Anda di halaman 1dari 35

Stase Obstetrik & Ginekologi

Lesi Pra Kanker


Serviks
Pembimbing: dr. Alexy Oktoman Djohansjah,
Sp. OG (K) Onk

Disusun oleh: Aprillia Almaas - 01073210025


Definisi
Lesi prakanker merupakan awal dari
kanker serviks.

Lesi prakanker serviks yang sangat dini


ini dikenal sebagai neoplasia
intraepitelial serviks (NIS), yang
ditandai dengan adanya perubahan
displastik epitel serviks.
Epidemiologi
Kanker Serviks merupakan Kanker
paling umum ketiga secara global
Lebih sering terjadi di negara
berkembang dibandingkan
negara maju

Skrining kanker yang kurang & Akses pelayanan kesehatan yang kurang

Fusi Duktus Mullerian uterus,
serviks, vagina
Dilapisi epitel kolumnar →
pertumbuhan epitel skuamosa
bertingkat pada gestasi 18 -20
minggu
Squamocolumnar Junction (SCJ) =
Perbatasan antara epitel skuamosa
dan kolumnar.
Pubertas & Kehamilan
Pertama
Sekresi estrogen meningkat ->
volume serviks meningkat -> eversi
epitel endoserviks ke ektoserviks
(ektropion)
Lonjakan estrogen -> Lactobacilli
menjadi flora normal -> menghasilkan
asam laktat -> pH vagina menjadi 4
atau kurang -> merusak endoserviks
yang eversi -> memicu proliferasi
epitel kolumnar menjadi skuamosa
bertingkat -> SCJ baru
Zona Transformasi

Zona transformasi merupakan zona antara SCJ baru & lama,


Pada zona ini umum terjadi neoplasia.
Zona Transformasi
Patogenesis

Human Papilloma Virus:


DNA sirkuler non-enveloped
Onkoprotein:
Gen awal: E1-7 lalu
bereplikasi
Gen akhir: L1, L2 dan E4
diekspresikan diatas epitel
Patogenesis
Terdapat banyak subtype HPV.
Lesi klinis mungkin terlihat jelas tetapi
dalam beberapa kasus (lesi laten)
mungkin memerlukan tes DNA virus.
Sebagian besar lesi klinis: condyloma
dan lesi prakanker tingkat rendah.
Sebagian -> cervical intraepithelial
neoplasma (CIN)
HPV tidak menyebabkan karsinoma
serviks namun perlu pemicu
Patogenesis
Infeksi -> sel skuamosa imatur
dari lapisan basal
Replikasi -> sel skuamosa
atasnya yg lebih terdiferensiasi.
Onkoprotein virus (E6 & E7) ->
mengikat dan menonaktifkan 2
tumor suppressors (p53 dan
Rb)
Peningkatan pertumbuhan dan
kerentanan terhadap mutasi ->
akhirnya karsiogenesis
01. Paparan HPV -> Usia koitarke, jumlah pasangan seksual, penggunaan kontrasepsi, infeksi
IMS, merokok
Interaksi dengan epitelium skuamosa pada zona transformasi -> muncul lesi
02.
-> terbentuk koilosit

03. Semakin parah lesi -> koilosit menghilang -> DNA HPV terintegrasi sel host ->
ekspresi oncoprotein HPV E6 & E7
04. Progresivitas Infeksi : Bila tidak ditangani, virus menetap dan terjadi progresivitas infeksi
05. Dipengaruhi oleh:
o Respon sel T
o Faktor hormonal (multiparitas, usia
06. Infeksi berprogresi ke lesi pra-kanker
muda saat kehamilan aterm
(intraepithelial neoplasia)
pertama, peningkatan durasi
penggunaan kontrasepsi hormonal)
o Merokok
o Imunosupresi eksogen/endogen
Lesi Pra Kanker Histologi & Sitologi
Cervical Intraepithelial Neoplasia (CIN)

CIN II: displasia atipikal CIN III: hilangnya maturasi, variasi lebih
CIN I: displasia atipikal besar dalam ukuran sel dan inti,
moderat atau di 2/3
ringan atau di 1/3 heterogenitas kromatin, orientasi sel
epitel squamosa dan
basal (bagian bawah yang tidak teratur, dan mitosis normal
pematangan
epitel skuamosa), atau abnormal -> di hampir semua
keratinosit yang
atipia koilositosis, lapisan epitel.
tertunda.
Low-grade Squamous
Intraepithelial Lesion
Sel membesar (>3x lipat)
• Gelap (hiperkromatin)
• Rasio nukleus terhadap sitoplasma besar.
• Membran nukleus menebal dan iregular.
• Ketika binukleus dikelilingi oleh halo yang irregular
dengan batas tegas dan sitoplasma menebal pada area
perifer, maka disebut sebagai koilosit.
Atypical Squamous Cells of
Undetermined Significance

