Disusun oleh:
KELOMPOK 2
1
LEMBAR PERSETUJUAN
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya, kami dapat
menyelesaikan laporan kasus kelompok seminar ini dengan judul ”ASUHAN KEPERAWATAN
DM dengan Gangren PADA Ny. H DI RUANG MUSDHALIFAH RUMAH SAKIT ISLAM
SITI KHADIJAH PALEMBANG TAHUN 2022” Penulisan laporan kasus ini dilakukan dalam
rangka tugas Profesi Ners di Sekolah Tinggi llmu Kesehatan Bina Husada Palembang. Dalam
penyusunan laporan kasus ini kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan maka dari itu kami
sangat membutuhkan kritik dan saran yang membangun.
Demikian Laporan Praktikum Profesi Ners ini dibuat. Kami menyadari bahwa tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari akademik maupun lahan praktik, sangat sulit
untuk menyelesaikan laporan kasus ini. Semoga laporan kasus ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu kedepannnya. Aamiin
Penulis
3
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN……………......………………………………………………………2
KATA PENGHANTAR…..……………..……………………………….…………………………4
BAB I PENDAHALUAN………………..………………………………………………………….6
1.2 Tujuan.....................................................................................................................................................5
1.2.1 Tujuan Umum..................................................................................................................................5
1.2.2 Tujuan Khusus..................................................................................................................................5
1.3 Waktu Dan Tempat...........................................................................................................................6
2. Diagnosa Keperawatan dan Fokus Intervensi.....................................................................................21
A. DATA UMUM PASIEN..........................................................................................................................25
BAB IV..........................................................................................................................................................53
PEMBAHASAN............................................................................................................................................53
4.1 Pengkajian...............................................................................................................................................53
4.2 Diagnosa Keperawatan...........................................................................................................................53
BAB V............................................................................................................................................................55
PENUTUP.....................................................................................................................................................55
5.1 Kesimpulan..............................................................................................................................................55
5.2 Saran........................................................................................................................................................55
5.2.1 Bagi Pasien dan Keluarga...................................................................................................................55
5.2.2 Bagi RS Islam Siti Khadijah Palembang............................................................................................55
5.2.3 Bagi Institusi Pendidikan....................................................................................................................56
4
BAB I
PENDAHULUAN
Diabetes Melitus adalah hambatan yang terjadi pada metabolisme secara genetik serta secara
klinis tercantum heterogen dengan indikasi adanya kehilangan toleransi karbohidrat. Diabetes
Melitus merupakan gangguan metabolik yang terjadi akibat adanya ketidakmampuan dalam
mengoksidasi karbohidrat, adanya hambatan pada mekanisme insulin, dan ditandai dengan
hiperglikemia, glikosuria, poliuria, polipdisi, polifagia, asidosis yang sering menimbulkan sesak
napas, lipemia, ketonuria serta berakhir hingga koma (Sya’diyah et al., 2020).
Diabetes melitus merupakan suatu kelainan genetik atau sindroma yang dapat diketahui
dengan adanya hiperglikemia kronik serta gangguan pada proses metabolisme karbohidrat, lemak
serta protein yang saling berkaitan dengan defisiensi insulin absolut ataupun relatif sehingga
mempengaruhi kinerja sekresi insulin serta aksi insulin (Nugroho, 2015).
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melaksanakan asuhan
keperawatan “Asuhan Keperawatan Ny. H Dengan Diabetes Melitus Gangren Di Ruangan
Muzdalifah Rs Siti Khadijah Palembang 2022”.
1.2 Tujuan
5
1.3 Waktu Dan Tempat
a. Waktu
Dilaksanakan pada tanggal 22-23 November 2022.
b. Tempat
Dilaksanakan diruang Muzdalifah Kamar 19
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
Gambar 1. Anatomi prankeas
Fisiologi
Pankreas panjangnya kira-kira lima belas sentimeter, mulai dari duodenum sampai
limpa, dan terdiri atas 3 bagian : kepala pankreas, badan pankreas, ekor pankreas.
Jaringan pankreas terdiri atas labula dari pada sel sekretori yang tersusun mengitari
saluran-saluran halus. Saluran-saluran ini mulai dari persambungan saluran-saluran
kecil dari labula yang terletak di dalam ekor pankreas dan berjalan menlalui labula
yang terletak didalam ekor pankreas dan berjalan melalui badannya dari kiri ke
kanan. Saluran-saluran kecil itu menerima saluran dari labula lain dan kemudian
bersatu untuk membentuk saluran utama yaitu ductus
wirsungi. Kepulauan langerhans pada pankreas membentuk organ endokrin yang
9
menyekresi insulin, yaitu sebuah hormon antidiabetika, yang diberikan dalam
pengobatan diabetes. Insulin adalah sebuah protein yang dapat turut dicernakan
oleh enzim-enzim pencerna protein. Insulin mengendalikan kadar glukosa dan
bila digunakan sebagai pengobatan dalam hal kekurangan, seperti pada diabetes, ia
memperbaiki kemampuan sel tubuh untuk mengabsorbsi dan menggunakan
glukosa dan lemak. Insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas, kelenjar
pankreas terletak di lekukan usus dua belas jari, sangat penting untuk menjaga
keseimbangan kadar glukosa darah yaitu waktu puasa antara 60-120 mg/dl dan
dalam dua jam sesudah makan di bawah 140 mg/dl. Bila terjadi gangguan pada
kerja insulin, baik secara kuantitas maupun kualitas keseimbangan tersebut akan
terganggu dan kadar glukoda cenderung naik. (Tjokroprawiro, 2006).
