Anda di halaman 1dari 27

BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV2), virus yang


mengakibatkan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), telah menyebar luas ke
seluruh dunia sejak pertama kali dilaporkan di Cina pada akhir tahun 2019.1 Dengan
tingkat penyebaran yang tinggi, hingga 18 Maret 2021 COVID-19 telah menginfeksi
120.915.219 orang dan mengakibatkan kematian pada 2.674.078 orang di seluruh
dunia.2 Tingginya angka morbiditas dan mortalitas COVID-19 telah mendorong
berbagai upaya pengendalian infeksi, salah satunya adalah melalui vaksinasi.

Vaksinasi merupakan salah satu strategi yang dalam sejarah telah terbukti
menjadi salah satu upaya dalam mengendalikan pandemi.3 Salah satu vaksin SARS-
CoV2 yang telah melakukan uji klinis tahap 1 dan 2 hingga uji klinis tahap 3 di
Indonesia, Turki dan Brazil, adalah Sinovac. 4 Pada tanggal 11 Januari 2021 Badan
Pengawas Obat dan Makanan Indonesia (BPOM) telah mengeluarkan Emergency
Use Authorization untuk vaksin Sinovac digunakan dalam rangka Program Vaksinasi
Nasional COVID-19, hingga pada tanggal 13 Januari 2021 telah diselenggarakan
vaksinasi nasional tahap pertama, dengan sasaran pertama pada tenaga kesehatan di
Indonesia.5

Sinovac adalah salah satu vaksin SARS-CoV2 yang merupakan jenis


inactivated virus vaccine. Uji klinis fase 1/2 yang dilakukan di Jiangsu, Cina,
memperlihatkan imunogenisitas yang tinggi terhadap subyek penelitiannya.
Imunogenisitas yang tinggi tersebut diperlihatkan dari terjadinya serokonversi
antibodi, yang didefinisikan sebagai perubahan dari tidak adanya antibodi
(seronegatif) pada saat baseline hingga menjadi seropositif setelah pemberian vaksin,
atau terjadinya kenaikan titer empat kali lipat pada partisipan yang sudah terjadi
seropositif pada awal penelitian.4 BPOM yang mengeluarkan ijin penggunaan Sinovac
juga menyebutkan hasil uji klinis fase 3 Sinovac yang dilakukan di Bandung yang

1
memperlihatkan adanya serokonversi pada 99,2% subyek penelitiannya, walau
laporan resmi belum dipublikasikan.6

Dewasa ini, setelah program vaksinasi Sinovac dijalankan, mulai banyak


pemeriksaan kadar antibodi kuantitatif di berbagai Rumah Sakit maupun
laboratorium-laboratorium tertentu di Indonesia. Kadar antibodi kuantitatif SARS-
CoV2 diperiksa dengan mengukur titer antibodi terhadap Spike-Reseptor Binding
domain (S-RBD) virus SARS-CoV2.7,8 Peningkatan titer antibodi S-RBD terjadi pada
infeksi alami9,10 maupun pasca vaksinasi.11 Hingga saat ini belum diketahui berapa
kadar proteksi dari titer antibodi kuantitatif SARS-CoV2 terhadap risiko infeksi
COVID-19, juga berapa lama kadar antibodi dapat bertahan baik akibat infeksi
maupun vaksinasi.12,13

Penelitian terdahulu memperlihatkan respons imunitas manusia terhadap


vaksinasi dapat berbeda-beda tergantung berbagai faktor.14 Sebuah systematic review
memperlihatkan faktor – faktor yang sangat berhubungan dengan respons seseorang
terhadap vaksin, antara lain faktor intrinsik seperti usia dan gender, faktor behavioral
seperti kebiasaan olah raga dan durasi tidur, serta faktor nutrisi juga sangat
berpengaruh dengan diperlihatkan melalui Index Massa Tubuh.14 Respons imun
terhadap vaksin SARS-CoV2 dilakukan pada uji klinis vaksin terhadap subyek
penelitiannya, namun belum banyak dilakukan pada populasi umum.11

Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) adalah sebuah lembaga


pendidikan tinggi milik pemerintah yang bergerak di bidang kepamongprajaan yang
bertujuan menghasilkan kader pemerintahan yang berkompetensi, berkarakter, dan
berkepribadian. Institut Pemerintahan Dalam Negeri menyelenggarakan program
pendidikan meliputi program Diploma IV, Sarjana, Pascasarjana dan Program Profesi
Kepamongprajaan.

