SKRIPSI
RAHMA
201801126
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring berjalannya waktu, perkembangan industri di Indonesia terus
mengalami kemajuan, salah satunya industri pelabuhan. Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2021 terkait penyelenggaraan bidang
pelayaran menjelaskan bahwa pelabuhan adalah suatu wadah yang meliputi
daratan ataupun perairan yang memilikibatas khusus. Pelabuhan juga merupakan
tempat kegiatan baik pemerintah maupun perusahaan untukmemarkir kapal,
menaik turunkan penumpang, bongkar muat barang, berupa dermaga yang
dilengkapi sarana untuk menjamin keselamatan serta keamanan maritim serta
aktivitas lain seperti penunjang pelabuhan dan merupakan wadah transportasi
internal dan antarmoda.
Pada saat yang sama, pelabuhan berperan besar dalam industri serta
perdagangan makan fungsinya selaku pintu masuk aktivitas ekonomi serta
transportasi dan sekaligus merupakan bidang kegiatan yang bisa memberi
sumbangsih untuk pembangunan atau perdagangan pada upaya merealisasikan
Nusantara serta kedaulatan negara secara mendalam. Pada hakikatnya layanan
kepelabuhanan kegiatan pendistribusian, produksi serta konsolidasi barang
maupun produk (Undang-Undang Republik Indonesia).1
Bongkar muat barang merupakan aktivitas jasa layanan barang pada hutan
di perairan pelabuhan, seperti yang dimaksudkan pada Peraturan Menteri
Perhubungan Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2020 Tentang
Penyelenggaraan Pelabuhan Laut pada pasal 1 ayat 4 dan 5 yang berbunyi
pelabuhan laut ialah pelabuhan yang bisa dipakai guna memberikan pelayanan
terhadap aktivitas angkutan laut maupun angkutan penyeberangan yang berada di
laut atau disungai.
Ayat 5 yang menjelaskan pelabuhan laut ialah pelabuhan yang bisa dipakai
untuk memberikan pelayanan pada aktivitas angkutan laut maupun angkutan
penyeberangan yang terdapat di laut maupun di sungai. Dan menjelaskan
pelabuhan utama ialah pelabuhan yang berfungsi memberikan pelayanan terhadap
aktivitas angkutan laut dalam negeri serta internasional, ahli muat angkutan dalam
3
negeri serta internasional, pada jumlah yang besar serta selaku tempat asalnya
tujuan penumpang maupun barang dan angkutan penyeberangan disertai
jangkauan layanan antar provinsi.
Usaha pada bidang bongkar serta muat barang di pelabuhan antara lain
stevedoring, cargodaring, serta receiving/delivery yang mana yakni aktivitas
usaha bongkar muat barang (Peraturan Menteri Perhubungan Republik
Indonesia.).2
PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) merupakan badan usaha milik negara
yang bertugas mengelola dan mengoperasikan jasa kepelabuhanan untuk
memperlancar seluruh proses perdagangan. PT Pelindo mempunyai beberapa
wilayah operasi diantaranya PT Pelindo I, II, III serta IV. PT Pelabuhan Indonesia
cabang Pantoloan kota Palu memiliki fasilitas pelayanan bongkar muat kapal.
Kota Pantoloan Palu yang terletak di Provinsi Sulawesi Tengah memiliki posisi
strategis karena bersebelahan dengan Selat Makassar dan termasuk pelabuhan
strategis bagi perdagangan internasional.
Usaha ini mencakup 2 dermaga serta 1 dermaga penumpang, yakni
dermaga dan dermaga penumpang Pelabuhan 1 Pantoloan yang terletak persis di
depan stasiun, dengan panjang 480 meter, lebar 18 meter, dan kedalaman 9-12
meter, memungkinkan dua dari tiga kapal berlabuh pada waktu bersamaan.
Dermaga penumpang memiliki panjang 250 meter dan untuk dermaga gate
1 atau dermaga yang digunakan khusus peti kemas 200 meter dan untukgeneral
cargo atau kapal cargo 30 meter tetapi dermaga khusus penumpang disatukan
dengan dermaga khusus kapal cargo, dermaga khusus kapal cargo comoditi curah
kering/basah, muatan kapal khusus yang menggunakan countainer dan komoditi
rakyat. Dimana pelabuhan pantoloan melakukan yang terbaik karena memiliki
kawasan yang strategis serta pelabuhan pantoloan ini adalah pelabuhan
internasional.3
Kebijakan perusahaan secara umum dijabarkan dalam hal penyediaan
layanan dalam pedoman perusahaan, khususnya tentang bagaimana memberikan
layanan terbaik kepada pengguna layanan setiap saat. Dalam konteks ini dengan
memperbaiki sinergis serta meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
dan lingkungan bagi semua seluruh karyawan serta pemangku kepentingan di
4
Pelindo (Persero) Cabang Pantoloan, Jalan Kota Palu Sulawesi Tengah (Buku
Pedoman Perusahaan PT Pelindo Cabang Pantoloan). 4
Menurut Occupational Health and Safety Assessment Series (OHSAS
18001), manajemen K3 merupakan usaha sistematis dalam rangka melakukan
pengelolaan risiko dalam suatu kegiatan industry yang dapat menimbulkan
gangguan, cedera, ataupun kerusakan bagi manusia. Manajemen risiko dibagi
menjadi 3 bagian, yaitu Hazard Identification, Risk Assesment and Risk
Controlatau biasa dikenal dengan HIRARC.5
Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2020
mengenai Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
pasal 11 ayat (4) menerangkan bahwasanya potensi bahaya merupakan perihal
yang dianggap dapat mengakibatkankan kerusakan, kecelakaan, kebakaran,
peledakan, pencemaran, penyakit akibat kerja, dan gangguan lain (PP RI, 2020).
