Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

DIABETES MELLITUS GESTASIONAL

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas

Dosen Pengampu : Fadila Abdullah, S.Kep, Ns, M.Kep

Kelompok 10 :

1. Dewi Juniarti Surahman (21144010010)


2. M. Firman R. Daofah (21144010024)
3. Nurlisa Rizky Deshinta (21144010035)
4. Rahmawanti R. Ramli (21144010040)
5. Sudarso Badrun (21144010051)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TERNATE
TAHUN AKADEMIK 2021-2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Diabetes Mellitus Gestasional ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Keperawatan Maternitas. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan mengenai Diabetes Mellitus Gestasional
bagi kami dan juga bagi para pembaca.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Fadila Abdullah, S.Kep, Ns,
M.Kep selaku Dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Maternitas yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
kami sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik
dari segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna menjadi acuan agar kami
bisa menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Ternate, 16 September 2022

Kelompok 10

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii

BAB I .................................................................................................................. 1

ILUSTRASI KASUS .......................................................................................... 1

A. Kasus ........................................................................................................ 1

BAB II ................................................................................................................ 2

KONSEP DASAR .............................................................................................. 2

A. Konsep Dasar Medis ................................................................................. 2

a. Pengertian .............................................................................................. 2

b. Etiologi .................................................................................................. 2

c. Manifestasi klinis ................................................................................... 3

d. Patofisiologi .......................................................................................... 4

e. Pemeriksaan Diagnostik ......................................................................... 6

f. Penatalaksanaan ..................................................................................... 6

B. Konsep Dasar Keperawatan ..................................................................... 10

a. Pengkajian ........................................................................................... 10

b. Diagnosa .............................................................................................. 11

c. Intervensi ............................................................................................. 11

d. Implementasi ....................................................................................... 13

e. Evaluasi ............................................................................................... 14

BAB III ............................................................................................................. 15

PEMBAHASAN KASUS ................................................................................. 15

A. Ilustrasi kasus .......................................................................................... 15

iii
B. Pengkajian fokus ..................................................................................... 15

C. Analisa data............................................................................................. 16

D. Perumusan Diagnosis .............................................................................. 17

E. Intervensi/Rasional .................................................................................. 18

F. Evaluasi ................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 22

iv
BAB I

ILUSTRASI KASUS

A. Kasus
Ny. D usia 25 tahun, G1P0A0 saat ini sedang hamil dengan usia
kehamilan 28 minggu. Pasien mengeluh mudah lapar, pusing dan mengantuk.
Dari hasil pengamatan, pasien tampak pucat seperti dehidrasi. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan glukosa darah sewaktu 260 mg/dL.
Pasien mengatakan cemas dan khawatir terhadap status kesehatan janinnya.
Sebelumnya, tidak didapatkan riwayat diabetes melitus, namun pasien
mengatakan ayahnya didiagnosis menderita diabetes melitus sejak usia 45
tahun.

1
BAB II

KONSEP DASAR

A. Konsep Dasar Medis


a. Pengertian
Diabetes Mellitus Gestasional adalah kehamilan normal yang disertai
dengan peningkatan insulin resistence (ibu hamil gagal mempertahankan
euglycemia). Diabetes Mellitus Gestasional merupakan gangguan
toleransi glukosa yang pertama kali ditemukan saat kehamilan dan
gangguan metabolic ini akan berpengaruh terhadap kehamilan.

b. Etiologi
Penyebab diabetes gestasional tidak diketahui secara pasti, tapi
perubahan hormon yang terjadi saat kehamilan tampaknya berperan dalam
kondisi ini. Saat hamil, tubuh membentuk plasenta yang berfungsi
mengantarkan zat-zat yang dibutuhkan oleh janin. Selain itu, plasenta juga
memroduksi berbagai hormon yang dibutuhkan selama kehamilan. Di sisi
lain, hormon-hormon yang dihasilkan seperti estrogen, kortisol, dan
Human placental lactogen (hPL) dapat menghalangi produksi hormon
insulin. Hal ini disebut dengan efek kontra-insulin.
Insulin merupakan hormon yang diperlukan tubuh untuk
menyalurkan glukosa (gula) dalam darah ke dalam sel tubuh untuk dipakai
sebagai sumber energi. Adanya efek kontra-insulin tersebut dapat
menyebabkan resistensi insulin. Akibatnya, tubuh tidak dapat mengolah
glukosa menjadi energi sehingga kadar gula darah akan semakin
meningkat.
Tidak semua kehamilan dapat menyebabkan terjadinya diabetes.
Namun, beberapa faktor berikut ini dipercaya dapat meningkatkan risiko
terjadinya diabetes gestasional pada ibu hamil.

