LATAR BELAKANG
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg dimana dilakukan dua kali
pemeriksaan dengan jeda waktu lima menit dalam keadaan istirahat. Hipertensi
merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan kesakitan yang tinggi. Hipertensi
adalah gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan
nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat hingga ke jaringan tubuh yang
membutuhkannya (Ernitasari, et al., 2009).
Menurut American Heart Association (AHA), penduduk Amerika berusia
diatas 20 tahun menderita hipertensi sebanyak 74,5 juta jiwa dengan hampir 90- 95%
tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi seringkali diberi gelar The Silent Killer
karena hipertensi merupakan pembunuh tersembunyi yang prevalensinya termasuk
sangat tinggi dan cenderung dapat meningkat di masa yang akan datang, serta karena
tingkat keganasannya yang tinggi yaitu berupa kecacatan permanen dan kematian
mendadak.1 Di Indonesia, prevalensi hipertensi terus meningkat dari tahun ke tahun.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menyimpulkan bahwa prevalensi hipertensi
pada tahun 2018 sebesar 34,1% dibandingkan dengan tahun 2013 yaitu sebesar
25,8% (Rikesdas, 2020).
Terdapat faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko hipertensi antara lain
karakterisitik individu (usia, jenis kelamin, riwayat penyakit hipertensi), pola makan
(kebiasaan konsumsi lemak, natrium dan kalium), serta gaya hidup (kebiasaan
merokok, konsumsi alkohol, stress, konsumsi kopi, dan juga aktivitas fisik). Oleh
karena itu, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah hipertensi antara
lain dengan melakukan pengaturan pola makan seperti diet rendah garam, pengaturan
obesitas, dan modifikasi gaya hidup. Perubahan gaya hidup juga dapat berkaitan erat
dengan pengetahuan masing-masing individu untuk mencegah terjadinya hipertensi
(Widianto, et al., 2018).
Pola makan yaitu menu makanan yang dimakan sehari-hari. Pola makan yang
sehat tercermin pada pemilihan menu makanan/ menu diet yang seimbang. Pola
makan yang sehat yaitu yang mengandung gizi seimbang, beragam, variatif, dan
proporsional. Faktor pola makan salah satunya dapat dilihat dari tingkat konsumsi
natrium yang berlebihan. Konsumsi makanan yang mengandung garam (natrium)
dapat menyebabkan peningkatan natrium dalam darah dan untuk menormalkannya
kembali cairan intraseluler harus ditarik keluar sehingga volume cairan ekstraseluler
meningkat, hal ini menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak
pada timbulnya hipertensi (Cahyani, et al., 2019). Berdasarkan uraian berikut,
dilakukanlah penelitian ini dengan tujuan mengetahui hubungan antara gaya hidup
dan pola makan dengan kejadian hipertensi, berdasarkan penelitian – penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya.
METODE
Penelitian ini adalah penelitian literature review. Bertujuan untuk
menganalisis hubungan antara pola makan dengan hipertensi. Dalam penelitian ini
penulis memilih artikel penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional dan case
control yang mencari hubungan pola makan sebagai variabel bebas terhadap
hipertensi sebagai variabel terikat. Penulis menggunakan database Google Scholar
sebagai sumber pencarian yang terkait dalam penelitian. Dalam melakukan pencarian
sumber tersebut penulis menggunakan kata kunci dalam Bahasa Indonesia, yaitu :
hubungan, pola makan, hipertensi dan pola hidup.
Penelitian ini memiliki kata kunci yang sangat luas, oleh sebab itu penulis
menggunakan boolean “AND” dalam mempersempit hasil pencarian untuk
mendapatkan artikel yang spesifik, sesuai dan relevan. Boolean “OR” tidak
digunakan oleh penulis karena memperluas hasil pencarian. Pencarian artikel
menggunakan database Google Scholar dengan kata kunci hubungan, pola makan,
hipertensi, pola hidup pada rentang tahun 2015 – 2022 menghasilkan artikel sebanyak
3.950 buah. Selanjutnya dilakukan screening dengan membaca abstrak dan
mencocokannya dengan kriteria inklusi dan eksklusi sehingga didapatkan 105 artikel.
