Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PANDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan telah maju dengan pesat. Pendidikan

merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia.

Pendidikan tidak dapat di pisahkan dari pribadi seseorang, baik secara formal,

maupun pendidikan non formal. Dalam hal ini dikarenakan pendidikan dapat

membentuk kepribadian manusia sehingga memungkinkan manusia tumbuh dan

berkembang.

Dalam uraian ini dibicarakan masalah pendidikan formal, yaitu pendidikan

yang berlangsung di Sekolah. Pendidikan ini mempunyai tujuan yang di atur

dalam kurikulum seperti dilaksanakan di sekolah. Sekolah negeri maupun swasta.

Fisika marupakan salah satu ilm pengetahuan alam yang diajarkan di

jenjang pendidikan mulai dari SD sampai dengan Perguruan Tinggi. Pelajaran ini

sangat berguna bagi murid. Terutama untuk memahami pengertian-pengertian

fisika. Memiliki ketrampilan untuk menerapkan pengertian tersebut baik dalam

fisika sendiri maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Pada umumnya siswa mengakui betapa besarnya manfaat fisika dalam

kehidupan, namun ironisny, siswa menganggap palajaran fisika tidak menarik dan

serta membosankan. Akibat dari pandangan yang salah itulah rendahnya prestasi

murid dalam bidang studi ini. Untuk menghindari anggapan tersebut dan

pengajaran yang diberikan berhasil dengan baik, sangat tergantung pada usaha

guru dalam membangkitkan mitivasi belajar pada siswa.


Aktivitas be;ajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung

secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak kadang-kadang dapat

menangkap apa yang dipelajari, kadang terasa amat sulit, dalam hal semangat

yang terkadang tinggi tetapi terkadang juga sulit mengadakan konsentresi.

Demikianlah kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap anak didik

dalah kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan aktifitas belajar. Menurut

Abu Ahmadi dan Widodo bahwa : “Kesulitan belajar tidak selalu disebabkan

karena faktor inteligensi yang rendah (Kalainan mental), akan tetapi dapat juga

disebabkan oleh faktor-faktor non intelegensi” 1. Dengan demikian IQ yang tinggi

belum tentu menjamin keberhasilan belajar. Karena itu dalam rangka memberikan

bimbingan-bimbingan yang tepat kepada anak didik, maka para pendidik perlu

memahami masalah-masalah yang berhubungan dengan kesulitan belajar.

Menurut Abu Ahmadi dan Widodo macam-macam kesulitan belajar dapat

dikelompokkan manjadi empat macam, yaitu : “dilihat dari jenis kesulitan, dilihat

dari bidang studi yang dipelajari, dilihat dari sifat kesulitannya dan dilihat dari

segi faktor penyebabnya”2

Dari observasi awal menunjukkan bahwa prestasi siswa dalam bidang studi

fisika selalu rendah, hal ini disebabkan oleh tingkat keberhasilan belajar siswa

yang dipengaruhi oleh beberapa faktor.Surya Brata mengklasifikasi faktor –faktor

yang mempengaruhi prestasi belajar atas dua golongan yaitu : “ faktor yang

berasal dari luar individu, yang disebut juga faktor eksternal yang terdiri dari

bahan pelajar, metode belajar dan lingkungan serta adanya faktor yang berasal

1
Abu Ahmadi, Widodo S, Spikologi Belajar, (Jakarta, Rineka Cipta, 2004) hal. 77
2
Abu Ahmadi, Widodo S.Spikologi ….hal. 78
dari individu antara lain kecerdasan, minat bakat, motivasi dan pengetahuan

dasar”3.

Selanjudnya Hamalik menyatakan bahwa faktor – faktor yang menjadi

kesulitan belajar siswa adalah : ( 1) faktor yang berasal dari diri sendiri, (2) faktor

yang bersumber dari lingkungan sekolah, (3) faktor yang bersumber dari

lingkungan keluarga, (4) faktor yang bersumber dari lingkungan masyarakat4.