2
c. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis pada penderita DM Gestasional, yaitu:
1. Gejala awal pada penderita DM Gestasional
 Poliuria (Peningkatan volume urine/banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat
sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga
terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan
elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing
 Polidipsia (Peningkatan rasa haus/banyak minum)
Akibat volume urine yang sangat besar dan keluarnya air yang
menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel mengikuti
dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi keluar sel
mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang hipertonik
(sangat pekat). Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH
(antidiuretic hormone) dan menimbulkan rasa haus.
 Polifagia (Peningkatan rasa lapar/banyak makan).
Sejumlah kalori hilang kedalam air kemih, penderita mengalami
penurunan berat badan. Untuk mengkompensasi hal ini penderita
seringkali merasa lapar yang luar biasa. Hal ini disebabkan karena
glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar). Sehingga
untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien
banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada
sampai pada pembuluh darah.
 Rasa lelah dan kelemahan otot
Akibat gangguan aliran darah pada klien diabetes lama, katabolisme
protein diotot dan ketidakmampuan sebagian besar sel untuk
menggunakan glukosa sebagai energi.
2. Gejala lain yang muncul
 Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan
pembentukan antibody, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi

3
mukus, gangguan fungsi imun dan penurunan aliran darah pada
penderita diabetes kronik.
 Kelainan kulit gatal-gatal, bisul. Gatal biasanya terjadi di daerah
ginjal, lipatan kulit seperti di ketiak dan dibawah payudara, biasanya
akibat tumbuhnya jamur.
 Kelainan ginekologis, keputihan dengan penyebab tersering yaitu
jamur terutama candida.
 Kesemutan rasa baal akibat neuropati. Regenerasi sel mengalami
gangguan akibat kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari
unsur protein. Akibatnya banyak sel saraf rusak terutama bagian
perifer.
 Kelemahan tubuh
 Penurunan energi metabolik/penurunan BB yang dilakukan oleh sel
melalui proses glikolisis tidak dapat berlangsung secara optimal.
 Luka yang lama sembuh, proses penyembuhan luka membutuhkan
bahan dasar utama dari protein dan unsur makanan yang lain. Bahan
protein banyak diformulasikan untuk kebutuhan energi sel sehingga
bahan yang diperlukan untuk penggantian jaringan yang rusak
mengalami gangguan.
 Mata kabur karena katarak atau gangguan refraksi akibat perubahan
pada lensa oleh hiperglikemia.

d. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya diabetes gestasional secara umum terbagi menjadi
dua poin utama, yaitu keterlibatan unit fetoplacental dan keterlibatan
jaringan adiposa pada diabetes gestasional.
1. Keterlibatan Unit Fetoplacental
Resistensi insulin dan penurunan sensitivitas insulin selama
kehamilan dapat terjadi akibat peningkatan kandungan hormon-
hormon terkait kehamilan, seperti estrogen, progesteron, kortisol, dan
laktogen plasental pada sirkulasi maternal. Peningkatan hormon

