Anda di halaman 1dari 6

76 TAHUN HMI, EKSISTENSINYA DI TENGAH TANTANGAN JAMAN

Oleh: Diki Wahyudin

Komisariat Ummat

Universitas Muhammadiyah Mataram

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) adalah organisasi Kemahasiswaan tertua di Indonesia, yang
diprakarsai oleh Profesor Drs. H. Lafran Pane beserta 14 Orang rekannya. Didirikan pada 14 Rabiul
Awal 1366 Hijrah, bertepatan pada tanggal 5 Februari 1947 Masehi. Dan sekarang menginjak usia
76 tahun.

Kehadiran Himpunan Mahasiswa Islam tidak terlepas dari gejolak dinamika bangsa Indonesia yang
baru dijajah oleh Negara lain kala itu. Juga selisih 18 Bulan atas kemerdekaan Indonesia dengan
berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Dengan keadaan Bangsa pada saat itu, membuat
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dituntut menjadi organisasi yang benar-benar berjuang untuk
membela bangsa Indonesia dari bayang-bayang "Penjajahan" Kolonialisme.

Semangat Keindonesiaan dan Keislaman yang memang sudah melekat pada diri Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) dari dulu diutamakan dan ditegakkan oleh kader-kader HMI. Yaitu
mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan mempertinggi derajat rakyat
Indonesia (Keindonesiaan), kemudian menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam (Keislaman).
Karena sewalaupun Indonesia secara administrasi sudah dinyatakan merdeka namun penjelmaan
atas penjajahan masih membayangi rakyat dan menggoresi tubuh bangsa Indonesia. Di sisi inilah,
Founding Fathers bertujuan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) tidak lain untuk kepentingan
Indonesia, bukan malah sebaliknya hadir atas dasar hanya mendirikan organisasi begitu saja tanpa
dengan ada tujuan yang jelas dan diimpikan. Kita juga bisa simpulkan, Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI) mengupayakan untuk tetap memberikan kontribusi terhadap Bangsa sampai kapanpun.
Semoga, Amiinnn..!!

Pembahasan

Bisa kita rasakan saat ini, perkembangan jaman kian lama semakin berbeda, artinya semakin maju
lebih-lebih dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat maju. Hal ini yang mendorong agar
setiap orang dapat beradaptasi dengan keadaan sekarang, bukan malah terbawa arus dengan
keadaan jaman. Begitu pula dengan HMI....

Himpunan Mahasiswa Islam sebagai organisasi Kemahasiswaan tertua di Indonesia yang sampai
sekarang masih tetap bertahan dengan menjaga eksistensi di tengah kemajuan dan pergolakan
jaman. Juga Harus memposisikan diri sebagai Organisasi yang membawa kebermanfaatan untuk
Mahasiswa khususnya, masyarakat dan Bangsa umumnya, tidak terlepas dari namanya organisasi
perjuangan.

Mengutip yang disampaikan oleh Jenderal Sudirman pada pidatonya saat memperingati HUT ke
satu " HMI bukan saja Himpunan Mahasiswa Islam, namun HMI adalah Harapan Masyarakat
Indonesia". Sebagai kader HMI kita bisa merenungi bagaimana maksud dari perkataan sang
jenderal Sudirman, bahwa sebagai basis gerakan memang HMI harus benar-benar menjadi kader
Umat dan kader Bangsa, yang membawa perubahan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI).

Di sisi lain, Suasana Bangsa Indonesia sekarang, yang sebentar lagi akan merayakan pesta
Demokrasi yaitu Pemilu, lebih-lebih Pilpres 2024. Himpunan Mahasiswa Islam memposisikan diri
sebagai penengah " Netral" artinya berdiri di kaki sendiri, yang tanpa tunduk terhadap partai politik
manapun apalagi membela salah satu pihak yang berkaitan. Karena HMI memang lahir bukan
Anderbouw dari partai politik. Berbeda dengan organisasi-organisasi lain yang memiliki ikatan
ideologis yang sama. Sepatutnya Kehadiran Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di tengah keadaan
tersebut memberikan pemahaman-pemahaman terhadap Masyarakat untuk bisa menikmati pesta
demokrasi yang berlangsung (Politik Pencerahan).

