Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM SEDIAAN LIQUID DAN SEMISOLID

“PEMBUATAN SALEP”
Untuk memenuhi Tugas Mata kuliah Praktikum Sediaan Liquid dan
Semisolid

Di Susun Oleh :
Kelompok 1 B
1. Reni Puspitasari (19012006)
2. Ifta Muhkamat (19012007)
3. Silvina Juanari (19012009)
4. Weny Anggraeni (19012010)
5. Lira Sukma Djuniar (19012011)
6. Indah Sagita Dwi Juliyanti (19012012)
7. Bella Resiana Widagda (19012014)
8. Septy Kurnia Astuti (19012016)

Kelas : Reguler Khusus A


Tanggal Praktikum : Januari 2022
Dosen Pengampu : Ahmad Marsyam, M. Farm

PROGRAM STUDI S1 FARMASI REGULER KHUSUS


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI FARMASI
BOGOR
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat, nikmat dan anugerah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan Praktikum Sediaan Liquid dan Semisolid ini. Shalawat
serta salam tak lupa kami curahkan kepada nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia ini. Semoga kita bisa
mendapatkan syafaatnya diakhirat nanti. Kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dan terlibat dalam proses pembuatan laporan
Praktikum Sediaan Liquid dan Semisolid ini. Demikianlah laporan Praktikum
Sediaan Liquid dan Semisolid ini kami susun dengan segala kemampuan namun,
kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini tentu tidaklah sempurna
dan masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu tidak lupa kritik dan
saran dari semua yang membaca laporan ini terutama dosen mata kuliah
Praktikum Sediaan Liquid dan Semisolid yang saya harapkan agar laporan ini bisa
menjadi lebih baik lagi.

Bogor, 08 Januari 2022

Kelompok I-B
BAB I
PENDAHULUAN

A. Dasar Teori

 Salep
Salep (Ointments) merupakan bentuk sediaan semi padat yang
digunakan untuk  pemakaian luar dan diaplikasikan pada kulit (kulit
sehat, sakit atau terluka) atau membran mukosa (hidung, mata, rektal).
Biasanya tapi tidak selalu mengandung bahan obat atau zat aktif. yang
harus larut atau terdispersi homogen di dalam basis/pembawa. Salep
dapat ditujukan untuk pengobatan lokal atau sistemik. Salep digunakan
untuk mengobati penyakit kulit yang akut atau kronis, sehingga
diharapkan adanya penetrasi kedalam lapisan kulit agar dapat
memberikan efek yang diinginkan (Voigt, 1984). Formula umum atau
standar salep dapat berupa :
R/ Zat Aktif
Basis
Zat tambahan

Basis salep merupakan salah satu komponen atau faktor yang


sangat penting dan merupakan komponen terbesar dalam sediaan salep
yang sangat menentukan baik/buruknya sediaan salep tersebut. Basis
berfungsi sebagai pembawa, pelindung, dan pelunak kulit, yang
sifatnya harus dapat melepaskan obat secara optimum (tidak boleh
merusak atau menghambat aksi terapi), dan sedapat mungkin cocok
untuk penyakit tertentu dan kondisi kulit tertentu. Basis salep yang
baik harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut (idealnya):