4
kortisol pada saat kehamilan dinilai merupakan pemicu utama
terjadinya penurunan toleransi glukosa pada kehamilan normal.
Namun, peneliti lain mengatakan bahwa peningkatan hormon estrogen
dan progesteron yang terjadi selama kehamilan merupakan hormon
utama yang mengganggu fungsi sel beta dalam kehamilan awal dan
resistensi insulin pada kehamilan lanjut.
Selama masa kehamilan, hormon plasenta laktogen (HPL) mulai
dihasilkan oleh plasenta setelah usia kehamilan 6 minggu. HPL
berfungsi untuk mobilisasi lipid dan asam lemak bebas. Pada trimester
2 kehamilan, kandungan HPL akan meningkat 10 kali lipat. HPL akan
menstimulasi terjadinya lipolisis sehingga asam lemak bebas tersedia
untuk menjadi bahan bakar ibu, glukosa dan asam amino ibu dapat
diberikan kepada fetus. Karena adanya peningkatan asam lemak
tersebut, pada ibu hamil yang memiliki faktor risiko, dapat terjadi
gangguan pada sensitivitas insulin yang menyebabkan episode
hiperglikemia maternal diikuti dengan hiperinsulinemia fetus.
2. Keterlibatan Jaringan Adiposa
Hormon-hormon turunan adiposit juga dinilai dapat menjadi
mediator terjadinya resistensi insulin selama kehamilan. Adiponektin
merupakan hormon adiposit yang memiliki fungsi anti diabetes.
Adiponektin memiliki efek meningkatkan sensitivitas insulin dengan
menurunkan kadar trigliserida dalam jaringan. Selain itu, adanya
adiponektin dalam sirkulasi dapat menurunkan level glukosa basal
dengan menghambat kerja enzim glukoneogenik hepatik. Namun, pada
saat kehamilan terjadi penurunan kadar adiponektin dalam tubuh
sehingga terjadi peningkatan risiko resistensi insulin yang sering
terjadi pada trimester ketiga.
Selain adiponektin, terdapat keterlibatan Tumor Necrosis Factor-α
(TNF-α) dalam terjadinya diabetes gestasional. Peningkatan kadar
TNF-α memicu resistensi insulin. Bersamaan dengan hormon leptin

5
dan kortisol, TNF-α dapat memicu down regulation reseptor insulin
pada sel-sel maternal sehingga menurunkan sensitivitas insulin.

e. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan tes gula pada urine. Dengan dugaan penyakit gula, maka
selanjutnya petugas kesehatan dapat melakukan konsultasi dengan
dokter, puskesmas atau rumah sakit.
2. Tes Toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar 200 ml/dl).
Biasanya tes ini dianjurkan kepada pasien yang menunjukkan kadar
glukosa darah meningkat dibawah kondisi stress.
3. Gula darah puasa (FBS) normal atau diatas normal.
4. ESSEL hemoglobin glikosat diatas rentang normal. Tes ini mengukur
presentase glukosa yang merekat pada hemoglobin selama hidup sel
darah.
5. Urinalisa positif terhadap glukosa dan keton. merah. Rentan normal
adalah 5-6 %.
6. Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat, yang
menandakan tidak adanya kekuatan kontrol glikemik dan peningkatan
propensitas pada terjadinya aterosklerosis.

f. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan diabetes gestasional adalah normoglikemi
dan menjaga pertumbuhan dan perkembangan fetus. Penatalaksanaan
diabetes dilakukan secara menyeluruh dengan perubahan gaya hidup
penderita dengan cara menjaga pola makan tetap ideal dan berolahraga
secara teratur, kontrol rutin gula darah, serta terapi obat-obatan.
1. Terapi diet/Pola makan yang ideal
Strategi utama dalam mengontrol kadar gula darah pada
penderita diabetes melitus gestasional sama halnya dengan diabetes
pada umumnya yaitu dengan terapi diet atau pola makan yang ideal.
Adapun tujuan terapi diet adalah :
a. Makan sesuai dengan kebutuhan tubuh

6
b. Mempertahankan kadar gula darah dalam batas normal/mendekati
normal
c. Mempertahankan berat badan dalam batas normal
d. Mencegah terjadinya hipolglikemia (kadar gula darah terlalu
rendah)
e. Mengurangi atau mencegah komplikasi
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjalani pola
diet/pengaturan makan :
1) Makan dalam porsi kecil, namun sering Tidak dianjurkan
makan 3 kali/hari dengan porsi besar, namun lebih baik makan
6 kali/hari dengan porsi kecil. Makan 6 kali/hari meliputi
jadwal makan utama 3 kali/hari (pagi, siang dan malam) dan
konsumsi cemilan 3 kali/hari (dikonsumsi diantara waktu
makan utama). Cemilan yang dapat Anda konsumsi : outmeal,
yogurt, edamame, apel, jeruk, pear, jus tomat tanpa gula, telur
rebus. Pengaturan porsi makan ini berkaitan dengan kestabilan
berat badan selama hamil.
2) Makan dengan jadwal teratur dan tidak menunda jadwal makan
3) Mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat seperti
roti, susu, buah, permen, dan soft drinks (boleh dikonsumsi
namun tidak berlebihan).
4) Usahakan untuk tidak banyak mengonsumsi karbohidrat di pagi
hari, karena kadar gula darah cenderung naik pada pagi hari.
2. Olahraga secara teratur
Setiap aktivitas fisik sangat berarti untuk kesehatan. Penderita
diabetes melitus gestasional sebaiknya memilih jenis olahraga yang
sebagian besar menggunakan otot-otot besar dengan gerakan berirama
dan berkesinambungan. Olahraga yang dianjurkan adalah jogging,
yoga dan renang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas fisik termasuk
olahraga selama kehamilan bermanfaat bagi kesehatan ibu dan