C. Etiologi
Menurut (PB PERKENI, 2015) berlandaskan pada asal mula yang mendasari
kemunculannya, Diabetes Melitus terbagi menjadi beberapa kategori, yakni
a. DM Tipe 1
Salah satu faktor pemicu Diabetes Melitus Tipe 1 ialah destruksi sel beta dan
defisiensi insulin absolut seperti penyakit auto-imun (tidak berfungsinya sistem
imunitas tubuh) dan idiopatik (penyebab yang tidak diketahui) yang
mengganggu proses sekresi insulin terutama sel β pada pankreas yang terjadi
secara menyeluruh. Oleh sebab itu, pankreas akan kehilangan kemampuannya
dalam memproduksi serta melepaskan insulin yang dibutuhkan oleh tubuh
b. DM Tipe 2
Diabetes Melitus tipe 2 diakibatkan oleh campuran, seperti resistensi insulin
dan disertai defisiensi insulin relatif. DM tipe 2 umumnya disebut dengan
diabetes life style sebab tidak hanya aspek genetik saja yang bisa
mempengaruhi namun bisa juga diakibatkan oleh pola gaya hidup yang tidak
sehat.
D. Tanda dan gejala
Menurut (Nugroho, 2015) secara umum ada beberapa manifestasi klinik yang
terdapat pada penderita diabetes melitus, yaitu :
a. kadar glukosa dalam darah tinggi ( Hiperglikemia)
Glukosa dalam darah yang tinggi pada penderita diabetes melitus biasanya
10
diatas 200 mg/Dl.
b. Poliuria (sering buang air kecil)
Poliuria akan terjadi bila ginjal memproduksi air kemih dalam jumlah yang
melampaui batas normal atau berlebihan, sehingga penderita diabetes melitus
merasakan keinginan berkemih dalam frekuensi yang berlebih
c. Polidipsi (sering haus)
polidipsi biasanya ditandai dengan mulut kering yang diakibatkan oleh adanya
poliuri, sebab penderita diabetes melitus sering merasakan haus yang
berlebihan sehingga penderita akan banyak minum.
d. Polifagia (makan berlebihan)
Polifagia biasanya dapat disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya terjadi
karena sejumlah besar kalori yang terserap ke dalam air urine, sehingga
penderita diabetes melitus akan mengalami degradasi berat badan, maka dari
itu penderita biasanya merasakan lapar yang berlebih sehingga banyak makan.
Bermacam keluhan lain bisa ditemui pada penderita diabetes melitus.
Kecurigaan terhadap adanya diabetes melitus perlu diwaspadai apabila ada
keluhan lain yang berupa : kelemahan tubuh, kesemutan, gatal, pandangan
mata kabur, penurunan berat badan yang tidak bisa dipaparkan sebabnya dan
disfungsi ereksi pada laki-laki, serta pruritus vulvae pada perempuan
(PERKENI, 2011).
E. Klasifikasi
Diabetes Melitus Tipe 1
Diabetes tipe 1 biasanya terjadi pada remaja atau anak-anak karena kerusakan sel β
(beta) (WHO, 2014).CanadianDiabetes Association (CDA) 2013 juga
menambahkan bahwa rusaknya sel β pankreas diduga karena proses autoimun,
namun hal ini juga tidak diketahui secara pasti. Diabetes tipe 1 rentan terhadap
ketoasidosis, memiliki insidensi lebih sedikit dibandingkan diabetes tipe 2, akan
meningkat setiap tahun baik di negara maju maupun di negara berkembang (IDF,
2014).
Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes tipe 2 biasanya terjadi pada usia dewasa (WHO, 2014). Seringkali
diabetes tipe 2 didiagnosis beberapa tahun setelah onset, yaitu setelah komplikasi
11
muncul sehingga tinggi insidensinya sekitar 90% dari penderita DM di seluruh
dunia dan sebagian besar merupakan akibat dari memburuknya faktor risiko seperti
kelebihan berat badan dan kurangnya aktivitas fisik (WHO, 2014).
Diabetes Gestasional
Gestational diabetes mellitus (GDM) adalah diabetes yang didiagnosis selama
kehamilan (ADA, 2014) dengan ditandai dengan hiperglikemia (kadar glukosa
darah di atas normal) (CDA, 2013 dan WHO, 2014). Wanita dengan diabetes
gestational memiliki peningkatan risiko komplikasi selama kehamilan dan saat
melahirkan, serta memiliki risiko diabetes tipe 2 yang lebih tinggi di masa depan
(IDF, 2014).