Praja adalah sebutan untuk peserta didik program diploma dan program
sarjana yang merupakan peserta didik ikatan dinas dan tugas belajar, sedangkan
mahasiswa sebutan peserta didik yang merupakan peserta didik tugas belajar dan ijin
belajar pada program pascasarjana dan program profesi kepamongprajaan. Umumnya

2
Praja IPDN memiliki pola makan, pola istirahat, pola olahraga dan IMT yang hampir
sama, karena mereka hidup di asrama dengan perlakuan yang sama.

Menurut data Biro Kepegawaian Setjen Kemendagri, dari total 1457 lulusan
IPDN Angkatan XXV Tahun 2018, sebanyak 1257 lulusan akan ditempatkan di lintas
provinsi dan 200 sisanya akan ditempatkan di instansi Pusat. Pada tahun 2020 yg lalu
program sebar lulusan IPDN tidak dilaksanakan dengan pertimbangan Pandemi
Covid-19. Dengan berjalannya Vaksinasi Covid-19 yang di awali dengan penyuntikan
pertama oleh Presiden RI di bulan Februari 2021 lalu dan terus di lanjutkan oleh para
petugas publik termasuk Praja IPDN. Tentunya diharapkan lulusan IPDN siap terjun

keseluruh penjuru tanah air. Kader Pemerintahan adalah salah satu populasi yang
rentan dan berisiko terpapar virus SARS-CoV2. Jumlah keseluruhan Praja terdiri dari
1105 Muda Praja, 1631 Madya Praja, 1994 Nindya Praja, dan 1532 Wasana Praja.

Hingga. Pasca cuti dan magang di daerah pada bulan Desember 2020 – Februari 2021
mengalami kenaikan kasus terkonfirmasi positif Covid-19.

Tujuan pemeriksaan kadar antibodi kuantitatif ini antara lain dapat menilai
respons imunitas seseorang terhadap vaksinasi Sinovac yang telah diberikan. Sebagai
upaya perlindungan IPDN terhadap Praja, dilakukan pemeriksaan kadar antibodi
kuantitatif SARS-CoV2 sebagai bagian dari protokol perlindungan pada Wasana Praja
yang akan lulus pasca vaksinasi Sinovac. Dari hasil pemeriksaan kadar antibodi
kuantitatif SARS-CoV2 pada Wasana Praja di IPDN, dapat diketahui respons
imunitas Wasana Praja terhadap vaksin Sinovac. Dapat diketahui pula faktor-faktor
yang paling berhubungan dengan peningkatan kadar antibodi kuantitatif SARS-CoV2
pasca vaksinasi Sinovac.

Rumusan Masalah
Berapakah rerata kadar antibodi kuantitatif S-RBD SARS-CoV2 dalam tubuh pasca
vaksinasi Sinovac pada Praja Utama di IPDN?

Tujuan Penelitian
Tujuan umum

3
Mengetahui serokonfersi antibodi kuantitatif SARS-CoV2 pasca vaksinasi Sinovac
pada Praja Utama IPDN dan faktor-faktor yang berhubungan terhadap kadar antibodi
kuantitatif SARS-CoV2 pasca vaksinasi Sinovac pada satuan Praja Utama di IPDN.

Tujuan khusus
Mengetahui rerata kadar antibodi kuantitatif SARS-CoV2 28 hari pasca vaksinasi
Sinovac ke 2 pada Praja Utama di IPDN.

Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai data awal atau preliminary study
dalam penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan karakteristik rerata
kadar antibodi kuantitatif S-RBD SARS-CoV2.
2. Diharapkan hasil penelitian ini kelak dapat memberi masukan mengenai
persiapan pra-vaksinasi jika dibutuhkan untuk meningkatkan respon imun
vaksin.
3. Hasil penelitian dapat bermanfaat dalam pengambilan kebijakan IPDN
khususnya bagi Praja dalam menyikapi hasil kadar antibodi pasca vaksinasi.

Hipotesis
Terdapat antibodi kuantitatif S-RBD SARS-CoV2 28 hari pasca vaksinasi Sinovac
pada Praja Utama di IPDN.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kerangka Teori

Vaksin dan imunogenisitas vaksin

Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dengan segala dampaknya selama masa
pandemi di seluruh dunia telah mendorong upaya percepatan pengadaan vaksin.
Berbagai negara di seluruh dunia berlomba-lomba melakukan uji klinis vaksin SARS-
CoV2 demi segera tersedianya vaksin yang paling aman dan efektif bagi manusia.
Bukti-bukti telah memperlihatkan bahwa Infeksi alami SARS-CoV2 pada manusia
akan mencetuskan respons imun natural, yaitu terbentuknya respons imun humoral
dan selular.9,10 Antibodi alami yang terbentuk pada para penyintas COVID-19 ini
dapat bertahan 3 hingga 5 bulan, dengan tinggi rendah yang tergantung pada berat
ringannya gejala.12 Sebagaimana infeksi alami, kandidat vaksin SARS-CoV2
memfokuskan uji klinisnya pada pembentukan respons imun humoral dan selular
semaksimal mungkin agar terbentuk proteksi pada subyek yang mendapat vaksin.11
Uji klinis vaksin memerlukan pemeriksaan imunogenitas yang terbentuk pre
dan pasca vaksinasi. Walaupun imunogenisitas ditentukan oleh imunitas selular dan
humoral, namun umumnya kadar neutralizing antibodi menjadi sasaran yang
ditentukan dalam menentukan imunogenitas yang terbentuk setelah pemberian suatu
vaksin.11
Vaksin Sinovac yang merupakan jenis inactivated vaccine telah melakukan uji
klinis fase 1 dan 2 pada subyek penelitian berusia 18-59 tahun di Cina. Serokonversi
dari neutralizing antibody terlihat pada 109 (92%) dari 118 subyek penelitian yang
mendapat vaksin.4 Uji klinis fase 3 Sinovac yang dilakukan di Indonesia pada 1620
subyek penelitian mempelihatkan hasil hasil terbentuknya imunogenisitas pada 99,2%
subyek yang mendapat vaksin Sinovac (menurut hasil laporan interim).6

5
Respons imun pasca vaksin SARS-CoV2 pada Praja IPDN
Pada dasarnya kondisi kesehatan Praja sudah terbentuk sebelum pendidikan karena
adanya tes kesehatan pada awal penerimaan pra pendidikan, namun dalam
perjalananan selama pendidikan banyak faktor yg mempengaruhinya imunitas Praja
turun salah satunya kehidupan asrama yang membuat praja harus tinggal bersama
dengan puluhan orang selama pendidikan. Setelah pendidikan nantinya Praja siap
turun menjadi kader pemerintahan untuk mengabdikan diri kepada negeri di seluruh
Indonesia. Kader pemerintahan adalah kelompok pekerja beresiko tinggi terpapar
Covid-19. Hingga Desember 2020, jumlah kader pemerintahan yang terpapar Covid-
19 sangat banyak tak jarang sampai meninggal. Dari data penelitian sebelumnya
Tenaga kesehatan yang juga kelompok pekerja berisiko tinggi terpapar COVID-19,
hingga Desember 2020 terinfeksi mencapai 6000 kasus dan 363 diantaranya
meninggal dunia.18

