Anda di halaman 1dari 17

Jurnal Wacana Politik - ISSN 2502 - 9185 : E-ISSN: 2549-2969 Vol. 5, No.

1, Maret 2020: 1 - 14

JEJARING SOSIAL DALAM PEMBENTUKAN TIM SUKSES MANDIRI DI


PEMILU DPRD KABUPATEN 2019

George Towar Ikbal Tawakkal, Ratnaningsih Damayanti, Tia Subekti,


Andrew D Garner, dan Thomas R. Seitz
Universitas Brawijaya, Malang
E-mail: george.ikbal@ub.ac.id

ABSTRAK.
Perubahan dalam sistem pemilihan dan masalah partai politik dalam memobilisasi pemilih telah
mendorong para kandidat untuk membangun tim sukses yang independen. Mereka adalah faktor
penting dalam upaya memenangkan pemilu. Studi terbaru menunjukkan tentang keberadaan, kinerja,
dan efisiensi merekadalam memberikan suara dalam pemilihan umum Indonesia dan banyak negara.
Namun, sangat sedikit dari kajiankajian itu yang membahas tentang bagaimana tim sukses independen
dibangun. Artikel ini menganalisis bagaimana para kandidat pemilihan legislatif di daerah
mengembangkan tim sukses independen mereka. Berdasarkan wawancara dan pengamatan dari
berbagai kandidat dalam pemilihan legislatif 2019 di Kabupaten Pati dan Kabupaten Demak, artikel ini
membahas bagaimana para kandidat membangun tim sukses independen, yang mencakup bentuk dan
sumber. Hasil studi ini menyatakan bahwa mereka memiliki aktor penting yang berhubungan dengan
kandidat. Mereka terhubung secara sosial sebelum pemilihan, sehingga tim dibangun oleh transformasi
fungsi sosial. Ini menunjukkan bahwa tim sukses independen mencerminkan jejaring sosial kandidat.

Kata kunci: Tim sukses mandiri; pemilu; jejaring sosial

ABSTRACT.
Changes in the electoral system and problems of political parties in mobilizing voters have led
candidates to build independent success teams. They were an essential factor in winning effort. Recent
studies showed their existence, performance, and efficiency in delivering votes in Indonesian elections
and many countries. However, very few of them addressed about how the teams were built. This
article analyzed how candidates of regional legislative elections develop their independent success
teams. Based on interviews and observations of various candidates in the 2019 legislative election of
Pati Regency and Demak Regency, this article discusses how candidates built an independent success
team, which includes the form and sources. The results state that they have crucial actors who relate
to candidates. They were connected socially before the election, so the team was built by social
function transformation. It shows that the independent success team reflects the candidate’s social
network.