Diabetes Melitus Tipe Lain
Diabetes melitus tipe khusus merupakan diabetes yang terjadi karena adanya
kerusakan pada pankreas yang memproduksi insulin dan mutasi gen serta
mengganggu sel beta pankreas, sehingga mengakibatkan kegagalan dalam
menghasilkan insulin secara teratur sesuai dengan kebutuhan tubuh. Sindrom
hormonal yang 14 dapat mengganggu sekresi dan menghambat kerja insulin yaitu
sindrom chusing, akromegali dan sindrom genetik (ADA, 2015)
F. Patofisiologi
Dalam proses patofisiologi diabetes melitus tipe 2 ada sebagian kondisi yang turut
serta berperan yaitu : resistensi insulin dan disfungsi sel β pankreas. Diabetes
melitus tipe 2 tidak diakibatkan oleh terbatasnya sekresi insulin, akan tetapi akibat
sel sel target insulin gagal atau ketidakmampuan dalam merespon insulin secara
normal. Kondisi ini umum disebut sebagai “resistensi insulin”. Resistensi insulin
sebagian besar terjadi akibat dari obesitas dan minimnya aktivitas fisik serta proses
dari penuaan. Pada penderita diabetes melitus tipe 2 bisa saja terjadi produksi
glukosa hepatik yang mungkin berlebihan tetapi tidak terjadi kerusakan pada sel-
sel β langerhans secara autoimun
. Pathways
12
Usia, gaya hidup
Defisiensi insulin
Hiperglikemia
Glukosa tidak
Ketidak stabilan masuk ke sel
kadar gula darah
Fleksibilitas Kerusakan
darah merah vaskuler
Ulkus diabetik
13
Sumber : (Wulandari, 2018)
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Soelistijo et al., 2015) dalam menentukan diagnosis diabetes
melitus harus dilakukan pemeriksaan dasar yaitu kadar glukosa darah. Pemeriksaan
glukosa darah yang disarankan merupakan pemeriksaan glukosa secara enzimatik
dengan bahan plasma darah vena. Hasil peninjauan dari pengobatan yang dapat
dilakukan denganmemanfaatkan pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan
glukometer. Diagnosis tidak boleh ditegakkan hanya berdasarkan adanya
glukosuria saja.Hasil pemeriksaan yang belum termasuk dalam kriteria normal atau
kriteria diabetes melitus dapat dikategorikan ke dalam kelompok risiko tinggi yang
meliputi : toleransi glukosa terganggu (TGT) antara 140-199 mg/dL dan glukosa
darah puasa terganggu (GDPT) 100-125 mg/dL. Dalam pemeriksaan untuk
memastikan diagnosis diabetes melitus dapat dilakukan dengan beberapa
pemeriksaan yaitu :
1. Gula darah puasa (GDO) 70-110 mg/dl. Kriteria diagnostik untuk DM
>140 mg/dl paling sedikit dalam 2 kali pemeriksaan. Atau > 140 mg/dl
disertai gejala klasik hiperglikemia atau IGT 115-140 mg/dl.
2. Gula darah 2 jam post prondial <140 mg/dl digunakan untuk skrining
atau evaluasi pengobatan bukan diagnostik
3. Gula darah sewaktu < 140 mg/dl digunakan untuk skrining bukan
diagnostik.
4. Tes toleransi glukosa oral (TTGO). GD < 115 mg/dl ½ jam, 1 jam, 1 ½
jam < 200 mg/dl, 2 jam < 140 mg/dl.
5. Tes toleransi glukosa intravena (TTGI) dilakukan jika TTGO
merupakan kontraindikasi atau terdapat kelainan gastrointestinal yang
mempengaruhi absorbsi glukosa
6. Tes toleransi kortison glukosa, digunakan jika TTGO tidak bermakna.
Kortison menyebabkan peningkatan kadar glukosa abnormal dan
14
menurunkan penggunaan gula darah perifer pada orang yang
berpredisposisi menjadi DM kadar glukosa darah 140 mg/dl pada akhir
2 jam dianggap sebagai hasil positif.
7. Glycosetat hemoglobin, memantau glukosa darah selama lebih dari 3
bulan.
8. C-Pepticle 1-2 mg/dl (puasa) 5-6 kali meningkat setelah pemberian
glukosa.
9. Insulin serum puasa: 2-20 mu/ml post glukosa sampai 120 mu/ml, dapat
digunakan dalam diagnosa banding hipoglikemia atau dalam
H. Penatalaksanaan
Menurut (Soelistijo et al., 2015) penatalaksanaan baik secara medis maupun
keperawatan dilakukan hidup penderita diabetes melitus, dalam proses
penatalaksanaan secara umum mempunyai tujuan jangka pendek dan jangka
panjang. Tujuan jangka pendek yaitu utnuk memperbaiki kualitas hidup,
meminimalisir risiko terjadinya komplikasi dan mengurangi keluhan diabetes
melitus, sedangkan tujuan jangka panjang yaitu untuk mencegah dan menghambat
progesivitas kerusakan pada pembuluh darah, serta bertujuan untuk mengurangi
angka morbiditas dan mortalitas diabetes melitus. Dalam penatalaksanaan terhadap
pasien diabetes melitus sering di kenal dengan istilah 4 pilar sebagai acuan untuk
mencegah ataupun untuk mengontrol proses perjalanan penyakit dan terjadinya
komplikasi, 4 pilar tersebut meliputi edukasi, terapi nutrisi, aktivitas fisik dan
terapi farmakologis. Selain itu, untuk mengukur sejauh mana keberhasilan dalam
proses penatalaksanaannya maka perlu dilakukan pengontrolan kadar glukosa
darah atau kadar hemoglobin yang terglikosilasi (HbA1c) sebagai indikator
penilaiannya (Putra, I. W. A., & Berawi, 2015). Empat pilar dalam
penatalaksanaan penyakit diabetes melitus menurut (Hartanti et al., 2013)
meliputi :
1. Edukasi
Penyakit diabetes melitus tipe 2 biasanya sering terjadi pada orang- orang
dewasa hingga lansia, dimana dalam waktu-waktu tertentu akan membentuk
perubahan pada perilaku atau pola gaya hidup. Pengelolaan secara mandiri
15
sangat diperlukan bagi penderita diabetes terutama dalam mengoptimalisasi
dan berkontribusi secara aktif untuk mengubah perilaku yang tidak sehat. Peran
tenaga kesehatan sangat berpengaruh dalam mengubah perilaku tersebut dalam
mencapai keberhasilan maka diperlukan edukasi atau pengetahuan,
pengembangan ketrampilan (skill), perubahan perilaku dan motivasi bagi
penderita diabetes
2. Terapi nutrisi
Terapi nutrisi atau manajemen dalam perencanaan pemberian makanan sangat
berpengaruh pada penyandang diabetes, dalam pemberian makan perlu
diperhatikan proporsi sesuai dengan keadaan individu yang mengalami
diabetes. Ketentuan yang harus diberikan dalam pemberian makanan harus
diperhatikan terkait keseimbangan komposisi dalam makanan yang meliputi
karbohidrat, protein, lemak dan lain-lain untuk mencukupi status gizi yang
baik.