Sementara itu, di Indonesia jumlah kecelakaan cedera tertinggi terjadi pada
tahun 2018 hingga 2020. Pada tahun 2020 terdapat 177.161 kasus cedera akibat
kerja dimana 11 kasus merupakan kasus penyakit akibat kerja. Data ini
dikumpulkan oleh BPJS Ketenagakerjaan berdasarkan klaim kecelakaan kerja
yang diderita pegawai. Tingkat potensi kecelakaan serta penyakit diakibatkan
kerja bisa dialami karena kerja tahapan kerja, teknologi yang digunakan dan jenis
produksi, ruang serta lingkungan bangunan, material yang dipakai dan manajemen
mutu serta tim pelaksana.4
Riset dari Wahana, tentang penilaian risiko kecelakaan kerja pada pekerja
bongkar muat di Pelabuhan Teluk Nibung Tanjung Balai Asahan menunjukkan
bahwa risiko paling besar iyalah hilangnya stabilitas saat bekerja. Hal tersebut
disebabkan oleh pijakan kaki yang salah pada ketinggian kapal ditambah dengan
deburan ombak menyebabkan kapal oleng sehingga menyebabkan pekerja
kehilangan keseimbangan dan kemungkinan jatuh ke laut.4
Faktor risiko kecelakaan kerja yang paling umum terjadi ialah tindakan
tidak aman (Unsafe action) sebesar 88%, kondisi lingkungan yang tidak aman
10% (Unsafe Condition), ataupun keduanya dialami di waktu yang sama.
Sementara di Indonesia, pemicu kecelakaan di tempat kerja ialah karena perilaku
serta perangkat yang kurang aman. Secara garis besar ada empat faktor utama
5
yang bisa memberikan pengaruh terhadap terjadinya kecelakaan kerja yakni faktor
manusia, alat atau mesin yang dipakai, material serta lingkungan.4
Hasil penelitian Ihsan terkait analisis resiko kecelakaan kerja melalui
metode HIRARC di PT. Cahaya Murni Andalas Permai di Padang disertai score
11% menyatakan memiliki pengaruh serta 16% menjelaskan memiliki pengaruh,
memperlihatkan cedera kerja terkait faktor material serta peralatan. Perolehan
penilaian resiko sedang memperlihatkan risiko rendah dengan dua kecelakaan
sedang adalah kecelakaan peralatan. Hal ini menunjukkan apabila kecelakaan
kerja mempengaruhi peralatan untuk kegiatan monitoring.7
Pekerja Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) memiliki risiko tinggi
mengalami kecelakaan kerja. Menurut pengamatan awal pada saat survey
pendahuluan,aktivitas usaha bongkar muat barang yang dilangsungkan Tenaga
Kerja Bongkar Muat (TKBM) serta dibantu oleh Alat Bongkar Muat (ABM)
mencakup pengangkatan dan bongkar muat barang. Dari berbagai macam
pekerjaan, kegaiatan bongkar muat barang merupakan pekerjaan yang memiliki
resiko tinggi terjadinya kecelakaan serta penyakit yang disebabkan karena
pekerjaan. Kondisi pekerjaan yang tidak ergonomis dan pekerjaan yang termasuk
berat dapat menambah beban pekerja.
Menurut hasil penelitian Senjayani (2018)8 tentang penilaian serta
pengendalian resiko terhadap pekerjaan bongkar muat peti kemas oleh tenaga
kerja bongkar muat memakai crane, diperoleh penilaian resiko yang rendah ah
pada kegiatan pasang tangga yang berpotensi tertimpa tangga. Sementara itu,
tenaga mauat yang bertugas memasang hook crane memiliki risiko memar dan
luka gores apabila tidak menggunakaan sarung tangan sebagai Alat Pelindung Diri
(APD). Permasalahan yang terjadi dalam dunia kerja dapat menyebabkan pekerja
menjadi stres, mengganggu produktivitas kerja, hingga mengganggu kenyamanan,
keselamatan dan kesehatan pekerja.9
Menurut Hotmauly, dalam penelitiannya yang memaparkan tentang
penerapan manajemen risiko keamanan di Terminal Peti Kemas Tanjung Priuk, ia
mengatakanperolehan Penelitian pada konteks manajemen risiko memperoleh
peringkat 4, 17 dari skala 6 termasuk pada golongan rata-rata, karena masih
terdapat kesenjangan dalam kriteria dan faktor evaluasi.10
6
bahwa ada kerusakan peralatan bongkar muat juga umum dialami, seperti crane
yang rusak ataupun sling yang lepas. Apabila peralatan tersebut tidak diperiksa
terlebih dahulu saat digunakan maka dapat mengakibatkan kecelakaan kerja.
Setelah melakukan pelayanan kegiatan bongkar muat pada kapal. Kecelakaan
kerja akibat alat berat terjadi pukul 05.00 (wita) mobil hand truck menuju ke
workshop untuk parkir bersama alat berat Reastacker, posisi parker didepan
tangki pengisian bahan bakar mengarah keselatan dan posisi area hand truck
berada di area CY Blok D arah barat, tiba-tiba mobil hand truck bergerak maju
dan menambrak spreader reastucker akibat dari insiden tersebut terjadi
kerusakan pada bagian sudut kiri depan yang mengakibtakan mobil hand truck
mengalami kerusakan insiden ini terjadi karena adanya faktor dari kelalaian
pekerja.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti kepada
informan didapatkan pula informasi bahwa ada beberapa diantara dari mereka
yang mengatakan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, terdapat beberapa tenaga
kerja yang pernah mengalami kecelakaan kerja. Diantaranya insiden seperti
tangan terpotong, luka gores, memar, tersenggol, terpeleset, nyeri otot, nyeri
punggung dan kantuk berat. Hal tersebut dapat mengganggu aktivitas bekerja dan
berakibat fatal bagi tenaga kerja itu sendiri. Berdasarkan hal demikian, penulis
tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait analisis identifikasi bahaya
serta membuat pengendalian bahaya risiko kecelakaan kerja kegiatan bongkar
muat peti kemas pada PT Pelabuhan Indonesia (Persero) Cabang Pantoloan,
dengan mengobservasi secara langsung terhadap pekerja.9
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan dalam penelitian yaitu untuk
mengetahui dan melihat bagaimana potensi-potensi bahaya dan resiko
kecelakaan kerja tertinggi yang dihadapi pekerja pada kegiatan bongkar muat
Peti Kemas di PT. Pelabuhan Indonesia (Persero) Cabang IV Pantoloan Kota
Palu Sulawesi Tengah?
