Anda di halaman 1dari 5

Setelah berjalan kaki kurang lebih lima belas menit, akhirnya Ari dan Yuri

sampai juga di rumah kontrakan mereka. Rumah ini adalah rumah dempet
dimana setiap rumah menyatu dengan rumah lainnya. Ada lima buah rumah
kontrakan di sini yang saling berdempetan dan beruntung rumah kontrakan
Ari berada dibarisan pertama, itu artinya mereka hanya punya satu tetangga
yang dinding rumahnya berdempetan dengan rumah kontrakannya.

Yuri terlihat melihat sekeliling lingkungan perumahan ini dengan penasaran


sementara Ari masih mencoba untuk membuka kunci rumah.

“Motornya parkir dimana Mas?” tanya Yuri penasaran.

“Di samping rumah paling ujung itu ada tempat parkir, semua yang
mengontrak di sini harus memarkir motornya di sana, tidak boleh parkir di
depan rumah.” Ari menjelaskan sambil menunjuk deretan rumah yang terletak
paling belakang. Bapak kontrakan yang rumahnya berada tepat di belakang
rumah kontrakan ini memang menyediakan tempat parkir di depan
rumahnya, orang-orang yang mengontrak di sana tidak diperbolehkan untuk
memarkirkan motor di depan rumah karena rumah kontrakan ini berada di
halaman rumah si bapak yang punya kontrakan.

“Ayo masuk,” kata Ari setelah berhasil membuka kunci, pria itu langsung
masuk ke rumah yang sudah dua minggu ditinggal karena cuti menikah.
Setelah meletakkan semua tas ke dalam kamar Ari langsung kembali ke ruang
depan untuk melihat istrinya.

Yuri masuk ke rumah kontrakan Ari yang sekarang sudah bisa dikatakan
sebagai rumah kontrakan mereka dengan sangat perlahan. Matanya terus
mengedarkan pandangan, melihat betapa sederhananya kondisi rumah tempat
tinggal suaminya yang nanti juga akan menjadi tempat tinggalnya.

Begitu masuk ke rumah, sudah dihadapkan dengan ruang tamu yang sama
sekali tidak bisa dikatakan sebagai ruang tamu. Hanya ada sebuah rak sepatu
yang berada di samping pintu masuk, karena dapurnya yang sangat sempit,
Ari juga meletakkan sebuah meja kecil dimana ia meletakan sebuah magic
com kecil di sana.

“Ini ruang tamunya? Masih kosong sekali.” Yuri tertawa geli melihat betapa
mirisnya keadaan ruang tamu di rumah, Ari hanya bisa tertawa sambil
menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.

“Mau Room Tour?” tanya Ari bercanda dan istrinya itupun langsung
menganggukkan kepalanya. Ia melepaskan kedua tas ransel yang dibawanya
dan Ari pun langsung mengambil kedua tas tersebut, membawanya masuk ke
kamar depan yang berada tepat berdampingan dengan ruang tamu, Yuri
mengikuti di belakang.

Kamar ini hanya digunakan untuk menyimpan lemari dan perlengkapan


sholat. Ari tidak tidur di sini, kamar ini hanya ia gunakan khusus untuk
sholat dan berganti pakaian.

Yuri melihat sekeliling kamar yang terlihat sangat sederhana, dahinya


mengernyit heran saat melihat jendela kamar.

“Mas, kenapa Mas gunakan koran bekas untuk menutupi jendelanya? Kenapa
tidak gunakan gorden saja?” tanya Yuri heran, sekali lagi Ari hanya bisa
nyengir tanpa dosa.

“Sejak Mas pindah ke sini jendelanya memang sudah seperti itu, Mas malas
kalau harus beli gorden lagi. Akhirnya dibiarkan saja seperti itu,” kata Ari
dengan jujur tanpa ada sedikitpun yang ia sembunyikan.

“Nanti kita beli gorden ya? Kita ganti, jangan gunakan koran bekasseperti itu.
jelek,” kata Yuri dengan wajah cemberut yang sengaja dibuat-buat, sangat
menggemaskan sekali.

“Iya, nanti kita beli. Beli yang warna pink kan?” kata Ari yang sudah sangat
hafal dengan warna kesukaan Yuri, istrinya ini sangat menyukai warna pink.
“Iya,” kata Yuri senang. Ternyata sangat mudah untuk membuat seorang istri
merasa bahagia, hanya turuti saja semua yang Ia pinta tanpa banyak protes.

Yuri kembali mengalihkan pandangannya,kali ini ia melihat dua buah lemari


yang ada di pojok kamar. Satu lemari plastik berwarna kuning sedangkan
satunya adalah lembari kain yang ku gunakan untuk menggantung semua
baju kerja agar terlihat lebih rapi.

“Nanti baju aku disimpan di mana Mas?” tanya Yuri, ari langsung membuka
resleting lemari kain dan menunjuk sebuah triplek yang ada dibagian tengah
agak kebawah dari lemari kain tersebut.

“Eemm… Apa kamu keberatan jika nanti bajunya disimpan di sini saja?” tanya
Ari agak ragu, Ari memang sudah menyiapkan tempat itu khusus untuk baju-
baju Yuri. Tripleknya dipotong dari triplek sisa yang ada di kantor dan ia bawa
pulang, menurutnya itu lebih baik dari pada harus membeli lemari baru.

