Narasi Tim 1
Narasi Tim 1
1, Maret 2020: 1 - 14
ABSTRAK.
Perubahan dalam sistem pemilihan dan masalah partai politik dalam memobilisasi pemilih telah
mendorong para kandidat untuk membangun tim sukses yang independen. Mereka adalah faktor
penting dalam upaya memenangkan pemilu. Studi terbaru menunjukkan tentang keberadaan, kinerja,
dan efisiensi merekadalam memberikan suara dalam pemilihan umum Indonesia dan banyak negara.
Namun, sangat sedikit dari kajiankajian itu yang membahas tentang bagaimana tim sukses independen
dibangun. Artikel ini menganalisis bagaimana para kandidat pemilihan legislatif di daerah
mengembangkan tim sukses independen mereka. Berdasarkan wawancara dan pengamatan dari
berbagai kandidat dalam pemilihan legislatif 2019 di Kabupaten Pati dan Kabupaten Demak, artikel ini
membahas bagaimana para kandidat membangun tim sukses independen, yang mencakup bentuk dan
sumber. Hasil studi ini menyatakan bahwa mereka memiliki aktor penting yang berhubungan dengan
kandidat. Mereka terhubung secara sosial sebelum pemilihan, sehingga tim dibangun oleh transformasi
fungsi sosial. Ini menunjukkan bahwa tim sukses independen mencerminkan jejaring sosial kandidat.
ABSTRACT.
Changes in the electoral system and problems of political parties in mobilizing voters have led
candidates to build independent success teams. They were an essential factor in winning effort. Recent
studies showed their existence, performance, and efficiency in delivering votes in Indonesian elections
and many countries. However, very few of them addressed about how the teams were built. This
article analyzed how candidates of regional legislative elections develop their independent success
teams. Based on interviews and observations of various candidates in the 2019 legislative election of
Pati Regency and Demak Regency, this article discusses how candidates built an independent success
team, which includes the form and sources. The results state that they have crucial actors who relate
to candidates. They were connected socially before the election, so the team was built by social
function transformation. It shows that the independent success team reflects the candidate’s social
network.
dari berbagai kegiatan di masa lalu, dan tidak kelembagaan, afiliasi organisasi ini
lagi memiliki interaksi sosial yang siginifikan. mempermudah kandidat untuk menemukan
Sebagai contoh, seorang kandidat yang orang-orang yang akan menjadi aktor simpul di
berdomisili di desa Mranggen, pernah tim sukses.
menempuh pendidikan di sekolah yang Beberapa kandidat juga memanfaatkan
muridmuridnya berasal dari desa-desa di saluran lain, yakni mitra kerja dan guru. Pada
Kecamatan Mranggen, bahkan dari desa-desa sedikit kasus, kandidat memiliki bisnis atau
di sekitar Kecamatan Mranggen. Teman-teman usaha yang melibatkan orang-orang dari
tersebut sejatinya sudah tidak aktif berinteraksi berbagai desa, tergantung besaran usaha nya.
secara sosial dengan kandidat dalam Sebagai contoh, seorang kandidat memiliki
keseharian, karena jarak geografis dan usaha penangkapan ikan yang melibatkan
perbedaan lingkungan pekerjaan yang tidak puluhan pekerja kapal. Kandidat tersebut
memungkinkan untuk terjadinya interkasi memanfaatkan pekerjanya untuk menjadi aktor
sosial secara rutin. Ketika kandidat ingin simpul di desa masingmasing yang masih
memanfaatkan teman-teman sekolah tersebut dalam lingkup daerah pemilihan kandidat
sebagai tim sukses mandiri, kandidat membuka tersebut. Bukan hanya memanfaatkan pekerja,
kontak dan melakukan interaksi. kandidat juga dapat memanfaatkan mitra kerja
Selain keluarga besar dan teman, kandidat yang sejajar, seperti yang dilakukan salah
juga memanfaatkan orang-orang yang berada seorang kandidat yang berprofesi sebagai
pada satu organisasi dengannya, atau disebut pengembang perumahan, dengan
memiliki afiliasi organisasi yang sama. memanfaatkan kontraktor-kontraktor
Cakupan orang-orang ini dapat lebih luas dari pembangunan rumah sebagai aktor simpul di
teman. Sebagai contoh, seorang kandidat desa masing-masing.
