Anda di halaman 1dari 6

Setelah beristirahat selama kurang lebih dua jam dengan bermalas-malasan di

kasur, akhirnya Ari dan Yuri memutuskan untuk mulai berberes rumah. Yuri
menyapu lantai dan mengepel, ia juga mulai sedikit demi sedikit merapikan
penataan rumah yang terlihat berantakan.

Sementara Yuri sibuk dengan kegiatannya merapikan, menyapu dan mengepel


lantai, Ari masuk ke kamar mandi untuk menyikat bak mandi dan
membersihkan lantainya. Kamar mandinya sudah kotor dan berdebu karena
sudah lama ia tinggal, Ari akan menyikat semuanya agar kamar mandinya itu
terlihat lebih kinclong bersih bersinar.

Setelah selesai melakukan semua tugasnya, Yuri lanjut dengan memindahkan


semua bajunya ke dalam lemari kain Ari. Ia meletakkan semua baju yang
akan sering ia pakai diatas papan triplek yang sudah di siapkan oleh
suaminya. Sebelumnya Yuri sudah mengalasinya dengan kain agar bajunya
tidak diletakkan di atas tripleknya langsung.

“Yuri, kamu udah lapar belum? Kalau udah Mas mau masak nasi aja ya, nanti
lauknya kita beli di luar, biar lebih irit.” Ari masuk ke kamar depan dan
langsung duduk di samping istrinya yang terlihat masih sibuk mengatur
semua baju yang ia bawa dari rumah.

“Mas udah lapar?” tanya Yuri sambil tetap merapikan bajunya.

“Belum terlalu sih, ini kan masih pagi. Tapi aku takut kamu kelaparan, kamu
kan belum makan dari kemarin sore,” kata Ari sambil mengelus rambut
istrinya, Ari memang terbisa untuk selalu mengelus rambut istrinya seperti
ini.

“Bagaimana kalau kita masak mie saja untuk sarapan, nanti siang baru kita
masak.” Yuri memberi saran.

“Nanti siang mau masak? Tapi di dapur kan tidak ada apa-apa, siang ini kita
beli saja, kalau mau masak nanti sore aja gimana?” saran Ari, Yuri terlihat
berfikir sebentar tapi kemudian ia mengangguk setuju.
“Boleh aja sih,” kata Yuri.

“Kalau gitu Mas mau masak dulu,” kata Ari yang langsung ingin bangkit dari
duduknya.

“Eh, biar aku saja yang masak nasinya Mas.” Yuri menahan tangan suaminya,
tidak mengijinkan jika Ari yang malah memasak nasi untuk mereka.

“Kamu kan masih ada kerjaan, tidak apa-apa mas aja yang masaknya. Kan
hanya masak nasi,” kata Ari, Ari memang tipe pria yang tidak akan malu jika
harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti memasak nasi, lagipula
sebelum menikah pun Ari sudah selalu memasak untuk dirinya sendiri.

“Aku udah mau selesai kok ini Mas, gimana kalau aku aja yang masak nasi
tapi Mas yang masak mie,” kata Yuri memberi pilihan, Ari langsung tertawa
geli.

“Ah, bilang aja kalau kamu minta dimasakin mie.” Ari tertawa, ia langsung
menarik tangan Yuri untuk mengikutinya ke dapur.

Sesampainya di dapur Ari langsung membuka box plastik tempat ia biasa


menyimpan stock makanannya dan mencari mie untuk di masak.

“Mau mie goreng atau mie rebus?” tanya Ari sambil memilih mie yang ada di
dalam box, Ari punya lumayan banyak stock mie. Mie adalah penyelamat di
akhir bulan jadi stock mie di rumahnya tidak boleh kosong.

“Emm… Mie rebus aja deh Mas, aku gak terlalu suka mie goreng,” kata Yuri
yang sedang mengambil panci rice cooker untuk memasak nasi, wanita itu
mencuci panci yang sudah berdebu karena dua minggu dibiarkan di dalam
keranjang piring.

Di dapur yang sangat sempit seperti ini, Ari sengaja tidak membeli rak piring,
ia hanya membeli keranjang untuk menyimpan semua piring dan peralatan
memasaknya yang hanya sedikit itu. Keranjang disimpan di bawah meja dapur
agar tidak memakan banyak tempat.
“Mau satu atau dua bungkus?” tanya Ari lagi.

“Satu aja, sepertinya udah cukup kan?” Yuri balik bertanya.

“Yakin???” Ari menatap Yuri dengan tatapan kurang yakin. Yuri sudah selesai
mencuci pancinya berjalan kembali ke dapur untuk mengambil beras.
Beruntung Ari masih punya stock beras yang lumayan banyak, jadi mereka
masih bisa memasak nasi.

“Emm…” Yuri terlihat berfikir sejenak. “Ya udah, dua bungkus aja deh Mas,
kan nanti Mas juga ikut makan, kan?” sambung Yuri yang kemudian
menunduk untuk mengambil beras yang ada di dalam box.

“Masaknya satu atau dua gelas Mas?” tanya Yuri, wanita itu takut jika ia
terlalu banyak atau bahkan terlalu sedikit memasak nasinya.

“Dua aja, Mas biasa segitu masak nasinya.” Yuri langsung memasukkan dua
cawan beras ke dalam panci dan kemudian pergi ke belakang untuk
mencucinya.

Di bagian belakang rumah kontrakan mereka, terdapat sebuah kran air yang
bisa mereka gunakan untuk mencuci piring atau mencuci bahan makanan. Di
sana juga terdapat jemuran yang memang sudah disediakan oleh pemilik
kontrakan. Bagian belakang rumah mereka tidak luas, ukuran lebarnya hanya
setengah meter dan langsung di pagari dengan dinding beton.