7
janinnya, seperti menghindari kenaikan berat badan ibu yang
berlebihan, mengurangi depresi dan sifat mudah marah yang berkaitan
dengan kehamilan, mempertahankan berat janin dalam kisaran normal,
mencegah komplikasi kehamilan dan mengurangi risiko makrosomia.
American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG)
menyarankan wanita hamil untuk melakukan aktivitas fisik dengan
intensitas sedang setidaknya 150 menit per minggu
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan olahraga :
a. Konsultasikan kepada dokter mengenai olahraga yang sesuai
dengan kondisi kesehatan si ibu. Walaupun sudah ada jenis
olahraga yang dianjurkan, tetapi konsultasi tetap diperlukan karena
kondisi kesehatan setiap individu berbeda.
b. Pilihlah olahraga yang disukai dan lakukan beberapa variasi
kegiatan sehingga ibu merasa nyaman dan tidak bosan dalam
melakukannya. Contohnya, hari ini melakukan jogging, besok yoga
dan besok lusa berenang.
c. Buatlah jadwal olahraga setiap 1 minggu dan berkomitmen untuk
melakukannya. Buatlah afirmasi positif untuk meningkatkan
motivasi ibu.
3. Kontrol gula darah rutin
Setelah terdiagnosa diabetes gestasional, pasien perlu
melakukan pemantauan kadar gula darah secara rutin, baik glukosa
darah puasa maupun glukosa darah post prandial. Sebaiknya pasien
melakukan kunjungan antenatal rutin setiap bulan untuk memantau
kadar gula darah dan pertumbuhan fetus.
Kadar gula darah dapat diketahui melalui pemeriksaan
laboratorium atau pasien dapat melakukan secara mandiri (sendiri) di
rumah. Alat cek gula darah/blood glucose meter yang ada di pasaran
adalah ACCU-Chek, Abbott, OneTouch dan Easytouch dll.
Pilihan waktu terbaik dalam pengecekan gula darah penderita
GDM yang tidak mendapatkan terapi insulin adalah saat puasa dan 1

8
jam setelah makan. Sedangkan yang mendapatkan terapi insulin adalah
saat berpuasa dan sebelum makan serta 1 jam setelah makan.
Walaupun dilakukan di rumah, pasien tetap melakukan
pencatatan yang dapat dilaporkan ke petugas kesehatan saat melakukan
pemeriksaan kehamilan. Lakukan pencatatan dengan jujur tidak
mengurangi atau menaikkan kadar gula darah.
Walaupun memiliki alat sendiri, pemeriksaan kadar gula darah
di fasilitas kesehatan tetap dilakukan secara berkala untuk hasil yang
lebih akurat selain itu pasien juga mendapatkan konseling dari dokter
terkait kebutuhan tubuh pasien.
4. Terapi insulin
Jika ibu hamil dengan diabetes melitus tidak berhasil
mengendalikan kadar gula darahnya dengan diet dan olahraga, maka
diperlukan resep obat/terapi insulin untuk membantu mengontrol kadar
gula darah selama kehamilan.
5. Terapi obat-obatan
a. Metformin
Metformin adalah obat lini pertama yang bekerja dengan
cara mengurangi kadar gula yang disalurkan hati ke aliran darah
dan membuat tubuh lebih responsif terhadap insulin.
Kelebihan metformin dibanding jenis obat lain adalah, obat
ini tidak menyebabkan kenaikan berat badan sehingga cocok
diberikan untuk penderita yang mengalami kelebihan berat badan.
b. Sulfonilurea
Jika metformin tidak efektif menurunkan kadar gula darah
penderita, obat-obat jenis sulfonilurea biasanya digunakan.
Sulfonilurea bermanfaat untuk meningkatkan produksi insulin
dalam pankreas. Obat-obat jenis ini bisa diberikan secara tunggal
atau kombinasi dengan metformin. Beberapa jenis obat
sulfonilurea diantaranya, glimepiride, glibenclamide, glipizide,
gliclazide, dan gliquidone.