Sebuah penelitian telah melaporkan kadar antibodi pasca vaksinasi Pfizer


SARS-CoV2 pada tenaga kesehatan di Italy pada bulan Februari 2021.19 Hasil
penelitian pada 248 tenaga kesehatan yang diberikan vaksin SARS-CoV2 Pfizer dan
diukur kadar antibodi 14 hari pasca vaksin ke 2 memperlihatkan 99,5% terbentuk
respons imun humoral yang diperlihatkan dengan terbentuknya antibodi kuantitatif
IgG terhadap protein S1/S2 virus SARS-CoV2. Titer antibodi pasca vaksin SARS-
CoV2 Pfizer ternyata berhubungan dengan usia, jenis kelamin dan IMT. Usia muda,
wanita, dan berat badan normal, ternyata memiliki kadar antibodi paling tinggi
dibandingkan pada golongan lain di penelitian ini.19
Imunogenisitas pasca vaksin SARS-CoV2 BNT162b2 mRNA (Pfizer) telah
diteliti pada tenaga kesehatan di Israel pada bulan Desember 2020- Januari 2021. 20
Penelitian ini berusaha mencari hubungan antara usia, etnik, gender, dan infeksi
COVID-19 terdahulu pada titer antibodi IgG SARS-CoV2 pasca vaksinasi. Hasil
penelitian memperlihatkan imunogenisitas pasca vaksin sebanding pada gender dan
etnik, namun menurun seiring pertambahan umur.20

Kadar Antibodi Kuantitatif S-RBD SARS-CoV2

6
Kadar antibodi telah lama dianggap berkorelasi klasik dengan proteksi,
sehingga berbagai penelitian vaksin lebih berfokus pada antibodi sebagai respons
imun terhadap vaksin.11 Walaupun respons sel T juga diinduksi oleh pemberian
vaksin, namun tidak semua penelitian vaksin SARS-CoV2 melakukan pengukuran
respons imun seluler pada subyek penelitiannya. 14 Penelitian vaksin SARS-CoV2
umumnya berfokus terhadap pembentukan antibodi pada subyeknya, baik
neutralizing antibody maupun antibodi terhadap S-RBD.11
Antibodi terhadap S-RBD adalah antibodi yang timbul terhadap protein S dari
virus SARS-CoV2.7,8 Kadar antibodi S-RBD telah lama diteliti pada pasien maupun
penyintas COVID-19. Penelitian pada 30.082 pasien COVID-19 di New York pada
tahun 2020 memperlihatkan terbentuknya titer antibodi S-RBD yang tinggi dan
moderate pada 70% penyintas COVID-19. Didapatkan pula bahwa pada 90% orang
yang mengalami serokonversi, terjadi peningkatan baik neutralizing antibody maupun
antibodi terhadap S-RBD. Hal ini memperlihatkan korelasi yang kuat antara kadar
neutralizing antibody dengan kadar antibodi terhadap S-RBD.12
Kadar antibodi S-RBD dapat diperiksa dengan berbagai metode. Dengan
Metode ELISA, kadar moderate ditetapkan sebesar 1:320, sedangkan kadar tinggi
sebesar 1:960 hingga 1:2880. Sedangkan Metode ECLIA menggunakan batasan yang
berbeda, yaitu dengan range 0,4 – 250 U/mL. Kadar <0,8 U/mL dinyatakan non
reaktif, sedangkan kadar > 0.8 dinyatakan reaktif. Berdasarkan Emergency Use of
Authorization yang dikeluarkan Food and Drug Administration untuk penggunaan
plasma convalesce pada terapi pasien COVID-19, ditetapkan kadar antibodi S-RBD
sebesar 1:2880 pada metode ELISA dan > 132 U/ml pada metode ECLIA atau
Elecsys Anti SARS-CoV2 Roche.21
Salah satu alat untuk mengukur antibodi SARS-CoV2 dengan metode ECLIA
adalah Roche Elecsys tipe cobas e411 analyzer. Antibodi yang diukur pada alat ini
adalah protein spesifik RBD pada serum atau plasma manusia. Tes ini digunakan
untuk menentukan respon imunitas humoral terhadap protein S Sars-CoV2.21
Target pengukuran tes Roche Elecsys ini adalah antibodi yang mature dan
memiliki aviditas tinggi sehingga dapat mengukur antibodi yang mengarah netralisasi.
Pengukuran antibodi yang dilakukan tidak memisahkan antara IgG, IgM maupun Ig
yang lain tapi lebih bertarget pada Anti-Spike protein (RBD). Prinsip tes yang
digunakan adalah One step double -antigen sandwich (DAGS) assay, yaitu
menggunakan 2 antigen sehingga memungkinkan adanya spesifisitas yang tinggi