 Tidak iritasi
 Mudah dibersihkan
 Tidak meninggalkan bekas
 Stabil
 Tidak tergantung pH
 Dapat bercampur dengan banyak obat
 Secara terapi netral
 Memiliki daya sebar yang baik/mudah dioleskan
Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok
yaitu: dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang bisa
dicuci dengan air dan dasar salep yang larut dalam air. Setiap bahan salep
menggunakan salah satu dasar salep tersebut :
1) Dasar salep hidrokarbon
Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak seperti vaselin album
(petrolatum), parafin liquidum. Vaselin album adalah golongan lemak
mineral diperoleh dari minyak bumi,titik cair sekitar 10-50°C, mengikat
30% air, tidak berbau, transparan, konsistensi lunak. Hanya sejumlah
kecil komponen air dapat dicampurkan ke dalamnya. Sifat dasar salep
hidrokarbon sukar dicuci, tidak mengering dan tidak berubah dalam
waktu lama. Salep ini ditujukan untuk memperpanjang kontak bahan
obat dengan kulit dan bertindak sebagai penutup. Dasar salep
hidrokarbon terutama digunakan sebagai bahan emolien.
2) Dasar salep serap
Dasar salep serap dibagi dalam 2 tipe, yaitu bentuk anhidrat (parafin
hidrofilik dan lanolin anhidrat [adeps lanae]) dan bentuk emulsi (lanolin
dan cold cream) yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan tambahan.
Adeps lanae ialah lemak murni dari lemak bulu domba, keras dan melekat
sehingga sukar dioleskan, mudah mengikat air. Adeps lanae hyrosue atau
lanolin ialah adeps lanae dengan aqua 25-27%.
Dasar salep berminyak terdiri dari minyak hidrofob seperti vaselin,
paraffin cair, minyak tumbuhan, silicon. Sifat dasar salep ini: tidak
mengandung air, hidrofob, tidak larut air, tidak tercuci oleh air.
Dasar salep absorbsi meliputi minyak hidrofil seperti adeps lanae,
hidrofilik petrolatum. Dua tipe dasar salep absorbsi: dasar salep anhidrus
dapat menyerap air dan membentuk emulsi A/M. (Voigt, 1994).
Hanya sejumlah komponen kecil berair dapat dicampurkan ke dalamnya.
Salep ini dimaksudkan untuk memperpanjang kontak bahan obat dengan
kulit dan bertindak sebagai pembalut penutup. Dasar salep hidrokarbon
digunakan terutama sebagai emolien, dan sukar dicuci, tidak mengering
dan tidak tampak berubah dalam waktu lama (Anonim, 1995).
Dasar salep serap dapat dibagi dalam 2 kelompok: dasar salep yang dapat
bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam minyak (parafin
hidrofilik dan lanolin anhidrat), dan emulsi air dalam minyak yang
dapat bercampur dengan sejumlah larutan air tambahan (lanolin).
Dasar salep serap juga bermanfaat sebagai emolien (Anonim, 1995).
3) Dasar salep yang dapat dicuci dengan air
Dasar salep yang dapat dicuci dengan air mudah dicuci dari kulit.
Beberapa bahan obat dapat menjadi lebih efektif menggunakan dasar
salep ini daripada dasar salep hidrokarbon. Keuntungan lain adalah dapat
diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan yang terjadi pada
kelainan dermatologik (Anonim, 1995).
4) Dasar salep larut dalam air
Disebut juga kelompok dasar salep tak berlemak dan terdiri dari
konstituen larut air. Dasar salep jenis ini memberikan banyak
keuntungan seperti dasar salep yang dapat dicuci dengan air
dan tidak mengandung bahan tak larut dalam air seperti parafin,
lanolin anhidrat atau malam. Dasar salep ini lebih tepat disebut gel
(Anonim, 1995).
Pemilihan dasar salep tergantung beberapa faktor seperti khasiat yang
diinginkan, sifat bahan obat yang dicampurkan, ketersediaan hayati, stabilitas dan
ketahanan sediaan jadi. Dalam beberapa hal perlu menggunakan dasar salep yang
kurang ideal untuk mendapatkan stabilitas yang diinginkan. Misalnya obat-obat
yang cepat terhidrolisis, lebih stabil dalam dasar salep hidrokarbon daripada dasar
salep yang mengandung air, meskipun obat tersebut bekerja lebih efektif dalam
dasar salep yang mengandung air (Anonim, 1995). Untuk mengetahui
ketercapaian standar oleh salep yang dibuat maka diperlukan evaluasi terhadap
salep. Evaluasi mencakup homogenitas dari sediaan, daya sebar, viskositasdan
disolusi. evaluasi yang dilakukan diupayakan sesuai dengan keadaan yang dialami
obat ketika digunakan secara topical. Dengan demikian hasil evaluasi dapat
dijadikan sebuah acuan dalam menentukan kelayakan dari salep untuk digunakan
sebagai sebuah sediaan terlepas dari berbagai factor yang dapat mempengaruhi
kualitas salep selama waktu penyimpanan maupun proses distribusi.