9
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Telah dianalisis berbagai potensi bahaya serta risiko kecelakaan kerja pada
kegiatan bongkar muat Peti Kemas di PT Pelabuhan Indonesia (Persero)
Cabang Pantoloan.
2. Tujuan Khusus
a. Teridentifikasi potensi bahaya pada kegiatan bongkar muat peti kemas
pada pekerja di PT Pelabuhan Indonesia (Persero) Cabang Pantoloan
b. Telah teridentifikasi potensi risiko kegiatan bongkar muat peti kemas
pada pekerja di PT Pelabuhan Indonesia (Persero) Cabang Pantoloan.
c. Teranalisis potensi bahaya risiko kecelakaan kerja pada kegiatan bongkar
muat Peti Kemas di PT Pelabuhan Indonesia (Persero) Cabang
Pantoloan.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti untuk dapat menerapkan
pengetahuan keperawatan terutaman Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) dan bisa mengasah keterampilan serta wawasan tentang
mengidentifikasi potensi bahaya, memberi penilaian terkait risiko serta
menetapkan strategi mengendalikan risiko bongkar muat peti kemas
memakai metode HIRARC.
2. Bagi Perusahaan
Selaku bahan masukan untuk perusahaan agar semakin fokus pada aktivitas
bongkar muat yang berkaitan dengan bahaya sehingga kecelakaan tidak
dialami serta menjauhi dari penyakit yang disebabkan oleh profesi.
3. Bagi Pekerja
Pelaku bahan referensi tambahan bagi para pekerja dalam membongkar
muat guna membedakan potensi kebahayaan yang terdapat di tempat kerja
pelabuhan supaya terjauhkan dari kecelakaan kerja.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan tulisan ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi atau bacaan
tambahan bagi mahasiswa peneliti selanjutnya, atau sebagai bahan
10
A. Tinjauan Teori
1. Definisi Kegiatan Bongkar Muat
Bongkar muat barang adalah aktivitas memasukkan dan
mengeluarkan barang dari dan ke kapal melalui dermaga, gudang, serta
lapangan penumpukan di pelabuhan. Tenaga kerja bongkar muat
merupakan orang yang bekerja memasukkan dan mengeluarkan barang
dari dan ke kapal kapal (Kementrian Perhubungan Republik Indonesia).5
a. Macam-Macam Kegiatan Bongkar Muat :
BerdasarkanPeraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2020 terkait angkutan diperairan, usaha bongkar muat barang di
pelabuhan mencakup aktivitas sebagai berikut :
1) Stevedoring
Stevedoring adalah aktivitas melakukan pembongkaran barang
dari kapal ke dermaga, tongkang, ataupun truk serta memuat barang
daridermaga, tongkang, ataupun truk menggunakan derek untuk
disusun di dalam palka kapal.
2) Cargodoring
Cargodoring ialah kegiatan melepas barang dari seling, tali
maupun jala-jala (ex takle) di dermaga peserta mengangkutnya dari
dermaga ke gudang ataupun lapangan penumpukan barang.
Berikutnya disusun di gudang ataupun lapangan penumpukan
maupun sebaliknya.
3) Receiving/Delivery
Receiving/delivery merupakan kegiatan pekerjaan udah barang
dari tumpukan ataupun tempat menimbun di gudang maupun
lapangan penumpukan serta memberikannya hingga tersusun di atas
kendaraan yang merapat di pintu gudang ataupun lapangan
penumpukan maupun sebaliknya (Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia).1
10
Tabel 2.1 Jenis Kecelakaan Kerja Berdasarkan Sektor Industri menurut Eurostat
(1999) dalam Tarwaka (2012)
Sektor Industri Jenis Kecelakaan Kerja
Manufaktur: produksi metal serta 1. Terjepit, terlindas
sejenisnya 2. Teriris, terpotong
3. Jatuh terpeleset
4. Tindakan yang tidak benar
5. Tertabrak
6. Berkontak dengan bahan berbahaya
7. Terjatuh, terguling
8. Kejatuhan barang dari atas
9. Terkena benturan keras, te3rkena
barang yang runtuh, roboh
Manufaktur: pabrik elektronik serta 1. Teriris, terpotong
sejenisnya 2. Terlindas, tertabrak
3. Berkontak dengan bahan kimia
4. Kebocoran gas menurunnya daya
pendengaran dan daya penglihatan
bahaya (hazard). Risiko adalah setiap kondisi atau sikap yang dapat
menyebabkan celaka atau cedera kepada orang, kerusakan, ataupun
gangguan. Dikarenakan adanya suatu bahaya sehingga perlu dilakukan
pengendalian terhadap bahaya tersebut agar tidak mengakibatkan
sesuatu yang merugikan. Tingkat kemungkinan bahwa suatu bahaya
dapat menyebabkan kecelakaan dan tingkat keparahan yang dapat
ditimbulkannya adalahilustrasi dari risiko tersebut.
b. Jenis bahaya :
Ramli dalam alfitri, mengkategorikan jenis bahaya antara lain :
1) Bahaya mekanis
Bahaya mekanis timbul dari peralatan atau benda mekanis
yang digerakkan oleh tenaga mekanis, dengan tangan atau dengan
motor. Contohnya mesin sino, bubut, gerinda, tempa serta lain-lain.
Bagian-bagian mesin yang bergerak memiliki kandungan bahaya
contohnya pengeboran, pemotongan, penempaan, penjepitan,
pengepresan. Gerakan mekanis ini bisa mengakibatkan cedera
ataupun kerusakan misalnya terpotong, terjepit, terpotong ataupun
terkelupas.
2) Bahaya listrik
Di lingkungan kerja, terdapat berbagai bahaya listrik, seperti
jaringan hingga peralatan serta mesin kerja. Energi listrik yang
dihasilkan,contohnya risiko kebakaran, sengatan listrik serta
sambungan ke arus listrik.