3. Aktifitas fisik
Aktifitas fisik sangat berpengaruh dalam proses penatalaksanaan diabetes
melitus yang berguna untuk memperbaiki sensivitas kinerja insulin. Aktifitas
fisik sederhana yang bisa dilakukan misalnya jalan kaki, bersepeda dan lain-
lain, dalam melakukan aktifitas fisik perlu disesuaikan dengan kondisi masing-
masing individu yang dapat disesuaikan dengan umur, kondisi ekonomi, sosial
dan budaya serta kondisi fisik.
4. Terapi famakologis
Setelah menerapkan pola nutrisi dan aktifitas fisik namun kadar glukosa dalam
darah belum mencapai target yang ditentukan maka diperlukan penggunaan
obat-obatan sesusai dengan indikasi dan dosis yang sudah direncanakan atau
ditentukan oleh tenaga ahli kesehatan
I. Komplikasi
Penyakit diabetes yang tidak ditanggulangi secara baik bisa menimbulkan
hiperglikemia yang pada waktu-waktu tertentu bisa menyebabkan komplikasi berupa
kerusakan pada sistem tubuh terutama pada sistem saraf dan pembuluh darah.
Penyakit diabetes melitus adalah salah satu faktor resiko yang mengakibatkan
timbulnya penyakit lain seperti jantung, stroke, neuropati, retinopati, dan gagal
16
ginjal. Seseorang yang menderita diabetes melitus cenderung beresiko mengalami
kematian dua kali lebih cepat dibandingkan dengan seseorang yang bukan menderita
penyakit diabetes melitus (Israfil, 2020).
Kaki diabetik disertai ulkus meurpakan salah satu komplikasi yang sering terjadi
pada penyandang diabetes. Ulkus kaki diabetik ialah luka kronik yang terjadi pada
bagian ekstermitas bawah (kaki) yang dapat meningkatkan mordibitas serta
mortalitas dan dapat mempengaruhi kualitas hidup penderita diabetes. Ulkus kaki
diabetik disebabkan oleh kerusakan saraf (neuropati perifer) yang menghambat
peredaran aliran darah atau akibat dari penyempitan pembuluh darah yang biasa
disebut arteri perifer, bahkan ulkus kaki diabetik bisa disebabkan oleh kombinasi dari
diatas (PB PERKENI, 2015)
Menurut (Lotfy et al., 2016) ada beberapa ringkasan terkait komplikasi diabetes
dengan menyebutkan indikasi akibat hiperglikemia pada berbagai jenis sel di tubuh
sebagai berikut:
17
Meliputi : Kardiomiopati, Infark miokard, Aterosklerosis, Hipertensi,
Disfungsi sel endotel
d. Rongga mulut
Meliputi : Penyakit mulut (Karies, gingivitis, kelainan periodontal, infeksi)
e. Sistem ginjal
Meliputi : Nefropati, Proteinuria, Glukosuria, Gagal ginjal
f. Sistem pencernaan
Meliputi : Pengosongan lambung yang tertunda, Diare, Sembelit, Dispepsia,
Insufisiensi kelenjar eksokrin
g. Sistem kelamin
Meliputi : Impotensi, Disfungsi seksual, Disfungsi urogenital
h. Kulit dan jaringan lunak
Meliputi : Gangguan penyembuhan luka, Infeksi kulit
i. Tulang
Meliputi : Osteopenia, patah tulang
j. Kaki
k. Meliputi : Ulserasi kaki, amputasi kaki
J. Pengkajian keperawatan
Pengkajian keperawatan dilakukan secara komprehensif meliputi pengumpulan
data, pola fungsional kesehatan menurut gordon dan pemeriksaan fisik
(Kartikasari et al., 2020).
20
Pada penderita diabetes melitus cenderung mengalami beberapa
komplikasi pada penyakitnya yang mengakibatkan adanya perubahan
dalam persepsi dan mekanisme kopingnya.
12) Pola persepsi diri dan konsep diri
Penyakit diabetes melitus akan mengakibatkan perubahan pada
fungsional tubuh yang akan mempengaruhi gambaran diri atau citra
diri pada individu yang menderita diabetes.