B. Dosis Obat dan Bahan Aktif


 Dosis Bahan Aktif Kloramfenikol :
oral, injeksi intravena atau infus: 50 mg/kg bb/hari dibagi dalam 4 dosis (pada
infeksi berat seperti septikemia dan meningitis, dosis dapat digandakan dan
segera diturunkan bila terdapat perbaikan klinis).
Anak : epiglotitis hemofilus, meningitis purulenta, 50-100 mg/kg bb/hari
dalam dosis terbagi.
Bayi di bawah 2 minggu : 25 mg/kg bb/hari (dibagi dalam 4 dosis).
Bayi di atas 2 minggu-1 tahun : 50 mg/kg bb/hari (dibagi 4 dosis).
 Dosis Bahan Aktif Asam Salisilat
Dosis asam salisilat untuk tiap pasien berbeda-beda, tergantung sediaan obat,
kondisi kulit, dan respons pasien terhadap obat. Berikut adalah pembagian
dosis asam salisilat berdasarkan kondisi yang ingin ditangani:
 Kondisi: Kapalan
Untuk sediaan asam salisilat 12% dosisnya adalah 1 kali sehari dioleskan
ke bagian yang mengalami kapalan.
 Kondisi: Kutil
Untuk sediaan asam salisilat 12–26% dosisnya adalah 1–2 kali sehari
dioleskan ke kulit. Obat ini tidak boleh dioleskan ke kutil kelamin atau
kutil di wajah.
 Kondisi: Hiperkeratosis dan kulit bersisik
Untuk sediaan asam salisilat 2% salep dosisnya adalah 2 kali sehari
dioleskan ke kulit yang bersisik. Untuk sediaan asam salisilat 3% gel
dosisnya adalah 1–4 kali sehari dioleskan ke kulit yang bersisik.
 Kondisi: Jerawat
Untuk sediaan asam salisilat 2% yang berbentuk pembersih wajah, bisa
digunakan 2 kali sehari.
 Dosis Bahan Aktif Sulfur PP
Dewasa : Belerang dalam bentuk krim dan batang di gunakan pada kulit
seperlunya. Belerang dalam bentuk lotion: gunakan pada kulit dua atau
tiga kali sehari.
Anak-anak : Belerang dalam bentuk krim dan batang digunakan pada kulit
seperlunya. Belerang dalam bentuk lotion digunakan pada kulit dua atau
tiga kali sehari.
 Dosis Bahan Aktif Nipasol
Badan POM telah menetapkan batas maksimal penggunaan nipagin dan
nipasol 250 mg per kg.
 Dosis Bahan Aktif Lanolin
Lanolin bisa terkandung di dalam berbagai produk perawatan kulit dan
kecantikan. Baca aturan pakai yang tertera di kemasan produk sebelum
menggunakan lanolin. Oleskan krim secukupnya secara merata pada area
kulit yang kering atau iritasi.
 Dosis Bahan Aktif Cetyl Alcohol
Dosis cetyl alcohol bisa jadi berbeda-beda pada setiap orang. Hal ini
tergantung dari usia, jenis kelamin, tingkat keparahan penyakit, dan
kebutuhan masing-masing orang. Produk mengandung cetyl alcohol hanya
boleh digunakan untuk kulit. Hindari area sensitif seperti mata, dalam mulut
atau hidung, dan area vagina atau selangkangan, kecuali jika memang
disarankan oleh dokter.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Monografi Bahan