adalah pengurus salah satu organisasi di tingkat Pemanfaatan guru oleh kandidat, lebih
Kabupaten. Kandidat tersebut memanfaatkan banyak dijumpai dalam bentuk pemanfaatan
orang-orang yang ada pada struktur organisasi guru agama. Di beberapa pedesaan di
tersebut di tingkat desa. Karena organisasi Kabupaten Demak, guru agama atau lazim
tersebut memiliki tingkat kepengurusan yang disebut Kyai memiliki pengaruh di masyarakat.
lengkap di seluruh desa, maka pemanfaatan Kandidat memanfaatkannya sebagai jaminan
orang-orang dengan afiliasi organisasi yang atas kelayakan sang murid menjadi wakil
sama, dapat mengisi kekosongan wilayah yang rakyat. Prosedur yang biasa dilalui oleh
tidak dapat dijangkau melalui keluarga besar kandidat adalah, sebagai murid meminta restu
ataupun teman. kepada kyai. Ketika kyai memberikan restu, ini
Organisasi yang pada umumnya menjadi pintu masuk untuk meminta dukungan
dimanfaatkan oleh kandidat di lokasi penelitian kyai. Kandidat akan memohon kepada kyai
adalah organisasi keagamaan dan organisasi untuk mengkampanyekan kandidat tersebut.
kepemudaan. Nahdlatul Ulama sebagai Hubungan-hubungan sebagaimana di atas,
organisasi keagamaan terbesar dan memiliki dapat menjelaskan posisi awal pembentukan
struktur aktif hingga tingkat desa, menjadi tim sukses mandiri, bukan hanya pada kandidat
magnet yang diperebutkan oleh banyak baru, namun juga kandidat petahanan.
kandidat. Pada beberapa kasus, partai politik Perbedaan antara kandidat baru dan kandidat
mempertimbangkan latar belakang organisasi petahanan adalah hanya pada kapan
yang dimiliki bakal kandidat. Sebagai contoh, pembentukan tim sukses dilakukan. Pada
seseorang diajukan oleh partai politik untuk kandidat baru, pelembagaan dilakukan pada
menjadi kandidat karena posisinya sebagai elit periode pemilu DPRD Kabupaten 2019,
di kepengurusan Nahdlatul Ulama. Begitupun sedangkan pada kandidat petahanan dapat
sebaliknya, organisasi-organisasi yang merasa terjadi pada periode pemilu sebelumnya.
memiliki basis masa yang kuat dan besar, Namun tidak sedikit dijumpai, kandidat
berusaha menempatkan kaderkadernya untuk petahanan juga membentuk tim sukses mandiri
menduduki jabatan-jabatan politik. Secara baru yang berbeda dengan tim yang
George Towar Ikbal Tawakkal, Ratnaningsih Damayanti, Tia Subekti, Andrew D Garner, dan Thomas R. Seitz 13
kandidat dengan aktor simpul tersebut. Dengan mengalami tekanan sosial (Tawakkal dkk,
kata lain, perkenalan mereka murni didasari 2017), namun juga dalam proses pembentukan
untuk kepentingan pemenangan kandidat. tim sukses mandirioleh kandidat tidak dapat
terlepas dari jejaring sosial yang dimiliki oleh
Penggunaan Jejaring Sosial kandidat (lihat bagan 5). Meskipuin dapat lebih
Berbagai literatur yang mengkaji tim sempit ataupun lebih luas dari lingkungan
sukses mandiri, seperti Aspinall (2014), sosialnya, namun tetap berjalan di sekitar batas
Zarazaga, 2014),dan Finan dan Schechter lingkungan sosialnya. Lebih sempit dari
(2012 menjelaskan bagaimana komponen lingkungan sosial merujuk pada keadaan
lembaga tersebut adalah berupa jejaring sosial. kandidat yang tidak memanfaatkan sumber
Fakta lapangan menunjukkan bahwa tim sukses daya sosial tertentu di lingkungannya untuk
mandiri bukan hanya memiliki komponen membangun tim sukses mandiri. Situasi ini