16
3) Bahaya fisis
Bahaya yang bersumber dari faktor fisis yakni:
a) Bising, bisa menyebabkan bahaya ketulian atau kerusakan
indera pendengaran.
b) Tekanan
c) Getaran
d) Suhu panas atau dingin
e) Cahaya atau penerangan
f) Radiasi dari bahan radioaktif, sinar ultra violet ataupun infra
merah
4) Bahaya biologis
Potensi bahaya biologis sering dijumpai di industri makanan,
farmasi, pertanian dan kimia, pertambangan, minyak dan gas bumi.
c. Sumber bahaya :
Bahaya di tempat kerja adalah hasil interaksi di antara faktor-faktor
produksi yang meliputi orang, perlengkapan, bahan, tahap maupun
metode kerja. Selama tahap produksi, dialaminya interaksi antara
manusia dengan mesin, material dan lingkungan kerja sesuai dengan
tahap dan proses kerja. Maka dari itu, bahaya bisa bersumber dari
berbagai unsur produksi yakni mah alasan manusia, perlengkapan,
bahan, tahap dan sistem serta prosedur. Potensi bahaya adalah seluruh
hal yang berpotensi menimbulkan rugi terhadap harta benda dan
lingkungan dan manusia (Ramli dalam alfitri).15
Menurut Tarwaka dalam alfitri, sumber bahaya bisa dikategorikan
yakni:
1) Manusia
Hasil riset memperlihatkan bahwa 80-85% kecelakaan
diakibatkan oleh kelalaian atau human error. Kecelakaan ini
diakibatkan oleh perencana pabrik dari kontraktor konstruksi,
pemimpin tim, pekerja atau agen yang memelihara mesin dan
peralatan.
17
2) Peralatan
Kecelakaan bisa dialami jika peralatan tidak dipakai dengan
benar, karyawan tidak dilatih cara menggunakan alat, peralatan
tidak dilengkapi pelindung dan keselamatan, dan jika tidak dirawat
atau diperiksa. Perawatan dan pemeriksaan diadakan menurut
kondisi agar bagian-bagian mesin atau alat-alat yang berbahayaa
dapat dideteksi sedini mungkin.
3) Lingkungan
Faktor-faktor bahaya lingkungan sesuai beberapa sumber, yakni:
a) Faktor fisik, misalnya penerangan, suhu udara, kelembaban,
cepat rambat udara, suara vibrasi mekanis, radiasi, tekanan
udara serta berbagai hal lainnya
b) Faktor kimia misalnya ialah gas, uap, debu, kabut, asap, awan,
cairan serta berbagai benda padat.
c) Faktor biologi baik kelompok hewan ataupun tumbuhan
d) Faktor mental psikologis yakni susunan pekerjaan, korelasi
diantara pegawai maupun dengan pengusaha, proses
memelihara kinerja serta berbagai hal lainnya
4) Cara atau sikap kerja
a) Cara pengangkatan serta pengangkutan yang keliru
b) Posisi badan yang tidak tepat
c) Tidak memakai APD
d) Lingkungan kerja yang sangat panas
e) Memakai alat maupun mesin yang tidak sesuai dengan regulasi
f) Kondisi mesin, perlengkapan serta alat kerja serta bahan-
bahan.10
d. Tinjauan identifikasi bahaya
Identifikasi bahaya adalah dasar setiap kegiatan dalam upaya
mencegah kecelakaan maupun program mengendalikan resiko. Dengan
tidak mengenali terdapatnya suatu kebahayaan, tidak mungkin bisa
mengidentifikasi risiko, hingga kemudian usaha mencegah serta
mengendalikan resiko tidak bisa dilakukan (Ramli, dalam Alfitri).
18
4. Penilaian Risiko
Analisis risiko (Risk Analysis) serta evaluasi risiko 2 langkah
dalam tahap menilai resiko: langkah ini penting dalam menetapkan
berbagai tahapan serta strategi mengendalikan resiko. Analisa resiko
melibatkan penentuan tingkat resiko yang tidak lain ialah gabungan dari
peluang dialaminya suatu peristiwa serta tingkat parahnya resiko yang
telah dialami. Evaluasi resiko melibatkan penilaian apakah suatu resiko
bisa diterima, dengan membandingkan dengan standarisasi yang
diberlakukan ataupun dengan kapabilitas organisasi untuk menangani
resiko tersebut. (Ramli, dalam alfitri).15
a. Teknik analisa risiko
Analisis risiko melibatkan penentuan tingkat risiko sebagaimana
tercermin dalam kemungkinan dan tingkat keparahannya. Beragam
teknik yang bisa diaplikasikan guna menganalisis resiko, yaitu
kualitatif, semi kualitatif dan kuantitatif.
1) Teknik kualitatif
Metode ini memakai matriks risiko yang memberikan gambar
tingkatan probabilitas serta keterpurukan sebuah peristiwa yang
dinyatakan sebagai bentuk rentang dari resiko terendah hingga
risiko paling tinggi. Di lakukan selaku upaya pertama dalam
mendeteksi resiko sebuah operasi maupun sarana serta semata-
mata bisa dilangsungkan apabila data yang lengkap tidak ada.
Menurut standar AS/NZS 4360 dalam Ramli, peluang
terjadinya sebuah peristiwa diberikan rantang diantara sebuah
resiko yang jarang dialami hingga resiko yang bisa dialami
kapanpun. Adapun tingkat keparahan maupun konsekuensi
peringkatnya diantara peringkat yang tidak menyebabkan cedera
ringan maupun risiko kerugian serta terparah apabila bisa
menyebabkan peristiwa fatal maupun kerusakan besar atau
signifikan.14
20
b) Pendekatan administratif
Pengendalian dilakukan dengan memberikan tanda-tanda
keselamatan, prosedur keselamatan, inspeksi peralatan, dan
lain-lain.
c) Pendekatan manusia (human control)
Melakukan sosialisasi dan pelatihan terhadap karyawan
tentang cara kerja yang aman, budaya keselamatan dan
prosedur keselamatan.
2) Menekan Konsekuensi
Sebuah resiko mungkin saja bisa ditiadakan sepenuhnya
akibat dari adanya pertimbangan teknis, ekonomis maupun operasi.
