Oleh:
ABSTRACT
i
BAB I
PENDAHULUAN
memfokuskan cahaya yang masuk ke mata hingga ke retina. Kekeruhan ini dapat
ditangani. Biasanya katarak berkembang secara perlahan dan tanpa rasa nyeri sehingga
dapat mempengaruhi penglihatan dan gaya hidup tanpa disadari oleh penderita.
yang tidak bisa dikoreksi oleh pemakaian kacamata. Keluhan pada umumnya yaitu
saat malam hari, silau dan lingkaran cahaya disekitar tempat terang, juga terkadang
penglihatan ganda.1
konsumsi obat-obatan, kongenital, bahkan akibat trauma. Trauma terhadap mata dapat
menyebabkan kekeruhan pada lensa akibat terganggunya metabolism yang ada di dalam
lensa. Kekeruhan lensa akibat trauma dapat terjadi baik segera setelah kejadian,
berbulan-bulan kemudian, sampai dapat terjadi dalam hitungan tahun. Baik trauma
tumpul ataupun penetrasi dapat menyebabkan terjadinya katarak. Ada sekitar 14%
prevalensi kejadian trauma okular pada populasi secara umum dan dapat mempengaruhi
baik terhadap anak-anak maupun orang dewasa, sekitar 27% sampai 65% trauma okular
Katarak yang terjadi akibat trauma dapat berupa beberapa morfologi yang
berbeda-beda dan dapat disertai juga oleh kelainan pada okular akibat baik benturan
maupun penetrasi. Kelainan yang terjadi bisa terdapat pada seluruh struktur lensa dan
juga bisa disertai keadaan tertentu di masing-masing bagian dari lensa. Konsistensi dari
3
lensa juga dapat bervariasi tergantung faktor usia saat terjadinya trauma. Katarak yang
terjadi pada kasus anak-anak dan dewasa muda sering memiliki konsistensi yang lebih
lunak ketimbang orang dewasa di usia lanjut. Kelainan organ disekitar lensa yang
menyertai katarak traumatik sering kali dapat berupa iridodialisis, prolaps iris ke arah
luar dari intraokular, laserasi juga edema kornea, dan struktur-struktur disekitar lensa.3
4
BAB II
LAPORAN KASUS
dikonsulkan oleh Divisi Vitreo Retina ke Divisi Katarak dan Bedah Refraktif dengan
keluhan penglihatan mata kiri kabur disertai rasa tidak nyaman. Pasien dikonsulkan
untuk penanganan kekeruhan lensa agar dapat ditentukan evaluasi lebih lanjut mengenai
Keluhan dirasakan sejak 6 bulan sebelum pasien datang ke rumah sakit. Saat 6
bulan sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami cedera mata kiri akibat membuka
sakelar dan memotong kabel sepeda motor menggunakan pisau dengan posisi bagian
tajam mengarah ke wajah. Setelah kejadian tersebut pasien sudah dibawa dan ditangani
di RSUP Prof. Dr. dr. R. D. Kandou Malalayang dengan dilakukan operasi terhadap
mata kiri pasien. Pasien menjalani operasi mata dimana dilakukan penjahitan pada
kornea-sklera yang robek dan reposisi iris yang keluar (Gambar 2.1). Setelah dilakukan
operasi didapati hasil penglihatan ketajaman mata pasien sampai pada persepsi cahaya.
5
Setelah ditangani pasien kemudian dalam beberapa waktu dirawat oleh divisi
Gambar 2.1. Kondisi mata pasien saat 6 bulan sebelum datang RS. (1) Sebelum dioperasi. (2)
Vitreo
SetelahRetina dikarenakan adanya kecurigaan perdarahan pada vitreous mata kiri akibat
dioperasi
trauma yang dialami. Hal ini didukung dengan ditemukannya gambaran opasitas pada
pemeriksaan penunjang USG mata kiri yang dilakukan. Dari divisi Vitreo Retina
divisi Katarak dan Bedah Refraktif untuk menangani masalah kekeruhan lensa.