berupa jejaring sosial, namun juga dilahirkan dapat disebabkan oleh kekurangan sumber
oleh jejaring sosial kandidat dan aktor simpul. daya finansial, ataupun kecilnya potensi suara
Pembentukan tim sukses mandiri yang bila memanfaatkan sumber daya sosial
bertumpu pada kandidat dan aktor simpul, tersebut. Lebih luas dari lingkungan sosialnya
terjadi melalui salah satu proses berikut. merujuk pada keadaan kandidat yang
Pertama, penciptaan jejaring baru, yakni memanfaatkan orang-orang baru di luar
pembentukan tim sukses mandiri dengan lingkungan sosialnya untuk membangun tim
melibatkan orangorang baru yang sebelumnya sukses mandiri. Meskipun di luar lingkungan
tidak memiliki hubungan sosial dengan sosialnya, namun tidak jauh dari batas
kandidat sebagai aktor simpul. Kedua, maksimal lingkungannya. Pada kasus ini,
penggunaan jejaring sosial asli, yakni hanya melibatkan satu jenjang perantara dari
pembentukan tim sukses mandiri dengan lingkungan sosialnya untuk memperkenalkan
memanfaatkan lingkungan atau sumber daya dengan orang baru.
sosial yang telah dimiliki oleh kandidat sebagai SIMPULAN
sumber pengisian aktor-aktor simpul. Sumber
daya sosial dominan yang dimanfaatkan oleh Tim sukses mandiri di Pemilu legislatif 2019,
calon anggota legislatif 2019 meliputi yakni tim pemenangan yang berisi orangorang
keluarga, teman, organisasi, ataupunpekerjaan. non-partai, terdiri dari beberapa orang yang
Dengan segala pertimbangan spekulasi dan terorganisasi dalam unit-unit kecil di tingkat
potensi, kandidat cenderung memprioritaskan desa. Unit-unit tersebut berfungsi
pengalihan fungsi sosial, dan sedapat mungkin mempengaruhi pemilih untuk memberikan
tidak menggunakan penciptaan fungsi baru. suaranya pada kandidat tertentu, dengan
mendistribusikan materi-materi kampanye
yang bersifat materi maupun non-materi.
Masing-masing unit tersebut terdiri dari
beberapa orang yang terorganisasikan secara
hirarkhis hingga tingkat pemilih, meliputi tim
sukses Desa, tim sukses RW, dan tim sukses
RT, dengan satu aktor simpul yang terhubung
dan berinteraksi langsung dengan kandidat.
Aktor simpul inilah yang bertanggungjawab
dalam menggerakkan tim sukses mandiri dalam
pemenangan kandidat.
Bagan 5. Jangkauan Pembentukan Tim ukses Mengingat keterbatasan kandidat dalam
Mandiri menjangkau setiap individu dalam satu unit tim
sukses mandiri, maka aktor simpul menjadi
Fakta-fakta tersebut menunjukkan bahwa aktor kunci dalam menggerakkan unit-unit tim
tim sukses mandiri bukan hanya dapat sukses. Sikap dan perilaku aktor-aktor simpul
George Towar Ikbal Tawakkal, Ratnaningsih Damayanti, Tia Subekti, Andrew D Garner, dan Thomas R. Seitz 15
akan berpengaruh besar terhadap kinerja lingkungan sosial yang sama, tentu menarik
unitunitnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa untuk mengetahui tantangan yang dihadapi
pertaruhan terbesar kandidat dalam kandidat dalam pembentukan tim sukses
pemanfaatan tim sukses mandiri, adalah pada mandiri. Terbuka bagi kami dan peneliti lain
pemilihan aktor-aktor simpul di setiap unit. untuk memperluas dan mengkaji lebih jauh
Pada situasi ini, pembentukan tim sukses pertanyaanpertanyaan yang belum mampu
terjadi dengan menciptakan jejaring baru, terjawab di artikel ini.