Sejumlah pendekatan bisa dilangsungkan guna meminimalisir
konsekuensi diantaranya ialah :
a) Tanggap darurat. Apabila perusahaan mempunyai sistem
tanggap darurat yang baik serta terencana dengan demikian
keparahan sebuah peristiwa bisa diminimalisir. Demikian pula
dengan cidera, apabila diberikan pertolongan pertama secara
cepat dan tepat, peluang terjadinya keterpurukan kondisi cidera
bisa dihindari serta korban masih bisa tertolong
b) Ketersediaan alat pelindung diri. Pemakaian APD tidak
semata-mata mengantisipasi kecelakaan Namun pula
meminimalisir efek negatif ataupun konsekuensi dari sebuah
peristiwa.
c) Sistem pelindung. Melalui pemasangan sistem pelindung,
dampak peristiwa bisa diminimalisir. Contohnya melalui
pemasangan tanggul di sekitar tangki, apabila terdapat
kebocoran maupun tumpahan, dengan demikian cairan tidak
akan meluas penyebarannya ke daerah di sekelilingnya
kemudian pengaruh dari peristiwa tersebut bisa diminimalisir.
24
B. Kerangka Pikir
Guna mendekatkan persoalan yang hendak dianalisa dalam problematika
penelitian, dengan demikian mesti dirancang kerangka teoritis selaku hal yang
mendasari pemikiran Dalam penelitian ini, kerangka yang dimaksudkan akan
semakin memberikan arah bagi peneliti guna mencapai data serta informasi
pada penelitian dan melakukan pemecahan permasalahan yang sudah
dijelaskan sebelumnya, kerangka teoritis Dalam penelitian ini bisa dijelaskan
dalam bagan di bawah ini.
Identifikasi
Bahaya
Kegiatan
Bongkar Muat HIRARC Penilaian
Peti Kemas
Risiko Risk Rating
Pengendalian
Risiko
tinggi, resiko menengah, serta resiko rendah secara deskriptif pada tiap proses
kerja di aktivitas bongkar muat petikemas, kemudian berikutnya merancang
pengendalian risiko dari hasil penilaian risiko setiap tahap. Hasil dari penelitian
ini kemudian harapannya bisa menjadi informasi untuk para pekerja khususnya
pada PT Pelindo (Persero) Cabang Pantoloan dan masyarakat, bahwa
meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) serta kinerja lingkungan
bagi semua karyawan atau berbagai pihak terkait pada saat terdapat di
perusahaan ataupun wilayah kerja yang lain adalah bersifat wajib dan sangat
perlu untuk selalu diperhatikan, mengingat bahwa risiko akibat kecelakaan
kerja sangat berpotensi untuk terjadi serta dapat berakibat fatal.
C. Kerangka Konsep
Dalam penelitian ini peneliti menggambarkan alur kerangka konsep analisi
potensi bahaya risiko kecelakaan kerja kegiatan bongkar muat peti kemas pada
pekerja di PT pelabuhan Indonesia (persero) cabang pantoloan kota palu.
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan Desain penelitian
ini sifatnya deskriptif observasional yang merujuk pada standarisasi
manajemen resiko AS/NZS 4360:2004, melalui pengidentifikasian potensi
bahaya serta pemberian nilai resiko keselamatan dan kesehatan kerja yang
kemudian dilanjut dengan pembuatan pengendalian resiko. Pemakaian metode
penelitian memiliki tujuan guna bisa mendapatkan ilustrasi yang dalam terkait
identifikasi potensi bahaya serta melakukan penilaian terhadap risiko
kecelakaan kerja Melalui penggunaan metode HIRARC dalam aktivitas
bongkar muat peti kemas di PT Pelabuhan Indonesia (Persero) Cabang
Pantoloan Kota Palu Sulawesi Tengah.14
Potensi Risiko Kecelakaan Kerja Tenaga Kerja Bongkar Muat Peti Kemas.
Definisi : Aktivitas bongkar muat memiliki berbagai potensi yang
dapat menyebabkan beberapa tenaga kerja kegiatan
bongkar muat peti kemas mengalami kecelakaan pada
saat kegiatan kerja dilapangan.
Alat ukur : Teknik wawancara
Cara ukur : Wawancara (lembar observasi HIRARC)
Hasil ukur : Low 1-4
Moderate 5-12
High 12-16
Extreme >16
F. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian, untuk mengidentifikasi bahaya, penilaian risiko dan
pengendalian risiko menggunakan instrumen lembar observasi HIRARC.
Kamera untuk memotret kegiatan kerja, kalkulator, tabel atau matriks penilaian
33
2. Jenis Data
a. Data Primer adalah data yang diambil dengan cara melakukan
pengamatan langsung terhadap pekerja, lingkungan kerja dan
peralatan kerja yang digunakan, serta dengan membuat profil dan
merekam ulang setiap langkah proses yang dilakukan dalam operasi
penanganan peti kemas.
b. Data Sekunder. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang
meliputicompany profile, SOP (Standar Operasional Prosedur) dan
instruksi kerja suatu perusahaan, serta mempelajari dan menelaah
berbagai literatur yang ada untuk mendukung dan melengkapi
penulisan penelitian ini.
H. Analisis Data
Metode yang digunakan untuk menganalisis data pada penelitian ini
adalah statistik deskriptif. Dengan metode ini data yang terkumpul dianalisis
dengan cara pendeskripsian dan penggambaran. Selanjutnya data tersebut
dilakukan identifikasi serta diberi penilaian risiko. Analisis data diawali dengan
melakukan perhitungannilai resiko yang didapat dari operasi perkalian antara
peluang kemungkinan peristiwa terjadi serta konsekuensi hingga kemudian
didapat Riska rating. Terdapat empat kategori diantaranya ialah resiko ekstrem,
resiko tinggi, resiko menengah serta resiko rendah secara deskriptif pada setiap
proses kerja kegiatan bongkar muat peti kemas.Setelah penilaian risiko
dilakukan kemudian membuat pengendalian risiko dari hasil penilaian tersebut.
Data yang dianalisis lalu disajikan dalam bentuk tabel.
Dalam menentukan penilaian bahaya dan risiko, penelitian ini
menggunakan analisi kualitatif berdasarkan standar AS/NZS 4360: 2004.
Rumus: Risk Rating = Likelihood x Consequences
Mulai
Studi Lapangan
Tujuan Penelitian
Pengumpulan Data
Populasi
Tenaga kerja bongkar muat peti kemas PT. Pelindo
Informant consent
Menjelaskan dan memberikan informasi
Variabel
Analisis potensi bahaya risiko kecelakaan kerja
kegiatan bongkar muat peti kemas pada pekerja
B. Hasil Penelitian
Kegiatan bongkar muat peti kemas memiliki jam kerja yang tidak
menentu. Biasanya kapal paling banyak masuk tiga kali dalam seminggu.
Dalam satu kali kegiatan bongkar ataupun muat membutuhkan waktu 8
hingga 24 jam tergantung pada jumlah peti kemas yang masuk dan keluar.
Terdapat 4shift kerja pada satu kali kegiatan bongkar ataupun muat.
Pembagian dalam satu kali shift kerja yaitu 8 jam.
1. Kareteristik Informan
Dalam penelitian ini untuk menentukan kareteristik informan
peneliti menggunakan beberapa kriteria tertentu seperti tenaga kerja
bongkar muat peti kemas PT Pelindo Cabang Pantoloan dengan lama
bekerja dalam kurun waktu >10 tahun, kemudian tenaga kerja bongkar
muat peti kemas yang berusia 30-65 tahun serta informan kunci
pelayanan pekerja peti kemas dermaga 2 gate 1.
Dari kriteria diatas maka diperoleh sebanyak 5 orang yang
termasuk dalam kareteristik responden penelitian, dengan demikian
peneliti bisa mendapatkan infomasi mengenai potensi bahaya risiko
kecelakaan kerja pada PT Pelabuhan Indonesia (Persero) Cab
Pantoloan tahun 2022, adapun informan tersebut sebagai berikut :
Tabel 4.1 Informan Penelitian
begitu yah untuk keamanan sendiri dari pihak perusahaan juga pt pelindo
ini selalu menerapkan emm untuk mematuhi peraturan dimana kita setiap
shift sebelum pergantian shift misal disini kan kita ada empat shif A,B,C
dan D jadi kalau misalnya masuk sejam atau 30 menit lah paling
lambatnya sebelum masuk pergantian shift B mereka sudah ada namnya
breafing ini untuk selalu menerapkan yang namanya safety, selalu
menggunakan APD (alat pelindung diri) kita tidak izinkan mereka masuk
kalau mereka tidak menggunakan APD (alat pelindung diri) lengkap dan
didalam breafing ini selalu kita tekankan para tenaga kerja TKBM
(tenaga kerja bongkar muat) ini untuk selalu menjaga yang namanya ini
kepatuhan menggunakan APD selalu kita tingkatkan dan untuk selalu
mengingkatkan mereka baik itu sosialisasi setiap paginya. Jadi seperti itu
kira-kira sebelum mereka masuk kelapangan untuk bekerja tetap selalu
untuk mengusahakan keamanan dalam bekerja”
terlalu berisiko kalau tidak hati-hati disini karna memang kita juga punya
tanggung jawab jadi pekerja disini yah seperti begitu”
rentan untuk terjadinya kecelakaan baik yang kecil maupun yang besar
yaa jadi ini sangat penting untuk ee, selalu menggunakan APD mereka itu
harus patuh pada peraturan karna memang kita diperusahaan
menetapkan dan itu wajib, wajib harus dipatuhi seperti misal kalau
sebelum mereka kelapangan kita tidak memberikan izin kepada mereka
untuk masuk diwilayah kerja sebelum mereka pakai APD lengkap itu lah
kami selalu mengadakan namanya breafing selalu memastikan mereka
sebelum masuk kewilayah kerja bahwa mereka sudah menggunakan APD
walaupun ketika dilapangan kita tidak selalu mengawsi tiap jam kerja
mereka apakah mereka selalu menggunakan APD atau tidak tapi sebisa
mungkin kami memastikan kalau mereka harus mengutamakan keamanan
mereka dengan selalu menggunakan APD lah seperti itu kira-kira”
masuk kerja untuk pematuhan APD (alat pelindung diri) sebelum masuk
diarea pekerjaan, harus menggunkaan APD (alat pelindung diri) seperti
Helm, rompi dan sepatu walaupun sepatunya bukan sepatu safety tapi
setidaknya mereka harus menggunakan sepatu kan seperti itu kiira-kira
dan itu kami lakukan setip hari setiap masuk pergantian shift kerja juga
begitu”
pengawas lapangan selalu dipantau untuk pakai APD tiap masuk jam
kerja biasa breafing dulu kalau hari-hari tertentu sering ada sosialisasi
tentang APD juga diperusahan sebelum bekerja, dari pihak perusahaan
juga kalau ada yang tidak patuh biasanya dikasi teguran bahkan kena
sanksi oleh pihak perusahaan”.
dilihat mulai dari pengamatan awal peneliti saat dilapangan dan melihat
langsung Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) serta mereka dibantu oleh
Alat Berat Bongkar Muat (ABM), bahwa kecelakaan bisa saja terjadi dan
kapan pun itu tanpa diduga-duga.
5. Apa yang dilakukan oleh pihak perusahaan ketika ada tenaga kerja yang
mengalami kecelakaan pada saat bekerja?
