat sebagai perangkat nilai untuk melawan tindakan korupsi
baik di internal penyelenggara pemerintahan maupun di eksternal pemerintahan.
B. Saran
Oleh karena itu, dibutuhkan kerja sama antara pemerintah dengan pihak terkait untuk
membantu mengembangkan dan menerapkan pendidikan karakter. Tidak hanya itu, semua
elemen atau lapisan masyarakat juga harus ikut berpartisipasi untuk memperbaiki sikap dan
moral generasi bangsa, terutama para orang tua karena ditanamkan pendidikan karakter sejak
dini diharapkan dapat mengurangi dan meminimalisir permasalahan yang terjadi di kalangan
generasi muda bangsa indonesia pada saat ini.
E. Penegakan hukum dalam rangka pemberantasan korupsi ini harus dilakukan secara terpadu
dan terintegrasi dengan satu tujuan, yaitu untuk memberantas korupsi. SDM penegak hukum
harus berasal dari orang-orang pilihan dan mempunyai integritas tinggi. Sudah saatnya diakhiri
terjadinya ego sektoral atau ego institusional di antara lembaga penegak hukum. Negara juga
perlu memikirkan bagaimana agar tingkat kesejahteraan bagi para penegak hukum itu baik,
tidak berkekurangan dan menjadi penegak hukum yang bersih. Bagaimana bisa bersih, kalau
sapu yang digunakan untuk membersihkan adalah sapu kotor.
DAFTAR PUSTAKA
Nilai-nilai pancasila
Website sumber : http://koranprogresif.co.id/esensi-nilai-nilai-pancasila-dalam-upaya-
pemberantasan-korupsi-di- indonesia/
1&q=kata+pengantar+tentang+korupsi&oq=kata+pengantar+tentang+korupsi&aqs=avast..69
i57j0l8.14637j0j7&ie= UTF-8