7
dalam penangkapan antibodi. Selain itu antigen dimodifikasi untuk dapat berikatan
hanya dengan antibodi yang mature. Dengan teknologi tersebut memungkinkan untuk
mendeteksi aviditas yang tinggi yang nantinya akan berkorelasi dengan antibodi
netralisasi atau mengarah pada proteksi. Jika digunakan dalam uji diagnostic COVID-
19, metode pengukuran kadar antibodi kuantitatif SARS-CoV2 dengan alat Roche
Elecsys ini menghasilkan sensitivitas 98.8% dan spesifisitas 99.98%.21

Faktor-faktor yang dapat berhubungan dengan respons imun


terhadap vaksinasi

Telah lama diketahui bahwa respons imun yang timbul pada manusia terhadap vaksin
yang diberikan dapat bervariasi tergantung berbagai faktor.14 Respons imun yang
ditimbulkan vaksin dapat diukur melalui berbagai macam pengukuran, baik mengukur
Geometric Mean Antibody Titer (GMTs), Seroconvertion Rates (SCR), Seroprotection
rates (SPR), functional antibody, antibody avidity, aktifasi sel B dan sel T,
lymphoproliferation, dan respons sitokin.11,14
Sebuah systematic review pada tahun 2019 telah memperlihatkan berbagai
faktor yang mempengaruhi respons imun terhadap vaksinasi (gambar 1).14 Dari
berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi respons imun terhadap vaksinasi tersebut,
akan dibahas beberapa faktor yang dianggap menarik dan relevan dalam konteks
respons imun terhadap vaksinasi SARS-CoV2.

8
Gambar 1: Faktor-faktor yang mempengaruhi respons imun terhadap vaksinasi.14

Pengaruh usia pada respons imun terhadap vaksinasi.


Usia adalah faktor penting yang berpengaruh pada respons imun terhadap vaksinasi.
Penelitian-penelitian terdahulu telah memperlihatkan penurunan imunitas selular dan
humoral seiring pertambahan usia, hingga tampak adanya penurunan kekebalan orang
lanjut usia terhadap penyakit tertentu, seperti influenza, herpes zoster, pneumonia, dan
lain sebagainya. Penurunan imunitas ini juga berpengaruh pada kurangnya respons
imun terhadap vaksinasi.22
Penyebab respons imun yang menurun terhadap vaksinasi antara lain
perubahan imunitas selular, perubahan imunitas humoral dan perubahan struktur
jaringan limfoid.23 Mengingat adanya kemungkinan pengaruh usia pada respons imun
terhadap vaksinasi, beberapa penelitian juga mencari upaya terbaik untuk
meningkatkan respons imun pada orang dengan usia lebih tua. Cara-cara tersebut
antara lain dengan penambahan booster vaksin, pemberian vaksin di pagi hari,
memperbaiki ajuvan vaksin bagi lansia, dan anjuran perbaikan pola hidup seperti
olahraga dan menghindari stress.24
Beberapa penelitian memperlihatkan imunitas yang ditimbulkan pada orang
tua pasca vaksinasi tidak setinggi pada orang di usia lebih muda, dan menurun lebih
cepat seiring pertambahan usia.22 Kadar vaksinasi influenza yang diberikan pada orang
tidak setinggi kadarnya pada usia yang lebih muda.25 Protokol pemberian vaksin

9
sinovac juga berbeda pada usia di atas 60 tahun, yaitu menggunakan jadwal vaksinasi
0-28 hari.26 Diharapkan dengan protokol yang spesifik pada golongan usia tertentu
dapat meningkatkan respons imun sesuai yang diharapkan.22