13) Pola mekanisme koping
Akibat penyakit diabetes melitus yang menahun menyebabkan
penyakit ini akan menimbulkan permasalahan baru pada penderitanya
termasuk pada pola pemikiran dari adaptif akan menuju ke maladatif
sehingga secara otomatis akan mempengaruhi mekanisme koping.
14) Pola Seksual-Reproduksi
Penyakit diabetes yang menahun dapat menimbulkan kelainan pada
organ reproduksi, penurunan rangsangan dan gairah pada
penderitanya.
15) Pola peran berhubungan dengan orang lain
Penderita diabetes yang mengalami luka yang tak kunjung sembuh
akan menyebabkan dirinya merasa minder atau merasa malu dan
cenderung akan menarik diri.
16) Pola nilai dan kepercayaan
Akibat dari penyakit diabetes melitus dapat mempengaruhi fungsional
struktur tubuh sehingga dapat menyebabkan perubahan status
kesehatan pada penderita diabetes dan akan mempengaruhi perubahan
dalam pelaksanaan kegiatan dalam beribadah.
17) Pemeriksaan fisik Head to Toe
Suatu tindakan dalam memeriksa keseluruhan tubuh pasien dari ujung
kepala sampai dengan ujung kaki dengan menggunakan metode
pemeriksaan fisik yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi yang
bertujuan untuk menentukan status kesehatan pasien.
21
a. Diagnosa keperawatan bardasarkan SDKI menurut (PPNI, 2016) :
1) Nyeri akut
4) Risiko infeksi
1) Nyeri akut
Intervensi :
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,frekuensi, kualitas, dan
intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
22
intregitas kulit dapat teratasi dengan kriteria hasil :
a) Integritas kulit/jaringan memabaik
Intervensi :
1. Indentifikasi penyebab gangguan integritas kulit
Intervensi :
1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
23
atas tempat tidur
4) Risiko infeksi
Intervensi :
1. Monitor tanda gejala infeksi lokal dan sistemik
24
BAB III
TINJAUAN KASUS
25
4. Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit menular : Pasien mengatakan tidak punya Riwayat penyakit keluarga
26
Auskultasi : rhonki
a. Suara napas : Vesikuler
b. Irama napas : Teratur
c. Penggunaan otot bantu pernapasan : (Ya)
d. Pernapasan cuping hidung : (Ya)
2. Sistem Kardiovaskuler
Data Objektif
Inpeksi : konjungtiva tidak ada, sklera tidak ada
Perkusi : tidak ada nyeri tekan CRT >2.
Palpasi : jantung
Auskultasi : irama jantung
1. Tekanan darah : 130/80 mmHg
2. Bunyi jantung, bunyi jantung 1 dan 2 normal
3. Ekstremitas : suhu : 370.c
Pengisian kapiler/capillary refile (CRT) :,2 detik
Varises : tidak ada Plebitis : tidak ada
Abnormalitas kuku (clubbing finger) : tidak ada
Membrane mukosa : bibir normal
3. Sistem Muskuloskletal
Data Subyektif
a. Riwayat kecelakaan : Tidak ada
Fraktur : Tidak ada
Kondisi : -
Sembuh : -
4. Sistem Persarafan
Data Subyektif
a. Riwayat cidera kepala dan medulla spinalis : tidak ada
Kapan - Kondisi
Pengobatan - Sembuh -
b. Riwayat penyakit cidera serebrovaskuler : tidak ada
Kapan - .Kondisi -
Pengobatan - Sembuh -
27
c. Penurunan sensori : tidak ada
Kesemutan/kebas/kelemahan : tidak ada Lokasi :-
Diplopia : tidak ada
Amnesia : tidak ada
Data Objektif
a. Paralisis : tidak ada
b. Letargi : tidak ada Bahasa : Indonesia
c. Orientasi terhadap waktu/tempat/orang :
d. Fungsi saraf cranial/nervus cranial (NC) :
NC I : Normal
NC II : Normal
NC III : Normal
NC IV : Normal
NC V : Normal
NC VI : Normal
NC VII : Normal
NC VIII : Normal
NC IX : Normal
NC X : Normal
NC XI : Normal
NC XII :Normal
e. Fungsi motorik :
Infeksi sikap, bentuk dan ukuran tubuh, gerakan abnormal : Normal
Kemampuan berjalan : Normal
Kemampuan kooridinasi : Normal
Tremor : Tidak
Kemampuan pergerakan sendi : normal
Tonus otot : normal
Kekuatan otot : normal
Kemampuan mobilisasi : dengan bantuan keluarga
Deformitas : tidak ada
Sendi bengkak : tidak ada
28
Piting edema :tidak ada
f. Pemeriksaan reflek :
Reflek tendon bisep : normal trisep : normal
fatella : normal archiles : normal
Reflek patologis : normal
5. Sistem Integumen
Data Subjektif
a. Riwayat gangguan kulit : terdapat ulkus pada kaki kanan
b. Keluhan klien : badan lemas, nyeri pada kaki kanan
c. Gatal : tidak
Data Objektif
a. Adanya lesi / luka/ eritema : Ya
b. Lokasi lesi / luka/ eritema : Di kaki kanan
c. Jumlah lesi / luka/ eritema : tidak ada
d. Stadium luka : -
e. Warna luka : Kemerahan
f. Ukuran luka : tidak ada
g. Tanda – tanda luka : tidak ada
6. Sistem Perkemihan
Data Objektif