A. Paraffin Liquidum (Handbook of Pharmaceutical Excipients Edisi 6
hlm. 445, FI IV hlm. 652)
a. Pemerian
Transparan, tidak berwarna, cairan kental, tidak berfluoresensi, tidak
berasa dan tidak berbau ketika dingin dan berbau ketika dipanaskan.
b. Kelarutan
Praktis tidak larut etanol 95%, gliserin dan air dan larut dalam jenis
minyak lemak hangat.
c. Stabilitas : Dapat teroksidasi oleh panas dan cahaya.
d. Khasiat : Laksativ (pencahar)
e. Dosis : Emulsi oral : 15 – 45 ml sehari (DI 88 hlm. 1630)
f. HLB Butuh : 10 – 12 (M/A). 5 – 6 (A/M)
g. OTT : Dengan oksidator kuat.
h. Penyimpanan : Wadah tertutup rapat, hindari dari cahaya, kering
dan sejuk.
A. Aquadest (pelarut dan pengencer utama)
a. Pemerian : cairan jernih, tidak berasa, tidak berbau, dan tidak
berwarna.
A. Cetil Alkohol (Excipient 6th, 2009:156)
Nama resmi : Cetyl Alkohol
Nama lain : Alkohol cetylicus. Ethal, ethol
RM/BM : C16H34O / 242,44
Pemerian : Serpihan putih atau granul seperti lilin, berminyak
memiliki bau dan rasa yang khas
Kelarutan : Mudah larut dalam etanol (95%) dan eter,
kelarutannya meningkat dengan penigkatan
temperature, serta tidak larut dalam air
Stabilitas : Setil alkohol stabil dengan adanya asam, alkali,
cahaya, dan udara sehingga tidak menjadi tengik
Inkompatibilitas : Tidak kompatibel dengan oksidator kuat, setil
alkohol bekerja untuk menurunkan titik leleh
ibuprofen, yang hasil dalam kecenderungannya
selama proses lapisan flim ibuprofen kristal
Kegunaan : Sebagai emolien dan pengemulsi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, itempat yang sejuk
dan kering

B. Lanolin atau Adeps Lanae


Nama resmi : Lanolin
Nama lain : Adeps lanae; cera lanae; E913; lanolina; lanolin
anhydrous, Protalan anhydrous; purified lanolin;
refined wool fat.
Pemerian : Lanolin adalah zat berwarna kuning pucat, manis,
dengan bau khas dan samar. Lanolin yang meleleh
adalah cairan kuning yang jelas atau hampir jernih.
Kelarutan : Bebas larut dalam benzena, kloroform, eter, dan
minyak bumi; hemat larut dalam etanol dingin
(95%), lebih larut dalam etanol mendidih (95%);
praktis tidak larut dalam air.
Stabilitas : Lanolin secara bertahap dapat mengalami
autoksidasi selama penyimpanan. Paparan
pemanasan berlebihan atau berkepanjangan dapat
menyebabkan lanolin anhidrat menjadi gelap
dalam warna dan menimbulkan bau tengik yang
kuat.
titik lebur : 45–558C
Inkompatibilitas : Lanolin mungkin mengandung prooksidasi, yang
dapat mempengaruhi stabilitas obat-obatan aktif
tertentu.
Kegunaan : Agen pengemulsi; dasar salep.
Penyimpanan : Lanolin harus disimpan dalam wadah yang diisi
dengan baik dan tertutup sehingga terlindungi dari
cahaya, di tempat yang sejuk dan kering.
C. Vaselin Putih
Monografi Vaselin Putih (DepKes RI, 1995)
Pemerian : Massa lunak, lengket, bening, putih, tidak
berbau,hampir tidak berasa
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan etanol (95%) P,
larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam
eter minyak tanah P
Penggunaa : Sebagai basis yang bersifat emolient

Vaselin alba adalah campuran hidrokarbon setengah padat yang


telah diputihkan, diperoleh dari minyak mineral. Pemeriannya yaitu
berupa massa lunak, lengket, bening, putih, sifat ini tetap walaupun zat
telah dileburkan. Kelarutannya yaitu praktis tidak larut dalam air dan
dalam etanol (95%), tetapi larut dalam kloroform dan eter. Suhu leburnya
antara 38o hingga 56o C. Khasiat umumnya digunakan sebagai zat
tambahan (DepKes RI, 1995).

