HIPERGLIKEMIA
Disusun Oleh:
Kelompok 2
Kelas 3 D
YOGYAKARTA
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
Rahmat, Karunia, serta Taufik dan Hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “TATALAKSANA KEGAWATDARURATAN SISTEM
ENDOKRIN: HIPERGLIKEMIA” ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan di dalamnya. Kami juga berterima kasih kepada Ibu Septiana
Fathonah, S.Kep.,Ns.M.Kep selaku Dosen mata ajar Riset Keperawatan yang
telah memberikan tugas ini kepada kami.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Tujuan ...................................................................................................... 2
C. Manfaat .................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian ................................................................................................ 3
B. Tanda Gejala ............................................................................................. 3
C. Patofisiologi ............................................................................................. 4
D. Pemeriksaan Penunjang ............................................................................ 6
E. Komplikasi ................................................................................................ 6
F. Penatalaksaan Medis ................................................................................. 7
G. Penatalaksanaan Keperawatan .................................................................. 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 15
B. Saran ......................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang Tatalaksana Kegawatdaruratan Sistem
Endokrin.
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui pengertian dari Hiperglikemia
b) Untuk mengetahui tanda gejala dari Hiperglikemia
c) Untuk mengetahui patofisiologi dari Hiperglikemia
d) Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada Hiperglikemia
e) Untuk mengetahuikomplikasi yang terjadi pada Hiperglikemia
f) Untuk mengetahui tatalaksana medis pada Hiperglikemia
g) Untuk mengetahui tatalaksana keperawatan pada Hiperglikemia
C. Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit Dan Masyarakat
a) Dapat menambah pengetahuan bagi Rumah sakit dan masyarakat
mengenai Tatalaksana Kegawatdaruratan Pada Sistem Endokrin:
Hiperglikemia.
b) Menjadi bahan masukan kepada pihak Rumah sakit terkait Tatalaksana
Kegawatdaruratan Pada Sistem Endokrin: Hiperglikemia.
2. Manfaat Bagi Ilmu Keperawatan
a) Memberi informasi tentang Tatalaksana Kegawatdaruratan Pada Sistem
Endokrin: Hiperglikemia.
b) Menambah wawasan pengetahuan pada tenaga kesehatan mengenai
Tatalaksana Kegawatdaruratan Pada Sistem Endokrin: Hiperglikemia.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
3
8. Infeksi yang sukar sembuh
9. Glukosuria
(ADA, 2009)
C. Patofisiologi
Defisiensi insulin terjadi sebagai akibat dari kerusakan sel beta
Langerhans, defisiensi insulin tersebut akan menyebabkan peningkatan
pembentukan glikogen, sehingga glikogen akan mengalami suatu penurunan
yang mengakibatkan hiperglikemi, peningkatan kadar glukosa hepar dan
peningkatan lipolisis. Hiperglikemi akan mengakibatkan seseorang mengalami
glukosuria, yang menyebabkan osmotik diuresis. Osmotik diuretis akan
menimbulkan suatu keadaan dimana ginjal tidak meningkatkan glukosa yang
difiltrasi. Ginjal tidak mengikat glukosa yang difiltrasi akan mengakibatkan
cairan diikat oleh glukosa, sehingga cairan dalam tubuh akan berlebihan yang
akan dimanifestasikan dengan banyak mengeluarkan urine (poliuri) (Price,
Sylvia A, 2005).
4
Pathway
Defisiensi insulin
Peningkatan
pembentukan glikogen
Penurunan pemakaian
glucagon oleh sel
Resiko
Batas melebihi Hiperglikemia Ketidakstabilan
ambang ginjal kadar glukosa darah
Vikositas darah
Glukosuria
meningkat
Ketidakefektifan Perfusi
Dehidrasi Jaringan Perifer
Kekurangan Volume
Cairan
5
D. Pemeriksaan Penunjang
E. Komplikasi
Menurut (Agustien, R., 2013 Komplikasi yang disebabkan oleh kondisi
hiperglikemia terbagi menjadi 2 yaitu :
1. Komplikasi Metabolik Akut
6
fungsi ginjal, hipotensi dan hemokonsentrasi. Nilai gula darah pada SHH
adalah ˃600 mg/dL (33,33 mmol/L).