Pengaruh jenis kelamin pada respons imun terhadap vaksin

Jenis kelamin telah diketahui memiliki pengaruh berbeda pada imunitas secara umum.
Perempuan cenderung memiliki respons antibodi, level basal immunoglobulin dan
jumlah sel B lebih tinggi dibanding laki-laki.27 Penyebab perbedaan respons imun
yang berbeda antara perempuan dan laki-laki antara lain karena X-kromosom
meregulasi lebih banyak fungsi imun, dan adanya faktor hormonal yang berperan
dalam pengaturan sistem imun. Reaktogenitas imun yang lebih tinggi pada perempuan
membuat perempuan lebih resisten terhadap penyakit infeksi, namun kebalikannya
juga lebih rentan terhadap insiden penyakit- penyakit autoimun dibanding laki-laki.28
Pada penelitian kadar antibodi pasca vaksinasi influenza, terbukti terdapat
peningkatan antibodi dan ekspresi sitokin inflamasi yang lebih tinggi pada perempuan
dibanding laki-laki. Namun belum diketahui perbedaan respons imun pasca vaksinasi
Sinovac pada jenis kelamin tertentu.29

Pengaruh Olahraga pada respons imun terhadap vaksinasi

Kebiasaan berolahraga yang teratur telah lama dianggap berhubungan dengan


imunitas dan kesehatan secara umum.30 Adapun efek olahraga pada imunitas secara
umum bekerja pada mekanisme yang berpengaruh pada sitokin, netrofil, leukosit,
Antigen Presenting Cells (APC), Natural Killer Cells (NK), dan Limfosit. 31 Selama
olahraga, respons inflamasi dan hormone stress akan berkurang, sementara limfosit,
sel Natural Killer dan monosit akan meningkat. Maka dengan berolahraga secara
teratur terjadi penurunan proses inflamasi yang berkolaborasi dengan faktor-faktor
yang memperbaiki sistem imun. Berdasarkan hal-hal tersebut, olah raga secara teratur
sangat dianjurkan untuk terus dilakukan secara rutin selama masa pandemi COVID-
19.31
Berbagai penelitian telah berusaha menghubungkan rutinitas berolah raga pada
respons imun terhadap vaksin.32,33,34 Penelitian pada subyek yang melakukan olahraga
secara rutin dibandingkan dengan yang tidak berolahraga secara rutin memperlihatkan

10
peningkatan antibody yang lebih tinggi pasca vaksinasi influenza.33 Olahraga yang
rutin pada penelitian ini didefinisikan sebagai olah raga sebanyak 3x/minggu atau
lebih.33
Hasil pemantauan efek olahraga pada respons imun terhadap vaksin tidak
selalu seragam. Kadar antibodi pasca vaksinasi influenza pada partisipan yang
melakukan olah raga segera setelah vaksin memperlihatkan tidak adanya perbedaan
bermakna antara kadar antibodi pasca vaksin antara subyek penelitian dengan subyek
yang tidak berolahraga sesaat sebelum vaksin.34 Tampak bahwa masih dibutuhkan
penelitian lebih lanjut pada efek olahraga pada respons imun terhadap vaksinasi,
khususnya vaksin SARS-CoV2 yang belum banyak diteliti.

Pengaruh tidur pada respons imun terhadap vaksinasi.

Berbagai penelitian telah berusaha mencari hubungan faktor tidur dengan respons
imun terhadap vaksinasi.35,36,37 Penelitian eksperimental terhadap pengaruh tidur pada
kadar antibody pasca vaksinasi hepatitis B memperlihatkan hubungan antara tidur
dengan kadar antibodi pasca vaksinasi.35 Durasi tidur yang dianggap bermakna
terhadap tingginya antibodi pasca vaksinasi pada penelitian ini adalah < 7 jam per
malam. Penelitian lain memperlihatkan orang yang kurang tidur pada satu minggu
sekitar waktu vaksinasi hepatitis A memperlihatkan kadar antibodi yang lebih rendah
dibanding orang yang cukup tidur.36 Kurangnya tidur atau insomnia juga tampak
berpengaruh pada respons imun terhadap vaksin influenza.37

Pengaruh Indeks Massa Tubuh pada respons imun terhadap vaksinasi.