Pemeriksaan fisik secara umum menunjukan keadaan yang baik dengan tanda
vital normal dan kesadaran compos mentis. Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 84 kali
per menit, regular rate, isi cukup, frekuensi napas 18-20 kali per menit, dan suhu badan
36,6o C.
14.5 mmHg, dan posisi bola mata ortoforia dengan pergerakan yang baik ke semua arah.
Segmen anterior mata kanan pasien didapati dalam keadaan normal dengan tidak
adanya kelainan palpebra, tidak ada baik injeksi konjungtiva maupun injeksi siliaris,
kornea dalam keadaan jernih dengan bilik mata depan Van Herick 4. Iris berkripta dan
tidak ada kelainan, pupil berbentuk bulat terletak sentral dengan diameter 3mm dan
refleks cahaya positif. Lensa NO0NC0. Pemeriksaan segmen posterior didapati dalam
batas normal dimana refleks fundus uniform, papil nervus optikus bentuk bulat, batas
tegas, warna vital, cup-disc ratio 0.3-0.4, dan refleks macula positif, arteri venous ratio
3:4.
19.4 mmHg, dan posisi bola mata ortoforia dengan pergerakan yang baik ke semua arah.
6
Segmen anterior menunjukan tidak ada kelainan palpebra, konjungtiva tenang tanpa
injeksi. Ditemukan sikatriks melintang regio perifer arah pukul 12 hingga pukul 3 pada
kornea dengan tiga benang jahit yang sudah terepitelisasi di daerah perifer sampai
parasentral superior kornea (Gambar 2.2). Bilik mata depan dengan Van Herick 4. Pada
iris dapat dilihat adanya iridodialysis sejajar dengan atrofi iris sepanjang arah pukul 12
sampai pukul 4. Bentuk pupil ireguler dengan refleks cahaya positif tapi minimal,
sinekia posterior pada hampir seluruh pupil, lensa NO5NC5. Segmen posterior didapati
refleks fundus non uniform; papil nervus optikum, macula, retina sulit dievaluasi karena
adanya kekeruhan pada lensa. Pemeriksaan proyeksi iluminasi dan color projection
biometri, serta spekular. Dari pemeriksaan USG mata kiri didapati gambaran echogenic
multiple pada cavum vitreous dengan reflektifitas sedang, after movement positif,
sementara retina koroid dan sklera dalam keadaan intak (Gambar 2.3). Pemeriksaan
biometri menunjukan axial length mata kiri 22,84mm kemudian ditentukan penggunaan
7
Gambar 2.3. USG mata kiri
korneosklera mata kiri, dan emetropia mata kanan. Tanggal 8 September 2022
dilakukan operasi phacoemulsifikasi dan implantasi IOL mata kiri dengan anestesi
secara umum. Saat operasi mata kiri pasien dilakukan sinekiolisis serta pemasangan iris
retractor (Gambar 2.5) untuk dapat memberikan lapang pandang luas bagi operator
karena pupil pasien tidak dapat dibuat midriasis dengan tropicamide. Kemudian setelah
8
menemukan
komplikasi yang mungkin terjadi apabila digunakan phaco tip. Tidak terjadi komplikasi
intraoperatif dan post operatif terhadap pasien, setelah operasi pasien diobati dengan
Siloxan 1 tetes per jam, Levofloxacin tetes mata enam kali 1 tetes, Prednisolon tetes
keluhan mata kiri pasien agak sedikit nyeri namun penglihatan sudah lebih terang
daripada sebelumnya. Pemeriksaan oftalmologi mata kiri pasien menunjukan hasil visus
6/60, tekanan intraokular 12.8 mmHg, posisi bola mata ortoforia dengan pergerakan
bola mata normal ke semua arah. Segmen anterior didapati konjungtiva tenang tidak ada
injeksi konjungtiva maupun edema, pada kornea pasien ditemukan sikatriks melintang
regio perifer arah pukul 12 hingga pukul 3 pada kornea dengan tiga benang jahit yang