2. Komplikasi Kronis
a) Makrovaskuler
Komplikasi makrovaskuler menyerang pada ke pembuluh darah
jantung (penyakit jantung koroner), pembuluh darah kepala (stroke),
dan pembuluh darah perifer. Komplikasi ini akan diperparah bila
pasien mengalami obesitas, merokok, hipertensi, dan banyak makan
makanan yang berlemak.
b) Mikrovaskuler
Komplikasi mikrovaskuler merupakan lesi spesifik yang menyerang
kapiler dan arteriola retina (retinopati diabetik), glomerulus ginjal
(nefropati diabetik), dan saraf-saraf perifer (neuropati diabetik), otot-
otot serta kulit. Ada kaitan kuat antara hiperglikemia dengan insiden
dan berkembangnya retinopati.
c) Neuropati
Keadaan hiperglikemia yang menetap dapat mengakumulasi sorbitol
dan fruktosa yang dapat merusak saraf sehingga menyebabkan
konduksi saraf berkurang dan demielinisasi. Iskemia pada pembuluh
darah yang rusak akibat hiperglikemia kronis juga turut menyebabkan
neuropati diabetik. Pada pengelolaan kadar gula darah yang buruk,
ada empat cara yaitu pembentukan AGE (Advanced Glycation End-
Product), mekanisme jalur polyol, pembentukan ROS (Reactive
Oxygen Species), dan aktivasi Protein Kinase C (PKC).
F. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi cairan intravena
Pasien kritis dengan hiperglikemia berat akibat DKA atau HHS harus
segera ditangani dengan bolus normal saline. Defisit cairan rata-rata untuk
pasien dengan DKA adalah 3-5 liter; resusitasi cairan pada pasien muda,
jika tidak sehat harus dimulai dengan bolus cepat 1 liter garam biasa diikuti
7
dengan infus normal saline pada 500 ml / jam selama beberapa jam. Pasien
dengan HHS sering mengalami dehidrasi berat, dengan defisiensi cairan
kumulatif 10 liter atau lebih. Namun, karena mereka cenderung lebih tua
dan lemah, mereka membutuhkan resusitasi yang hati-hati. Pendapat ahli
mendukung bolus 250 ml normal saline berulang-ulang sesuai kebutuhan
sampai pasien membaik. Terapi cairan dilanjutkan pada tingkat 150-250
ml / jam berdasarkan status kardiopulmoner dan osmolalitas serum.
Pilihan dan tingkat cairan IV untuk pasien dengan DKA yang tidak sakit
kritis harus didasarkan pada natrium serum dan status cairan yang
dikoreksi. Sambil menunggu hasil studi laboratorium, sebagian besar
pasien ini diberi bolus 500 ml normal saline. Pasien dengan DKA ringan
sampai sedang harus diberi normal saline pada 250 ml / jam.
2. Terapi insulin
Pasien yang sakit kritis dengan DKA harus diberikan dosis pemuatan
insulin reguler pada 0,1 unit / kg berat badan sampai maksimum 10 unit
diikuti dengan infus insulin biasa 0,1 mil / kg berat badan / jam, sampai
maksimum 10 unit / jam. Pasien dengan DKA ringan harus diberi infus
insulin reguler 0,1 milimeter / kg berat badan / jam tanpa dosis pemuatan,
untuk meminimalkan risiko hipoglikemia, Insulin tidak boleh diberikan
sampai hipovolemia ditangani dan kalium serum telah dikonfirmasi > 3,5
mEq / L. Pemberian insulin kepada pasien dengan tingkat potassium serum
<3,5 mEq / L dapat memicu aritmia yang mengancam jiwa. Pendapat ahli
mengenai penggunaan insulin untuk pasien dengan HHS dicampur karena,
beberapa pasien dengan HHS mencapai euglycemia dengan resusitasi
cairan saja, dan diberi risiko teoritis untuk memicu gagal ginjal oliguric
atau edema serebral pada resusitasi cairan yang tidak cukup. Insulin tidak
boleh diberikan sebagai bagian dari terapi awal. Namun, jika glukosa
serum pasien tidak berkurang 50-70 mg / dl per jam meskipun ada
penanganan cairan yang tepat, bolus insulin reguler IV pada 0,1 unit / kg
berat badan maksimal 10 unit bisa diberikan.
8
3. Pengganti Elektrolit
Pasien dengan DKA atau HHS mengalami pergeseran cepat potasium
selama resusitasi yang bisa memicu aritmia. Kematian saat resusitasi awal
pasien dengan DKA biasanya disebabkan oleh hiperkalemia, sedangkan
hipokalemia adalah penyebab kematian paling umum setelah pengobatan
dimulai. Oleh karena itu, kalium serum harus diperiksa setiap 2 jam sampai
stabil pada semua pasien dengan hiperglikemik, dan pasien ini harus tetap
berada di monitor jantung.
G. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a) Pengkajian Primer
1) Airway: kaji kepatenan jalan nafas pasien, ada tidaknya sputum
atau benda asing yang menghalangi jalan nafas.
2) Breathing: kaji frekuensi nafas, bunyi nafas, ada tidaknya
penggunaan otot bantu pernafasan.
3) Circulation: kaji nadi, biasanya nadi menurun.