Banyak penelitian yang memperlihatkan bahwa peningkatan Indeks Massa Tubuh


(IMT) berkorelasi terbalik dengan respons imun terhadap vaksin.14 Dari IMT,
seseorang dapat diklasifikasikan ke dalam kategori underweight (BMI ≤ 18.5 kg/m2),
normal (18.5–24.9 kg/m2), overweight (25.0–29.9 kg/m2), obesitas (30.0–34.9
kg/m2), atau obesitas berat (≥35 kg/m2).38
Suatu systematic review memperlihatkan efek negatif obesitas terhadap
respons imun pada beberapa vaksin seperti vaksin hepatitis A, hepatitis B, Influenza,
tetanus dan rabies.39 Penelitian pada non-responders pasca hepatitis B memperlihatkan

11
pengaruh obesitas pada subyek penelitiannya. 40 Pada vaksin influenza, obesitas juga
memberi pengaruh negatif pada pembentukan antibodi pasca vaksin.41
Indeks Massa Tubuh juga berhubungan dengan respons imun terhadap vaksin
SARS-CoV2 Pfizer. Pada penelitian pada 248 tenaga kesehatan di Itali, terdapat hasil
terdapatnya hubungan kadar antibodi pasca vaksinasi SARS-CoV2 dengan IMT, yaitu
kadar antibodi pasca vaksin paling tinggi terdapat pada orang dengan berat badan
underweight dan normal.19

KERANGKA KONSEPTUAL

VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN

Riwayat Terkonfirmasi
Covid-19 dan mengikuti
vaksin
Kadar antibodi
Kuantitatif SARS-CoV2

Mengikuti Vaksin
Covid-19

12
BAB III
METODE

Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di IPDN pada bulan Juni 2021.

Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan studi cross sectional untuk mengetahui studi cross sectional
deskriptif untuk mengetahui rerata kadar kuantitatif atibodi SRBD SARS-CoV2 pada
populasi Praja Utama IPDN.

Cara Pemilihan Sampel


Pengambilan data dilakukan dari seluruh populasi Praja Utama. Teknik pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik survei dengan menggunakan
kuesioner online sebagai medianya. Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang

13
dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden.
Data diambil dari seluruh Praja Utama IPDN angkatan XXVIII yang telah
diperiksakan kadar antibodi kuantitatif SARS-CoV2 dan mengisi kuesioner.

Cara Kerja
Praja Utama IPDN yang telah mendapatkan 2 dosis vaksin Sinovac telah menjalankan
pemeriksaan antibodi kuantitatif. Pemeriksaan antibodi kuantitatif dilakukan 1 kali,
yaitu 28 hari setelah vaksin Sinovac dosis ke-dua. Alat untuk mengukur antibodi
SARS-CoV2 dengan metode ECLIA adalah Roche Elecsys tipe cobas e411 analyzer.
Pengambilan data akan menggunakan kuesioner yang dibuat melalui aplikasi Google
Form dan disebarkan melalui aplikasi WhatsApp. Responden akan mengisi kuesioner
dan mensubmit jawabannya melalui telepon genggam masing-masing. Kuesioner
yang telah tersubmit akan otomatis terkirim pada aplikasi aplikasi FormApp peneliti.
Follow up pengisian kuesioner akan dilakukan oleh para kepala divisi bagian masing-
masing responden. Sebelum pengisian kuesioner akan diberikan lembar penjelasan
dan persetujuan informed consent secara elektronik yang juga akan disebarkan
bersama kuesioner melalui aplikasi WhatsApp.
Peneliti akan mengidentifikasi jumlah total Wasana Praja IPDN yang seharusnya
diperiksakan kadar antibodi sebagai bagian dari Protokol Skrining. Setelah data
kuesioner mencapai jumlah yang diperlukan sesuai dengan data Wasana Praja IPDN
maka akan dilakukan pengolahan data oleh tim peneliti.