yakni pembentukan tim sukses mandiri dengan
DAFTAR PUSTAKA
melibatkan orang-orang baru yang sebelumnya
tidak memiliki hubungan sosial dengan Aspinall, E., Rohman, N., Hamdi, A. Z.,
kandidat sebagai aktor simpul, dan atau dengan Rubaidi,
menggunakan jejaring sosial asli, yakni & Triantini, Z. E. (2017). Vote Buying in
pembentukan tim sukses mandiri dengan Indonesia: Candidate Strategies, Market
memanfaatkan lingkungan atau sumber daya Logic and Effectiveness. Journal of East
sosial yang telah dimiliki oleh kandidat sebagai Asian Studies, 17(01), 1–27
sumber pengisian aktor-aktor simpul. Aspinall, E, & Sukmajati, M. (2015). Patronase
Penggunaan jejaring sosial asli yang dimiliki dan Klientelisme dalam Politik Elektoral
kandidat, adalah pola yang lebih dipilih oleh di Indonesia. Dalam Edward Aspinall
kandidat. &MadaSukmajati (ed.). Politik Uang di
Gambaran besar yang dapat diambil adalah, Indonesia, Patronase dan Klientelisme
proses pembentukan tim sukses mandirioleh pada Pemilu Legislatif 2014.
kandidat hanya bergerak di seputarjejaring Yogyakarta: Polgov.
sosial yang dimiliki oleh kandidat, ataupun
dengan pergeseran yang masih Aspinall, E. (2014). When Brokers Betray:
berhimpitandengan jejaring sosial asli. Clientelism, Social Networks, and
Pembentukan tim sukses yang bergerak di Electoral Politics in Indonesia. Critical
seputar lingkungan sosial kandidat, Asian Studies, 46, (4), 545-570.
menunjukkan bahwatim sukses mandiri lebih Baldwin, K. (2016). The Paradox of
dari sekedar tim marketing yang direkrut Traditional Chiefs in Democratic Africa.
melalui pembukaan lowongan pekerjaan. New York: Cambridge University Press.
Namun, dengan keterbatasan lokasi dan Blaydes, L. (2006). Who Votes in
karakter masyarakat yang menjadi obyek Authoritarian Elections and Why?
penelitian, artikel ini masih menyisakan Determinants of Voter Turnout in
pertanyaan besar terkait pembentukan tim Contemporary Egypt.The 2006 Annual
sukses mandiri. Karakteristik masyarakat desa Meeting of the American Political
yang memiliki interaksi sosial tinggi antara Science Association. Philadelphia, PA.
individu, tentu berbeda dengan masyarakat
perkotaan. Pembentukan tim sukses kandidat Callahan, W.A. (2018). Pollwatching,
yang memiliki daerah pemilih di perkotaan, Elections and Civil Society in Southeast
bisa jadi melalui proses yang berbeda. Apakah Asia. New York: Routledge.
ikatan sosial yang lemah di masyarakat Finan, F. & Schechter, L. (2012). Vote-Buying
perkotaan mendorong kandidat untuk And Reciprocity. Econometrica, 80, (2),
mengoptimalkan pola pembentukan fungsi 863–881.
baru? Seandainya kandidat di perkotaan Frye, T., Reuter, O., & Szakonyi, D. (2019).
memiliki teman, apakah memiliki kadar Vote Brokers, Clientelist Appeals, and
keterlibatan yang sama dengan kandidat di Voter Turnout: Evidence from Russia
pedesaan? Secara umum, apakah kandidat and Venezuela. World Politics, 71, (4),
memiliki kendala dalam melakukan pengalihan 710746.
fungsi sosial? Mengingat kemungkinan adanya
dua atau lebih kandidat yang berasal dari
16 Jejaring Sosial dalam Pembentukan Tim Sukses Mandiri di Pemilu DPRD Kabupaten 2019
Frye, T., Reuter, O., & Szakonyi, D. (2019). Indonesia. Proceeding Semnas FISIP-UT
Hitting Them With Carrots: Voter 2011. Jakarta.