Key words: independent success team; election; social network


PENDAHULUAN bahasa memiliki arti sekelompok orang yang
bertugas untuk memperjuangkan calon yang
Pemanfaatan tim pemenangan di luar diusungnya (Capres, Cagub, Cabup/
partai politik pengusungnya lazim dijumpai Cawakot) agar berhasil meraih kemenangan
di pemilu Indonesia, baik pemilu eksekutif dalam suatu pemilihan. Tim sukses ini ada
maupun pemilu legislatif (lihat Aspinall, yang dibentuk oleh partai, ada juga yang
2014; Aspinall dan Sukmajati, 2015; ditentukan sendiri oleh sang calon
Triantini, 2015; Noor Rahman, 2015). Tim (Kamuslengkap.com). Karena sifatnya yang
pemenangan diartikan sebagai tim yang berada di luar institusi partai, maka tim
membantu kandidat untuk memenangkan sukses yang dibentuk secara mandiri oleh
pemilu, dengan mencarikan suara pemilih kandidat dapat disebut tim sukses mandiri.
untuk kandidat. Masyarakat Indonesia lebih Bukan hanya di Indonesia, pemanfaatan
umum menyebutnya tim sukses, yang secara lembaga semacam itujuga menjadi
2 Jejaring Sosial dalam Pembentukan Tim Sukses Mandiri di Pemilu DPRD Kabupaten 2019
fenomena yang lazim dijumpai di berbagai broker (makelar suara), atau pun vote bank
negara. Keberadaannya menjadi fakta (bank suara).
adanya variasivariasi yang muncul dalam Namun, sebagai konsekuensi literatur
praktik demokrasi di berbagai negara. yang didominasi dengan penyematan
Sebagai contoh dinegaranegara Amerika “makelar suara” pada tim pemenangan di
selatan, diVenezuela (Frey dkk, 2019), luar lembaga partai politik, khususnya para
Meksiko (Larreguy dkk, 2016), Brazil peneliti yang mengkaji di Indonesia, artikel
(Gingerich dan Medina, 2013), Argentina ini akan berangkat dari kajiankajian yang
(Zarazaga, 2014),dan Paraguay (Finan dan ada,termasuk kajian pemakelaran suara yang
Schechter, 2012). Di Negara-negara Asia, cenderung membahasnya dalam konteks
seperti di Taiwan (Mattlin, 2004; Wu dan politik uang.
Huang, 2004), Thailand (Hellmann, 2014). Kajian-kajian tentang lembaga
Bahkan di negaranegara yang dianggap non- semacam itu, sebagaimana disampaikan para
demokratis seperti di China (Kennedy, peneliti di atas, sebenarnya secara tidak
2010), dan di Mesir era rezim otoriter langsung telah memberikan pemahaman
(Blaydes, 2006).Bahkan pemanfaatan tim bahwa keberadaannya bersifat sebagai
pemenangan di luar partai politik juga perantara, yang menjembatani antara
dilakukan di negara maju, seperti di Rusia kandidat dan pemilih. Seperti Finan dan
(Frey dkk, 2019). Schechter (2012), menggambarkannya
Dalam literatur kepemiluan, seperti dengan kalimat “…to interact with
artikelartikel yang ditulis oleh Frey dkk voters…”, yang menunjukkan perannya
(2019), Larreguy dkk (2016), Gingerich dan sebagai aktor yang menggantikan kandidat
Medina, (2013), Zarazaga (2014), dan untuk bersentuhan langsung dengan pemilih.
berbagai artikel lainnya, lembaga semacam Beberapa peneliti lain, seperti Aspinall
itu sering dianggap sebagai makelar suara, (2014) lebih tegas menyebutnya sebagai
atau setidaknya salah satu unsurnya adalah saluran distribusi materi kepada pemilih.
makelar suara. Penyematan atribut makelar Sementara peneliti lain
suara kepada aktor tim sukses mandiri yang mendefinisikannya secara lebih umum,
terlibat pada politik uang, pada dasarnya yakni sebagai orang-orang yang
dapat mempersempit pemahaman hanya menjembatani antara kandidat dan pemilih,
pada konteks saluran distribusi uang/ dalam rangka mengumpulkan suara bagi
barang, sebagaimana dilakukan oleh kandidat (Hellmann, 2014; Ocantos dkk,
mayoritas peneliti di atas dalam artikel- 2012; Blaydes, 2006). Mengingat posisinya
artikel mereka. Meskipun kata “makelar”, sebagai orang yang menjadi penengah,
tidak selalu merujuk pada politik uang. aktor-aktor di dalam lembaga tersebut
Setidaknya ada peneliti yang memilih kadang juga disebut sebagai middleman
menerapkannya. Baldwin (2016) (Scott, 1972; Finan dan Schecther 2012).
menggunakan kata “makelar suara” juga Mengenai kenapa kandidat
untuk merujuk pada aktor yang memanfaatkan tim sukses mandiri, beberapa
mengarahkan suara pemilih dengan paksaan, kajian memberikan penjelasan yang
kewibawaan, ataupun timbal-balik. berbeda. Seperti Blaydes (2006),
Kesimpangsiuran penyematan “makelar menjelaskan kemunculannya sebagai akibat
suara” untuk tim pemenangan di luar partai dari kecenderungan lemahnya partisipasi
politik juga terjadi, seperti tergambar dalam pemilih. Rezim otoriter di Mesir dilihat
buku Callahan (2018) ketika menjelaskan sebagai penyebab keengganan pemilih untuk
kesimpangsiuran para peneliti menyebut tim menggunakan hak suaranya, karena
pemenangan yang oleh masyarakat lokal di pemerintah dianggap tidak mampu
Thailand disebut Huakhanaen. Para peneliti memenuhi kebutuhan publik, dan itu
menyebutnya dengan istilah yang berbeda- mengecewakan pemilih. Partai pemerintah
beda, seperticanvasser (peminta suara), atau pun dianggap sebagai bagian dari rezim
vote gatherer (pengumpul suara), atau vote otoriter, yang tentu tidak popular di mata
George Towar Ikbal Tawakkal, Ratnaningsih Damayanti, Tia Subekti, Andrew D Garner, dan Thomas R. Seitz 3
pemilih. Kemudian, kandidat memanfaatkan dua ranah besar, yakni bagaimana tim
jaringan sosial yang ada di tingkat bawah tersebut bekerja, dan bagaimana
untuk bekerja sebagai tim pemenangan. pelembagaan tim tersebut. Ranah pertama
Pada sisi pemilih, selain adalah paling banyak dikaji oleh para
ketidakpercayaan para pemilih terhadap peneliti, sedangkan yang kedua masih
rezim otoriter sebagaimana dijelaskan sangat sedikit. Ranah pertama mencakup
Blaydes, terdapat penjelasan yang lebih motivasi, fungsi, prosedur kerja, hingga
transaksional disampaikan oleh Hellmann. perilaku para aktor di dalamnya. Diantara
Hellmann (2014), menyebut adanya kajian yang masuk ranah pertama adalah
keinginan pemilih untuk memperjualbelikan kajian Hellmann dan Aspinall. Hellmann
suara, sehingga dibutuhkan perantara untuk (2014), menjelaskan keterlibatan para aktor
mengkomunikasikan jual beli tersebut. dimotivasi oleh keinginan mendapatkan
Aspinall (2014) memberikan penjelasan perlindungan bisnis, perlindungan hukum,
yang berbeda. Perubahan tren kampanye, atau pekerjaan (Hellmann, 2014).
dari berpusat di partai menjadi berpusat di Artikel Aspinall (2014) menjelaskan
kandidat, mendorong kandidat untuk secara lebih variatif mengenai perilaku tim
membangun mesin mobilisasi suara secara sukses. Aspinall mengklasifikasikan aktor-
mandiri, yang bertumpu pada jejaring sosial. aktor di tim sukses mandiri (yang
Jejaring sosial didefinisikan sebagai jejaring disebutnya broker atau makelar) ke dalam
individual yang bersumber dari interaksi tiga bentuk, yakni activistbroker, clientelist
dalam kehidupan sehari-hari (McCarty dkk, broker, dan opportunist broker. Activist
1997). Jejaring ini dapat berupa keluarga, broker merujuk pada orang yang
teman, mitra kerja, dan lain sebagainya. mendukung kandidat berdasarkan komit-
Dalam artikel ini, jejaring model demikian men politik, etnis, agama, dan sejenisnya.
disebut sebagai jejaring sosial asli, yakni Clientelist broker merujuk pada orang yang
jejaring sosial yang ada dalam kehidupan sudah memiliki hubungan lama dengan
sehari-hari individu, di luar konteks kandidat, dengan motivasi menerima
kepemiluan. keuntungan di kemudian hari. Opportunist
Lebih lanjut, kajian Tawakkal (2009) brokermerujuk pada orang yang hanya
menunjukkan tidak berfungsinya partai mencari keuntungan jangka pendek.
politik sebagai sebuah lembaga mobilisasi Kajian lain yang juga masuk ranah
pemilih. Secara lebih detail, Tawakkal pertama adalah kajian Tawakkal (2017)
(2017) menjelaskan keberadaan tim sukses yang menjelaskan gengsi sosial sebagai
mandiri bukan hanya kebutuhan kandidat, salah satu motivasi keterlibatan para aktor di
namun juga kebutuhan pemilih. Kandidat tim sukses mandiri. Kelompok sosial
maupun pemilih, secara bersamaan tertentu merasa perlu untuk terlibat
membutuhkan kehadiran perantara. pemenangan kandidat sebagai ajang
Meskipun para peneliti memberikan latar pertunjukan sumber daya yang dimiliki oleh
belakang yang berbeda mengenai kelompok tersebut. Keterlibatan seseorang
keberadaan tim sukses mandiri, namun ada menjadi tim sukses, bukan hanya didasari
kesamaan yang dapat dipahami bahwa semangat kepemiluan, namun lebih didasari
keberadaanya disebabkan oleh semangat sosial.
ketidakmampuan untuk terjadinya hubungan Masih di ranah pertama, beberapa
langsung antara kandidat dan pemilih. peneliti fokus pada cara kerja dan fungsi tim
Ketidakmampuan itu entah disebabkan oleh tersebut. Seperti kajian Frey dkk (2019)
ketidakmampuan kandidat, maupun oleh yang fokus pada bagaimana tim berfungsi
pemilih, dalam hal ini menjadi tidak mengintimidasi pemilih. Terdapat pula
penting, karena kenyataannya terdapat kajian Rueda (2016), yang membahas
ketidakterhubungan antara mereka. kinerja makelar suara dengan mencari
Kajian-kajian tentang tim sukses korelasi antara cakupan tempat pemungutan
mandiri, setidaknya dapat dibagi ke dalam suara dan ukuran jual beli suara. Begitu pula