D. Nipasol
Monografi Nipasol (DepKes RI, 1995)
Pemerian : Serbuk hablur putih, tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5
bagian etanol (95%) P, dalam 3 bagian aseton P,
dalam 140 bagian gliserol P dan dalam 40 bagian
minyak lemak, mudah larut dalam larutan alkali
hidroksida
Penggunaan : Sebagai pengawet
Nipasol digunakan secara luas sebagai pengawet antimikroba
dalam kosmetik, produk makanan, dan sediaan farmasetika. Pengawet ini
dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan golongan paraben yang
lain atau dengan antimikroba yang lain. Nipasol efektif pada rentang pH
yang luas yaitu pH 4-8 dan memiliki spektrum yang luas terhadap
mikroba dan jamur. Pada sediaan topikal, nipasol digunakan pada kadar
0,01-0,6%. Dalam formula ini digunakan nipasol dengan kadar 0.01%
(Rowe et al., 2009).
E. BHT
Monografi BHT (Rowe et al., 2009)
Sinonim : Butylated Hydroxytoluene, Agidol, BHT, 2,6-
bis(1,1-dimethylethyl)-4-methylphenol, 2,6-di-
tertbutyl-p-cresol, Embanox BHT; Impruvol,
Nipanox BHT, Tenox BHT, Topanol, Vianol,
butylhydroxytoluenum. Rumus molekul : C15H240
Berat molekul : 220,35
Titik lebur : 70oC
Pemerian : Serbuk kristal atau padat kuning putih atau pucat
dengan aroma fenolik yang samar.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, gliserin, propilen
glikol, larutan alkali hidroksida, dan asam mineral
encer. Bebas larut dalam aceton, benzen etanol
95%, eter metanol, toluen, berbagai minyak dan
minyak mineral.
Penggunaan : BHT digunakan sebgai anti oksidan dalam
kosmetik, makanan, dan obat-obatan, dapat
digunakan juga sebagai anti virus. Pada sediaan
topikal, BHT digunakan sebagai anti oksidan
dengan kadar 0,0075-0,1%.
Inkompatibilitas : Dengan agen pengoksidasi kuat seperti peroksida
dan permanganat dapat menyebabkan pembakaran
spontan. Garam ferri dapat menyebabkan perubahan
warna dan hilangnya aktifitas. Pemanasan dengan
katalitik asam menyebabkan dekomposisi cepat
dengen pelepasan gas isobutena yang mudah
terbakar.
F. Sulfur Praecipitatum
Pemerian : berupa serbuk amorf atau serbuk hablur renik, sangat
halus, warna kuning pucat, tidak berbau dan tidak berasa.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam
karbon disulfide, sukar larut dalam minyak zaitun, praktis
tidak larut dalam methanol.
Khasiat : sebagai antiseptic, antiscabies (Suprapti & Biomed, 2016).
G. Acidum Salicylicum (Asam Salisilat)
Pemeria : hablur putih; biasanya berbentuk jarum halus, atau
butiran serbuk halus, rasa agak manis, tajam dan
stabil di udara.
Kelarutan : sukar larut dalam air dan dalam benzene; mudah
larut dalam etanol dan dalam eter, larut dalam air
mendidih, agak sukar dalam kloroform.
Khasiat : sebagai keratolitik (melepas lapisan tanduk pada
kulit) (Suprapti & Biomed, 2016).

H. Kloramfenikol
Rumus Molekul : 𝐶11𝐻12𝐶𝑙2𝑁2𝑂5
Berat Molekul : 323,13
Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum atau
lempeng memanjang; putih hingga putih
kelabu atau putih kekuningan; Larutan
praktis netral terhadap lakmus P; stabil
dalam larutan netral atau larutan agak asam.
Kelarutan : Sukar larut dalam air; mudah
larut dalam etanol, dalam propilen glikol,
dalam aseton dan dalam etil asetat.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
cahaya.
Penggunaan : Antibiotik (Farmakope V, 2014)
1.2 Formulasi
Formulasi sediaan salep sebanyak 100 gram dengan formulasi sebagai
berikut :
A. Formulasi A
Chloramphenicol 1%
Adeps Lanae 6%
Vaselin Flavum 5%
Parafin Liquidum 40 %
Chetyl Alcohol 2.5 %
Nipasol 0.01 %
BHT 0.01 %

B. Formulasi B
Asam Salisilat 2%
Sulfur 4%
Vaselin Flavum 25 %
Parafin Liquidum 10 %
BHT 0.01 %

1.3 Perhitungan
A. Formulasi A
1
1. Chloramphenicol : x 100=1 gram
100
6
2. Adeps Lanae : x 100=6 gram
100
2.5
3. Cetyl alcohol : x 100=2.5 gram
100
40
4. Parafin liquid : x 100=40 gram
100
0.01
5. BHT : x 100=0.01 gram
100
0.01
6. Nipasol : x 100=0.01 gram
100
7. Vaselin Flavum :
100 gram – (40+ 2.5+0.01+0.01+6+1)=50.48 gram
B. Formulasi B
2
1. Asam Salisilat : x 100=2 gram
100
4
2. Sulfur : x 100=4 gram
100
10
3. Parafin Liquid : x 100=10 gram
100
0.01
4. BHT : x 100=0.01 gram
100
5. Vaselin Flavum :100 gram – ( 2+ 4+10+ 0.01 )=83.99 gram

2.4 Prosedur Kerja


A. Formulasi A
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang Semua Bahan
3. Dilebur chetyl alcohol, adeps lanae, vaselin flavum, dan parafin
liquidum ad mencair (massa 1)
4. Masukkan chloramphenicol kedalam mortir dan stemper lalu
ditambahkan nipasol dan BHT gerus ad homogen (massa 2)
5. dimasukkan fase minyak dalam keadaan massa 2 gerus kencang
dan konstan ad terbentuk massa salep.
6. Dilakukan evaluasi kemudian dimasukkan kedalam pot salep
7. Diberi penandaan
B. Formulasi B
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang Semua Bahan
3. Dilebur vaselin flavum ad mencair (massa 1)
4. Masukkan asam salisilat, dan etanol kedalam mortir dan stemper lalu
gerus ad homogen dan larut (massa 2) masukkan BHT dan sebagian
massa 1 gerus kencang dan konstan ad terbentuk massa salep.
5. Masukkan sulfur dan sisa massa 1 gerus kencang dan konstan ad
terbentuk massa salep.
6. Dilakukan evaluasi kemudian dimasukkan kedalam pot salep
7. Diberi penandaan

2.5 Skema Kerja


1. A. Formulasi A
Ditimbang Semua Bahan

Dilebur chetyl alcohol, adeps lanae, vaselin flavum, dan parafin


liquidum ad mencair (massa 1)

Masukkan chloramphenicol kedalam mortir dan stemper lalu


ditambahkan nipasol dan BHT gerus ad homogen (massa 2)

Dimasukkan fase minyak dalam keadaan massa 2 gerus kencang


dan konstan ad terbentuk massa salep.

Dilakukan evaluasi kemudian dimasukkan kedalam pot salep,


diberi penandaan

2. Formulasi B
Ditimbang Semua Bahan

Dilebur vaselin flavum ad mencair (massa 1)

Masukkan asam salisilat, dan etanol kedalam mortir dan


stemper lalu gerus ad homogen dan larut (massa 2)
masukkan BHT dan sebagian massa 1 gerus kencang dan
konstan ad terbentuk massa salep.
Masukkan sulfur dan sisa massa 1 gerus kencang dan
konstan ad terbentuk massa salep.

