Penelitian kualitatif melakukan penelitian pada latar alamiah atau pada konteks
dari suatu keutuhan (entity). Hal ini dilakukan, menurut Lincoln dan Guba (1985:39),
karena ontologi alamiah menghendaki adanya kenyataan-kenyataan sebagai
keutuhan yang tidak dapat dipahami jika dipisahkan dari konteksnya. Menurut
mereka hal tersebut didasarkan atas beberapa asumsi:
(1) tindakan pengamatan mempengaruhi apa yang dilihat, karena itu hubungan
penelitian harus mengambil tempat pada keutuhan-dalam-konteks untuk
keperluan pemahaman;
(2) konteks sangat menentukan dalam menetapkan apakah suatu penemuan
mempunyai arti bagi konteks lainnya, yang berarti bahwa suatu fenomena
harus diteliti dalam keseluruhan pengaruh lapangan; dan
(3) sebagian struktur nilai kontekstual bersifat determinatif terhadap apa yang
akan dicari.
Uraian tersebut di atas membawa peneliti untuk memasuki dan melibatkan sebagian
waktunya apakah di sekolah, keluarga, tetangga, dan lokasi lainnya untuk meneliti
masalah pendidikan atau sosiologi.
Contoh lainnya, suatu penelitian yang dilakukan Ogbu (dalam Bogdan dan Biklen,
1982:27) diselesaikan dalam 21 bulan dengan jalan mengadakan pengamatan dan
wawancara terhadap guru, siswa, kepala sekolah, keluarga, dan anggota dewan
sekolah (school board).
Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-
angka. Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua
yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.
Penelitian kualitatif lebih banyak mementingkan segi proses daripada hasil. Hal
ini disebabkan oleh hubungan bagianbagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas
apabila diamati dalam proses. Bogdan dan Biklen (1982:29) memberikan contoh
seorang peneliti yang menelaah sikap guru terhadap jenis siswa tertentu. Peneliti
mengamatinya dalam hubungan kegiatan sehari-hari, kemudian menjelaskan tentang
sikap yang diteliti. Dengan kata lain, peranan proses dalam penelitian kualitatif besar
sekali.