sudah terepitelisasi di daerah perifer sampai parasentral superior kornea yang sama
seperti sebelumnya. Di COA mata kiri ditemukan adanya cell & flare, bentuk pupil
ireguler dengan refleks cahaya positif, sinekia posterior yang sebelumnya sudah tidak
ada setelah tindakan operasi sebelumnya, atrofi iris dan iridolisis yang sama seperti
9
sebelumnya yaitu sepanjang arah pukul 12 sampai pukul 4. Lensa mata kiri sudah
terpasang IOL letak di tengah dan terfiksasi dengan baik (Gambar 2.6). Pasien
kemudian didiagnosis dengan mata kanan Emetropia, mata kiri Pseudofakia dan post
hecting laserasi korneosklera. Pasien diobati dengan tetes mata siloxane 1 tetes per jam,
prednisolon tetes mata 6 kali 1 tetes, dan levofloxacin tetes mata 6 kali 1 tetes per hari
dan ketiga obat tetes ini diberikan untuk mata kiri pasien, juga pasien diberikan
metilprednisolon 3 kali 16mg per oral selama 3 hari kedepan dengan dosis untuk 3 hari
berikutnya yaitu 3 kali 8mg per oral tappering off dan diizinkan untuk rawat jalan
kemudian kontrol ke poli mata tanggal 15 September 2022 (1 minggu setelah operasi).
Saat pemeriksaan kontrol di poliklinik mata RSUP Prof. Dr. dr. R. D. Kandou
Malalayang pada tanggal 15 September 2022 pasien tidak mengeluhkan nyeri lagi,
untuk hasil pemeriksaan visus mata kiri pasien 6/60 dan tekanan intra okular 18.4.
Segmen anterior mata kiri tidak ditemukan lagi adanya cell and flare sedangkan lain-
lainnya masih sama dengan hasil pemeriksaan post operasi hari pertama sebelumnya.
Pasien kemudian didiagnosis dengan mata kanan Emetropia dan mata kiri Pseudofakia
dan post hecting laserasi korneosklera. Pengobatan dilanjutkan dengan tetes mata
siloxane 1 tetes per jam, prednisolon tetes mata 6 kali 1 tetes, dan levofloxacin tetes
mata 6 kali 1 tetes per hari dan ketiga obat tetes ini diberikan untuk mata kiri pasien.
Pasien diberikan metilprednisolon dengan dosis tapering off dari sebelumnya yaitu 2
10
Gambar 2.6. Segmen anterior OS pasien satu hari setelah Phacoemulsifikasi dan implantasi IOL
kiri 6/120 dan tekanan intraokuler 18.5 mmHg. Segmen anterior mata kiri pasien
didapatkan gambaran kekeruhan pada kapsul posterior lensa (Gambar 2.7). Pasien
didiagnosis mata kanan Emetropia dan mata kiri Pseudofakia dengan Posterior Capsule
Opacity. Pasien diobati dengan artificial tears 4 kali 1 tetes untuk mata kiri dan
11
BAB III
DISKUSI
dilakukan didapatkan bahwa keluhan mata kiri kabur dari pasien terjadi beberapa waktu
setelah pasien mengalami trauma akibat terkena pisau. Sesuai dengan literatur
Katarak mata kiri pasien terbentuk sekitar 6 bulan setelah trauma. Berpijak dari waktu
yang dibutuhkan untuk keluhan tersebut dan mekanisme kejadian, katarak yang
terbentuk adalah akibat trauma tajam tetapi tidak menembus atau sampai ke lapisan
kapsul lensa yang mana apabila terjadi dapat memicu terjadinya katarak traumatik
secara tiba-tiba. Mekanisme terbentuk katarak ini disebabkan oleh karena terganggunya
sistem metabolisme yang ada pada lensa. Baik trauma tumpul ataupun trauma tajam,
faktor yang menentukan onset terjadinya katarak adalah bagaimana pengaruh trauma
tersebut terhadap ruptur tidaknya kapsul lensa. Apabila trauma menyebabkan ruptur
pada lensa, maka dapat terjadi katarak yang lebih cepat ketimbang kapsul lensa yang
tidak ruptur.