Tahap selanjutnya adalah membaca artikel secara keseluruhan sehingga dikeluarkan
55 artikel karena membahas faktor risiko hipertensi secara umum, dan 50 artikel
lainnya lolos untuk masuk ke dalam analisis. Kriteria inklusi dan eksklusi tersaji pada
Tabel 1.
Tabel 1. Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi
No Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi
1 Hasil penelitian berupa artikel Artikel penelitian berupa skripsi dan
penelitian primer dimana penulis thesis bukan dalam bentuk artikel yang
langsung melakukan penelitian dipublikasikan
2 Artikel penelitian membahas Artikel penelititan yang tidak
mengenai hubungan pola makan melakukan uji hubungan antara pola
dengan kejadian hipertensi makan dengan kejadian hipertensi
3 Artikel merupakan artikel full- Artikel yang digunakan berbayar
text yang gratis dan dapat
diakses
4 Artikel menggunakan bahasa Artikel penelitian menggunakan desain
Indonesia penelitian selain kuantitatif cross
sectional atau case control
5 Artikel dipublikasikan rentang
2015-2022 (7 tahun)
6 Artikel menggunakan metode
penelitian kuantitatif jenis cross
sectional atau case control yang
meneliti mengenai hubungan
antara variabel bebas dengan
variabel terikat
31 Shirley & Merryana, 2020 Desain Penelitian : Pengambilan sampel Obesitas dan tingkat stres
Obesitas Dan Tingkat Stres Cross Sectional dilakukan melalui simple berhubungan dengan
Berhubunga N Dengan Instrume random sampling method hipertensi. Semakin
Hipertensi Pada Orang dengan besar jumlah tinggi nilai IMT dan
Dewasa Di Kelurahan responden 76 orang tingkatan stres maka
Klampis Ngasem, Surabaya semakin tinggi tekanan
darah.
32 Laura & Imanuel, 2020 Desain Penelitian : mengambil responden Ada hubungan yang
Hubungan Pola Makan Cross Sectional sebanyak 40 orang yang signifikan dari jenis
Dengan Kejadian Instrumen memiliki kriteria yaitu makanan yaitu jenis
Hipertensi Pada Anggota anggota prolanis makanan yang dapat
Prolanis Di Wilayah Kerja mempengaruhi tekanan
darah sistolik dari
Puskesmas Parongpong
responden
33 Fanny & Imanuel, 2020 Desain Penelitian : Responden dalam Pada penelitian ini adalah
Hubungan Tingkat Stres Cross Sectional penelitian ini berjumlah terdapat hubungan yang
Dengan Kejadian Hipertensi Instrumen 40 orang yang aktif signifikan antara tingkat
Pada Anggota Prolanis Di dalam mengikuti kegiatan stress dengan kejadian
Wiayah Kerja Puskesmas prolanis hipertensi pada anggota
Parongpong Prolanis di Wilayah Kerja
Puskesmas Parongpong.
34 Afniwati, 2019 Desain Penelitian : Responden dalam Berdasarkan hasil yang
Hubungan Antara Pola Cross Sectional penelitian ini berjumlah diperoleh dalam
Makan Dan Kebiasaan Instrumen 41 responden (Lansia) di penelitian ini, maka
Berolahra Ga Dengan Puskesmas Kutalimbaru didapat kesimpulan ada
Tingkat Hipertensi Pada hubungan Pola makan
dengan tingkat hipertensi
Lansia Di Puskesmas
pada lansia di Puskesmas
Kutalimbaru Kutalimbaru
35 Kurnianingtyas et al., 2017
Desain Penelitian : Jumlah responden Hasil penelitian
Faktor Risiko kejadian Cross Sectional adalah 70 siswa menunjukkan sebanyak
hipertensi pada siswa Instrumen 12% (37 dari 308
sma di kota semarang siswa) di SMA Islam
Tahun 2016 Hidayatullah menderita
hipertensi.
36 Angesti et al., 2018 Desain Penelitian : Hasil penelitian
Riwayat Hipertensi Cross Sectional menunjukkan bahwa
Keluarga Sebagai Faktor Instrumen sebanyak 42,4% remaja
Dominan Hipertensi pada SMA Sejahtera 1
Remaja Kelas XI SMA Depok mengalami
Sejahtera 1 Depok Tahun hipertensi (≥95
2017. persentil). Terdapat
hubungan IMT/U dan
riwayat hipertensi
keluarga pada
hipertensi remajanya.