a. Riwayat gangguan ginjal/saluran kemih: Iya
b. Riwayat penggunaan obat diuretic : amlodipine 10 mg
c. Rasa nyeri dan terbakar saat kencing : Tidak ada
Bau : khas Warna : kuning pekat
7. Sistem Gastrointestinal
Data Subjektif
a. Makanan pantang : Tidak ada
b. Kebiasaan makan : Porsi normal
c. Jumlah makanan per hari : 3x sehari
d. Mual : ada/tidak, Muntah : ada/tidak
e. Nyeri abdomen : tidak
f. Gangguan mengunyh : tidak Menelan : Tidak
29
8. Sistem Penginderaan
Data Subjektif
a. Riwayat infeksi mata/telinga : ada/tidak
b. Riwayat trauma infeksi mata/telinga : ada/tidak
c. Riwayat katarak : ada/tidak
d. Riwayat glaucoma : ada/tidak
e. Riwayat penyakit mata lain : ada/tidak
f. Gangguan penglihatan : diplopia : tidak ada
Penurunan penglihatan : tidak
Data Objektif
Pemeriksaan Mata :
a. Pemeriksaan visus/ketajaman penglihatan : normal
b. Lapang padang : normal
c. Gerakan ekstraokuler/gerakan mata : normal
d. Pemeriksaan fisik mata : area orbital ; edema : tidak ada
e. Sclera/kornea/iris : normal
f. Pupil : bentuk/ukuran : simetris
9. Sistem Endokrin
Data Subjektif
a. Perasaan haus yang berlebih : tidak
b. Faktor resiko kekurangan cairan dan elektrolit : tidak
c. Kedutan otot : tidak
Data Objektif
Intake cairan : -
Output cairan : -
Balance cairan : -
d. Muntah : tidak
e. diare : tidak
10. Sistem Imun
Data Subjektif
a. Riwayat alergi/sensitivitas : tidak ada
b. Perubahan imunitas sebelumnya : tidak ada
30
c. Keluhan nyeri tekan pada kelenjar limfe : tidak ada
d. Pembesaran kelenjar limfe : tidak ada
E. DATA TAMBAHAN
1. Activity Daily Living
Data Subjektif
Aktifitas sehari-hari Mandiri/tergantung, mobilitas : selama di rumah sakit dibantu
keluarga
Makan : dibantu keluarga
Kebersihan diri : dibantu keluarga
Berpakaian : dibantu keluarga
Toileting : dibantu keluarga
Data Objektif
a. Penampilan umum : cukup rapi
b. Cara berpakaian : cukup rapi
c. Bau badan : tidak
d. Kebersihan badan : baik kuku : baik
e. Kulit kepala : bersih kutu : tidak ada
1. Pemeriksaan Diagnostik
Kriteria diagnostic WHO untuk Diabetes Melitus sedikitnya 2 kali
pemeriksaan :
a. Glukosa plasma sewaktu >200 mg (11,1 mmil?L)
b. Glukosa plasma puasa > 140 mg/(7,8 mmol/L)
c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2jam kemudian sesudah mengkomsumsi
75 gr karbodidat (2jam prandial (pp)> 200 mg/dl).
31
F. DATA PENUNJANG
1.Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi
Hemoglobin 14.0 – 18. 0 g/dl
L. 10. 6
Jumlah lekosit 5,0 – 10. 0 10 3/ul
H. 31. 9
Hitungan jenis 00 – 2.5 ∞
0.0
Basofil 0.0 – 7.0 ∞
0.0
Eosinofil 2.0-6.0 ∞
L 0.0
Neutrofil Segmen 50.0-70.0 ∞
H 89. 0
Limfosit 20.0-60.0 ∞
L 6.0
Monosit Limfosit 5.0 2.0-15.0 ∞
Ratio
< 3.13 ∞
H 14. 83
LED 1 Jam
3– 10 ∞
H 20
RDW-CV
11.6 -14.8 ∞
12.8
R Hematokrit
40 – 54 150 ∞
38.3
Jumlah Trombosit
– 450 ∞
Glukosa darah
sewaktu L 32 2.0-15.0 ∞
32
Natrium 31 – 450 U/L
KaliumDW-SD L 122.5 <41 U/L
4.66
Pemberian teraphy
1 Insulin 3x6 io Obat untuk menegendalikan hipoglikemia Kadar insulin
gula darah dalam darah
menurun, pusing
2 Ondansentron 2x1 Obat mencegah mual Ibu hamil Sakit kepala,
hari ,hipersensitif pusing,mudah
terhadap obat mengantuk
3 NACL 0,9 % 500m Untuk mengatur jumlah air hipersensitif Detak jantung
g dalam tubuh cepat,iritasi,nyeri
sendi
4 metronidazole 3x1 Untuk membasmi bakteri Alergi dan ibu Perasaan mual
hari dalam tubuh hamil muntah,penurun an
nafsu makan
33
ANALISA DATA
34
1. DM 1 & 2
DS :
Nyeri Akut
- Pasien
mengatakan nyeri Anabolisme protein
pada luka di kaki
kanannya ketika Kerusakan pada antibody
digerakkan
DO :
- Pasien tampak Kekebalan tubuh
meringis menurun
- Menarik diri
- Tekanan darah
Resiko infeksi
meningkat
- P : Nyeri Pedis
Kanan saat
Nekrosis luka
digerakkan
Q : Seperti cekot cekot
R : Ulkus pedis dextra Ulkus Pedis
S : Skala 5
T: Hilang timbul
- TTV Nyeri Akut
S : 37ºC
N : 110x/menit
RR : 20x/menit
TD : 130/80 mmHg
2. DS :
- Pasien mengatakan DM 1 & 2 Gangguan Integritas
bahwa luka di Kulit/Jaringan
kakinya muncul Anabolisme protein
sejak 2 minggu
yang lalu namun
tidak kunjung Kerusakan pada antibody
sembuh
DO :
- Pasien tampak Kekebalan tubuh
meringis karena menurun
nyeri pada kaki
bagian kanan
- Terdapat ulkus Resiko infeksi
diabetikum pedis
dextra
- Kemerahan pada Nekrosis luka 35
MASALAH KEPERAWATAN
1. Nyeri akut
2. Gangguan integritas kulit
3. Gangguan mobilitas fisik
4. Resiko infeksi
DIAGNOSA 1.