12
Gambar 3.1. Ruptur pada kapsul anterior akibat trauma penetrasi
Dalam kasus ini berdasarkan waktu onset terjadinya maka dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi ruptur secara tiba-tiba pada kapsul lensa. Hal ini juga ditunjang oleh
anamnesis pasien yang menyatakan bahwa saat terjadi trauma 6 bulan sebelumnya
merupakan akibat dari trauma yang terjadi sebelumnya dan dijumpa pada kasus ini
sudah dalam keadaan yang lebih baik hasil dari penanganan dan operasi saat 6 bulan
sebelum pasien ditangani oleh divisi KBR. Sikatrik yang melintang akibat penetrasi
pisau yang sudah dijahit menunjukan bahwa sebelumnya adanya robekan pada kornea
yang diakibatkan oleh penetrasi benda tajam sebelumnya. Sikatrik pada kornea
merupakan hasil perbaikan dari lapisan epitelium kornea yang berepitelisasi menutup
kerusakannya, tetapi tidak dengan lapisan bowman hingga descemet yang dapat
memperbaiki diri, dan pelebaran sel-sel pada endotel disekitarnya yang rusak akibat
trauma. Apabila terjadi kerusakan pada lapisan endothelium kornea, sel-sel heksagon
disekitarnya melebar dan menutupi kerusakan sel yang terjadi baik akibat trauma
maupun infeksi.5
manifestasi ikutan dari trauma ocular yang terjadi sebelumnya. 6 bulan sebelumnya,
pasien mengalami prolaps iris dari luka akibat pisau yang digunakan untuk memotong
13
Gambar 3.2. Struktur dan lapisan iris secara histologi
Iris merupakan organ yang terdiri dari dua lapisan, yaitu stroma iris dan lapisan epitel
berpigmen. Stroma iris memiliki vaskularisasi sehingga apabila terjadi gangguan berupa
menyebabkan sinekia. Baik sinekia posterior atau sinekia anterior keduanya dapat
disebabkan oleh proses peradangan yang diinisiasi baik oleh trauma maupun infeksi
sebelumnya.6, 7
pasien. Iridodialisis dapat terjadi akibat trauma secara langsung terhadap permukaan
okular, cedera tersebut menyebabkan terlepasnya iris dari scleral spur. Iridodialisis
dapat menyebabkan hilangnya kontraksi pada iris yang mengatur diameter pupil yang
mempunyai fungsi mengatur fokus jatuhnya bayangan yang melewati lensa untuk dapat
Hal ini menunjang keadaan saat operasi dimana harus digunakan iris retractor
implantasi IOL. Pupil pasien tidak melebar akibat sinekiolisis dan juga adanya atrofi iris
beserta iridodialisis pada arah pukul 12 sampai 14 mata pasien. Saat dilakukan operasi
Korteks yang sudah menjadi keruh akibat trauma sehingga berubah katarak tersebut
ditemukan dengan konsistensi lunak hingga cair karena pasien yang masih berusia 14
tahun sehingga berbeda dengan katarak senilis pada umumnya yang ditemukan
14
Setiap tindakan manipulasi terhadap mata mempunyai resiko terjadinya tanda-
tanda peradangan setelah dilakukan operasi. Saat dilakukan pemeriksaan follow up hari
pertama post operasi, ditemukan adanya gambaran cell & flare di COA. Hal ini
operasi dapat menjadi penyebab terjadinya proses peradangan ini. Untuk itu saat
pengobatan post operasi pasien diberikan obat kortikosteroid baik topical dan oral untuk
mengatasi hal ini. Apabila peradangan ini bertahan dalam waktu 3-4 minggu setelah
mengambil bagian sehingga terjadinya proses peradangan. Dalam kasus ini, setelah
dilakukan pemeriksaan follow up satu minggu setelahnya, sudah tidak ditemukan lagi
Komplikasi lainnya yang dapat terjadi setelah dilakukan operasi katarak adalah
kekeruhan atau terjadinya opasitas dari kapsul posterior lensa. Menurut literatur-literatur
yang ada, Posterior Capsule Opacity (PCO) terjadi akibat proliferasi dari sel-sel epitel
lensa setelah dilakukan baik capsulotomi kapsul anterior, ekstraksi korteks dan nucleus,
atau keduanya. Poliferasi lens epithelial cell (LEC) dari anterior ke posterior
penglihatan pasien yang sudah dilakukan operasi katarak. Beberapa faktor lainnya
adalah karena trauma okular juga katarak pada pasien yang lebih muda. Sesuai dengan
literatur yang ada, pasien mengalami PCO sehingga terjadi penurunan ketajaman
15
16
BAB IV
KESIMPULAN
penanganan baik operatif maupun post operatif dari pasien yang mengalami hal ini.