4 Jejaring Sosial dalam Pembentukan Tim Sukses Mandiri di Pemilu DPRD Kabupaten 2019
Finan dan Schecther (2012), yang mengkaji semisal kepala desa, guru, pengusaha. Di
keberhasilan kinerja tim. Aktor-aktor dalam Thailand juga terdapat gang kriminal Chao
tim dapat membantu kandidat untuk Pho yang menyediakan jaringan jual beli
melakukan pemetaan politik, yang suara yang lebih efektif.
bermanfaat dalam praktik jual beli suara. Keterbatasan literatur di ranah kedua,
Mereka memiliki kontak langsung dan lebih membawa konsekuensi pada penjelasan
memahami konstituen. Ini berfungsi untuk yang kurang komprehensif ketika berbicara
memprediksi kecenderungan pemilih dan mengenai ranah pertama. Seperti dalam
tingkat perasaan balas budi pemilih. konteks Thailand, bagaimana kinerja tim
Hellmann (2014) menyebutkan, di sukses mandiri yang berlatarbelakang geng
Jepang, para kandidat memanfaatkan mesin kriminal? Dalam konteks Indonesia,
klientelisme yang disebut koenkai, yakni merujuk pada kajian Aspinall (2014),
dengan mensponsori beberapa kegiatan yang bagaimana proses rekruitmen tim sukses
dapat memperkenalkan si kandidat.Koenkai yang pada ujungnya menghasilkan tiga
juga menjadi pihak yang menyerahkan karakteristik broker? Atau, merujuk pada
materi kepada pemilih. Bahkan para peneliti kajian Finan dan Schechter (2012), apakah
secara khusus memposisikannya sebagai latar belakang keterlibatan para tokoh
lembaga yang menopang politik uang. Di masyarakat menjadi pertimbangan pemilih
beberapa negara, seperti di Taiwan dan dalam membangun perasaan balas budi?
Thailand, keberadaan tim tersebut dalam Artinya, masih sangat minim penjelasan
rangka mengkontrol praktik jual beli suara. mengenai pola pembentukan dan bentuk tim
Kajiankajian yang dilakukan oleh Aspinall sukses mandiri, yang pada dasarnya dapat
(2014), Aspinall dan Sukmajati (2015), menjadi salah satu sisi dalam memahami
Triantini (2015), Noor Rahman (2015), perilaku tim sukses mandiri. Artikel ini
menempatkannya dalam kerangka berpikir mengisi keterbatasan literatur, dengan
klientelisme (politik uang). Seperti Aspinall mengkaji lebih dalam mengenai
(2014) yang menjelaskan praktik pembentukantim sukses mandiri. Dengan
klientelisme dalam politik elektoral. memahami pembentukan tim sukses
Sementara itu, Triantini (2015) mandiri, diharapkan dapat menjadi pintu
mempertegas tentang arti penting makelar untuk lebih memahami kinerja tim sukses
suara dalam menyediakan jaringan politik secara komprehensif dan mendorong para
uang, bahkan menentukan keberhasilan peneliti untuk memperluas kajian tim sukses
politik uang. mandiri di luar konteks politik uang ataupun
Ranah kedua, ranah organisasi tim pemakelaran suara.
sukses mandiri, tidak banyak ditemukan
dalam literatur. Beberapa literatur yang METODE
menyiratkan bentuk organisasi tim sukses
mandiri pun masih dangkal dalam mengupas Dalam rangka
pengorganisasian tim tersebut. Seperti Finan menjelaskanpembentukan tim sukses
dan Schecther (2012), yang menyebutkan mandiri, artikel ini didasarkan pada
latar belakang para aktor, yakni para penelitian kualitatif, dengan metode
community leader atau middleman di pengumpulan informasi melalui wawancara
pedesaan-pedesaan. Olli Hellmann (2014) mendalam terhadap 30 orang yang berlatar
menjelaskan bahwa di Taiwan, partai belakang tim sukses mandiri, calon anggota
menjalin hubungan dengan para vote broker DPRD kabupaten, pimpinan partai politik,
(tiau-a-ka), yang direkrut dari para politikus dan penyelenggara pemilu, dalam kurun
lokal, pemimpin geng kriminal, kepala waktu pelaksanaan Pemilu DPRD 2019 di
organisasi relawan, atau pengusaha. Begitu Kabupaten Pati dan Kabupaten
pula di Thailand, Hellmann, yang biasanya Demak.Metode kualitatif sangat diperlukan
adalah para individu yang memiliki karena kebutuhan informasi yang mendalam
pengaruh signifikan di komunitasnya, mengenai jejaring sosial yang ada di antara
George Towar Ikbal Tawakkal, Ratnaningsih Damayanti, Tia Subekti, Andrew D Garner, dan Thomas R. Seitz 5
para aktor, serta kebutuhan terhadap respon awal. Kedua, struktur tim sukses mandiri
cepat untuk berkembang berdasar informasi yang dimiliki oleh calon anggota DPRD
yang didapat. Kabupaten di Pemilu 2019, merujuk pada
Merujuk pada berbagai literatur yang bentuk organisasi sebagai suatu tim. Arti
mengkaji tim sukses mandiri, seperti penting pembahasan ini adalah untuk
Aspinall (2014), Zarazaga, 2014),dan Finan mengidentifikasi aktor-aktor simpul dalam
dan Schechter (2012, diketahui bahwa tim tim.
sukses mandiri ditopang oleh jejaring sosial. Ketiga, hubungan-hubungan sosial yang
Sehingga pola jejaring sosial di masyarakat dimiliki antara kandidat dan aktor simpul,
menentukan komponen tim sukses mandiri. serta proses pembentukannya. Peneliti
Pemilihan dua Kabupaten tersebut karena memilih untuk melihat hubungan sosial
dapat mewakili dua tipologi masyarakat antara kandidat dan aktor-aktor di tim
Jawa yang disampaikan oleh Geertz (1989), sukses mandiri sebagai pintu masuk
yakni santri dan abangan. Masyarakat pembahasan pembentukan tim sukses
Demak layak dikategorikan sebagai mandiri.Hal ini merujuk pada kajian-kajian
masyarakat santri, dan masyarakat Pati di atas yang dapat disimpulkan adanya latar
layak dikategorikan sebagai masyarakat belakang tertentu yang menyebabkan
abangan. seseorang terlibat dalam tim. Seperti kajian
Obyek kajian artikel ini adalah Aspinall (2014) tentang adanya clientilist
pembentukan tim sukses mandiri. broker, yang mengindikasikan adanya
Sedangkan subjeknya adalah individu- hubungan sosial antara kandidat dan broker
individu di dalam tim sukses dan kandidat. sebelum kegiatan kepemiluan.
Pemilihan informan berlatarbelakang Keempat, pembentukan argumen
pimpinan partai politik disebabkan posisi dengan mendiskusikan data-data dan
penting mereka dalam mengawasi literatur-literatur yang sudah ada. Pada
kampanye para calon. Peneliti juga merasa bagian ini akan terjawab bagaimana pola
perlu mewawancarai penyelenggara pemilu, pembentukan tim sukses mandiri oleh
karena kemampuan mereka menyediakan kandidat, serta gambaran besar apa yang
informasi tentang pihakpihak yang terlibat dapat dipahami.Artikel ini diakhiri dengan
dalam pemenangan kandidat. penyimpulan argumentasi mengenai
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pembentukan tim sukses mandiri.
berkisar pada keberadaan tim sukses
mandiri, struktur, dan hubungan-hubungan HASIL DAN PEMBAHASAN
sosial antar individu. Selain melakukan
validasi informasi melalui wawancara Tim sukses dalam konteks lokal
mendalam antar informan, peneliti juga Di masyarakat Kabupaten Demak dan
melakukan pengamatan langsung terhadap Kabupaten Pati, istilah tim sukses baru
kegiatan tim sukses mandiri, seperti rapat- dipergunakan dalam kurun waktu dua
rapat dan interaksi antar individu. Informasi- puluhan tahun terakhir. Secara historis,
informasi tersebut kemudian dianalis masyarakat memiliki istilah lokal untuk
melalui proses reduksi data, penyajian data, menyebut organisasi atau aktor yang
penarikan kesimpulan/verifikasi (Miles & berfungsi membantu kandidat
Huberman, 1992). memenangkan pemilu, sepertipecut,gapit
Artikel akan terbagi dalam beberapa (Tawakkal, 2017) dan sabet (Aspinall dkk,
pembahasan. Pertama, eksistensi tim sukses 2017). Masyarakat di Kabupaten Demak,
mandiri di masyarakat. Pembahasan ini khususnya di kecamatan Mranggen
diperlukan di awal, untuk memperjelas menggunakan kata gapit untuk menyebut
posisi dan penyebutan para aktor. orang-orang yang membantu kandidat
Mengingat ada banyak jenis aktor yang memenangkan pemilu (Tawakkal, 2017),
terlibat di kepemiluan, sehingga rawan sedangkan masyarakat di Kabupaten Pati
terjadi salah paham bila tanpa penjelasan di menyebutnya sabet.
6 Jejaring Sosial dalam Pembentukan Tim Sukses Mandiri di Pemilu DPRD Kabupaten 2019
Secara bahasa, gapit memiliki arti dipilih oleh anggota DPRD menjadi dipilih
sesuatu yang digunakan untuk menjepit langsung oleh rakyat, menjadi pemicu
(Tawakkal, 2017). Dalam konteks pemilu, bergesernya fokus kampanye kandidat.
gapit adalah orang-orang yang “menjepit” Kampanye menjadi lebih terpusat pada
pemilih agar mantap memberikan suaranya kandidat, dan mendorong kandidat untuk
pada kandidat tertentu. Dalam bahasa Jawa, membentuk jaringan kampanye yang
Sabet merujuk pada alat serupa tali (bukan meliputi para makelar suara (Aspinall,
benda keras) yang digunakan untuk 2014). Pilkada menampilkan kontestasi
memukul. Pecut lebih spesifik, alat serupa politik yang hanya diikuti oleh beberapa
tali yang digunakan untuk memukul sesuatu kandidat.
dalam rangka membuat sesuatu tersebut Kandidat yang ditampilkan juga
bergerak. Dalam konteks pemilu, Pecut atau seringkali diajukan oleh gabungan beberapa
Sabet adalah orang-orang yang “menyabet” partai. Hal ini menjadikan Pilkada sulit
pemilih agar bergerak ke TPS dan memilih dilihat sebagai kontestasi antarpartai, tetapi
kandidat tertentu. lebih pada kontestasi antar kandidat.
Sejalan dengan penjelasan Tawakkal Dinamika tersebut mengingatkan pada
(2017), istilah lokal tersebut digunakan Pilkades, di mana kandidat adalah peserta
untuk merujuk pada orang-orang yang kontestasi politik.Kesamaan antara Pilkada
membantu kemenangan seseorang dalam dan Pilkades, yakni berpusat pada kandidat,
pemilu, pertama kali muncul di pemilihan menyebabkan diadopsinya dinamika
kepala desa (Pilkades). Tidak diketahui Pilkades ke dalam dinamika Pilkada,
secara pasti kapan pertama kali istilah termasuk dalam membangun tim
tersebut muncul. Namun hampir seluruh pemenangan mandiri di luar lembaga partai
informan menyatakan bahwa istilah tersebut politik.
pertama kali merujuk pada tim pemenangan Keberadaan tim pemenangan di luar
di Pilkades. Merujuk pada penjelasan partai politik, kemudian masuk dan dikenal
Nurcholis (2011), masyarakat Indonesia di pemilu legislatif. Pada tahun 2008, terjadi
telah mengenal pemilihan jabatan politik perubahan regulasi Pemilu, dengan
sejak era kolonial Inggris, sekitar tahun disahkannya UndangUndang No 10/2008
1811-1816. Pemerintahan kolonial di bawah tentang Pemilu anggota DPR, DPD, dan
Raffles telah mengubah mekanisme DPRD. Namun, kemudian pasal 214 huruf a,
pengisian jabatan kepala desa, dari yang b, c, d, dan e, yang berbicara mengenai
sebelumnya melalui mekanisme turun penentuan kursi berdasar perolehan suara
temurun berdasar keturunan, menjadi calon sebesar 30%, dibatalkan oleh
pemilihan langsung. Mahkamah Konstitusi (MK).
Fakta temuan bahwa penggunaan istilah Dengan pembatalan tersebut, maka
lokal untuk menyebut tim pemenangan telah sistim pemilu 2009 berubah menjadi sistem
dipakai sejak lama di Pilkades, serta proporsional terbuka. Pemilih diberikan
keberadaan literatur yang menyebutkan pilihan yang sama besarnya antara memilih
bahwa Pilkades telah dipraktekkan dalam partai atau calon anggota legislatif (caleg).
kurun waktu sekitar dua ratus tahunan, maka Caleg dengan suara yang lebih banyak maka
dapat dipahami bahwa penggunaan lebih berhak menempati kursi yang didapat
keberadaan tim pemenangan dengan oleh partainya. Bukan lagi berdasar pada
penyebutan istilah lokal telah hadir dan perolehan Bilangan Pembagi Pemilih (BPP).
menjadi bagian dari budaya politik di Pertarungan caleg antarpartai maupun
masyarakat. sesama partai menjadi lebih marak. Caleg
Perubahan iklim demokrasi di akhir menjadi aktor yang mendominasi proses
abad keduapuluh, serta perubahan sistem pemilu. Partai, sebagai sebuah lembaga,
pemilu di awal abad 21, memperlebar locus gagal mengambil peran dalam mendulang
pemanfaatan tim pemenangan. Perubahan suara pemilih (Tawakkal, 2009). Sehingga,
mekanisme penentuan kepala daerah, dari pemilu 2009 mendorong kandidat untuk
George Towar Ikbal Tawakkal, Ratnaningsih Damayanti, Tia Subekti, Andrew D Garner, dan Thomas R. Seitz 7
membentuk tim pemenangan sendiri, di luar tim desa. Mereka ini direkrut langsung oleh
partai politiknya. calon anggota DPRD Kabupaten yang
Bagi masyarakat desa, situasi tersebut memiliki daerah pemilihan di desa yang
mirip dengan Pilkades, di mana terdapat ditempati oleh orangorang tersebut. Bahkan
kandidat yang berusaha memenangkan suara mereka juga memberi kesaksian adanya
pemilih. Pada tataran ini, sebagaimana juga koordinator di hampir seluruh desa, kecuali
terjadi pada Pilkada, dinamika yang ada kandidat yang memilih wilayah kerja
pada Pilkades “diadopsi” oleh pemilu tertentu, tidak seluruh desa di daerah
legislatif. Kehadiran tim pemenangan di luar pemilihan.
partai politik,dengan mudah diterima Pemilihan wilayah desa sebagai unit
sebagai bagian dari kontestasi pemilu tim sukses mandiri dikarenakan dua hal,
legislatif. Secara umum, tim pemenangan di keterbatasan sumber daya finansial kandidat,
luar partai politik hadir dan dikenal pada atau strategi kampanye dengan
pemilu legislatif dimulai sejak pemilu 2009 mempertimbangkan peluangpeluang suara di
dan berkembang lebih marak pada pemilu- desa tertentu. Kesaksian ini diperkuat
pemilu berikutnya, hingga pemilu terbaru dengan hasil wawancara terhadap kandidat,
2019. yang menyatakan keberadaan koordinator
Seiring berjalannya waktu, terjadi desa dan pemilihan desa tertentu. Desa
perubahan penyebutan untuk tim dipilih sebagai salah satu tingkat koordinasi
pemenangan. Masyarakat dewasa ini lebih tim sukses mandiri karena faktor
umum mengenalnya dengan sebutan tim administrasi kewilayahan dan kondisi
sukses, meskipun masih ada juga yang masyarakat yang mungkin terpisah antara
mempertahankan penggunaan istilah lokal. satu desa dan desa lain secara geografis
Secara bahasa, tim sukses bermakna tim ataupun karakteristik.
yang berfungsi mensukseskan kandidat. Mereka juga menyatakan adanya
Istilah tim sukses pada dasarnya memiliki individuindividu yang memiliki wilayah
cakupan yang luas, meliputi tim kerja di bawah desa. Beberapa informan
pemenangan yang berlatar belakang partai menyebutkan adanya tim sukses di tingkat
politik, maupun yang di luar partai politik. Rukun Warga (RW). Pada tingkatan ini,
Bahkan beberapa peneliti mengidentifikasi lazimnya terdiri dari dua orang atau lebih di
lebih rinci, dengan menempatkan makelar masing-masing RW. Sama dengan tingkat
suara sebagai salah satu unsur dalam tim desa, tidak semua RW terdapat tim sukses.
sukses. Namun sedikit berbeda dengan tingkat Desa
Terlepas dari perdebatan yang dapat yang memiliki alasan sumberdaya dan
muncul terkait pengidentifikasian unsur- potensi suara, keputusan tentang ada atau
unsur yang ada di tim sukses, artikel ini tidaknya tim sukses RW lebih dikarenakan
hanya akan fokus pada unsur-unsur tim keterbatasan sumber daya manusia yang
sukses yang berada di luarlembaga partai dapat direkrut menjadi tim sukses, serta
politik. Artikel ini menyebutnya sebagai tim potensi suara pemilihnya.
sukses mandiri, yakni tim pemenangan yang Sebagai contoh, terdapat kandidat yang
dibentuk secara mandiri oleh kandidat, berasal atau berdomisili di RW tertentu,
untuk secara khusus membantu maka kandidat lain memilih untuk tidak
memenangkan pemilu, meskipun di banyak berkampanye di RW tersebut dengan alasan
literatur membahasnya sebagai makelar kecilnya peluang meraih suara, dan sulitnya
suara dalam konteks politik uang. menemukan warga RW tersebut yang
bersedia menjadi tim sukses karena telah
Struktur tim sukses mandiri “terikat” dengan kandidat yang berasal dari
Hasil wawancaradi Kabupaten Pati dan RW tersebut. Atau pada kasus tertentu
Kabupaten Demak menunjukkan bahwa tim diketahui bahwa jumlah pemilih di RW
sukses mandirimemiliki beberapa bentuk. tersebut didominasi oleh keluarga besar
Beberapa orang menyatakan dirinyaadalah kandidat lain, sehingga merasa akan sia-sia
8 Jejaring Sosial dalam Pembentukan Tim Sukses Mandiri di Pemilu DPRD Kabupaten 2019
bila membentuk tim yang bertujuan
mempengaruhi warga RW tersebut.
Di bawah tingkat RW, terdapat tim
yang bekerja di tingkat Rukun Tetangga
(RT). Tingkat inilah yang bersentuhan
langsung dengan pemilih, baik dalam
konteks politik uang maupun penyampaian
program kandidat. Bahkan gesekan antar tim
sukses sering terjadi di tingkat ini, yang
disebabkan oleh kedekatan jarak sosial antar Gambar 1. Struktur Tim Sukses Mandiri
aktor di satu tim dengan tim lainnya untuk
kandidat yang berbeda. Lazimnya, pada Keberadaan aktor-aktor tim sukses
tingkat RT hanya terdapat satu orang di tim mandiri di berbagai tingkatan tersebut,
sukses. faktanya tidak direkrut ataupun dibentuk
langsung oleh kandidat. Beberapa informan
Berbeda dengan tim sukses di tingkat
yang berposisi sebagai tim sukses tingkat
desa maupun RW, keberadaan tim sukses
RT menyatakan bahwa mereka direkrut oleh
tingkat RT cenderung merata di satu RW.
tim sukses tingkat RW. Meskipun ada juga
Artinya, ketika kandidat memilih suatu desa
yang direkrut oleh tim sukses tingkat desa,
dan memilih RW tertentu untuk dibentuk
namun jumlahnya tidak dominan. Begitu
tim sukses mandiri, kandidat membentuk
pula tim sukses tingkat RW, mereka direkrut
tim sukses mandiri di seluruh RT di wilayah
oleh tim sukses tingkat desa. Peneliti tidak
tersebut. Wawancara kepada kandidat
menemukan tim sukses tingkat RW yang
menjawab alasan kenapa tidak dilakukan
direkrut langsung oleh kandidat. Kandidat
pemilihan wilayah tertentu untuk tingkat
hanya merekrut langsung aktor-aktor tim
RT, yakni karena menghindari kecemburuan
sukses tingkat desa (lihat Gambar 2).
pemilih antar RT ketika pembagian uang.
Kecemburuan ini dikhawatirkan dapat
memicu pandangan negatif terhadap
kandidat oleh warga RT yang tidak
menerima uang.
Beberapa informan menjelaskan bentuk
tim sukses mandiri yang berbeda dengan di
atas. Tim sukses mandiri yang hanya terdiri
dari satu orang, yang tidak memiliki turunan
tingkat di bawahnya. Umumnya, orang
tersebut memiliki wilayah kerjasatu desa.
Secara tingkatan dan jumlah orang, sejajar Gambar 2. Alur Rekruitmen
dengan tim sukses tingkat desa (lihat bagan
1). Bahkan, di beberapa desa dijumpai Salah seorang kandidat memberikan
adanya dua tim sukses yang secara struktur alasan kenapa kandidat hanya merekrut
terpisah, namun bekerja untuk satu kandidat secara langsung tim sukses tingkat desa,
yang sama. Tim sukses jenis ini memang karena jumlah desa lah yang menyebabkan
tidak diarahkan sebagai saluran politik uang, paling memungkinkannya tim sukses
namun lebih diarahkan sebagai influencer. dikelola langsung oleh kandidat. Sebagai
Aktoraktor dalam tim sukses jenis ini gambaran, satu daerah pemilihan untuk
dimanfaatkan sebagai “penjamin” atas Pemilu DPRD Kabupaten, dapat terdiri dari
kelayakan kandidat untuk dipilih. Status dan beberapa kecamatan. Satu kecamatan dapat
reputasi sosial yang melekat pada aktor- terdiri dari 20 puluhan desa. Sedangkan bila
aktor tersebut dimanfaatkan dalam rangka mengelola secara langsung tim sukses
mempengaruhi pemilih. tingkat RW, jumlahnya dapat mencapai
George Towar Ikbal Tawakkal, Ratnaningsih Damayanti, Tia Subekti, Andrew D Garner, dan Thomas R. Seitz 9
lebih dari 70 tim. Hal tersebut dinilai di luar sukses mandiri calon anggota DPRD
kemampuan kandidat. Kabupaten, yakni bertingkat dan tunggal.
Pertanyaannya kemudian, kenapa Tim sukses mandiri bertingkat merujuk pada
kandidat tidak membentuk tim sukses unit tim sukses yang berjenjang dari tingkat
kecamatan? desa hingga tingkat RT, dengan pola
Peneliti hanya menjumpai sedikit sekali koordinasi dan pelaporan secara estafet
kandidat yang memiliki tim sukses aktif di sesuai tingkatan (lihat Gambar 3). Tim
tingkat kecamatan. Keberadaan tim sukses sukses bertingkat terdiri dari tim sukses
kecamatan dianggap tidak diperlukan, desa, tim sukses RW, dan tim sukses RT.
mengingat satu daerah pemilihan hanya Struktur ini mirip tim sukses di Pilkades
terdiri dari satu hingga empat kecamatan. Di (lihat Tawakkal, 2017).
samping alasan kuantitas, juga terdapat
alasan kualitas, bahwa seringkali tidak
ditemukan orang-orang yang memiliki
jaringan sosial di banyak desa dalam satu
kecamatan. Sehingga kandidat memilih
untuk mengoptimalkan interaksi dengan tim
sukses tingkat desa.
Pola koordinasi yang dilakukan oleh
tim sukses berjenjang sesuai dengan
tingkatan. Ketika kandidat memberikan
arahan kerja ataupun materi untuk
didistribusikan, maka akan disampaikan
secara langsung kepada tim sukses desa.
Lazimnya, arahan-arahan dan materi Gambar 3. Alur Koordinasi dan Pelaporan
disampaikan oleh kandidat dengan Tim sukses RT adalah tim sukses yang
mengadakan forum-forum pertemuan antara memiliki wilayah kerja di lingkup Rukun
kandidat dan tim sukses tingkat desa. Tetangga, dan berfungsi untuk berinteraksi
Meskipun terkadang terdapat kehadiran tim langsung dengan pemilih. Besaran Rukun
sukses tingkat RW, namun sifatnya hanya Tetangga dapat mencapai 30 keluarga,
“figuran” dalam konteks forum rapat dimana masing-masing keluarga dapat
koordinasi. terdiri dari beberapa orang yang memiliki
Kandidat juga memanfaatkan saluran hak pilih. Tim sukses RW adalah tim sukses
pribadi untuk memberikan arahan atau yang memiliki wilayah kerja di lingkup
materi kepada tim sukses desa, khususnya Rukun Warga, dan berfungsi untuk
bila arahan atau materi tersebut mendesak mengkoordinasi tim sukses RT. Dalam satu
dan/atau berbeda dengan tim sukses desa Rukun Warga, setidaknya terdiri dari tiga
lainnya. Sebagai catatan, kandidat juga Rukun Tetangga. Dalam konteks koordinasi,
terkadang mengadakan forum yang tim sukses RW setidaknya mengkoordinasi
menghadirkan seluruh tim sukses di segala tiga unit kecil tim sukses RT.
tingkatan, namun lebih bersifat “pesta” Tim sukses mandiri tunggal merujuk
daripada koordinasi. Setelah tim sukses pada unit tim sukses yang hanya berisi satu
tingkat desa menerima arahan atau materi orang, yang secara otomatis memiliki pola
dari kandidat, mereka meneruskannya ke koordinasi dan pelaporan secara langsung
tim sukses tingkat RW, hingga tim sukses dengan kandidat. Tim sukses mandiri jenis
tingkat RT secara estafet. Begitu juga ini bekerja secara individu, tidak memiliki
sebaliknya, alur pelaporannya dari tim struktur di bawah maupun di atas nya. Tim
sukses tingkat RT secara estafet hingga ke sukses mandiri tunggal biasanya diisi oleh
kandidat. elit-elit sosial. Secara spesifik, biasanya diisi
Dari penjelasan bagian ini dapat oleh orang-orang berlatar belakang
dipetakan bahwa terdapat dua bentuk tim pengusaha ataupun tokoh agama. Mereka
10 Jejaring Sosial dalam Pembentukan Tim Sukses Mandiri di Pemilu DPRD Kabupaten 2019
mempengaruhi pemilih secara langsung, sepupu). Jumlahnya bisa mencapai puluhan
yakni para pemilih yang menjadi pengikut jika hingga anak cucu.
atau pun pekerja nya. Selain kekeluargaan berdasar
Kesimpulan yang muncul dalam keturunan, kandidat juga memanfaatkan
pembahasan ini, aktor tim sukses tingkat kekeluargaan berdasar perkawinan, yakni
desa adalah aktor yang berhubungan merujuk pada keterhubungan kekeluargaan
langsung dengan kandidat, baik dalam sebagai konsekuensi adanya ikatan
konteks koordinasi ataupun pintu masuk perkawinan. Kombinasi antara kekeluargaan
pembentukan tim sukses hingga tingkat RT. keturunan dan perkawinan dapat
Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa aktor menghasilkan jumlah yang sangat besar,
tim sukses tingkat desa adalah aktor simpul mengingat keluarga ipar juga memiliki
yang menjadi kunci bekerjanya suatu unit keluarga besar berdasar keturunan. Jumlah
tim sukses. Kesimpulan ini penting, sebagai besar ini dapat tersebar di lebih dari satu
poin awal pembahasan pembentukan tim desa.
sukses. Pemanfaatan keluarga besar sebagai tim
sukses mandiri juga dibenarkan oleh para
Pembentukan tim sukses mandiri tim sukses. Mereka secara moral
Aktor-aktor tim sukses tingkat desa berkewajiban untuk membantu kemenangan
merupakan aktor simpul yang dapat anggota keluarganya yang menjadi kandidat.
menjelaskan pola pebentukan tim sukses Kandidat biasanya memilih salah satu
mandiri oleh kandidat. Dalam rangka anggota keluarga besar nya yang paling
memetakan pola pembentukan tersebut, berpengaruh untuk menjadi tim sukses
diperlukan gambaran mengenai hubungan tingkat desa. Lazimnya, orang yang paling
sosial yang sudah ada antara kandidat dan dituakan dan paling memiliki sumber daya
aktor simpul. Mengingat interaksi kandidat (materi maupun non materi) akan direkrut
dan aktor simpul adalah titik awal untuk menjadi aktor simpul.
pembentukan tim sukses secara utuh. Kandidat menjelaskan arti penting
Beberapa calon anggota DPRD keluarga besar dalam tim sukses
kabupaten menyatakan bahwa mereka independen. Salah satu pertimbangan utama
memanfaatkan keluarga sebagai tim sukses. bagi kandidat ketika memutuskan menjadi
Sebagai informasi awal, mayoritas kandidat peserta pemilu adalah ukuran keluarga
berdomisili di daerah pemilihannya. besar. Hal ini dianggap sebagai sumber daya
Karakteristik masyarakat pedesaan, terdapat sosial yang potensial. Seorang kandidat
individu yang memiliki keluarga besar yang yang memiliki keluarga besar dengan
secara aktif masih terhubung dalam interaksi jumlah yang banyak, merasa percaya diri
sosial keseharian. Dalam konteks untuk memenangkan pemilu. Bahkan,
masyarakat pedesaan, keluarga besar sebagaimana kesaksian salah satu pimpinan
merujuk pada dua entitas kekeluargaan, partai, penjaringan kandidat juga
yakni keturunan dan perkawinan. mempertimbangkan ukuran keluarga besar
Kekeluargaan berdasar keturunan yang dimiliki oleh seorang bakal kandidat.
diartikan sebagai keterhubungan nasab atau Keterbatasan keluarga besar yang hanya
keturunan yang berada pada satu garis ada pada dua atau tiga desa, mendorong
kakek, bahkan hingga satu garis kakek kandidat untuk memanfaatkan saluran sosial
buyut. Jumlahnya bisa banyak, mengingat lainnya, yakni pertemanan. Teman dalam
karakteristik orang di masa lalu memiliki konteks ini merujuk pada orang-orang yang
banyak anak. Sebagai gambaran minimal, sudah dikenal oleh kandidat, yang masih
seorang kakek buyut dapat memiliki lima memiliki interaksi sosial meskipun dalam
anak (kakek). Begitu pun kakek, dapat kadar yang rendah. Antara kandidat dan
memiliki lima anak (bapak atau paman), orang-orang tersebut tidak terikat secara
hingga masing-masing bapak atau paman ketat pada payung lembaga sosial tertentu,
dapat memiliki lima anak (saudara atau semisal pekerjaan. Pemanfaatan temanteman
George Towar Ikbal Tawakkal, Ratnaningsih Damayanti, Tia Subekti, Andrew D Garner, dan Thomas R. Seitz 11
ini memiliki cakupan yang lebih luas dari
pemanfaatan keluarga besar. Seorang
kandidat dapat memiliki teman di banyak
desa, bukan hanya satu atau dua desa.
Dari sisi periodisasi, terdapat dua jenis
pertemanan yang dimanfaatkan oleh
kandidat, yakni teman saat ini dan teman
lama. Teman saat ini merujuk pada
pertemanan antara kandidat dan sesorang,
yang hingga saat ini masih berinteraksi
secara sosial. Teman jenis ini lazimnya
berada pada satu desa yang sama dengan
kandidat. Kedekatan jarak atau lingkungan
sosial, menyebabkan di antara mereka masih
sering dipertemukan di forum-forum sosial
formal maupun non-formal. Forum
jagongan seringkali menjadi forum sosial
yang mempertemukan mereka.
Teman lama merujuk pada pertemanan
antara kandidat dan seseorang yang
bersumber
12 Jejaring Sosial dalam Pembentukan Tim Sukses Mandiri di Pemilu DPRD Kabupaten 2019