Tantangan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di Era Distruption sekarang berbeda dengan
tantangan yang dihadapi oleh HMI pada awal berdiri. Yang dihadapi oleh HMI pada saat itu
melawan Penjajahan, sampai dengan mengahadapi Partai Komunis Indonesia (PKI). Karena
memang keadaan Bangsa Indonesia pada kala itu masih dibayang-bayangi oleh dinamika
Kolonialisme, belum sepenuhnya merasakan Kemerdekaan yang sesungguhnya.

Berbeda dengan sekarang, HMI tidak lagi melawan Penjajahan seperti dulu. Yang menjadi
tantangan tersendiri saat ini yaitu menghadapi keadaan dinamika yang banyak terjadi di Indonesia.
Barangkali kalau dibandingkan Dengan dari dulu dan saat ini lebih ringan yang dihadapi oleh
Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), namun memiliki tugas moral yang diemban harus
dipenuhi oleh kader HMI untuk menjawab tantangan jaman. Keadaan kita saat ini yang cukup kaku
terhadap keadaan sosial, dari situasi perkembangan kehidupan sehari-hari yang bisa dikatakan
"Hedonisme, banyak dijumpai penyebaran berita bohong, saling fitnah antara satu dengan yang lain.
Nah, di sini kita sebagai kader HMI bisa mengambil bagian untuk mengendalikan suatu keadaan
agar tidak terjerumus dalam suatu kejadian yang tidak diinginkan.

Selain berperan sebagai organisasi perjuangan, HMI tetap Berasaskan Islam sebagai petunjuk dalam
memperjuangkan kebenaran (Hanief), yang tidak keluar dari sifat keindependensial nya tanpa di
Sekat-sekat oleh partai-partai politik ataupun Pemerintahan. Itulah HMI.

Organisasi Yang Majemuk

Suatu kebanggaan tersendiri bagi seorang kader HMI ialah bisa mengekspresikan diri dengan
sepenuh hati, tanpa di batasi oleh siapapun dan apapun. Karena memang HMI tidak terikat oleh
lembaga pemerintahan, merdeka dalam hal pergerakan. HMI hanya berdiri di kaki sendiri. Tidak
ada yang jauh beda dengan Bangsa Indonesia yang memiliki begitu banyak pulau-pulau, berbeda
agama, budaya, suku, ras dan lain sebagainya, sumber bacaan (HMI Candra Dimuka Mahasiswa).
Begitupula kita artikan HMI ini, yang tidak membatasi seorang kader untuk mencari ilmu
pengetahuan. Karena Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dengan upaya untuk mencetak kader
Umat dan kader bangsa.

Setiap kali persoalan yang terjadi di Indonesia ini, baik itu soal berkaitan dengan urusan nasional
bahkan internasional. Buktinya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sangat mendorong Pemerintah
Indonesia agar selalu menyuarakan bentuk dukungan untuk menyampaikan langsung di
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terhadap negara Palestina yang sering diperlakukan oleh Israel
dengan tidak manusiawi. Respon cepat HMI ini terkait dengan persoalan di Indonesia memang
tidak keluar dari koridor sebagai organisasi perjuangan. Perjuangan dalam artian tidak keluar dari
kebenaran (Hanief).

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) selain dengan slogan organisasi perjuangan, menjadi
Himpunan yang mencetak kaum-kaum intelektual muslim sebagai basis utama dalam upaya yang
dilakukan nya. Bahkan dalam sejarah dari dulu pasti ada para Alumni HMI yang memberikan
kontribusi, sumbangsih pikiran dan ide untuk Bangsa Indonesia ini. Kita bisa lihat pula ada
beberapa Senior/Alumni seperti Nurcholish Madjid, Jusuf Kalla (Mantan Wakil Presiden), dan
masih banyak lagi alumni HMI yang menempati posisi penting di negeri ini. Tidak terlepas dari
proses dalam organisasi yang bernama Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai basis
intelektual, dilatih, digembleng, dan lain sebagainya.