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (ulkus) dibuktikan dengan
pasien mengeluh nyeri
2. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan berhubungan dengan neuropati perifer dibuktikan
dengan kerusakan jaringam dan/atau lapisan kulit
3. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan nyeri dibuktikan dengan rentang gerak
(ROM) menurun
4. Resiko Infeksi berhubungan dengan penyakit kronis dibuktikan dengan adanya luka pada
kaki kanan
36
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
37
dan tidur.
Edukasi :
. Jelaskan strategi
meredakan nyeri.
7. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri.
8. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi :
9. Kolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu
2 Gangguan Setelah dilakukan Perawatan Luka
Integritas tindakan keperawatan Observasi :
Kulit/Jaringan selama 1x24 jam
1.Monitor
berhubungan diharapkan integritas
dengan neuropati kulit dan jaringan karakteristik luka
perifer dibuktikan meningkat (mis. drainase,
dengan kerusakan
1.Kerusakan jaringan warna, ukuran, bau).
jaringam dan/atau
lapisan kulit menurun 2.Monitor tanda-
2.Kerusakan lapisan tanda infeksi.
kulit menurun Terapeutik :
3.Nyeri menurun 3.Jadwalkan
perubahan posisi
4.Kemerahan menurun
setiap 2 jam atau
5.Nekrosis menurun
sesuai kondisi
6.Suhu kulit membaik pasien.
Edukasi :
Ajarkan prosedur
1.perawatan luka
secara mandiri
Kolaborasi :
Kolaborasi
38
pemberian antibiotik
NURSING IMPLEMENTASI
40
Nama Pasien : Ny. H Diagnosa Medis : DM Gangren
Jenis Kelamin : Perempuan No. Medis Record : 572365
No. Kamar Bed 19 Hari/tanggal : 21 Nov 22
perawatan luka.
6.Menjelaskan tanda dan
gejala infeksi. - Keluarga pasien
mengerti
7.Mengajarkan prosedur
- Keluarga pasien
perawatan luka secara mengatakan
mandiri mengerti dan
kooperatif
3 Gangguan 10.00 1) Mengidentifikasi - Pasien mengatakan
Mobilitas adanya nyeri atau adanya nyeri pada
Fisik kaki kanannya
keluhan fisik lainnya
berhubungan
dengan nyeri 2) Mengidentifikasi - Pasien mengatakan
dibuktikan toleransi fisik susah untuk
dengan bergerak
melakukan pergerakan.
rentang gerak
(ROM) 3) Melibatkan keluarga - Keluarga pasien
menurun untuk membantu pasien mengatakan
mengerti dan
dalam meningkatkan
kooperatif
pergerakan
4) Menjelaskan tujuan
dan prosedur - Keluarga pasien
mengerti
mobilisasi.