dari berbagai kegiatan di masa lalu, dan tidak kelembagaan, afiliasi organisasi ini
lagi memiliki interaksi sosial yang siginifikan. mempermudah kandidat untuk menemukan
Sebagai contoh, seorang kandidat yang orang-orang yang akan menjadi aktor simpul di
berdomisili di desa Mranggen, pernah tim sukses.
menempuh pendidikan di sekolah yang Beberapa kandidat juga memanfaatkan
muridmuridnya berasal dari desa-desa di saluran lain, yakni mitra kerja dan guru. Pada
Kecamatan Mranggen, bahkan dari desa-desa sedikit kasus, kandidat memiliki bisnis atau
di sekitar Kecamatan Mranggen. Teman-teman usaha yang melibatkan orang-orang dari
tersebut sejatinya sudah tidak aktif berinteraksi berbagai desa, tergantung besaran usaha nya.
secara sosial dengan kandidat dalam Sebagai contoh, seorang kandidat memiliki
keseharian, karena jarak geografis dan usaha penangkapan ikan yang melibatkan
perbedaan lingkungan pekerjaan yang tidak puluhan pekerja kapal. Kandidat tersebut
memungkinkan untuk terjadinya interkasi memanfaatkan pekerjanya untuk menjadi aktor
sosial secara rutin. Ketika kandidat ingin simpul di desa masingmasing yang masih
memanfaatkan teman-teman sekolah tersebut dalam lingkup daerah pemilihan kandidat
sebagai tim sukses mandiri, kandidat membuka tersebut. Bukan hanya memanfaatkan pekerja,
kontak dan melakukan interaksi. kandidat juga dapat memanfaatkan mitra kerja
Selain keluarga besar dan teman, kandidat yang sejajar, seperti yang dilakukan salah
juga memanfaatkan orang-orang yang berada seorang kandidat yang berprofesi sebagai
pada satu organisasi dengannya, atau disebut pengembang perumahan, dengan
memiliki afiliasi organisasi yang sama. memanfaatkan kontraktor-kontraktor
Cakupan orang-orang ini dapat lebih luas dari pembangunan rumah sebagai aktor simpul di
teman. Sebagai contoh, seorang kandidat desa masing-masing.
adalah pengurus salah satu organisasi di tingkat Pemanfaatan guru oleh kandidat, lebih
Kabupaten. Kandidat tersebut memanfaatkan banyak dijumpai dalam bentuk pemanfaatan
orang-orang yang ada pada struktur organisasi guru agama. Di beberapa pedesaan di
tersebut di tingkat desa. Karena organisasi Kabupaten Demak, guru agama atau lazim
tersebut memiliki tingkat kepengurusan yang disebut Kyai memiliki pengaruh di masyarakat.
lengkap di seluruh desa, maka pemanfaatan Kandidat memanfaatkannya sebagai jaminan
orang-orang dengan afiliasi organisasi yang atas kelayakan sang murid menjadi wakil
sama, dapat mengisi kekosongan wilayah yang rakyat. Prosedur yang biasa dilalui oleh
tidak dapat dijangkau melalui keluarga besar kandidat adalah, sebagai murid meminta restu
ataupun teman. kepada kyai. Ketika kyai memberikan restu, ini
Organisasi yang pada umumnya menjadi pintu masuk untuk meminta dukungan
dimanfaatkan oleh kandidat di lokasi penelitian kyai. Kandidat akan memohon kepada kyai
adalah organisasi keagamaan dan organisasi untuk mengkampanyekan kandidat tersebut.
kepemudaan. Nahdlatul Ulama sebagai Hubungan-hubungan sebagaimana di atas,
organisasi keagamaan terbesar dan memiliki dapat menjelaskan posisi awal pembentukan
struktur aktif hingga tingkat desa, menjadi tim sukses mandiri, bukan hanya pada kandidat
magnet yang diperebutkan oleh banyak baru, namun juga kandidat petahanan.
kandidat. Pada beberapa kasus, partai politik Perbedaan antara kandidat baru dan kandidat
mempertimbangkan latar belakang organisasi petahanan adalah hanya pada kapan
yang dimiliki bakal kandidat. Sebagai contoh, pembentukan tim sukses dilakukan. Pada
seseorang diajukan oleh partai politik untuk kandidat baru, pelembagaan dilakukan pada
menjadi kandidat karena posisinya sebagai elit periode pemilu DPRD Kabupaten 2019,
di kepengurusan Nahdlatul Ulama. Begitupun sedangkan pada kandidat petahanan dapat
sebaliknya, organisasi-organisasi yang merasa terjadi pada periode pemilu sebelumnya.
memiliki basis masa yang kuat dan besar, Namun tidak sedikit dijumpai, kandidat
berusaha menempatkan kaderkadernya untuk petahanan juga membentuk tim sukses mandiri
menduduki jabatan-jabatan politik. Secara baru yang berbeda dengan tim yang
George Towar Ikbal Tawakkal, Ratnaningsih Damayanti, Tia Subekti, Andrew D Garner, dan Thomas R. Seitz 13