Intimidation and Vote Buying in Russia. Ocantos, E.G. (2012). Vote Buying and Social
British Journal of Political Science, 49, Desirability Bias:Experimental Evidence
(3), 857-881. from Nicaragua. American Journal of
Geertz, C. (1989). Abangan, Santri, Priyayi Political Science, 56, (1), 202–217.
dalam Masyarakat Jawa, alih bahasa Rahman, N. (2015). Pati, Jawa Tengah: Target,
Aswab Mahasin. Jakarta: Pustaka Jaya Teknik dan Makna dari Pembelian Suara.
Gingerich, D.W., & Medina, L.F. (2013). The Dalam Edward Aspinall
Endurance and Eclipse of The Controlled &MadaSukmajati (ed.). Politik Uang di
Vote: AFormal Model of Vote Brokerage Indonesia, Patronase dan Klientelisme
Under The SecretBallot. Economics & pada Pemilu Legislatif 2014.
Politics, 25, (3), 453-480. Yogyakarta: Polgov.
Hellmann, O. (2014). Electoral Reform in Rueda, M.R. (2017). Small Aggregates, Big
Asia: Institutional Engineering against Manipulation: Vote Buying Enforcement
‘Money Politics. Japanese Journal of and Collective Monitoring. American
Political Science, 15, (2), 275–298. Journal of Political Science, 61, (1),
163177.
Kamus lengkap,
https://kamuslengkap.com/ Scott, J.C. (1972). Patron-Client Politics And
kamus/politik/arti-kata/team-sukses Political Change in Southeast Asia. The
American Political Science Review, 66,
Kennedy, J.J. (2010). The Price of Democracy:
(1), 91-113.
Vote Buying and Village Elections in
Tawakkal, G.T.I. (2017). Gapit Sebagai
China. Asian Politics & Policy, 2, (4),
Potensi Demokrasi: Bekerjanya Jejaring
617–631.
Dalam Pilkada Demak 2015. Disertasi
Larreguy, H., Marshall, J., & Querub´In, P. S3 Ilmu Sosial Universitas Diponegoro
(2016). Semarang.
Parties, Brokers, And Voter Tawakkal, G.T.I. (2017). Gapit: Jaringan
Mobilization: How Turnout Buying Mobilisasi Suara di Pilkades. Jurnal Ilmu
Depends Upon The Party’s Capacity To Politik, 2, (1), 31-46.
Monitor Brokers. American Political
Science Review, 110, (1), 160-179. Tawakkal, G.T.I., Kistanto, N.H., Asy’ari, H.,
Pradhanawati, A. & Garner, A.D. (2017).
Mattlin, M. (2004).Nested Pyramid Structures:
Why Brokers Don’t Betray: Social Status
Political Parties in Taiwanese Elections. and Brokerage Activity in Central Java.
The China Quarterly, 180, 1031 1049. Asian Affairs: An American Review, 44,
McCarty, C., Bernard, H.R., Killworth, P.D., (2), 52-68.
Shelley, G.A. & Johnson, E.C. (1997). Tawakkal, G.T.I. (2009). Peran Partai Politik
Eliciting Representative Samples of Dalam Mobilisasi Pemilih
Personal Networks. Social Networks,19, Studi
303-323. Kegagalan Parpol Pada Pemilu
Miles, M.B., Huberman, M.A. (1984). Legislatif Di Kabupaten Demak 2009.
Qualitative Data Analysis: A Sourcebook Tesis S2 Ilmu Politik Universitas
of New Methode. London: Sage Diponegoro, Semarang.
Publications. Triantini, Z.E.(2015). Blora, Jawa Tengah:
Nurcholis, H. (2011). Dua Ratus Tahun Sabet Sebagai Penentu Kemenangan.
Demokrasi Desa: Potret Kegagalan Dalam Edward Aspinall
Adopsi Nilai Demokrasi Oleh Bangsa &MadaSukmajati (ed.). Politik Uang di
George Towar Ikbal Tawakkal, Ratnaningsih Damayanti, Tia Subekti, Andrew D Garner, dan Thomas R. Seitz 17