4 Resiko 1) Memonitor tanda dan - Pasien mengatakan
Infeksi gejala infeksi lokal dan ada luka di kaki
berhubungan sistematik kanan
dengan 2) Membeerikan perawatan - Terdapat luka pada
penyakit kulit pada area luka bagian kaki pasien
kronis
3) Menjelaskan tanda dan
dibuktikan - Pasien mengatakan
gejala infeksi
dengan mngerti cara
4) Melakukan Perawatan
adanya luka luka perawatan luka
pada kaki
kanan
42
- Melakukan
perawatan luka
NURSING IMPLEMENTASI
43
Nama Pasien : Ny. H Diagnosa Medis : DM Gangren
Jenis Kelamin : Perempuan No. Medis Record : 572365
No. Kamar Bed : 19 Hari/tanggal : 22 Nov 22
45
penyakit kulit pada area luka bagian kaki pasien
kronis 3) Menjelaskan tanda dan
dibuktikan gejala infeksi - Pasien mengatakan
dengan 4) Melakukan Perawatan mngerti cara
adanya luka luka perawatan luka
pada kaki
kanan - Melakukan
perawatan luka
EVALUASI KEPERAWATAN
46
Nama Pasien : Ny. H Diagnosa Medis : DM Gangren
Jenis Kelamin : Perempuan No. Medis Record : 572365
No. Kamar Bed : 19 Tanggal : 21 Nov 22
47
ketika digerakkan
O:
-Pasien kooperatif dan
mengikuti arahan perawat
-Pasien tampak kurang
nyaman dengan kondisinya
-Pasien masih tampak
meringis
P : Nyeri kaki kanan saat
diigerakkan
Q : Seperti cekot cekot
R : Ulkus pedis dextra
S : Skala 4
T : Hilang timbul
TTV
TD : 110/80 mmHg
N : 85X/Menit
R : 20x/menit
S : 36,6
A :Masalah teratasi sebagian
P:
-Intervensi dilanjutkan
- ajarkan teknik relaksasi
nafas dalam
-Libatkan keluarga
Kolaborasi dengan tim medis
2 Gangguan Integritas 09.00 S:Pasien mengatakan luka
Kulit/Jaringan pada kakinya belum sembuh
berhubungan dengan O:
neuropati perifer -Pasien kooperatif dan
dibuktikan dengan mengikuti arahan perawat
kerusakan jaringam -Pasien tampak kurang
dan/atau lapisan kulit nyaman dengan kondisinya
-Pada area luka masih
tampak kemerahan
-Masih terdapat nekrosis
pada area luka
TTV
TD : 130/80 mmHg
N : 84X/Menit
R : 20x/menit
48
S : 370c
A : Masalah belum teratasi
P :- Intervensi dilanjutkan
-Libatkan keluarga
Kolaborasi dengan tim medis
49
N : 84X/Menit
R : 20x/menit
S : 370c
A :Masalah belum teratasi
P:
- Intervensi dilanjutkan
- Libatkan keluarga
- Kolaborasi dengan tim
medis
22/11/22
S : Pasien masih mengeluh
kesulitan dalam
menggerakkan kakinya
O:
-Pasien kooperatif dan
mengikuti arahan perawat
-Pasien tampak kurang
nyaman dengan kondisinya
-Kekuatan otot menurun
5 5
4 5
-Rentang gerak (ROM)
menurun
-Gerakan masih terbatas
TTV
TD : 110/80 mmHg
N : 85X/Menit
R : 20x/menit
S : 36,6
A : Masalah belum teratasi
P:
- Intervensi dilanjutkan
- Libatkan keluarga
Kolaborasi dengan tim medis
4 Resiko Infeksi 10.30 S : pasien mengatakn luka
berhubungan dengan pada kakinya belum sembuh
penyakit kronis O:
dibuktikan dengan adanya -Pasien kooperatif dan
luka pada kaki kanan mengikuti arahan perawat
-Pasien tampak kurang
50
nyaman dengan kondisinya
-Pada area luka masih
tampak kemerahan
-Masih terdapat nekrosis
pada area luka
TTV
TD : 130/80 mmHg
N : 84X/Menit
R : 20x/menit
S : 370c
A : Masalah belum teratasi
P :- Intervensi dilanjutkan
- cuci tangan sebelum dan
sesudah kotak dengan pasien
-Libatkan keluarga
Kolaborasi dengan tim medis
22/11/22
S : pasien mengatakn luka
pada kakinya belum sembuh
O:
-Pasien kooperatif dan
mengikuti arahan perawat
-Pasien tampak kurang
nyaman dengan kondisinya
-Pada area luka masih
tampak kemerahan
-Masih terdapat nekrosis
pada area luka
TTV
TD : 110/80 mmHg
N : 85X/Menit
R : 20x/menit
S : 36,6
A : Masalah belum teratasi
P :- Intervensi dilanjutkan
- cuci tangan sebelum dan
sesudah kotak dengan pasien
-Libatkan keluarga
Kolaborasi dengan tim medis
51
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Ny. H 45Tahun Dengan Diabetes Melitus Gangren
2022 sampai dengan 23 november 2022, pasien rawat inap di ruang muzdalifah
Masalah keperawatan kedua . Nyeri Akut behubungan dengan agen pencedera fisiologis (ulkus)
Masalah keperawatan yang pertama yaitu. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan berhubungan dengan
neuropati perifer dibuktikan dengan kerusakan jaringan dan/atau lapisan kulit.
1. Memonitor karakteristik luka
2. Memonitor tanda-tanda infeksi.
3. Melepaskan balutan dan plester secara perlahan.
4. Membersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik
5. Mempertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka.
6. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi.
7. Mengajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
52
Masalah keperawatan ketiga Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan nyeri dibuktikan
dengan rentang gerak (ROM) menurun
1. Menidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
2. Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
3. Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan
4. Menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
Masalah keperawatan keempat yaitu Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis dibuktikan
dengan adanya luka di kaki kanan
1. Memonitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistematik
2. Membeerikan perawatan kulit pada area luka
3. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi
4. Melakukan Perawatan luka
53
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan penulis pada Ny.H pada tanggal 22 – 23
5.2 Saran
Dengan selesainya dilakukan asuhan keperawatan pada keluarga Ny.H dengan DM Gangreen ,
Diharapkan informasi yang didapat menjadi pengalaman bagi pasien dan keluarga khususnya
penyakit DM , sehingga pasien disiplin dalam pengobatan, dan diharapkan bagi keluarga agar
memberikan motivasi dan dukungan agar yakin bahwa penyakit akan sembuh, dan percaya bahwa
54
Makalah ini diharapkan menjadi refrensi dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien
DM untuk RS Islam Siti Khadijah Palembang
Diharapkan kepada institusi pendidikan untuk lebih menambah referensi mengenai Diabetes
melitus/dm dan bisa memperdalam lagi ilmu pembelajaran mengenai Diabetes Melitus .
55