Nukleus kurang besar (2.5 – 3x), kurang gelap, atau


kurang ireguler.
High-grade Squamous
Intraepithelial Lesion
Ukuran sel bervariasi
Gelap (hiperkromatin)
Rasio nukleus terhadap sitoplasma meningkat.
Membran nukleus menebal dan iregular.
Atypical squamous cells-
cannot exclude HSIL
Nukleus kurang besar (2.5-3x lipat), kurang gelap,
atau kurang irregular
Rasio nukleus terhadap sitoplasma meningkat.
Histopatologi CIN & LAST

Kondiloma akuminata
Kondiloma datar Kondiloma imatur
(condyloma
(flat condyloma) (immature condyloma)
acuminatum)

Lebih sering
90% genital wart (kutil
berhubungan
kelamin). Berhubungan Jarang berhubungan
dengan high &
dengan low-risk HPV dengan low- risk HPV
intermediate-
(HPV 6 & II).
risk HPV
Histopatologi CIN & LAST

Risiko mengalami CIN 1 lebih tinggi bila


hasil sitologi sebelumnya tampak ASC-
H dan HSIL.
CIN 1 dapat regresi terutama pada
wanita usia muda.
Risiko menjadi CIN 2 dan 3 meningkat
apabila terinfeksi HPV 16 & 18.
Melibatkan <1/3 epitelium
Histopatologi CIN & LAST

CIN 2 lebih mungkin untuk regresi


spontan daripada CIN 3.
CIN 2 ke 3 hanya butuh beberapa bulan.
Susunan sel yang tidak beraturan
(displastik).
Melibatkan 2/3 epitelium.
Histopatologi CIN & LAST

Displasia berat hingga kelenjar


endoserviks
Melibatkan >2/3 epitelium
Kehilangan polaritas sel
Pemeriksaan Serviks
01. SITOLOGI / PAP SMEAR

Spatula -> Ektoserviks (epitelium skuamosa)


Cytobrush -> Endoserviks (epitelium kolumnar)
02. DNA HPV

Primary HPV testing & co-testing -> Skrining


Reflex HPV test -> Setelah hasil sitologi abnormal (ASCUS/LSIL)
Pemantauan pasca terapi
03. BIOPSI

Punch biopsy
Cone biopsy (conization)
Endocervical curettage (ECC) -> apabila SCJ tidak tervisualisasi
Kolposkopi
Kolposkopi: Pemeriksaan serviks, vagina, dan vulva dengan kolposkop

01. Dilakukan jika:


• Papsmear abnormal, HPV DNA (+), atau inspeksi
tampak abnormal
• Perdarahan pasca koitus/antara siklus menstruasi
• Riwayat neoplasia vulva atau vagina; kondiloma
02. Syarat:
• Menghindari penggunaan produk vagina apapun selama 24 jam sebelum
pemeriksaan
• Tidak sedang haid
• Adanya inflamasi perlu diobati terlebih dahulu
• Menopause, tidak menjalani terapi hormon ->Estrogen topikal/oral selama 3 minggu
sebelum kolposkopi
Kolposkopi
Kolposkopi: Pemeriksaan serviks, vagina, dan vulva dengan kolposkop

Cara Pemeriksaan:
a. Pasang spekulum
b. Beri normal saline untuk menghilangkan mukus dan debris -
> Leukoplakia, pembuluh darah atipikal?
c. Berikan asam asetat 3 – 5% dengan swab/spray ->
Epitelium
acetowhite, pola mosaic/punctuation?
d. Berikan lugol iodine/Schiller Test
Warna cokelat -> Vagina, ektoserviks
Warna mustard yellow -> Neoplasia, skuamosa
imatur, endoserviks
e. Bila perlu, biopsi dilakukan
TATA LAKSANA
TATA LAKSANA
TATA LAKSANA
TATA LAKSANA
TATA LAKSANA
MODALITAS TERAPI
THANK YOU
Tindakan Preventif
Pencegahan Primer Vaksin HPV

Pada perempuan, efektif mencegah infeksi menetap dan terbentuknya lesi


prakanker CIN 2 dan CIN 3
Pada laki-laki, efektif mencegah infeksi menetap, lesi genitalia eksterna, dan
neoplasia di anus

Usia 9 – 14 tahun -> 2x interval 6 – 15 bulan


Usia ≥ 15 tahun -> 3x; bulan 0, 1, 6 (bivalent/Cervarix); bulan 0, 2, 6
(quadrivalent/Gardasil)
Tindakan Preventif
Pencegahan Sekunder Deteksi Dini
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai