“PEMBUATAN SALEP”
Untuk memenuhi Tugas Mata kuliah Praktikum Sediaan Liquid dan
Semisolid
Di Susun Oleh :
Kelompok 1 B
1. Reni Puspitasari (19012006)
2. Ifta Muhkamat (19012007)
3. Silvina Juanari (19012009)
4. Weny Anggraeni (19012010)
5. Lira Sukma Djuniar (19012011)
6. Indah Sagita Dwi Juliyanti (19012012)
7. Bella Resiana Widagda (19012014)
8. Septy Kurnia Astuti (19012016)
Segala puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat, nikmat dan anugerah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan Praktikum Sediaan Liquid dan Semisolid ini. Shalawat
serta salam tak lupa kami curahkan kepada nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia ini. Semoga kita bisa
mendapatkan syafaatnya diakhirat nanti. Kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dan terlibat dalam proses pembuatan laporan
Praktikum Sediaan Liquid dan Semisolid ini. Demikianlah laporan Praktikum
Sediaan Liquid dan Semisolid ini kami susun dengan segala kemampuan namun,
kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini tentu tidaklah sempurna
dan masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu tidak lupa kritik dan
saran dari semua yang membaca laporan ini terutama dosen mata kuliah
Praktikum Sediaan Liquid dan Semisolid yang saya harapkan agar laporan ini bisa
menjadi lebih baik lagi.
Kelompok I-B
BAB I
PENDAHULUAN
A. Dasar Teori
Salep
Salep (Ointments) merupakan bentuk sediaan semi padat yang
digunakan untuk pemakaian luar dan diaplikasikan pada kulit (kulit
sehat, sakit atau terluka) atau membran mukosa (hidung, mata, rektal).
Biasanya tapi tidak selalu mengandung bahan obat atau zat aktif. yang
harus larut atau terdispersi homogen di dalam basis/pembawa. Salep
dapat ditujukan untuk pengobatan lokal atau sistemik. Salep digunakan
untuk mengobati penyakit kulit yang akut atau kronis, sehingga
diharapkan adanya penetrasi kedalam lapisan kulit agar dapat
memberikan efek yang diinginkan (Voigt, 1984). Formula umum atau
standar salep dapat berupa :
R/ Zat Aktif
Basis
Zat tambahan
Tidak iritasi
Mudah dibersihkan
Tidak meninggalkan bekas
Stabil
Tidak tergantung pH
Dapat bercampur dengan banyak obat
Secara terapi netral
Memiliki daya sebar yang baik/mudah dioleskan
Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok
yaitu: dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang bisa
dicuci dengan air dan dasar salep yang larut dalam air. Setiap bahan salep
menggunakan salah satu dasar salep tersebut :
1) Dasar salep hidrokarbon
Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak seperti vaselin album
(petrolatum), parafin liquidum. Vaselin album adalah golongan lemak
mineral diperoleh dari minyak bumi,titik cair sekitar 10-50°C, mengikat
30% air, tidak berbau, transparan, konsistensi lunak. Hanya sejumlah
kecil komponen air dapat dicampurkan ke dalamnya. Sifat dasar salep
hidrokarbon sukar dicuci, tidak mengering dan tidak berubah dalam
waktu lama. Salep ini ditujukan untuk memperpanjang kontak bahan
obat dengan kulit dan bertindak sebagai penutup. Dasar salep
hidrokarbon terutama digunakan sebagai bahan emolien.
2) Dasar salep serap
Dasar salep serap dibagi dalam 2 tipe, yaitu bentuk anhidrat (parafin
hidrofilik dan lanolin anhidrat [adeps lanae]) dan bentuk emulsi (lanolin
dan cold cream) yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan tambahan.
Adeps lanae ialah lemak murni dari lemak bulu domba, keras dan melekat
sehingga sukar dioleskan, mudah mengikat air. Adeps lanae hyrosue atau
lanolin ialah adeps lanae dengan aqua 25-27%.
Dasar salep berminyak terdiri dari minyak hidrofob seperti vaselin,
paraffin cair, minyak tumbuhan, silicon. Sifat dasar salep ini: tidak
mengandung air, hidrofob, tidak larut air, tidak tercuci oleh air.
Dasar salep absorbsi meliputi minyak hidrofil seperti adeps lanae,
hidrofilik petrolatum. Dua tipe dasar salep absorbsi: dasar salep anhidrus
dapat menyerap air dan membentuk emulsi A/M. (Voigt, 1994).
Hanya sejumlah komponen kecil berair dapat dicampurkan ke dalamnya.
Salep ini dimaksudkan untuk memperpanjang kontak bahan obat dengan
kulit dan bertindak sebagai pembalut penutup. Dasar salep hidrokarbon
digunakan terutama sebagai emolien, dan sukar dicuci, tidak mengering
dan tidak tampak berubah dalam waktu lama (Anonim, 1995).
Dasar salep serap dapat dibagi dalam 2 kelompok: dasar salep yang dapat
bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam minyak (parafin
hidrofilik dan lanolin anhidrat), dan emulsi air dalam minyak yang
dapat bercampur dengan sejumlah larutan air tambahan (lanolin).
Dasar salep serap juga bermanfaat sebagai emolien (Anonim, 1995).
3) Dasar salep yang dapat dicuci dengan air
Dasar salep yang dapat dicuci dengan air mudah dicuci dari kulit.
Beberapa bahan obat dapat menjadi lebih efektif menggunakan dasar
salep ini daripada dasar salep hidrokarbon. Keuntungan lain adalah dapat
diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan yang terjadi pada
kelainan dermatologik (Anonim, 1995).
4) Dasar salep larut dalam air
Disebut juga kelompok dasar salep tak berlemak dan terdiri dari
konstituen larut air. Dasar salep jenis ini memberikan banyak
keuntungan seperti dasar salep yang dapat dicuci dengan air
dan tidak mengandung bahan tak larut dalam air seperti parafin,
lanolin anhidrat atau malam. Dasar salep ini lebih tepat disebut gel
(Anonim, 1995).
Pemilihan dasar salep tergantung beberapa faktor seperti khasiat yang
diinginkan, sifat bahan obat yang dicampurkan, ketersediaan hayati, stabilitas dan
ketahanan sediaan jadi. Dalam beberapa hal perlu menggunakan dasar salep yang
kurang ideal untuk mendapatkan stabilitas yang diinginkan. Misalnya obat-obat
yang cepat terhidrolisis, lebih stabil dalam dasar salep hidrokarbon daripada dasar
salep yang mengandung air, meskipun obat tersebut bekerja lebih efektif dalam
dasar salep yang mengandung air (Anonim, 1995). Untuk mengetahui
ketercapaian standar oleh salep yang dibuat maka diperlukan evaluasi terhadap
salep. Evaluasi mencakup homogenitas dari sediaan, daya sebar, viskositasdan
disolusi. evaluasi yang dilakukan diupayakan sesuai dengan keadaan yang dialami
obat ketika digunakan secara topical. Dengan demikian hasil evaluasi dapat
dijadikan sebuah acuan dalam menentukan kelayakan dari salep untuk digunakan
sebagai sebuah sediaan terlepas dari berbagai factor yang dapat mempengaruhi
kualitas salep selama waktu penyimpanan maupun proses distribusi.
D. Nipasol
Monografi Nipasol (DepKes RI, 1995)
Pemerian : Serbuk hablur putih, tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5
bagian etanol (95%) P, dalam 3 bagian aseton P,
dalam 140 bagian gliserol P dan dalam 40 bagian
minyak lemak, mudah larut dalam larutan alkali
hidroksida
Penggunaan : Sebagai pengawet
Nipasol digunakan secara luas sebagai pengawet antimikroba
dalam kosmetik, produk makanan, dan sediaan farmasetika. Pengawet ini
dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan golongan paraben yang
lain atau dengan antimikroba yang lain. Nipasol efektif pada rentang pH
yang luas yaitu pH 4-8 dan memiliki spektrum yang luas terhadap
mikroba dan jamur. Pada sediaan topikal, nipasol digunakan pada kadar
0,01-0,6%. Dalam formula ini digunakan nipasol dengan kadar 0.01%
(Rowe et al., 2009).
E. BHT
Monografi BHT (Rowe et al., 2009)
Sinonim : Butylated Hydroxytoluene, Agidol, BHT, 2,6-
bis(1,1-dimethylethyl)-4-methylphenol, 2,6-di-
tertbutyl-p-cresol, Embanox BHT; Impruvol,
Nipanox BHT, Tenox BHT, Topanol, Vianol,
butylhydroxytoluenum. Rumus molekul : C15H240
Berat molekul : 220,35
Titik lebur : 70oC
Pemerian : Serbuk kristal atau padat kuning putih atau pucat
dengan aroma fenolik yang samar.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, gliserin, propilen
glikol, larutan alkali hidroksida, dan asam mineral
encer. Bebas larut dalam aceton, benzen etanol
95%, eter metanol, toluen, berbagai minyak dan
minyak mineral.
Penggunaan : BHT digunakan sebgai anti oksidan dalam
kosmetik, makanan, dan obat-obatan, dapat
digunakan juga sebagai anti virus. Pada sediaan
topikal, BHT digunakan sebagai anti oksidan
dengan kadar 0,0075-0,1%.
Inkompatibilitas : Dengan agen pengoksidasi kuat seperti peroksida
dan permanganat dapat menyebabkan pembakaran
spontan. Garam ferri dapat menyebabkan perubahan
warna dan hilangnya aktifitas. Pemanasan dengan
katalitik asam menyebabkan dekomposisi cepat
dengen pelepasan gas isobutena yang mudah
terbakar.
F. Sulfur Praecipitatum
Pemerian : berupa serbuk amorf atau serbuk hablur renik, sangat
halus, warna kuning pucat, tidak berbau dan tidak berasa.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam
karbon disulfide, sukar larut dalam minyak zaitun, praktis
tidak larut dalam methanol.
Khasiat : sebagai antiseptic, antiscabies (Suprapti & Biomed, 2016).
G. Acidum Salicylicum (Asam Salisilat)
Pemeria : hablur putih; biasanya berbentuk jarum halus, atau
butiran serbuk halus, rasa agak manis, tajam dan
stabil di udara.
Kelarutan : sukar larut dalam air dan dalam benzene; mudah
larut dalam etanol dan dalam eter, larut dalam air
mendidih, agak sukar dalam kloroform.
Khasiat : sebagai keratolitik (melepas lapisan tanduk pada
kulit) (Suprapti & Biomed, 2016).
H. Kloramfenikol
Rumus Molekul : 𝐶11𝐻12𝐶𝑙2𝑁2𝑂5
Berat Molekul : 323,13
Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum atau
lempeng memanjang; putih hingga putih
kelabu atau putih kekuningan; Larutan
praktis netral terhadap lakmus P; stabil
dalam larutan netral atau larutan agak asam.
Kelarutan : Sukar larut dalam air; mudah
larut dalam etanol, dalam propilen glikol,
dalam aseton dan dalam etil asetat.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
cahaya.
Penggunaan : Antibiotik (Farmakope V, 2014)
1.2 Formulasi
Formulasi sediaan salep sebanyak 100 gram dengan formulasi sebagai
berikut :
A. Formulasi A
Chloramphenicol 1%
Adeps Lanae 6%
Vaselin Flavum 5%
Parafin Liquidum 40 %
Chetyl Alcohol 2.5 %
Nipasol 0.01 %
BHT 0.01 %
B. Formulasi B
Asam Salisilat 2%
Sulfur 4%
Vaselin Flavum 25 %
Parafin Liquidum 10 %
BHT 0.01 %
1.3 Perhitungan
A. Formulasi A
1
1. Chloramphenicol : x 100=1 gram
100
6
2. Adeps Lanae : x 100=6 gram
100
2.5
3. Cetyl alcohol : x 100=2.5 gram
100
40
4. Parafin liquid : x 100=40 gram
100
0.01
5. BHT : x 100=0.01 gram
100
0.01
6. Nipasol : x 100=0.01 gram
100
7. Vaselin Flavum :
100 gram – (40+ 2.5+0.01+0.01+6+1)=50.48 gram
B. Formulasi B
2
1. Asam Salisilat : x 100=2 gram
100
4
2. Sulfur : x 100=4 gram
100
10
3. Parafin Liquid : x 100=10 gram
100
0.01
4. BHT : x 100=0.01 gram
100
5. Vaselin Flavum :100 gram – ( 2+ 4+10+ 0.01 )=83.99 gram
2. Formulasi B
Ditimbang Semua Bahan
2.6 Evaluasi
1. Uji homogenitas
2. Uji tipe krim / salep
3. Uji viskositas dan sifat alir
4. Uji pelepasan bahan obat.
2.7 Hasil
A. Uji Homogenitas
Formulasi 1 : Homogen, kuning kental
Formulasi 2 : Homogen, kuning kental
B. Uji PH
Formulasi 1 : 5.4
Formulasi 2 : 5.0
3.1 Pembahasan
Salep (ointments) merupakan bentuk sediaan semi padat yang digunakan
untuk pemakaian luar dan diaplikasikan pada kulit (kulit sehat, sakit atau
terluka) atau membran mukosa (hidung, mata, rektal). Biasanya tapi tidak
selalu mengandung bahan obat atau zat aktif. Pada praktikum kali ini
membuat dua formulasi salep, yaitu formulasi pertama dengan cara
pembuatannya di timbang semua bahan lalu dilebur chetyl alcohol, adeps
lanae, vaselin flavum, dan parafin liquidum ad mencair (massa 1). Kemudian
masukkan chloramphenicol kedalam mortir dan stemper lalu ditambahkan
nipasol dan bht gerus ad homogen (massa 2), dimasukkan fase minyak dalam
keadaan massa 2 gerus kencang dan konstan ad terbentuk massa salep.
Lakukan evaluasi kemudian dimasukkan kedalam pot salep dan diberi
penandaan. Formulasi kedua dengan cara pembuatan ditimbang semua bahan
lalu dilebur vaselin flavum ad mencair (massa 1). Masukkan asam salisilat,
dan etanol kedalam mortir dan stemper lalu gerus ad homogen dan larut
(massa 2) masukkan bht dan sebagian massa 1 gerus kencang dan konstan ad
terbentuk massa salep. Kemudian masukkan sulfur dan sisa massa 1 gerus
kencang dan konstan ad terbentuk massa salep, lakukan evaluasi kemudian
dimasukkan kedalam pot salep dan beri penandaan. Hasil evaluasi yang di
dapatkan pada uji homogenitas formulasi pertama adalah homogen, berwarna
kuning kental dengan hasil uji nilai ph sebesar 5,4 serta menghasilkan bobot
jenis sebesar 0.9036 gram. Kemudian hasil yang di dapat pada formulasi ke
dua untuk uji homogenitas adalah homogen, berwarna kuning kental dengan
hasil uji nilai ph sebesar 5,0 serta menghasilkan bobot jenis sebesar
0.8906 gram.
3.2 Kesimpulan
- Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar.
- Bahan dasar salep adalah salep hidrokarbon,dimana dasar salep yang
digunakan adalah vaselin album
- Formulasi pertama uji homogenitas menghasilkan homogen, berwarna kuning
kental dengan ph 5,4 dan bobot jenis sebesar 0,9036 gram.
- Formulasi kedua uji homogenitas menghasilkan homogen, berwarna kuning
kental dengan ph 5,0 dan bobot jenis sebesar 0,8906 gram.
Daftar Pustaka
https://www.scribd.com/document/403911635/LAPORAN-PRAKTIKUM-
SEMISOLID
https://www.coursehero.com/file/17368071/unguenta/
http://widyisa.blogspot.com/2017/04/laporan-praktikum-teknologi-farmasi.html
http://pionas.pom.go.id/monografi/kloramfenikol
https://www.alodokter.com/asam-salisilat
https://www.honestdocs.id/cetyl-alcohol