Ari tersenyum saat melihat Yuri yang sudah mulai mengurus rumahnya, ia
sudah tidak sabar untuk hidup bersama wanita itu di rumah sederhana ini.
Pasti akan banyak suka duka yang akan mereka jalani bersama, apapun itu…
Ari hanya berharap agar mereka bisa melewatinya dan selalu baik-baik saja,
Ari berharap istrinya bisa betah tinggal di kota kecil seperti ini.

Puas melihat Yuri yang masih mencuci beras, Ari langsung melanjutkan
tugasnya. Air di panci sudah mendidih, ia pun memasukkan dua bungkus mie
instan ke sana dan kemudian memasukkan bumbunya ke dalam sebuah
mangkok besar.

“Kita gunakan satu mangkok aja ya?” kata Ari.

“Iya Mas,” jawab Yuri agar sedikit nyaring, karena ia berbicara dari belakang
rumah dan takut kalau Ari tidak mendengar perkataannya.

Setelah tiga menit mie dimasukkan ke air yang mendidih, Ari langsung
mengangkat dan memasukkan mie beserta kuahnya ke dalam mangkok.

“Udah matang?” tanya Yuri yang sudah selesai memasukkan panci berisi
beras ke magic com, wanita itu langsung menghampiri Ari dan memeluk
suaminya itu dari belakang.

“Mas, biasa adegan kayak gini ada di film-film romantis kan? Suami memeluk
istrinya dari belakang saat si istri lagi fokus memasak. Kok sekarang kita
kebalik sih?” kata Yuri sambil tetap memeluk perut Ari suaminya.

Ari yang mendengar perkataan Yuri itu pun langsung tertawa geli.

“Bukankah kita memang selalu kebalik dari dulu?” kata Ari.

“Lepasin dulu pelukannya, Mie-nya udah siap. Ini mau makan di mana?”
tanya Ari yang sudah mengangkat mangkok mie nya yang masih sangat
panas.

“Di kamar aja deh Mas, lebih enak makan di kamar sambil nonton tv.” Yuri
melepaskan pelukannya.

“As you wish, my lady…” kata Ari yang langsung berjalan menuju kamar
mereka. “Tolong ambil sendoknya ya?” sambung Ari ketika Yuri sudah akan
melangkahkan kakinya untuk menyusul ke kamar.

“Sendoknya mas simpan di mana?” tanya Yuri.

“Di keranjang, cari aja di sana.”

***
Sluurpp…

Sluurpp…

Sluurpp…

“Mas emank paling jago kalau bikin mie, tingkat kematangan mie-nya itu
benar-benar sangat pas.” Setiap kali Ari memasak mie untuk mereka berdua,
Yuri tidak akan pernah berhenti untuk memuji masakan suaminya itu.

“Kalau aku yang masak, kok rasanya gak seenak ini ya Mas?” tanya Yuri
sambil terus menyuapkan mie ke dalam mulutnya.

“Karena emank lebih enak kalau dimasakin orang lain dari pada masak
sendiri,” balas Ari sambil tersenyum. Entah kenapa Ari selalu senang jika Yuri
memuji masakannya.

“Gak, bukan karena itu. Biasa pas kuliah aku juga beli mie rebus di kantin,
tapi rasanya tetap gak seenak ini Mas,” kata Yuri bersikeras kalau masakan
Ari memang sangat ena, meski hanya memasak mie rebus.

“Iya deh iya, kalau ditambah telur pasti lebih enak lagi.” Ari memang tidak
menambahkan telur ataupun sayur karena memang stocknya tidak ada, ia
belum belanja sama sekali.

“Hmm… Yummy, lain kali Mas harus menambahkan telur dan juga sayuran
biar lebih enak dan juga lebih sehat,” saran Yuri.

“Di kasih cabe rawit juga biar lebih pedas.”

“Mantappp… Kalau itu aku setuju mas,” kata Yuri sambil memberikan jari
jempolnya ke atas.

Ari senang sekali melihat Yuri yang sangat menyukai masakannya. Padahal
hanya menu yang sangat sederhana, tapi semuanya terasa lebih enak karena
ia makan bersama istri tercintanya.
“Mas, maaf ya… Kalau aku yang masak, rasanya nanti mungkin gak bakalan
enak, gak seenak masakan orang tuanya Mas,” kata Yuri tiba-tiba saat mereka
sudah menghabiskan semua mie rebus yang ada di mangkok sampai tidak ada
yang tersisa sedikitpun.

“Kenapa ngomong seperti itu?” tanya Ari.

“Mas kan tahu sendiri gimana aku kalau memasak, aku tidak begitu pandai…
Masakanku selalu saja hancur, rasanya tidak beraturan.” Yuri terlihat sedih,
tidak percaya diri dengan kemampuannya dalam memasak.

“Kamu tenang saja, belajar pelan-pelan nanti juga pasti akan terbisa. Kamu
pasti bisa memasak masakan yang sangat enak, Mas percaya!” Ari memberi
semangat kepada Yuri, membuat wanita yang tadinya telihat murung itu
kembali bersemangat. Ia tersenyum dan Ari sangat menyukai senyumannya.

“Hmm… Iya, aku akan belajar memasak masakan yang enak. Makasih ya Mas
untuk mie rebusnya, sangat enak sekali.”

“Iya… Terima kasih kembali karena udah suka sama masakan Mas,” jawa Ari
yang ikut tersenyum senang.

Bahagia dalam hidup berumah tangga itu sederhana ya?

Anda mungkin juga menyukai