Faktor dominan yang
paling berhubungan
dengan hipertensi pada
remaja di SMA
Sejahtera 1 Depok
tahun 2017 adalah
riwayat hipertensi
keluarga.
37 Hamzah et al., 2020 Desain Penelitian : jumlah sampel Hasil penelitian
Analisis Hubungan Pola Cross Sectional sebanyak 31 menunjukkan terdapat
Makan Dengan Kejadian Instrumen responden. 61,3% responden yang
Hipertensi Pada Lansia menderita hipertensi,
67,7% responden yang
memiliki pola makan
kurang baik dan 32,3%
yang memiliki pola
makan yang baik. Hasil
uji statistik diperoleh
ada hubungan pola
makan dengan kejadian
hipertensi (p=0,014
lebih kecil 0,05).
38 Azmi et al., 2017 Desain Penelitian : sampel adalah 153 Hasil penelitian
Hubungan Kualitas Cross Sectional orang siswa kelas 2 menunjukkan kualitas
Tidur dengan Tekanan Instrumen SMA Negeri 10 tidur buruk sebanyak
Darah pada Pelajar Padang yang termasuk 106 orang (69,3%) dan
Kelas 2 SMA Negeri 10 kriteria inklusi dan baik sebanyak 47 orang
Padang. eklusi. (30,7%). Rata-rata
tekanan darah sistolik
dan diastolik subjek
adalah 114,28 mmHg
dan 73,13 mmHg.
39 Marlina et al., 2016 Desain Penelitian : jumlah sampel 353 Terdapat korelasi
Indeks Massa Tubuh dan Cross Sectional orang yang memenuhi positif antara IMT/U
Aktivitas Fisik dengan Instrumen kriteria inklusi dan dengan tekanan sistolik
Tekanan Darah pada eksklusi. (p=0,000; r=0,238) dan
Pelajar SMA. diastolik (p=0,010;
r=0,136) yaitu setiap
kenaikan 1 kg/m2
IMT/U akan diikuti
dengan kenaikan
tekanan sistolik dan
diastolik masing-
masing 2,339 mmHg
dan 0,979 mmHg.
40 Yusrizal et al., 2016 Desain Penelitian : Sebanyak 120 siswa Terdapat hubungan
Risk of Hypertension in Cross Sectional sebagai sampel antara status gizi
Overweight Adolescents Instrumen dengan kejadian
in Pangkalpinang hipertensi
41 Aprillia, Y. (2020). Desain Penelitian : Terdapat hubungan
aya Hidup dan Pola Cross Sectional antara gaya hidup dan
Makan Terhadap Instrumen diet dengan kejadian
Kejadian Hipertensi. hipertensi
42 Ginting et al., 2020 Desain Penelitian : Subjek dalam penelitian Hasil penelitian
Aktivitas Fisik, Konsumsi Cross Sectional ini adalah masyarakat menunjukkan bahwa
Makanan Asin dan Kejadian Instrumen Kelurahan Belawan II mayoritas subjek dalam
Hipertensi Masyarakat Pesisir yang berjumlah 90 orang. penelitian ini mengalami
Kota Medan hipertensi adalah usia
dewasa (25-59 tahun)
sebanyak 66 orang,
subjek penelitian yang
melakukan aktivitas fisik
sedang sebanyak 67
orang, konsumsi makanan
asin sering (≥1 kali
sehari) sebanyak 40
orang.
43 Kadir, S. (2019). Desain Penelitian : Sampel diperoleh Hasil penelitian
Pola Makan Dan Cross Sectional sebanyak 66 orang menunjukkan bahwa 24
Kejadian Hipertensi. Instrumen yang diambil responden (36,4%)
menggunakan teknik dengan pola makan
purposive sampling. buruk, 20 responden
(30,3%) mengalami
pre-hipertensi, 13
responden (19,7%)
mengalami hipertensi
tingkat I dan 7
responden (10,6%)
mengalami hipertensi
tingkat II. Terdapat
pengaruh pola makan
terhadap kejadian
hipertensi (p=0,000) di
wilayah kerja
Puskesmas Dungaliyo
Kabupaten Gorontalo.
44 Mahmudah et al., 2017 Desain Penelitian : Penelitian cross Hasil penelitian ini
Hubungan Gaya Hidup Cross Sectional sectional ini diikuti mendapatkan proporsi
Dan Pola Makan Instrumen oleh 74 responden lansia yang mengalami
Dengan dengan cara purposive hipertensi sebesar
Kejadian Hipertensi sampling. 26,4%. Analisis
Pada Lansia bivariat menggunakan
uji chi-square dan
analisis multivariat
dengan regresi logistic
ganda. Hasil analisis
bivariat menunjukkan
ada hubungan antara
aktivitas fisik (p=0,024
OR=3,596), asupan
lemak (p=0,008
OR=4,364), dan asupan
natrium (p=0,001
OR=6,103) dengan
kejadian hipertensi.
45 Mantuges, 2021 Desain Penelitian : Subjek penelitian 48 Sebanyak 64,6% subjek
Pola konsumsi makanan Cross Sectional pasien yang baru mengonsumsi makanan
tinggi natrium, status Instrumen didiagnosis hipertensi dan tinggi natrium dengan
gizi, dan tekanan darah diambil dengan teknik kategori asupan lebih,
purposive sampling. sebagian besar subjek
pada pasien hipertensi di
berstatus gizi lebih (58%)
Puskesmas Mantok, dan mengalami hipertensi
Kabupaten Banggai, grade II (67%). Analisis
Sulawesi Tengah. statistik menunjukkan
adanya hubungan antara
pola konsumsi makanan
tinggi natrium dengan
tekanan darah (p=0,033),
dan ada hubungan antara
status gizi dengan
tekanan darah (p=0,025).
46 Nurrahmani, M. (2019). Desain Penelitian : Jumlah respondennya Hasil penelitian
Pengaruh Progressive Cross Sectional adalah 30 orang menunjukkan bahwa
Muscle Relaxation Instrumen setelah dilakukan
(PMR) terhadap Progresive Muscle
Penurunan Tekanan Darah Relaxation Exercise
pada Lansia terjadi penurunan
Hipertensi di Panti tekanan darah sistolik
Sosial Tresna 28,7 mmHg dan
Wherda Palembang penurunan tekanan
darah diastolik 18
mmHg. Dan akhirnya
penelitian ini memiliki
kesimpulan bahwa
Progresive Muscle
Relaxation Exercise
dapat menurunkan
tekanan darah sistolik
dan diastolik dengan
pasti
hasilnya(p=0,000<α
=0,05)
47 Prihatini et al., 2016 Desain Penelitian : Anak usia 6-18 tahun Hasil analisis
Kontribusi Jenis Cross Sectional menunjukkan bahwa
Bahan Makanan Instrumen rata-rata asupan
terhadap Konsumsi natrium pada anak usia
Natrium pada Anak 6-18 tahun adalah 2609
Usia 6-18 Tahun di mg/hari, dimana
Indonesia. sebanyak 55,3 persen
mengkonsumsi lebih
dari 2000 mg/hari.
48 Siregar, 2020 Desain Penelitian : Subjek dalam penelitian Hasil penelitian
Aktivitas Fisik , Konsumsi Cross Sectional ini adalah masyarakat menunjukkan bahwa
Makanan Asin dan Instrumen Kelurahan Belawan II mayoritas subjek dalam
Kejadian Hipertensi yang berjumlah 90 orang penelitian ini mengalami
hipertensi adalah usia
Masyarakat
dewasa (25-59 tahun)
Pesisir Kota Medan sebanyak 66 orang,
subjek penelitian yang
melakukan aktivitas fisik
sedang sebanyak 67
orang, konsumsi makanan
asin sering (≥1 kali
sehari) sebanyak 40
orang.
49 Saputra dan anam, 2016 Desain Penelitian : Penelitianmenunjukkan
Gaya hidup sebagai Cross Sectional masyarakat pesisir pantai
faktor risiko hipertensi Instrumen memiliki gaya hidup
pada masyarakat pesisir mengkonsumsi Natrium
yang tinggi serta
pantai.
konsumsi ikan dan hewan
laut yang memiliki kadar
kolestrerol lebih
tinggi.Hal tersebut
menjadi faktor risiko
kejadian hipertensi di
daerah pesisir pantai.
50 Wahyuni et al., 2018 Desain Penelitian : Responden berjumlah Ada hubungan
Hubungan Pengetahuan, Cross Sectional 30 orang pengetahuan dan
Pola Makan Dan Jenis Instrumen kejadian hipertensi
Kelamin Terhadap dengan nilai p< 0.001,
Kejadian Hipertensi Di dan kejadian hipertensi
Kalurahan Sambung
Macan Sragen.
PEMBAHASAN
Hipertensi terkadang membuat penderita berbahaya karena hipertensi disebut
juga sillent killer yang artinya tidak menimbulkan keluhan dan tidak disadari oleh
penderita sehingga mudah untuk terjadinya komplikasi penyakit lainnya. Hipertensi
dapat menyerang siapa saja baik dari kelompok umur, sosial, dan ekonomi (Poniyah,
2018). Salah satu penyebab hipertensi yaitu gaya hidup dan pola makan masyarakat,
karena seiring berjalan nya waktu pengaruh globalisasi di semua bidang banyak
sekali perubahan dimulai dari gaya hidup, pola makan bahkan aktivitas fisik yang
berpengaruh terhadap meningkatnya penyakit tidak menular salah satunya yaitu
hipertensi (Roza, 2016). Penelitian yang dilakukan oleh Wijaya, I., Rama, N.K.K.,
dan Hardianto, H dilakukan pada penelitian cross sectional study dan menggunakan
simple random sampling dengan besar sampel 74 orang, 41 orang menderita
hipertensi dan 33 orang tidak menderita hipertensi. Judul penelitian nya yaitu
“Hubungan Gaya Hidup dan Pola Makan terhadap Kejadian Hipertensi diwilayah
Kerja Puskesmas Towata Kabupaten Takalar” hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa terdapat hubungan kebiasaan merokok, mengkonsumsi garam dapur dan
konsumsi makanan berlemak dengan kejadian hipertensi, sedangkan aktivitas fisik
tidak ada hubungan yang signifikan (Wijaya et al., 2020).
Penelitian yang dilakukan oleh Mahmudah, S., Taufik, M., Firlia, A.A., dan
Ibnu, M pada tahun 2015 yang berjudul “Hubungan Gaya Hidup Dan Pola Makan
Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Kelurahan Sawangan Baru Kota Depok
Tahun 2015” menyatakan bahwa adanya hubungan antara aktivitas fisik, konsumsi
lemak dan konsumsi natrium terhadap kejadian hipertensi (Mahmudah et al, 2015).
Penelitian yang dilakukan oleh Widianto, A.A., Romadhoni, F.M., Karita Dewi., dan
Purbowati, R.M tahun 2018 dengan judul “Hubungan Pola Makan Dan Gaya Hidup
Dengan Angka Kejadian Hipertensi Pralansia Dan Lansia Di Wilayah Kerja
Puskesmas I Kembaran” menyatakan bahwa terdapat hubungan pola makan dan gaya
hidup terhadap kejadian hipertensi. Pola makan yang tidak baik dapat menimbulkan
penyakit kardiovaskular yang salah satu nya adalah hipertensi (Widianto, A et al.,
2018).
Dari hasil penelitian yang pertama Kebiasaan merokok merupakan salah satu
faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi, karena rokok
mengandung zat nikotin dan karbonmonoksida yang ketika dihisap zat tersebut
masuk ke aliran darah dan dapat merusak pembuluh darah yang dapat menyebabkan
aterosklerosis sehingga pembuluh darah menjadi menyempit dan menyebabkan
tekanan dalam arteri meningkat. Zat lainnya yang terdapat dalam rokok yaitu karbon
monoksida. Karbon monoksida yang ada di rokok jika terhisap maka akan mengalir
ke darah dan menggantikan ikatan oksigen, sehingga jantung bekerja menjadi lebih
keras lagi karena kebutuhan oksigen yang kurang. Hal ini mengakibatkan tingginya
tekanan darah dalam tubuh (Furqani, et al., 2020). Hipertensi merupakan salah satu
penyakit yang tidak menular dan bersifat kronis, akan tetapi hipertensi bisa dicegah
dengan pengaturan diet yang sesuai yaitu dengan cara mempertahankan berat badan
ideal, menjaga pola makan (tidak mengkonsumsi lemak dan garam berlebihan) dan
gaya hidup seperti tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol, aktivitas fisik
(olahraga) dengan rutin, mengatasi stress, dan memeriksakan tekanan darah rutin.
Yang dimaksud dengan diet pada hipertensi yaitu mengatur pola makan dengan
mengurangi kadar natrium, mengurangi konsumsi lemak dan memperbanyak
konsumsi buah – buah, sayuran, biji – bijian dan makanan dengan kandungan
kalsium, magnesium dan kalium yang tinggi. Dalam mengatur berat badan dapat
dilakukan dengan cara melakukan gaya hidup dan pola makan yang baik seperti
aktivitas fisik yang rutin dan membatasi asupan kalori. Disarankan agar pasien
meminimalisir penggunaan bumbu penyedap makanan setiap kali memasak dan
makanan yang sering dihangatkan. Bumbu penyedap masakan memiliki kandungan
bahan kimia yang tidak baik untuk kesehatan sedangkan makanan yang dihangatkan
terlalu sering dapat meningkatkan kadar kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL)
dalam darah sehingga dapat menyebabkan plak yang akan membuat pembuluh darah
tersumbat dan peredaran darah tidak lancar (Sunarti et al., 2015). Saat seseorang
mengalami stress, sekresi katekolamin yang disintesis oleh medulla adrenal akan
meningkat sehingga angiotensin, renin dan aldosteron pun ikut meningkat. Saraf
simpatis akan ikut teraktivasi sehingga terjadi pelepasan hormon norepinefrin ke
pembuluh darah. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan curah jantung dan total
peripheral resistance (TPR), jika terjadi secara berkepanjangan maka akan terjadi
hipertrofi pada jantung dan pembuluh darah sehingga tekanan darah meningkat
(Gunawan dan Adriani, 2020).
Dari beberapa penelitian yang sudah dipaparkan diatas, hasil penelitian dari
Wijaya pada tahun 2020 menyebutkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara aktivitas fisik terhadap kejadian hipertensi akan tetapi penelitian ini bertolak
belakang dengan penelitian mahmudah, 2015. Selain pola makan aktivitas fisik juga
merupakan salah satu cara penatalaksanaan dalam penyakit hipertensi. Olahraga yang
disarankan yaitu seperti aerobik, jogging, senam, berenang dan juga bersepeda.
Angkat beban tidak disarankan karena memicu tekanan yang tidak diperlukan bagi
jantung dan pembuluh darah. Olahraga yang baik meliputi jenis olahraga, cara
melakukan olahraga dan waktu melakukan olahraga. Jenis olahraga yang paling baik
yaitu menyesuaikan kondisi pasien. Penyesuaian ini dilakukan agar menghindari
cidera yang mungkin bisa terjadi pada pasien. Selanjutnya yaitu cara melakukan
olahraga yaitu dengan adanya pemanasan, gerakan inti dan pendinginan. Pemanasan
dapat dilakukan dalam rentan waktu 5 sampai 10 menit dengan gerakan seperti
berjalan atau berlari santai. Gerakan inti dapat dilakukan 30 sampai 45 menit atau
menyesuaikan fisik dan dilanjutkan dengan pendinginan yang berguna untuk
memberikan waktu bagi otot dan sistem kardiovaskular mengatur zat hasil
metabolisme dari kegiatan yang telah dilakukan. Yang terakhir adalah waktu
olahraga. Waktu olahraga yang paling baik yaitu pada pagi hari atau sore hari karena
pada waktu ini kondisi lingkungan lebih optimal sehingga tidak mengganggu proses
pengeluaran panas dalam tubuh. Olahraga dapat dilakukan 3 sampai 5 kali perminggu
secara teratur karena dapat mengurangi kekakuan pada pembuluh darah,
meningkatkan daya tahan jantung dan paru – paru sehingga tekanan darah dapat
segera stabil kembali (Putriastuti, 2016).
Konsumsi makanan dengan kadar lemak tinggi juga berpengaruh terhadap
kejadian hipertensi. Konsumsi makanan dengan kadar lemak yang tinggi dapat
meningkatkan kadar kolesterol terutama Low Density Lipoprotein (LDL). LDL ini
akan menumpuk di dalam darah dan jika dibiarkan dalam waktu yang lama akan
menimbulkan deposisi kolesterol dan kolesteril pada jaringan ikat dinding pembuluh
darah arteri dan menjadi plak atau biasa disebut juga dengan aterosklerosis. Jika
sudah terjadi aterosklerosis maka pembuluh darah akan kehilangan elastisitas nya
sehingga aliran darah terganggu dan memicu peningkatan volume darah dan tekanan
darah (Wijaya et al., 2020). Selain konsumsi lemak, konsumsi garam yang berlebihan
juga merupakan salah satu faktor resiko lainnya untuk terjadinya hipertensi. Natrium
memiliki peran dalam tubuh seperti merangsang fungsi saraf, pengaturan
keseimbangan asam basa dalam darah, kontraksi otot serta mengatur tekanan osmosis
agar cairan tidak keluar dari darah dan masuk ke sel (Furqani et al., 2020). Akan
tetapi konsumsi natrium dalam jumlah yang berlebih akan berdampak negative pada
kesehatan karena konsumsi natrium dalam jumlah berlebih dapat menyebabkan
diameter pembuluh darah arteri mengecil sehingga jantung bekerja lebih keras untuk
mendorong volume darah yang meningkat. Pengaruh konsumsi natrium yang berlebih
juga dapat menyebabkan meningkatnya cairan dari sel yang berpindah konsentrasi
yang rendah ke tinggi. Jika berlebihan dalam mengkonsumsi natrium makan cairan
yang ada di ekstraseluler meningkat dan diikuti oleh volume darah yang ikut
meningkat sehingga tekanan darah pun ikut naik (Saputra dan anam, 2016).
Berdasarkan opini, sampai sekarang masih banyak orang yang memakan makanan
gorengan sebagai makanan cemilan bahkan sebagai menu utama lauk, konsumsi makanan
yang mengandung lemak yang akan mengakibatkan obesitas pada responden, konsumsi
makanan asin pada masakan, hal ini dikarenakan masakan akan terasa hambar atau kurang
sedap jika sedikit garam. Makan dengan lauk yang digoreng dengan sisa minyak yang
digoreng berulang kali yang beranggapan bahwa minyak tersebut masih layak di gunakan,
minum minuman yang mengandung kafein seperti kopi dan teh tidak akan menjadi masalah
pada kesehatan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pencarian dari database yang dilakukan oleh penulis, dapat
ditarik kesimpulan yaitu terjadinya hipertensi pada lansia disebabkan oleh adanya
kesalahan pada pola makannya. Kesalahan pola makan antara lain makan yang
banyak mengandung garam atau natrium yang dapat menyebabkan tekanan darah
meningkat, asupan makanan yang tinggi lemak, konsumsi makanan gorengan,
makanan dalam bentuk siap saji, makanan atau minuman yang difermentasikan.
Terdapat hubungan yang signifikan diantara perilaku pola makan dengan kejadian
hipertensi pada lansia.
SARAN
1. Bagi petugas kesehatan
Disarankan kepada petugas kesehatan untuk memberikan penyuluhan tentang pola
makan yang baik bagi penderita hipertensi dengan memperhatikan jumlah, jadwal
dan jenis makanan sehingga kejadian hipertensi bisa diminimalisir.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk lebih memperbaharui penelitian baru
yang inovatif tentang hubungan perilaku pola makan dengan kejadian pada pada
lansia, dapat memperbaiki dan mengantisipasi segala kelemahan yang ada dalam
penelitian ini serta diharapkan dapat mengembangkan penelitian selanjutnya tentang
hubungan perilaku pola makan dengan kejadian hipertensi pada lansia.
3. Bagi lansia
Disarankan kepada lansia untuk memperhatikan pola makan yang sehat dan
mematuhi aturan yang telah ditetapkan oleh petugas kesehatan sehingga kejadian
hipertensi bisa diminimalisir.
DAFTAR PUSTAKA
Ernitasari, Putu Diah, Bambang Djarwoto, and Tri Siswati. "Pola makan, rasio
lingkar pinggang pinggul (RLPP) dan tekanan darah di Puskesmas Mergangsan
Yogyakarta." Jurnal Gizi Klinik Indonesia 6.2 (2009): 71-77.
Widianto, ajikwa ari, et al. hubungan pola makan dan gaya hidup dengan
angka kejadian hipertensi pralansia dan lansia di wilayah kerja puskesmas i
kembaran. jurnal berkala ilmiah kedokteran dan kesehatan, 2018, 1.5.
Saputra, O., Anam, K. (2016). Gaya Hidup sebagai Faktor Risiko Hipertensi
pada Masyarakat Pesisir Pantai. Majority, 5(3), 118–123.