ْخرْ قَ ْو ٌم ِم ْن قَ ْو ٍم َع َسى َأ ْن يَ ُكونُوا َخ ْيرًا ِم ْنهُ ْم َ ين آ َمنُوا اَل يَسَ يَا َأيُّهَا الَّ ِذ
َواَل نِ َسا ٌء ِم ْن نِ َسا ٍء َع َسى َأ ْن يَ ُك َّن َخ ْيرًا ِم ْنه َُّن َواَل تَ ْل ِم ُزوا َأ ْنفُ َس ُك ْم َواَل
ك َ ان َو َم ْن لَ ْم يَتُبْ فَُأولَِئ ِ ق بَ ْع َد اِإْل ي َمُ س ااِل ْس ُم ْالفُسُو ِ تَنَابَ ُزوا بِاَأْل ْلقَا
َ ب بِْئ
َ هُ ُم الظَّالِ ُم
ون
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh
jadi mereka (yang diolok-olok) itu lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok). Dan jangan pula wanita-
wanita (mengolok-olok) wanita-wanita yang lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olok)
itu lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri (maksudnya,
janganlah kamu mencela orang lain, pen.). Dan janganlah kamu saling memanggil dengan gelar (yang
buruk). Seburuk-buruk panggilan ialah (penggilan) yang buruk (fasik) sesudah iman. Dan barangsiapa
yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim.” (QS. Al-Hujuraat [49]: 11)
َوقِتَالُهُ ُك ْف ٌر،ق
ٌ ِسبَابُ ال ُم ْسلِ ِم فُسُو
“Mencela seorang muslim adalah kefasikan (dosa besar), dan memerangi mereka adalah kekafiran.” (HR.
Bukhari no. 48 dan Muslim no. 64)
Jika seseorang mencela sesama muslim dengan panggilan-panggilan, dia berhak mendapatkan hukuman
dari penguasa.
Diriwayatkan dari sahabat ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, beliau ditanya tentang ucapan
seseorang kepada orang lain, “Wahai orang fasiq!”; “Wahai orang jelek!”; maka beliau radhiyallahu
‘anhu berkata,