Sekarang tantangan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) beda dengan tantangan sebelum awal
berdirinya. Dinamika yang terjadi sekarang gaya baru, yaitu negara secara tidak langsung menindas
rakyat nya dengan Secara halus. Kita bisa lihat kalau dikaji dengan sistem yang dikembangkan oleh
Marxisme, yaitu dengan masuknya IMF dan Bank Dunia untuk menanam modal di Indonesia untuk
merenggut hak dari rakyat itu sendiri. Ini salah satu cara Negara mencari keuntungan tanpa
memikirkan nasib suatu rakyat, hanya memikirkan bagaimana bisa mendapatkan keuntungan bagi
mereka-mereka pengendali kebijakan. Hingga Yang terjadi selanjutnya, dengan leluasa merampas
hak yang dimiliki oleh rakyat dan rakyat tidak punya kekuatan untuk bisa mengendalikan
sepenuhnya hak yang dimiliki sebelumnya. Artinya, dengan keadaan seperti inilah keberadaan
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) harus peka terhadap suatu problem yang terjadi di Bangsa
Indonesia, Karena semangat Keindonesiaan dan Keislaman tetap terus digaungkan selama
organisasi tersebut masih berada. Sehingga Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) tetap eksis dan
tidak terkikis oleh keadaan jaman.

Yang membuat Himpunan Mahasiswa Islam besar namanya bukan saja memberikan kontribusi
terhadap Bangsa Indonesia, namun HMI besar dengan berbagai banyak dinamakan yang terjadi
selama ini. Bisa kita refleksikan kembali Historis yang terjadi pada era 1960-an, Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) karena dianggap sebaga musuh juga oleh Partai Komunis Indonesia (PKI).
Bagaimana tidak, HMI memang tidak sepemikiran dengan tujuan PKI bahkan bertolak belakang
dengan tujuan partai tersebut. Sehingga Himpunan Mahasiswa Islam memberikan perlawanan agar
Missi PKI tersebut tidak bisa leluasa dilaksanakan oleh mereka, sehingga PKI menganggap HMI
juga musuh yang harus dihadapi oleh mereka selain menjalankan Missi utama mereka dengan
membawa Indonesia berhaluan paham Komunis. Dendam kusumat Partai Komunis Indonesia
terhadap Himpunan Mahasiswa Islam makin menjadi-jadi, sebab HMI selalu melakukan aksi besar-
besaran pada tahun 1960-an, salah satunya aksi demontrasi dilakukan di Jakarta pada 13 September,
17 hari sebelum meletus nya gerakan pembantaian yang dilakukan oleh PKI terhadap para jenderal-
jenderal kala itu.

Keadaan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dulu hampir saja dibubarkan oleh Presiden pertama
Soekarno, karena selalu dihasut oleh partai komunis Indonesia. Karena Himpunan Mahasiswa Islam
dianggap sebagai organisasi yang dapat menghalangi Revolusi. Sehingga PKI melakukan fitnah-
fitnah terhadap HMI, dengan membujuk Soekarno agar HMI dibubarkan. Soekarno punya
keinginan untuk bubarkan HMI, namun ditentang oleh menteri agama kala itu. Karena menteri
agama di masa pemerintahan nya itu, menganggap HMI mempunyai tujuan untuk kepentingan
Indonesia, dapat dibaca dari buku (HMI Candra Dimuka Mahasiswa: Solichin). Namun Himpunan
Mahasiswa Islam bisa menunjukkan apa yang sebenarnya menjadi tujuan nya...

Para kader-kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) saat ini harus jeli membaca peta, dan
memahami situasi. Hal serupa agar eksistensi HMI tidak pudar dikikis oleh zaman. Himpunan
Mahasiswa Islam tidak boleh patah arang dalam mencetak kader-kader yang berkualitas, kader yang
memiliki potensi sebagai representasi untuk HMI berkembang. Karena HMI sangat diperlukan
untuk selalu terjaga dalam soal sumbangkan pikiran untuk Bangsa Indonesia. Jenjang perkaderan
para anggota HMI sangatlah sistematis, mulai dari Masa Perkenalan Calon Anggota (Maperca),
Latihan Kader II, Latihan Kader III bahkan ada Senior Course (SC) Karena perkaderan ibarat
jantung Organisasi untuk melanjutkan Missi yang diharapkan untuk jangka panjang. Kader HMI
sudah dilatih dalam menghadapi bisa setiap persoalan, digembleng, ditendang, diinjak bahkan
dikucilkan tidak membuat Kader HMI pudar dalam soal perjuangan.