Jujur saja, uang tabungannya hanya tinggal sedikit. Biaya pernikahan mereka
sudah menguras hampir seluruh isi tabungan yang Ari punya, jadi mulai
sekarang ia harus lebih pandai dalam mengatur keuangan. Apalagi sekarang
ia sudah menikah Yuri tidak lagi bekerja, otomatis pengeluara akan
bertambah dan semua pengeluaran tersebut akan diambil dari uang gajinya.

“Eemm… Iya, tidak apa-apa.” Yuri menjawab agak ragu, membuat Ari merasa
bersalah. Seharusnya ia menyiapkan lemari yang bagus untuk sang istri,
bukankah sebagai seorang suami ia memang berkewajiban untuk memenuhi
seluruh kebutuhan istrinya?

“Jika kamu ingin beli lemari yang baru, nanti kita beli. Jangan memaksakan
diri jika memang kamu tidak suka,” kata Ari yang takut kalau istrinya itu
terpaksa mengiyakan permintaannya untuk menyimpan bajunya diatas triplek
seperti itu.

Yuri tersenyum, berjalan mendekati suaminya dan kemudian memeluknya


dengan sangat erat.
“Tidak apa-apa, jangan terlalu memaksakan dirimu Mas. Bukankah sekarang
kita harus mulai belajar berhemat?” kata Yuri sambil menenggelamkan
wajahnya ke dada bidang Ari, memeluk suaminya dengan sangat erat.

Ini adalah salah satu alasan mengapa Ari ingin selalu bisa
membahagiakannya, wanita itu selalu berusaha untuk mengerti keadaannya
dan selalu menerima semua kekurangan yang ia miliki.

Ari yang hanya bisa menyewa rumah kontrakan sederhana seperti ini untuk
tempat tinggal mereka, Ari yang hanya punya dua lemari yang sudah ia beli
jauh sebelum Ari menikah dengannya.

“Aku mau lihat kamar tidurnya,” kata Yuri sambil mendongakkan kepalanya
dan menatap Ari dengan mata besarnya.

“Ayo, kamu jangan kaget ya kalau melihat kondisi kamar kita.” Ari melepaskan
pelukan Yuri dan langsung menarik tangannya menuju kamar tempat
tidurnya yang berada tepat di belakang kamar depan.

Tidak ada hal istimewa yang ada di kamar tidur tersebut, hanya ada kasur
single bed yang hanya cukup untuk tempat tidur satu orang, Ari ragu apakah
mereka bisa tidur berdua di kasur yang ukurannya sangat kecil dan tipis itu.

Kasur i letakkan di samping kanan kamar sedangkan di tepi sebelah kiri nya
Ari meletakkan meja televisi di sana, meski televisinya tidak pernah dibuka
untuk menonton, tapi Ari selalu menggunakan jika sedang bermain Ps3.

“Yuri, apa kita beli kasur baru saja? ini terlalu kecil untuk kita,” kata Aro pada
Yuri yang sudah berjalan mendekati kasur dan duduk di sana.

“Kasurnya cukup empuk, kenapa harus beli lagi?” tanya Yuri yang menatap
Ari dengan tatapan herannya. Ari langsung mendekati Yuri dan duduk di
sampingnya.

“Sepertinya kasur ini terlalu kecil untuk kita, bagaimana kita bisa tidur di
sini?” tanya Ari, pria itu benar-benar lupa masalah kasur. Seharusnya
meskipun ia tidak bisa membeli lemari, setidaknya ia bisa membeli kasur yang
nyaman untuk mereka tidur.

Yuri membaringkan tubuhnya dan kemudian mengajak Ari untuk ikut


berbaring di sampingnya. Meskipun heran, tapi Ari menuruti saja apa yang
istrinya itu inginkan.

Ari berbaring di sebelah kiri Yuri, ternyata meskipun sempit tapi kasur ini
masih bisa menampung tubuh mereka berdua. Apa ini karena tubuh Yuri
yang terlalu kurus sehingga tidak memakan banyak tempat?

“Lihat kan Mas? Kasurnya masih bisa digunakan kok. Tidak perlu beli kasur
baru, biarkan saja seperti ini.” Yuri berbaring menyamping, Ia memeluk Ari
dan seperti biasa membaringkan kepalanya di bahu suaminya itu.

“Kamu yakin?” tanya Ari memastikan, Ia tidak ingin Yuri memaksakan dirinya.

“Sangat yakin sekali, karena kasurnya sempit jadi kita bisa tidur sambil
berpelukan.” Yuri tertawa dan kemudian mengeratkan pelukannya.
Mendengar tawanya Ari pun ikut tertawa, salah satu hal lagi yang
membuatknya bersyukur bisa mengenal, berpacaran dan kemudian menikah
dengan Yuri adalah karena hal ini.

Ia tidak pernah menuntut Ari untuk membuatnya bahagia dengan


memberikan semua yang ia inginkan, Yuri selalu berusaha untuk mengerti
dengan keadaan yang sedang mereka jalani dan itu semakin membuat Ari
bersemangat untuk membahagiakannya. Ari ingin hidup bahagia bersamanya
sampai mereka tua, kulit keriput dan rambut yang memutih.

Anda mungkin juga menyukai