Informan 1 pun menyatakan dengan hal bahwa ketika ada
kecelakaan kerja yang terjadi pihak perusahaan langsung menanganai
dengan lanjut :
”iya kalau misalnya ada kecelakaan kerja terjadi yah kami memang pihak
perusahaan belum menyediakan tempat pengeobatan khusus diarea
perusahaan biasa disebut kayak seperti rumah sakit perusahaan begitu,
tapi ketika ada tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja kami dari
pihak perusahaan langsung menindak lanjuti terutama, harus melapor
53
Hal lain juga diungkapkan oleh informan 3 dan 4 bahwa dan ini langsung
peneliti menjelaskan secara bersamaan kenapa? Iya karna pendapat dari
informan 3 dan 4 itu hal yang yang serupa :
“iya kalau ada tenaga kerja yang mengalami kecelakaan biasa terjadi
kalau untuk kecelakaan biasa saja seperti luka gores, tepelset dan memar
biasanya langsung istirahat seperti biasa saja tidak harus butuh
penanganan medis lebih lanjut, tapi ee kalau kecelakaan kerja yang
terjadi berakibat fatal iya langsung dievakuasi kerumah sakit terdekat
supaya iya juga untuk langsung dapat perawatan medislah dengan cepat,
iya kurang lebih seperti itu”
puskesmas, biasa disana baru ditau kalau memang cukup parah dibawah
lanjut ke RS yang terdekat lah, begitu kalau yang saya tau selama saya
bekerja disini”
Tabel 4.2 Potensi Bahaya Risiko Kecelakaan Kerja Kegiatan Proses Bongkar Muat Peti Kemas
di PT Pelabuhan Indonesia Cabang Pantoloan
Tabel 4.3 Potensi Bahaya Risiko Kecelakaan Kerja Kegiatan Proses Muat Peti Kemas di PT
Pelabuhan Indonesia Cabang Pantoloan
17%
33%
19%
31%
E. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapat mengidentifikasi dua
tema dan beberapa proses dari kegiatan bongkar muat terkait dengan
potensi terjadinya sumber bahaya dan risiko kecelakaan kerja pada
kegiatan bongkar muat peti kemas,yaitu :
1. Sumber Bahaya Pada Proses bongkar muat peti kemas terdiri dari
empat kegiatan:
a. Pembukaan Palka Kapal
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan oleh
peneliti kepada informan 5. Pada proses ini tenaga kerja yang ada
disekitar pelabuhan bersiap dengan datangnya kapal yang masuk
dan akan berlabuh di Pelabuhan Pantoloan. Para tenaga kerja sudah
siap di dermaga untuk membuka palka penutup kapal, selanjutnya
saat dianggap sudah memungkinkan maka operator crane akan
bersiap untuk menggerakan alat dengan empat sisi sling palka siap
untuk dikaitkan dengan slot dan dingakat untuk proses dipindahkan
kedermaga dengan menggunakan alat berat, dan tenaga kerja yang
lain akan mengarahkan operator untuk meletakan peti yang siap
diturunkan keatas truk yang sudah stay menunggu didermaga.
Potensi terjadinya kecelakaan kerja pada proses pembukaan
palka kapal ini dapat teridentifikasi dari beberapa aktivitas yaitu
pada saat tenaga kerja akan menaiki tangga kapal menuju palka
kapal dimana kemungkinan terjadinya potensi bahaya seperti
terpeleset/terjatuh karena tangga yang curam atau medan yang licin
sehingga dapat mengakibatkan memar pada kaki atau anggota badan
yang lainnya.
Selain itu aktivitas yang dapat berpotensi bahaya dan
kecelakaan kerja pada proses pembukaan palka kapal yaitu tenaga
kerja yang berada dilapangan, aktivitas ini sangat besar potensinya
untuk para tenaga kerja untuk terkena paparan sinar matahari secara
langsung, dimana hal tersebut dapat mengakibatkan kelelahan pada
saat bekerja bahkan mengakibatkan dehidrasi bagi pekerja.
62
high risk. Risiko kecelakaan kerja yang termasuk high risk yaitu
terjatuh saat menaiki lift dan tertimpa alat CC saat pengoperasian
CC. Risiko kecelakaan terjatuh yang dapat disebabkan putusnya
sling pada lift, disarankan dilakukan load test dan pengecekan
kondisi lift secara berkala.
Setelah dilakukan penilaian risiko didapatkan hasil High Risk
(Risiko Tinggi). Berdasarkan penilaian tersebut maka dapat
direkomendasikan dengan meminimalisir terjadi kecelakaan yakni
seperti para tenaga kerja disarankan istirahat yang cukup sehingga
operator tidak mudah mengantuk pada saat kegiatan bekerja, dan
pekerja disaranakan peregangan dan mengatur posisi duduk yang
lebih nyaman saat bekerja.
c. Cargodoring
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan oleh
peneliti kepada informan 4. Proses Cargodoring merupakan
kegiatan melepas peti kemas dari slot sling, truk yang telah
membawa peti kemas kelapangan penumpukan countainer terdapat
beberapa tenaga kerja yang sudah siap untuk mengatur proses
selama kegiatan cargodoring dilapangan ada yang bertugas
mencatat nomor countainer yang masuk serta operator alat berat
yang bertugas untuk proses memindahkan countainer yang berada
diatas truk kelapangan penumpukan. Operator alat berat mobil
crane mengangkat peti pertama dari atas truk kelepangan
penumpukkan begitu seterusnya hingga selesai.
Pada proses ini diidentifikasi dapat terjadi beberapa potensi
bahaya diantaranya, Cargodoring tallyman countainer yang
melakukan pencatatan/pelaporan, pada aktivitas ini berpotensi
bahaya terkena paparan sinar matahari langsung yang dapat
mengakibatkan kelelahan kerja serta dehidrasi pada pekerja.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Saragih,dkk dalam Alfitri Jannati,19 Pada proses Cargodoring
terdapat bahaya dominan berupa posisi tubuh membungkuk dan
65
2. Sumber Bahaya Pada Proses muat peti kemas terdiri dari empat
kegiatan:
a. Receiving
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan oleh
peneliti kepada informan 4. Tahap Receving/delivery ini merupakan
proses penerimaan truk yang datang membawa peti kemas yang siap
dikirim melalui kapal yang berlabuh di PT Pelabuhan Indonesia
Cabang Pantoloan, dan penerimaan peti kemas akan dicatat oleh
seorang tenaga kerja Tallyman, operator dan mobil crane bersiap
67
untuk mengambil peti kemas satu persatu yang berada di atas truk
dengan menggunakan alat berat yang dioperasikan oleh operator
yang kemudian akan dipindahkan ke lapangan penumpukan peti
kemas begitu seterusnya hingga proses selesai.