HMI Sebagai Student Need & Student Interest

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) organisasi Kemahasiswaan yang sudah tentu basis mainnya di
dalam kampus. Kehadiran di Kampus untuk menunjang Ruang gerak Mahasiswa, bagi mahasiswa
yang sadar akan mencari peluang lain untuk bisa mencari pengalaman selain dalam Kampus.
Himpunan Mahasiswa Islam harus peka apa yang menjadi kebutuhan Mahasiswa dalam
mengharapkan sesuai dengan keinginannya.

Ketika udah ada yang menjamin untuk Mahasiswa ketika berproses di HMI, maka minat mahasiswa
terhadap HMI akan meningkat. Jika dilihat kembali sejarah pada awal-awal berdirinya Himpunan
Mahasiswa Islam, kader-kader menggunakan cara melakukan aktivitas keislaman, literasi dalam
kampus agar mahasiswa tergiur masuk HMI, itulah trik yang dilakukan oleh kader HMI kala itu.
Sumber literatur buku (HMI Candra Dimuka).

Semangat kader HMI sekarang diharapkan mampu masih bergairah seperti HMI yang dulu.
Penerapan Konsistensi gerakan harapannya kader HMI mampu menjawab persoalan-persoalan
terjadi di Bangsa Indonesia dengan terus konsisten dan komitmen sebagai Kader Umat dan kader
Bangsa. Di usia yang sudah 76 tahun, HMI dikatakan sudah menjawab tantangan Zaman. Kalau
Cendekiawan Muslim salah satunya Penggagas Nilai-nilai Dasar Perjuangan (NDP), Nurcholish
Madjid mengatakan bahwa HMI ini selain Keindonesiaan, Keislaman dan juga Kemodernan yang
dapat dipelajari dalam HMI.

Keberadaannya dalam Kampus-kampus Himpunan Mahasiswa Islam juga harus bisa bersaing
dengan OKP-OKP lain agar HMI bisa hidup dalam suasana apapun. Kader HMI tak jarang
mengikuti politik-politik kampus, bahkan setiap pesta politik kader HMI siap tampil untuk
mengambil bagian tersebut. Dengan cara menghalalkan segala cara adalah ciri khas yang digunakan
oleh kader-kader HMI. Di sisi lain sebagai proses pada saat menjadi Mahasiswa sudah diutamakan
agar setelah lulus di perguruan tinggi nanti sudah ada modal yang disiapkan, berkat pengalaman
berhimpun nya untuk mengembangkan potensi untuk masa depan. Sehingga tak jarang para Alumni
HMI selalu menempati posisi penting di negeri ini.
Tugas Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sekarang harus cerdas dalam membaca
memetakan kebutuhan kader, cermati apa yang menjadi bagian dari kebermanfaatan suatu
organisasi. Menjadi kader HMI adalah tanggung jawab moral, bukan malah jauh panggang dari api.
Menjadikan diri agar mengabdi untuk organisasi. Dari awal masuk HMI para kader sudah di Bai'ad
dengan menggunakan Al-Qur'an. Apalagi bagi yang sudah dipercaya untuk mengurus Organisasi,
harus benar-benar menjaga Marwah organisasi. Membenarkan ketika ada yang tidak benar adalah
tugas bagi kader HMI, berikan kritik, tanggapan, masukkan lebih-lebih saran. Karena sejatinya
dengan cara seperti itu bukti kita sebagaimana Kader HMI menunjukkan cinta dan perhatian
terhadap Himpunan tercinta. Bukan malah sebaliknya kita benci terhadap HMI, namun cara seperti
itu bukti kita perhatian sebagai Kader. Hal tersebut juga disampaikan dalam isi bukunya Kakanda
Profesor Dr. H. Agussalim Sitompul berjudul 44 Indikator Kemunduran HMI, Yang banyak menuai
kritikan untuk HMI sekarang ini.

Demikian tulisan Adinda ini, sebagai persembahan dalam Lomba Milad HMI yang ke 76, oleh HMI
Cabang Mataram. Barangkali ada tutur kalimat yang kurang cocok, ada kata yang tidak sesuai
dalam isi tulisan ini, mohon dikoreksi. Semoga bisa Adinda lebih tingkatkan untuk gemar dalam
menulis. Mengutip yang dikatakan oleh Pramoedya Ananta Toer " Orang boleh saja pandai, namun
selama dia tidak menulis, dia akan hilang dari peradaban dan dari sejarah". Bahwa ini juga sebagai
awal proses dari diri ini.

Anda mungkin juga menyukai