9
B. Konsep Dasar Keperawatan
a. Pengkajian
Pemeriksaan fisik pada ibu hamil dengan Diabetes Mellitus Gestasional.
1) Keadaan umum : Jika dalam keadaan hipeglikemi ibu biasanya merasa
lemas dan lelah
2) Head to toe/sistem
 Kepala dan leher
Kepala : Biasanya tidak terjadi perubahan .
Leher : Pada leher biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid,
kelenjar getah bening, dan JVP (Jugularis venous pressure) normal
5-2 𝑐𝑚𝐻2 .
 Kulit
Biasanya kulit pasien akan tampak pucat karena Hb berkurang dari
normal.
 Dada
Pada pasien dengan penurunan kesadaran Acidosis metabolic
pernapasan cepat dan dalam.
 Sistem Kardiovaskuler
Pada keadaan lanjut bisa terjadi adanya kegagalan sirkulasi
 Abdomen
Biasanya dalam batas normal.
 Ekstermitas
Pada keadaan hiperglikemia pasien akan cukup berkeringat dan
kadang bisa terasa nyeri, baal jika terdapat luka infeksi pada
ekstermitas.
3) Tanda-tanda vital
 TD : Ibu dengan DM perlu diobservasi tekanan darahnya karena
komplikasi dari ibu dengan DM adalah preeklamsia dan eklamsia.
 Nadi : Pada keadaan hiperglikemia biasanya nadi lemah dan cepat.
 Pernapasan : Pernapasan pada ibu dengan GDM bisa tinggi bisa
juga normal.

10
 Suhu : Suhu akan mengalami perubahan jika terjadi infeksi.
4) Pemeriksaan payudara
Payudara pada umumnya tidak ada gangguan, hanya turgor kulit yang
berubah sesuai dengan keadaan.

b. Diagnosa
1) Ketidakstabilan kadar gula darah b.d hiperglikemia
2) Risiko ketidakseimbangan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh b.d
Diabetes Melitus
3) Nyeri akut b.d agen cedera fisik
4) Infeksi b.d peningkatan leukosit
5) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan
untuk mencerna
6) Gangguan rasa nyaman b.d disfungsi eliminasi urin
7) Gangguan psikologis : ansietas b.d krisis atau mengancam pada status
kesehatan maternal/janin
8) Intoleransi aktivitas b.d imobilisasi
9) Kurang pengetahuan mengenai kondisi diabetes prognosis dan
kebutuhan tindakan b.d kurang informasi, kesalahan informasi, dan
tidak mengenal sumber informasi

c. Intervensi
1) Ketidakstabilan kadar gula darah b.d hiperglikemia
Intervensi :
 Monitor kadar glukosa darah
 Berikan asupan cairan oral
 Ajarkan pengelolaan diabetes (Penggunaan insulin)
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk mengidentifikasi dan
merencanakan kebutuhan nutrisi pasien

11
2) Ketidakseimbangan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh b.d
Diabetes Melitus
Intervensi :
 Monitor intake-output cairan
 Catat intake-output dan hitung balance cairan selama 24 jam
 Anjurkan pasien untuk minum air putih minimal 8 gelas sehari
 Kolaborasi pemberian insulin atau obat antidiabetic
3) Nyeri akut b.d agen cedera fisik
Intervensi :
 Monitoring TTV
 Kaji skala nyeri
 Manajemen nyeri
 Ajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri
4) Infeksi b.d peningkatan leukosit
Intervensi :
 Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
 Beri perawatan kulit pada area infeksi
 Anjurkan pasien untuk mandi air hangat minimal satu kali sehari
5) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d
ketidakmampuan untuk mencerna
Intervensi :
 Monitor kalori dan intake nutrisi
 Anjurkan pasien untuk meningkatkan asupan protein dan vitamin
 Beri informasi tentang kebutuhan nutrisi
6) Gangguan rasa nyaman b.d disfungsi eliminasi urin
Intervensi :
 Monitor intake dan output cairan
 Catat intake dan output cairan
 Monitor intake nutrisi