Dilakukan evaluasi kemudian dimasukkan kedalam pot


salep,diberi penandaan

2.6 Evaluasi
1. Uji homogenitas
2. Uji tipe krim / salep
3. Uji viskositas dan sifat alir
4. Uji pelepasan bahan obat.

2.7 Hasil
A. Uji Homogenitas
Formulasi 1 : Homogen, kuning kental
Formulasi 2 : Homogen, kuning kental

B. Uji PH
Formulasi 1 : 5.4
Formulasi 2 : 5.0

C. Uji Bobot Jenis


Pikno Kosong : 103.96 gram
Pikno Dan Isi Formulasi 1 : 149.14 gram
149.14 gram−103.96 gram
Bobot Jenis Formulasi 1 : =0.9036 gram
50

Pikno Dan Isi Formulasi 2 : 148.49 gram


1498.49 gram−103.96 gram
Bobot Jenis Formulasi 2 : =0.8906 gram
50
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan
Salep (ointments) merupakan bentuk sediaan semi padat yang digunakan
untuk  pemakaian luar dan diaplikasikan pada kulit (kulit sehat, sakit atau
terluka) atau membran mukosa (hidung, mata, rektal). Biasanya tapi tidak
selalu mengandung bahan obat atau zat aktif. Pada praktikum kali ini
membuat dua formulasi salep, yaitu formulasi pertama dengan cara
pembuatannya di timbang semua bahan lalu dilebur chetyl alcohol, adeps
lanae, vaselin flavum, dan parafin liquidum ad mencair (massa 1). Kemudian
masukkan chloramphenicol kedalam mortir dan stemper lalu ditambahkan
nipasol dan bht gerus ad homogen (massa 2), dimasukkan fase minyak dalam
keadaan massa 2 gerus kencang dan konstan ad terbentuk massa salep.
Lakukan evaluasi kemudian dimasukkan kedalam pot salep dan diberi
penandaan. Formulasi kedua dengan cara pembuatan ditimbang semua bahan
lalu dilebur vaselin flavum ad mencair (massa 1). Masukkan asam salisilat,
dan etanol kedalam mortir dan stemper lalu gerus ad homogen dan larut
(massa 2) masukkan bht dan sebagian massa 1 gerus kencang dan konstan ad
terbentuk massa salep. Kemudian masukkan sulfur dan sisa massa 1 gerus
kencang dan konstan ad terbentuk massa salep, lakukan evaluasi kemudian
dimasukkan kedalam pot salep dan beri penandaan. Hasil evaluasi yang di
dapatkan pada uji homogenitas formulasi pertama adalah homogen, berwarna
kuning kental dengan hasil uji nilai ph sebesar 5,4 serta menghasilkan bobot
jenis sebesar 0.9036 gram. Kemudian hasil yang di dapat pada formulasi ke
dua untuk uji homogenitas adalah homogen, berwarna kuning kental dengan
hasil uji nilai ph sebesar 5,0 serta menghasilkan bobot jenis sebesar
0.8906 gram.
3.2 Kesimpulan

- Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar.
- Bahan dasar salep adalah salep hidrokarbon,dimana dasar salep yang
digunakan adalah vaselin album
- Formulasi pertama uji homogenitas menghasilkan homogen, berwarna kuning
kental dengan ph 5,4 dan bobot jenis sebesar 0,9036 gram.
- Formulasi kedua uji homogenitas menghasilkan homogen, berwarna kuning
kental dengan ph 5,0 dan bobot jenis sebesar 0,8906 gram.
Daftar Pustaka

https://www.scribd.com/document/403911635/LAPORAN-PRAKTIKUM-
SEMISOLID

https://www.coursehero.com/file/17368071/unguenta/

http://widyisa.blogspot.com/2017/04/laporan-praktikum-teknologi-farmasi.html

http://pionas.pom.go.id/monografi/kloramfenikol

https://www.alodokter.com/asam-salisilat

https://www.honestdocs.id/cetyl-alcohol

Anda mungkin juga menyukai