Pada proses ini teridentifikasi beberapa aktivitas yang
berpotensi menimbulkan bahaya risiko yang dapat terjadi
diantaranya, Receiving Supir mengendarai truk countainer menuju
countainer yard. Pada proses tersebut berpotensi terjadi tabrakan
yang diakibatkan oleh kelalaian supir sehingga dapat
mengakibatkan kecelakaan bahkan hingga menyebabkan pekerja
meninggal dunia.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Windy Pranita
Sari dkk,21 definisi kecelakaan dapat disimpulkan bahwa kecelakaan
merupakan suatu pristiwa pada lalu lintas jalan yang tidak diduga
dan tidak diinginkan yang sulit diprediksi kapan dan dimana
terjadinya, sedikitnya melibatkan satu kendaraan dengan atau tanpa
pengguna jalan lain yang menyebabkan cedera, trauma, kecacatan,
kematian dan/atau kerugian harta benda pada pemiliknya (korban).
Didapatkan hasil ada pengemudi truk yang mengalami kejadian
kecelakaan kerja yang dipengaruhi oleh kondisi pengemudi truk
sendiri seperti mengantuk dan terburu-buru, dan ada yang
dipengaruh oleh kondisi pengemudi kendaraan lain yang ceroboh.
Setelah dilakukan penilaian risiko didapatkan hasil High Risk
(Risiko Tinggi) Hal ini dapat direkomendasikan dengan pekerja
lebih diharuskan untuk berhati-hati saat bekerja, dan tenaga kerja
juga harus mempunyai waktu istirahat yang cukup sehingga tidak
mudah mengalami kantuk saat mengemudi.
b. Cargodoring
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan oleh
peneliti kepada informan 4. Proses cargodoring yaitu peti akan
dimuat ke kapal, peti kemas yang datang dari lapangan penumpukan
dicatat oleh seorang tenaga kerja yang bertugas (Tallyman),
68
F. Keterbatasasan penelitian
1. Penelitian ini memiliki keterbatasan sebagai berikut :
a. Pada penelitian peti kemas di Pantoloan, peneliti melakukan
observasi dan wawancara pada proses bongkar dan muat peti
kemas pada pekerjaan dibagian, Stevedoring, Cargodoring dan
Receiving/Delivery. Proses observasi yang dilakukan hanya dengan
pengamatan terhadap setiap tahapan yang ada pada proses
pekerjaan di peti kemas. Identifikasi dan analisis dilakukan pada
proses pekerjaan di area peti kemas ini sangat terbatas untuk
menilai risiko kecelakaan kerja yang ada, hal ini dikarenakan
keterbatasan waktu peneliti.
b. Peneliti tidak dapat menampilkan gambar atau dokumentasi proses
kerja secara keseluruhan karena area tempat penelitian yang
memiliki temperature yang sangat ekstrime dan tidak
memungkinkan peneliti untuk mengambil seluruh dokumentasi
gambar mengenai rangkaian proses kerja bongkar dan muat peti
kemas di Pelabuhan Pantoloan.
2. Solusi keterbatasan untuk peneliti selanjutnya :
a. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya yang berorientasi pada
masalah yang sama terhadap penelitian mengenai potensi bahaya
risiko kecelakaan kerja diarea peti kemas di PT Pelindo (Persero)
Cabang Pantoloan dapat lebih meluangkan waktu penelitian
sehingga proses observasi yang dilakukan serta identifikasi dan
analisis pada proses pekerjaan diarea peti kemas dapat lebih
terperinci dengan baik dan lebih detail pada setiap bagian
prosesnya, yang didukung dengan waktu dan kesempatan
penelitian dari pihak perusahaan.
b. Peneliti selanjutnya diharapkan mampu untuk lebih berkordinasi
dengan tenaga kerja yang ada pada setiap rangkaian proses kerja
bongkar muat peti kemas di pelabuhan pantoloan agar sekiranya
tenaga kerja yang ada dilapangan dapat membantu peneliti dalam
proses pengambilan gambar dan dokumentasi, mengingat jika
72
DAFTAR PUSTAKA
6. Meylani. Daftar Pustaka Daftar Pustaka. Pemikir Islam di Malaysia Sej dan
Aliran [Internet]. 2016;20(5):40–3. Tersedia pada:
https://books.google.co.id/books?
id=D9_YDwAAQBAJ&pg=PA369&lpg=PA369&dq=Prawirohardjo,
+Sarwono.+2010.+Buku+Acuan+Nasional+Pelayanan+Kesehatan+
+Maternal+dan+Neonatal.+Jakarta+:
+PT+Bina+Pustaka+Sarwono+Prawirohardjo.&source=bl&ots=riWNmMF
yEq&sig=ACfU3U0HyN3I
15. Drs. Irzal MK. Buku Dasar – Dasar Kesehatan & Keselamatan Kerja.
Kesehatan Masyarakat. 2016.
16. Ulber S. PT. Refika Aditama. Metod Penelit Sos Bandung. 2009;
19. Alfitri J. Analisis potensi bahaya risiko kegiatan bongkar muat peti kemas
pada pekerja di Pelabuhan PT. Pelindo 1 (Persero) Cabang Dumai Tahun
2019. [Skripsi]. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatra Utara, 2019. Avalible from:
http//:repositori.usu.ac.id/handle/123456789/24808
20. Saragih, W. L., Mahyuni, E L., & Lubis, A M. (2015). Penilaian risiko
kecelakaan kerja pada tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Teluk
Nibung Tanjung Balai Asahan Tahun 2015. Media Neliti, 1-6.
https://media.neliti.com/media/publications/14589-ID-penilaian-risiko-
kecelakaan-kerja-pada-tenaga-kerja-bongkar-muat-di-pelabuhan-te.pdf.
22. Nugraha, Hadi, dkk 2018. Perancangan Meja dan Kursi fisiologiss pada
Stasiun Finishing Menggnakan Metode Postural Loading On The Upper
Body Assesment (LUBA) (Studi Kasus : Home Industri Keramik dan Guci
HJ. OMA)Volume 4, No. 2, Tahun 2018
23. Hunas Sardjito, 2019. Hindari Terpeleset Tersandung dan Terjatuh Pada
Saat Bekerja- RSUP Dr. Sardjito., https://sardjito.co.id/2019/02/11/hindari-
terpeleset-tersandung-dan-terjatuh-pada-saat-bekerja/