12
7) Gangguan psikologis : ansietas b.d krisis atau mengancam pada status
kesehatan maternal/janin
Intervensi :
 Identifikasi tingkat kecemasan
 Dorong pasien mengungkapkan perasaan, ketakutan dan persepsi
 Ajarkan teknik relaksasi
 Berikan sedative dan tranquilizer sesuai indikasi
8) Intoleransi aktivitas b.d imobilisasi
Intervensi :
 Identifikasi kemampuan aktivitas pasien
 Terapi aktivitas
 Manajemen program latihan
9) Kurang pengetahuan mengenai kondisi diabetes prognosis dan
kebutuhan tindakan b.d kurang informasi, kesalahan informasi, dan
tidak mengenal sumber informasi
Intervensi :
 Kaji pengetahuan pasien tentang diabetes melitus gestasional
 Beri informasi tentang kebutuhan program terapi insulin

d. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi, sesuai dengan intervensi yang telah disusun
sebelumnya (Hidayat, 2021). Implementasi merupakan pelaksanaan
rencana asuhan keperawatan yang dikembangkan selama tahap
perencanaan. Implementasi mencakup penyelesaian tindakan keperawatan
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

13
e. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan
dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau tidak. Evaluasi keperawatan dibagi menjadi :
1) Evaluasi Formatif : Hasil observasi dan analisa perawat terhadap
respon segera pada saat dan setelah dilakukan tindakan keperawatan.
2) Evaluasi Sumatif : Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan
analisa status kesehatan sesuai waktu pada tujuan ditulis pada catatan
perkembangan kestabilan kadar glukosa darah didefinisikan sebagai
kadar glukosa darah berada pada rentang normal yang menjadi luaran
atau outcome dari diagnosa keperawatan ketidakstabilan kadar glukosa
darah. Ekspektasi yang diharapkan, kestabilan kadar glukosa darah
meningkat dengan kriteria hasil koordinasi dan kesadaran meningkat,
mengantuk, pusing, lelah, gemetar, berkeringat dan kesulitan bicara
menurun, kadar glukosa darah serta palpitasi membaik (PPNI, 2018).

14
BAB III

PEMBAHASAN KASUS

A. Ilustrasi kasus
Ny. D usia 25 tahun, G1P0A0 saat ini sedang hamil dengan usia
kehamilan 28 minggu. Pasien mengeluh mudah lapar, pusing dan mengantuk.
Dari hasil pengamatan, pasien tampak pucat seperti dehidrasi. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan glukosa darah sewaktu 260 mg/dL.
Pasien mengatakan cemas dan khawatir terhadap status kesehatan janinnya.
Sebelumnya, tidak didapatkan riwayat diabetes melitus, namun pasien
mengatakan ayahnya didiagnosis menderita diabetes melitus sejak usia 45
tahun.

B. Pengkajian fokus
DS :
1. Pasien mengeluh mudah lapar, pusing dan mengantuk
2. Pasien mengatakan ayahnya didiagnosis menderita DM sejak usia 45
tahun
3. Pasien mengeluh cemas dan khawatir terhadap status kesehatan
janinnya
DO :
1. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan glukosa darah sewaktu
260 mg/dL
2. Pasien tampak pucat
3. Pasien tampak dehidrasi
4. Pasien tampak gelisah

15
C. Analisa data

Data Etiologi Problem


DS :
1. Pasien mengeluh mudah Hiperglikemia Ketidakstabilan kadar
lapar, pusing dan gula darah
mengantuk
2. Pasien mengatakan ayahnya
didiagnosis menderita DM
sejak usia 45 tahun
DO :
1. Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan
glukosa darah sewaktu 260
mg/Dl
DS : - Risiko
DO : Diabetes Ketidakseimbangan
1. Pasien tampak dehidrasi Melitus Elektrolit kurang dari
2. Pasien tampak pucat kebutuhan tubuh
DS :
1. Pasien mengeluh cemas dan Krisis atau
khawatir terhadap status mengancam pada
Ansietas
kesehatan janinnya status kesehatan
DO : maternal/janin
1. Pasien tampak gelisah

16
D. Perumusan Diagnosis
1. Ketidakstabilan kadar gula darah b.d hiperglikemia ditandai dengan :
DS :
1) Pasien mengeluh mudah lapar, pusing dan mengantuk
2) Pasien mengatakan ayahnya didiagnosis menderita Diabetes
Melitus sejak usia 45 tahun
DO :
1) Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan glukosa darah
sewaktu 260 mg/dL
2. Risiko ketidakseimbangan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh b.d
Diabetes Melitus ditandai dengan :
DS : -
DO :
1) Pasien tampak dehidrasi
2) Pasien tampak pucat
3. Gangguan psikologis : ansietas b.d krisis atau mengancam pada status
kesehatan maternal/janin ditandai dengan :
DS :
1) Pasien mengeluh cemas dan khawatir terhadap status
kesehatan janinnya
DO :
1) Pasien tampak gelisah dan sulit tidur