membantunya di pemilu sebelumnya. Beberapa


kandidat mengungkapkan sulitnya
mempertahankan tim sukses yang
membantunya di pemilu sebelumnya, karena
tuntutan atas kepentingan-kepentingan aktor
tim sukses, khususnya yang memiliki orientasi
transaksional dengan kandidat. Ketika aktor-
aktor tersebut kecewa terhadap kandidat, maka
kandidat tidak dapat memanfaatkan aktor-aktor
tersebut di pemilu berikutnya.
Selain memanfaatkan saluran sosial yang
dimiliki kandidat untuk menjadi aktor simpul
tim sukses, kandidat juga memanfaatkan
orangorang yang baru dikenalnya. Seorang
kandidat memberikan kesaksian atas dilema
yang harus dihadapinya ketika tidak memiliki
anggota keluarga atau teman atau jaringan Gambar 4. Pembentukan Tim Sukses
sosial apapun di suatu desa, sementara kandidat Dua hal tersebut berimbas pada tingkat
tersebut harus mendapatkan suara di desa kerawanan terhadap penyimpangan.
tersebut. Dengan memanfaatkan perantara, Penyimpangan terberat adalah penguasaan
kandidat diperkenalkan kepada orang-orang uang atau barang dari kandidat, yang
baru tersebut. Dalam waktu singkat, kandidat seharusnya disampaikan ke pemilih.
perlu membangun ikatan emosional antara Penyimpangan paling ringan adalah tingkat
dirinya dengan orang baru. Beberapa kasus keseriusan yang rendah dalam bekerja,
menunjukkan keberhasilan pembentukan ikatan sehingga standar kerja yang diharapkan oleh
emosional tersebut. Namun pada banyak kasus kandidat tidak dapat tercapai secara penuh.
lainnya, kandidat gagal membangun ikatan Karena tingkat spekulasi yang tinggi, seorang
emosional, dan kinerja tim sukses didasarkan kandidat menyatakan secara tegas, tidak
murni transaksional. bersedia memakai orang yang baru dikenalnya
Mayoritas kandidat yang diwawancarai sebagai aktor simpul tim sukses mandiri, dan
menyatakan bahwa mereka mengambil sikap memilih untuk melepaskan desa dimana
berhati-hati pada tim sukses yang memiliki kandidat tidak memiliki saluran sosial.
aktor simpul orang baru. Bahkan para kandidat Dari pemaparan di atas dapat diketahui
terkesan setengah hati dalam menggerakkan adanya dua latar belakang keterhubungan
dan menyediakan sumber daya pada tim sukses kandidat dan aktor simpul, yakni
tersebut. Beberapa kandidat menjelaskan keterhubungan langsung dan keterhubungan
tingkat spekulasi yang harus dihadapinya tidak langsung. Keterhubungan langsung
dengan orang baru. Pertama, komitmen orang merujuk pada keadaan kandidat dan aktor
baru belum tentu ada pada kadar yang layak. simpul yang telah memiliki interaksi sosial,
Kedua, ketidakjelasan jangkauan sosial yang jauh sebelum periode kepemiluan. Interkasi
dimiliki orang baru, baik dalam menjangkau sosial tersebut di luar kepentingan pemenangan
pemilih maupun membentuk tingkatan tim kandidat. Keterhubungan langsung mencakup
sukses di bawahnya. hubungan kekeluargaan, pertemanan, afiliasi
organisasi, guru-murid, ataupun mitra kerja
(lihat bagan 4). Keterhubungan tidak langsung
merujuk pada keadaan kandidat dan aktor
simpul yang sebelumnya tidak memiliki
interaksi sosial dalam jenis apapun.
Keterhubungan tidak langsung ditandai dengan
adanya aktor perantara yang memperkenalkan
14 Jejaring Sosial dalam Pembentukan Tim Sukses Mandiri di Pemilu DPRD Kabupaten 2019

kandidat dengan aktor simpul tersebut. Dengan mengalami tekanan sosial (Tawakkal dkk,
kata lain, perkenalan mereka murni didasari 2017), namun juga dalam proses pembentukan
untuk kepentingan pemenangan kandidat. tim sukses mandirioleh kandidat tidak dapat
terlepas dari jejaring sosial yang dimiliki oleh
Penggunaan Jejaring Sosial kandidat (lihat bagan 5). Meskipuin dapat lebih
Berbagai literatur yang mengkaji tim sempit ataupun lebih luas dari lingkungan
sukses mandiri, seperti Aspinall (2014), sosialnya, namun tetap berjalan di sekitar batas
Zarazaga, 2014),dan Finan dan Schechter lingkungan sosialnya. Lebih sempit dari
(2012 menjelaskan bagaimana komponen lingkungan sosial merujuk pada keadaan
lembaga tersebut adalah berupa jejaring sosial. kandidat yang tidak memanfaatkan sumber
Fakta lapangan menunjukkan bahwa tim sukses daya sosial tertentu di lingkungannya untuk
mandiri bukan hanya memiliki komponen membangun tim sukses mandiri. Situasi ini
berupa jejaring sosial, namun juga dilahirkan dapat disebabkan oleh kekurangan sumber
oleh jejaring sosial kandidat dan aktor simpul. daya finansial, ataupun kecilnya potensi suara
Pembentukan tim sukses mandiri yang bila memanfaatkan sumber daya sosial
bertumpu pada kandidat dan aktor simpul, tersebut. Lebih luas dari lingkungan sosialnya
terjadi melalui salah satu proses berikut. merujuk pada keadaan kandidat yang
Pertama, penciptaan jejaring baru, yakni memanfaatkan orang-orang baru di luar
pembentukan tim sukses mandiri dengan lingkungan sosialnya untuk membangun tim
melibatkan orangorang baru yang sebelumnya sukses mandiri. Meskipun di luar lingkungan
tidak memiliki hubungan sosial dengan sosialnya, namun tidak jauh dari batas
kandidat sebagai aktor simpul. Kedua, maksimal lingkungannya. Pada kasus ini,
penggunaan jejaring sosial asli, yakni hanya melibatkan satu jenjang perantara dari
pembentukan tim sukses mandiri dengan lingkungan sosialnya untuk memperkenalkan
memanfaatkan lingkungan atau sumber daya dengan orang baru.
sosial yang telah dimiliki oleh kandidat sebagai SIMPULAN
sumber pengisian aktor-aktor simpul. Sumber
daya sosial dominan yang dimanfaatkan oleh Tim sukses mandiri di Pemilu legislatif 2019,
calon anggota legislatif 2019 meliputi yakni tim pemenangan yang berisi orangorang
keluarga, teman, organisasi, ataupunpekerjaan. non-partai, terdiri dari beberapa orang yang
Dengan segala pertimbangan spekulasi dan terorganisasi dalam unit-unit kecil di tingkat
potensi, kandidat cenderung memprioritaskan desa. Unit-unit tersebut berfungsi
pengalihan fungsi sosial, dan sedapat mungkin mempengaruhi pemilih untuk memberikan
tidak menggunakan penciptaan fungsi baru. suaranya pada kandidat tertentu, dengan
mendistribusikan materi-materi kampanye
yang bersifat materi maupun non-materi.
Masing-masing unit tersebut terdiri dari
beberapa orang yang terorganisasikan secara
hirarkhis hingga tingkat pemilih, meliputi tim
sukses Desa, tim sukses RW, dan tim sukses
RT, dengan satu aktor simpul yang terhubung
dan berinteraksi langsung dengan kandidat.
Aktor simpul inilah yang bertanggungjawab
dalam menggerakkan tim sukses mandiri dalam
pemenangan kandidat.
Bagan 5. Jangkauan Pembentukan Tim ukses Mengingat keterbatasan kandidat dalam
Mandiri menjangkau setiap individu dalam satu unit tim
sukses mandiri, maka aktor simpul menjadi
Fakta-fakta tersebut menunjukkan bahwa aktor kunci dalam menggerakkan unit-unit tim
tim sukses mandiri bukan hanya dapat sukses. Sikap dan perilaku aktor-aktor simpul
George Towar Ikbal Tawakkal, Ratnaningsih Damayanti, Tia Subekti, Andrew D Garner, dan Thomas R. Seitz 15