Penting untuk dapat memahami kronologi dari trauma untuk mengetahui sejauh apa
kelainan yang sudah terjadi serta kemungkinan keadaan lanjutan setelah dilakukan
penanganan.
Katarak traumatik dapat terjadi baik setelah cedera maupun ikutan dari
katarak dikarenakan mekanisme dan waktu kejadian trauma yang tidak dapat diprediksi.
yang rutin sehingga mampu menghindarkan pasien dari keadaan mata yang tidak
diinginkan.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Feldman BH, Heersink S, Patel AS. Cataract - Eyewiki.org. 2022 [cited 2022 Oct 7].
Available from https://eyewiki.org/Cataract
2. Murchison A, Cai L. Traumatic Cataract Surgery. 2022. Eyewiki.Org. [cited 2022 Oct
7]. Available from https://eyewiki.org/Traumatic_Cataract_Surgery
3. Garg A, Patel AS, Aswad LA, Moore DB. Ocular Trauma: Acute Evaluation, Cataract,
Glaucoma. 2021. Eyewiki.org [cited 2022 Oct 7]. Available from
https://eyewiki.org/Ocular_Trauma:_Acute_Evaluation,_Cataract,_Glaucoma
4. Katz J, Tielsch JM. Lifetime Prevalence Of Ocular Injuries From Baltimore Eye
Survey. Doi 1993;111;1564-1268
5. American Academy of Ophthalmology. External Eye Disease and Cornea. Basic and
Clinical Science Course. San Fransisco: American Academy of Ophthalmology. 2022.
Halaman 10-13
6. American Academy of Ophthalmology. Fundamentals and Principles of
Ophthalmology. Basic and Clinical Science Course. San Fransisco: American Academy
of Ophthalmology. 2021. Page 68-72
7. Chelnis J, Sharpe A, Palestine A. 2022. Synechiae. Eyewiki.org. [Cited 2022 Oct 7].
Available from https://eyewiki.org/Synechiae
8. Traumatic Iridodialysis. Columbia Ophthalmology. Columbia Univeersity Irving
Medical Center. 2022. [Cited Oct 7 2022]. Available from :
https://www.vagelos.columbia.edu/departments-centers/ophthalmology/education/
digital-reference-ophthalmology/glaucoma/angle-closure-glaucoma/traumatic-
iridodialysis
9. Marin AI, Teeples T, Scott R. White Cataract. Eyewiki.org. 2022. Cited Oct 7 2022.
Available from https://eyewiki.aao.org/White_Cataract#cite_note-intumescent5-5
10. American Academy of Ophthalmology. Lens and Cataract. Basic and Clinical Science
Course. San Fransisco: American Academy of Ophthalmology. 2022.
11. American Academy of Ophthalmology. Uveitis and Ocular Inflamation. Basic and
Clinical Science Course. San Fransisco: American Academy of Ophthalmology. 2022.
12. Delmonte DW, Houser K, Awh C, Goshe JM. Posterior Capsule Opacification.
Eyewiki.org. Cited Oct 7. Available from
https://eyewiki.org/Posterior_Capsule_Opacification#cite_note-:0-1
18