4) Disability: Lemah,letih,sulit bergerak,gangguan istirahat tidur.
b) Pengkajian Sekunder
1) Aktivitas/ istirahat
Gejala: Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus
otot menurun, gangguan istrahat/tidur
Tanda: Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau
aktifitas, letargi /disorientasi, koma
2) Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi, kebas
dan kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan
yang lama, takikardia.
Tanda : Perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yang
menurun/tidak ada, disritmia, krekels, distensi vena jugularis,
kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata cekung
9
3) Integritas / Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial
yang berhubungan dengan kondisi
Tanda : Ansietas, peka rangsang
4) Eliminasi
Gejala: Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa
nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru/berulang,
nyeri tekan abdomen, diare.
Tanda: Urine encer, pucat, kuning, poliuri ( dapat berkembang
menjadi oliguria/anuria, jika terjadi hipovolemia berat), urin
berkabut, bau busuk (infeksi), abdomen keras, adanya asites,
bising usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare).
5) Nutrisi/ Cairan
Gejala: Hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mematuhi diet,
peningkatan masukan glukosa/karbohidrat, penurunan berat
badan lebih dari beberapa hari/minggu, haus, penggunaan
diuretik (Thiazid)
Tanda: Kulit kering/bersisik, turgor jelek, kekakuan/distensi
abdomen, muntah, pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan
metabolik dengan peningkatan gula darah), bau
halisitosis/manis, bau buah (napas aseton).
6) Neurosensory
Gejala: Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas,
kelemahan pada otot, parestesi, gangguan penglihatan
Tanda : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap
lanjut), gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental, refleks
tendon dalam menurun (koma), aktifitas kejang (tahap lanjut dari
DKA)
7) Nyeri/ Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)
10
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-
hati
8) Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum
purulen (tergantung adanya infeksi/tidak)
Tanda : Lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen,
frekuensi pernapasan meningkat.
2. Diagnosa Keperawatan
a) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume
cairan aktif.
b) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
diabetes mellitus.
c) Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah dengan faktor risiko
manajemen diabetes tidak tepat.
3. Perencanaan Keperawatan
11
4. Membran mukosa dalam Rasional : memberikan cairan
keadaan lembab dengan tepat sesuai yang
dirumuskan akan dengan
cepat mengatasi kekurangan
volume cairan pada pasien
3. Edukasi pasien dan keluarga
untuk meningkatkan asupan
cairan
Rasional : pasien dan keluarga
harus berperan aktif dan tidak
hanya tergantung dengan
perawat untuk meningkatkan
asupan cairan
4. Konsultasikan dengan dokter
jika tanda dan gejala
kekurangan cairan menetap
atau memburuk
Rasional: melaporkan setiap
kondisi pasien kepada dokter
untuk memodifikasi advice
atau perintah.
12
NOC: perfusi jaringan: menentukan jumlah kebutuhan
perifer cairan pasien
2. Berikan cairan IV sesuai
1. Memperlihatkan
kebutuhan
pengisian kapiler jari
Rasional : memberikan cairan
dan jari kaki berada pada
dengan tepat sesuai yang
devisiasi ringan dari
dirumuskan akan dengan cepat
kisaran normal.
mengatasi kekurangan volume
2. Tekanan darah sistolik
cairan pada pasien
dan diastolic berada
pada kisaran normal. NIC: Perawatan Sirkulasi
13
manajemen NOC: Kadar Glukosa untuk menentukan jumlah
diabetes tidak tepat Darah kebutuhan insulin
2. Monitor tanda dan gejala
1. Memperlihatkan kadar
hiperglikemi.
glukosa darah
Rasional : memberikan
dipertahankan pada
penanganan yang tepat jika
deviasi ringan sedang
terjadi kegawatdaruratan
dari kisaran normal
hiperglikemia
2. Urin glukosa dan urin
3. Monitor status cairan, input
keton dipertahankan
output sesuai kebutuhan.
pada deviasi ringan
Rasional : input output akan
sedang dari kisaran
memberikan informasi
normal
mengenai peningkatan urin
NOC: Keparahan
pasien.
Hiperglikemia
4. Berikan insulin sesuai resep
3. Memperlihatkan
Rasional: mrnormalkan
peningkatan urin
kadar glukosa darah.
output dalam batas
5. Monitor ketonurin sesuai
normal
indikasi:
4. Memperlihatkan
Rasional: indikasi adanya
perubahan status
keton berhubungan
mental yang ringan
dengan ketoasidosis
5. Memperlihatkan
diabetikum.
peningkatan A1C
dalam batas normal
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
15
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan
Hiperglikemia meliputi Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan volume cairan aktif, Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
berhubungan dengan diabetes mellitus dan Risiko ketidakstabilan kadar
glukosa darah dengan faktor risiko manajemen diabetes tidak tepat.
B. Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
17