akan berpengaruh besar terhadap kinerja lingkungan sosial yang sama, tentu menarik
unitunitnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa untuk mengetahui tantangan yang dihadapi
pertaruhan terbesar kandidat dalam kandidat dalam pembentukan tim sukses
pemanfaatan tim sukses mandiri, adalah pada mandiri. Terbuka bagi kami dan peneliti lain
pemilihan aktor-aktor simpul di setiap unit. untuk memperluas dan mengkaji lebih jauh
Pada situasi ini, pembentukan tim sukses pertanyaanpertanyaan yang belum mampu
terjadi dengan menciptakan jejaring baru, terjawab di artikel ini.
yakni pembentukan tim sukses mandiri dengan
DAFTAR PUSTAKA
melibatkan orang-orang baru yang sebelumnya
tidak memiliki hubungan sosial dengan Aspinall, E., Rohman, N., Hamdi, A. Z.,
kandidat sebagai aktor simpul, dan atau dengan Rubaidi,
menggunakan jejaring sosial asli, yakni & Triantini, Z. E. (2017). Vote Buying in
pembentukan tim sukses mandiri dengan Indonesia: Candidate Strategies, Market
memanfaatkan lingkungan atau sumber daya Logic and Effectiveness. Journal of East
sosial yang telah dimiliki oleh kandidat sebagai Asian Studies, 17(01), 1–27
sumber pengisian aktor-aktor simpul. Aspinall, E, & Sukmajati, M. (2015). Patronase
Penggunaan jejaring sosial asli yang dimiliki dan Klientelisme dalam Politik Elektoral
kandidat, adalah pola yang lebih dipilih oleh di Indonesia. Dalam Edward Aspinall
kandidat. &MadaSukmajati (ed.). Politik Uang di
Gambaran besar yang dapat diambil adalah, Indonesia, Patronase dan Klientelisme
proses pembentukan tim sukses mandirioleh pada Pemilu Legislatif 2014.
kandidat hanya bergerak di seputarjejaring Yogyakarta: Polgov.
sosial yang dimiliki oleh kandidat, ataupun
dengan pergeseran yang masih Aspinall, E. (2014). When Brokers Betray:
berhimpitandengan jejaring sosial asli. Clientelism, Social Networks, and
Pembentukan tim sukses yang bergerak di Electoral Politics in Indonesia. Critical
seputar lingkungan sosial kandidat, Asian Studies, 46, (4), 545-570.
menunjukkan bahwatim sukses mandiri lebih Baldwin, K. (2016). The Paradox of
dari sekedar tim marketing yang direkrut Traditional Chiefs in Democratic Africa.
melalui pembukaan lowongan pekerjaan. New York: Cambridge University Press.
Namun, dengan keterbatasan lokasi dan Blaydes, L. (2006). Who Votes in
karakter masyarakat yang menjadi obyek Authoritarian Elections and Why?
penelitian, artikel ini masih menyisakan Determinants of Voter Turnout in
pertanyaan besar terkait pembentukan tim Contemporary Egypt.The 2006 Annual
sukses mandiri. Karakteristik masyarakat desa Meeting of the American Political
yang memiliki interaksi sosial tinggi antara Science Association. Philadelphia, PA.
individu, tentu berbeda dengan masyarakat
perkotaan. Pembentukan tim sukses kandidat Callahan, W.A. (2018). Pollwatching,
yang memiliki daerah pemilih di perkotaan, Elections and Civil Society in Southeast
bisa jadi melalui proses yang berbeda. Apakah Asia. New York: Routledge.
ikatan sosial yang lemah di masyarakat Finan, F. & Schechter, L. (2012). Vote-Buying
perkotaan mendorong kandidat untuk And Reciprocity. Econometrica, 80, (2),
mengoptimalkan pola pembentukan fungsi 863–881.
baru? Seandainya kandidat di perkotaan Frye, T., Reuter, O., & Szakonyi, D. (2019).
memiliki teman, apakah memiliki kadar Vote Brokers, Clientelist Appeals, and
keterlibatan yang sama dengan kandidat di Voter Turnout: Evidence from Russia
pedesaan? Secara umum, apakah kandidat and Venezuela. World Politics, 71, (4),
memiliki kendala dalam melakukan pengalihan 710746.
fungsi sosial? Mengingat kemungkinan adanya
dua atau lebih kandidat yang berasal dari
16 Jejaring Sosial dalam Pembentukan Tim Sukses Mandiri di Pemilu DPRD Kabupaten 2019

Frye, T., Reuter, O., & Szakonyi, D. (2019). Indonesia. Proceeding Semnas FISIP-UT
Hitting Them With Carrots: Voter 2011. Jakarta.
Intimidation and Vote Buying in Russia. Ocantos, E.G. (2012). Vote Buying and Social
British Journal of Political Science, 49, Desirability Bias:Experimental Evidence
(3), 857-881. from Nicaragua. American Journal of
Geertz, C. (1989). Abangan, Santri, Priyayi Political Science, 56, (1), 202–217.
dalam Masyarakat Jawa, alih bahasa Rahman, N. (2015). Pati, Jawa Tengah: Target,
Aswab Mahasin. Jakarta: Pustaka Jaya Teknik dan Makna dari Pembelian Suara.
Gingerich, D.W., & Medina, L.F. (2013). The Dalam Edward Aspinall
Endurance and Eclipse of The Controlled &MadaSukmajati (ed.). Politik Uang di
Vote: AFormal Model of Vote Brokerage Indonesia, Patronase dan Klientelisme
Under The SecretBallot. Economics & pada Pemilu Legislatif 2014.
Politics, 25, (3), 453-480. Yogyakarta: Polgov.
Hellmann, O. (2014). Electoral Reform in Rueda, M.R. (2017). Small Aggregates, Big
Asia: Institutional Engineering against Manipulation: Vote Buying Enforcement
‘Money Politics. Japanese Journal of and Collective Monitoring. American
Political Science, 15, (2), 275–298. Journal of Political Science, 61, (1),
163177.
Kamus lengkap,
https://kamuslengkap.com/ Scott, J.C. (1972). Patron-Client Politics And
kamus/politik/arti-kata/team-sukses Political Change in Southeast Asia. The
American Political Science Review, 66,
Kennedy, J.J. (2010). The Price of Democracy:
(1), 91-113.
Vote Buying and Village Elections in
Tawakkal, G.T.I. (2017). Gapit Sebagai
China. Asian Politics & Policy, 2, (4),
Potensi Demokrasi: Bekerjanya Jejaring
617–631.
Dalam Pilkada Demak 2015. Disertasi
Larreguy, H., Marshall, J., & Querub´In, P. S3 Ilmu Sosial Universitas Diponegoro
(2016). Semarang.
Parties, Brokers, And Voter Tawakkal, G.T.I. (2017). Gapit: Jaringan
Mobilization: How Turnout Buying Mobilisasi Suara di Pilkades. Jurnal Ilmu
Depends Upon The Party’s Capacity To Politik, 2, (1), 31-46.
Monitor Brokers. American Political
Science Review, 110, (1), 160-179. Tawakkal, G.T.I., Kistanto, N.H., Asy’ari, H.,
Pradhanawati, A. & Garner, A.D. (2017).
Mattlin, M. (2004).Nested Pyramid Structures:
Why Brokers Don’t Betray: Social Status
Political Parties in Taiwanese Elections. and Brokerage Activity in Central Java.
The China Quarterly, 180, 1031 1049. Asian Affairs: An American Review, 44,
McCarty, C., Bernard, H.R., Killworth, P.D., (2), 52-68.
Shelley, G.A. & Johnson, E.C. (1997). Tawakkal, G.T.I. (2009). Peran Partai Politik
Eliciting Representative Samples of Dalam Mobilisasi Pemilih
Personal Networks. Social Networks,19, Studi
303-323. Kegagalan Parpol Pada Pemilu
Miles, M.B., Huberman, M.A. (1984). Legislatif Di Kabupaten Demak 2009.
Qualitative Data Analysis: A Sourcebook Tesis S2 Ilmu Politik Universitas
of New Methode. London: Sage Diponegoro, Semarang.
Publications. Triantini, Z.E.(2015). Blora, Jawa Tengah:
Nurcholis, H. (2011). Dua Ratus Tahun Sabet Sebagai Penentu Kemenangan.
Demokrasi Desa: Potret Kegagalan Dalam Edward Aspinall
Adopsi Nilai Demokrasi Oleh Bangsa &MadaSukmajati (ed.). Politik Uang di
George Towar Ikbal Tawakkal, Ratnaningsih Damayanti, Tia Subekti, Andrew D Garner, dan Thomas R. Seitz 17

Indonesia, Patronase dan Klientelisme


pada Pemilu Legislatif 2014.
Yogyakarta: Polgov.
Wu, C., & Huang, C. (2004). Politics and
Judiciary Verdicts on Vote-Buying
Litigation in Taiwan. Asian Survey,44,
(5), 755-770.
Zarazaga, R. (2014). Vote Buying and
Asymetric Information. Working Paper
#398. Notre Dame: The Kellogg Institute
for International Studies.

Anda mungkin juga menyukai