17
E. Intervensi/Rasional
1. Ketidakstabilan kadar gula darah b.d hiperglikemia
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam diharapkan
ketidakstabilan kadar glukosa darah dapat teratasi dengan kriteria
hasil:
1) Kadar glukosa dalam darah dalam keadaan normal
2) Intake makanan sesuai dengan kebutuhan tubuh
Intervensi Rasional

Monitor kadar glukosa darah akan


Observasi : Monitor kadar memberikan hasil yang memuaskan
glukosa darah (stabil) jika digunakan dengan
benar dan dipelihara dengan baik.

Terapeutik : Berikan asupan Untuk mempertahankan


cairan oral Cairan

Menginformasikan pengelolaan
Edukasi : Ajarkan pengelolaan
diabetes dengan cara penggunaan
diabetes (Penggunaan insulin)
insulin

Kolaborasi : Kolaborasi dengan


Untuk menentukan dan
ahli gizi untuk mengidentifikasi
merencanakan kebutuhan nutrisi
dan merencanakan kebutuhan
pasien
nutrisi pasien

18
2. Risiko ketidakseimbangan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh b.d
Diabetes Melitus
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2×24 jam diharapkan
pasien dapat mempertahankan keseimbangan elektrolit dapat teratasi
dengan kriteria hasil :
1) Pasien tidak pucat, lemas
2) Kadar gula darah dalam rentang normal
Intervensi Rasional

Observasi : Monitor intake-output Untuk menentukan


cairan Status cairan pasien

Terapeutik : Catat intake-output Untuk menentukan


dan hitung balance cairan selama keseimbangan cairan tubuh
24 jam

Untuk pemenuhan
Edukasi : Anjurkan pasien untuk
kebutuhan cairan
minum air putih 8 gelas sehari
Untuk menurunkan kadar gula
Kolaborasi : Kolaborasi pemberian
darah sehingga tetap dalam
insulin atau obat antidiabetic
rentang normal

19
3. Gangguan psikologis : ansietas b.d krisis atau mengancam pada status
kesehatan maternal/janin
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2×24 jam diharapkan
kecemasan pasien berkurang dengan kriteria hasil :
1) Pasien mengakui dan mendiskusikan rasa takut
2) Pasien tampak rileks dan mengatakan ansietas berkurang
Intervensi Rasional

Observasi : Identifikasi tingkat Untuk mengetahui


kecemasan penyebab rasa cemas

Terapeutik : Dorong pasien Ungkapan perasaan pasien


mengungkapkan perasaan dan sebagai bukti bahwa pasien
ketakutan mempercayai perawat

Edukasi : Ajarkan teknik Agar pasien merasakan rileks


relaksasi

Mungkin diperlukan untuk


Kolaborasi : Berikan sedative
membantu pasien rileks sampai
dan tranquilizer sesuai indikasi
secara fisik mampu membuat
strategi koping adekuat

20
F. Evaluasi

No. Tgl/Jam Catatan perkembangan Paraf


S : Pasien mengatakan rasa pusing mulai
berkurang
1. O : GDM 140 mg/dL
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
S : Pasien mengatakan dehidrasi teratasi
O : Pasien tampak tidak pucat
2. A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
S : Pasien mengatakan sudah merasa tenang
dan rasa cemasnya sudah berkurang
3. O : Pasien tampak tenang
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

21
DAFTAR PUSTAKA

Adli. (2021). Diabetes Mellitus Gestasional: Diagnosis dan Faktor Risiko. Jurnal
Medika Hutama , 1545-1551.

ASKEP KOMPREHENSIF IBU HAMIL DENGAN DIABETES MELLITUS


(DIABETES GESTASIONAL). (n.d.). Retrieved September 17, 2022, from
academia.edu: https://www.academia.edu

Mufdillah, S. R. (2019). Mengenal dan Upaya Mengatasi Diabetes Melitus dalam


Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Rafiqua, N. (2021, Januari 6). Diabetes Gestasional. Retrieved September 17,


2022, from sehatq.com: https://www.sehatq.com

Sinclair, C. (2010). Buku Saku Kebidanan. Jakarta: EGC.

22

Anda mungkin juga menyukai