Berdasarkan kutipan di atas, maka tercapainya yujuan pendidikan tidak

hanya tanggung jawab guru saja, tetapi keterpaduan antara keluarga, sekolah

dan masyarakat. Dalam proses belajar mengajar di sekolah guru adalah

penanggung jawab utama, namun kesulitan belajar siswa dipengaruhi oleh

banyak hal yang menyebabkan prestasi belajar siswa dalam bidang studi

fisika selalu rendah.

Setiap sekolah baik diperkotaan maupun di pedesaan anak didiknya pasti

mengalami kesulitan. Kesulitan itu dapat terjadi pada setiap anak didik, baik anak

didik berintelegensi tinggi maupun yang berintelegensi rendah, begitu juga yang

dialami oleh anak didik-pada MTsN Sakti. Dari sekian banyak konsep yang di

ajarkan dalam bidang studi fisika, konsep tekanan termasuk salah satu konsep

yang dirasa sulit dipahami oleh siswa

Kesulitan tersebut dilantarbelakangi oleh beberapa hal diantaranya adalah

keberagaman metode yang diterapkan oleh guru dalam proses belajar-mengajar,

ada sebagian guru dalam penyajian dalam pembelajaran fisika khususnya dalam

konsep cermin Menggunakan ceramah, demontrasi.Disamping itu adapula yang


mengunakan metode diskusi dan eksperimen. Adapun metode yang diterapkan

pada pembelajaran fisika dalam konsep cermin adalah metode ceramah.

Bedasarkan uraian diatas penulis dapat memberi tanggapan bahwa pretasi

belajar siswa dalam memahami konsep tekanan dapat disebabkan oleh beberapa

faktor diantaranya kurangnya minat siswa, kurang nya motivasi belajar, kurang

nya dukungan orang tua dan metode yang digunakan guru. Faktor dapat

merupakan suatu sebab kemunduran bagi prestasi belajar siswa khususnya dalam

memahami konsep tekanan. Namun hal itu belum dibuktikan kebenarannya

karena belum diadakan penilitian disekolah tempat menulis mengadakan

penelitian.

Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudur, Kesulitan Siswa MTsN Sakti Dalam menguasai

Konsep cermin.

B. Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang yang telah menulis uraikan diatas, maka yang

menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Kesulitan-kesulitan apa saja yang dihadapi oleh siswa MTsN sakti dalam

memahami konsep cermin.

2. Faktor kesulitan apa saja yang dialami siswa MTsN Sakti dalam

memahami konsep cermin.


C. Tujuan penelitian.

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian

ini adalah:

a. Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan apa saja yang dihadapi oleh siswa

MTsN Sakti dalam memahami konsep cermin.

b. Untuk mengambarkan faktor kesulitan apa saja yang dialami siswa

MTsN Sakti dalam memahami konsep cermin.

D. Postulat Dan Hipotensis

Sebelum postulat dan hipotensis di rumus kan terlebih dahulu di kemukakan

angapan dasar, yang merupakan dasar berpijat atas landasan suatu penelitian.

Adapun yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah kesulitan-

kesulitan yang dihadapi oleh siswa pada konsep cermin itu bermacam-macam.

Postulat merupakan kemungkinan jawaban atas jawaban sementara akan

persoalan yang dihadapi. Apun yang menjadi postulat penelitian ini adalah

seorang siswa akan berhasil dalam belajarnya jika pada dirinya ada keinginan

untuk belajar. Karena dengan adanya keinginan tersebut akan mengaktifkan siswa

sehingga menunjukkan minat, kegairahan dan keyakinan dan keyakinan yang

diajarkan padanya. Selanjudnya hipotesis adalah rumusan atau dugaan mengenai

sesuatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu yang saling dituntut untuk

melakukan pengecekan. Adapun hipotesis yang dapat dirumuskan dalam

pembahasan ini adalah kesulitan belajar yang dihadapi siswa MTsN Sakti pada

konsep cermin lebih doniman dipengaruhi oleh faktor-faktor ekternal.


E. Mamfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat bermamfaat :

a. Bagi guru dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami oleh

siswa di sekolah.

b. Bagi siswa meningkatkan penguasaan konsep cermin dan konsep-

konsep lain dalam pelajaran fisika.


BAB II

LANDASAN TERIORI

A. Penjelasan Istilah

Untuk menghindari kesalah pahaman, penulis akan menjelaskan beberapa

istilah yang ada dalam judul penelitian ini :

1. Kesulitan Belajar

Kesulitan terdiri dari dua rangkaian kata yaitu ksulitan dan belajar. Kata

kesulitan berasal dari kata sulit yang artinya “ Sesuatu yang sulit di pecahkan”

Menurut Abu Rahmadi Widodo “Kesulitan belajar adalah keadaan dimana anak

didik atau siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya”

Jadi yang dimaksud kesulitan belajar adalah masalah atau kendala yang

dihadapi oleh para anak didik dalam usahanya untuk memperoleh ilmu pengetahuan.

Siswa yang sering menghadapi kesulitan belajar, kadangkala dapat menurunkan

kegairahan belajar yang sekaligus diiringi dengan menurunnya prestasi belajar.

2. Menguasai

Yang di maksud menguasai menurut Suryabrata “Sesuatu usaha untuk

memperoleh hak untuk sesuatu hal”

Menguasai yang penulis maksud disini adalah usaha untuk memahami suatu

konsep pelajaran yang disampaikan atau yang diajarkan oleh seorang guru kepada

siswa.

3. Konsep Cermin

Konsep Cermin merupakan salah satu konsep fisika yang dipelajari pada

kelas II MTsN semester II


B. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan jamlah yang menjadi objek penelitian. Yang

menjadi populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas II pada

tahun ajaran 2008/ 2009. Sampel adalah bagian dari populasi yang dianggap dapat

mewakili keseluruhannya.

Mengingat populasi yang bergitu banyak, maka penulis hanya mengambil

sampel satu kelas secara acak dari beberapa kelas di MTsN Sakti yaitu kelas II .A

yang berjumlah 40 orang. Dalam penetapan sampel penulis berpedoman pada

pendapat suharsimi yang mengemukakan :

“Apabila subjek kurang dari 100, lebih baik ambil semua sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjudnya bila
subjeknya besar dapat diambil antara 10-20% atau lebih tergantung
dari kemampuan penelitian dilihat dari segi waktu, tenaga, dan
dana”.

C. Metode Penelitian

Metode yang di tempuh dalam penelitian ini adalah metode deskripsif yaitu

menjelaskan menganalisis dan mengambarkan sifat sesuatu yang berlangsung

pada saat penelitian dilakukan. Adapun metode yang ditumpuh dalam penelitian

ini adalah :

1. Penelitian kepustakaan (liberary research) yaitu penelitian yang dilakukan

dengan cara menelah buku dan pendapat para ahli yang ada kaitannya

dengan judul.

2. Penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian untuk mendapatkan

data dan informasi yang objektif dan dapat dipercaya yaitu dengan

menggunakan beberapa teknik pengumpulan data anatar lain.


a. Observasi lapangan, yaitu peninjauan dan pengamatan langsung

terhadap objek yang teliti sehingga dapat diperoleh data yang lengkap

dan akurat.

b. Angkat, yaitu mengedarkan sejumlah pertanyaan yang diajukan secara

tertulis kepada siswa yang dijadikan sampel.

Untuk melihat bagaimana kesulitan belajar siswa terhadap konsep cermin

data yang telah dikumpulkan dari kuisoner (angket) diolah dengan menggunakan

persentase biasa, maka rumus yang di pakai menurut Anas sebagai berikut :

Keterangan :

P : Persentase

F : Frekuensi yang muncul

N : Jumlah nila total

Anda mungkin juga menyukai