Kriteria Inklusi dan Eksklusi


Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
1. Praja Utama IPDN yang mendapat vaksin Sinovac dosis pertama dan kedua
pada bulan April - Mei 2021.
2. Praja Utama IPDN yang telah diperiksakan kadar antibodi kuantitatif SARS-
CoV2 di laboratorium pada minimal 28 hari pasca vaksin kedua.
3. Praja Utama IPDN yang mengisi kuesioner yang disebarkan melalui aplikasi
WhatsApp dan langsung mensubmit jawaban melalui aplikasi WhatsApp.
4. Menandai setuju pada lembar informed consent-elektronik yang disebarkan
melalui aplikasi WhatsApp.
5. Praja Utama IPDN yang pernah terkonfirmasi COVID-19 sebelum vaksin
pertama Sinovac, berdasarkan hasil swab PCR SARS-CoV2.

14
6. Praja Utama IPDN yang terkonfirmasi COVID-19 antara vaksin pertama
hingga 28 hari setelah vaksin ke 2 Sinovac, berdasarkan hasil swab PCR
SARS-CoV2.
7. Praja Utama IPDN yang pernah mendapat hasil Reaktif pada pemeriksaan
serologi antibodi atau rapid test antibodi.

Riwayat Praja Utama IPDN yang pernah terkonfirmasi positif maupun pernah
mengalami hasil reaktif diketahui dari riwayat medis dan juga akan diketahui dari
jawaban pertanyaan dalam kuesioner mengenai hal paparan COVID-19. Pertanyaan
dalam kuesioner mengenai paparan COVID-19 adalah sebagai berikut:
 Apakah Anda pernah terpapar COVID-19 dari hasil pemeriksaan
PCR ?
 Apakah dari pemeriksaan skrining serologi antibodi atau rapid test
Anda pernah mendapat hasil Reaktif ?

Identifikasi Variabel

Variable independen adalah:


1. Riwayat terkonfirmasi Covid-19
2.
3. Sudah di vaksin Covid-19

Variabel dependen adalah rerata kadar antibodi kuantitatif SARS-CoV2 dari


pemeriksaan 28 hari setelah vaksin kedua Sinovac.

Definisi Operasional
1. Usia.
Yang dimaksud usia adalah umur responden saat pemberian vaksin sinovac
dosis pertama. Usia akan dibagi dalam kategori usia muda, menengah, lanjut
(berdasarkan mean/median dan standar deviasi).

15
2. Jenis kelamin
Jenis kelamin dibedakan dalam 2 kategori yaitu perempuan dan laki-laki.
3. Kebiasaan olahraga
Yang dimaksud kebiasaan olahraga adalah kebiasaan olahraga responden
berdasarkan frekuensi olahraga tiap minggu.
Kebiasaan olahraga dikategorikan: < 3x/ minggu dan > 3x/minggu.
4. Kebiasaan tidur
Yang dimaksud kebiasaan tidur adalah rata-rata durasi tidur responden.
Tidur dibedakan atas kategori <7 jam per malam dan >7 jam per malam
5. Indeks Massa Tubuh
Indeks Massa Tubuh dihitung berdasarkan rumus Berat Badan dibagi Tinggi
Badan dalam meter dikuadratkan (BB/TB2). Berat badan yang dimaksud
adalah berat badan saat vaksin pertama dilakukan.
Dibedakan atas:
- Underweight = IMT < 18,5 kg/m2
- Normal = 18,5 – 24,9 kg/m2
- Overweight = 25,0 – 29,9 kg/m2
- Obesitas > 30,0 kg/m2
6. Kadar antibodi kuantitatif SARS-CoV2 adalah hasil pemeriksaan kadar
antibodi yang diukur dengan alat Roche Elecsys dengan metode ECLIA yang
mengukur kadar antibodi kuantitatif S-RBD di laboratorium SHLC.
7. Riwayat COVID-19 adalah seseorang yang pernah terinfeksi COVID-19
berdasarkan pemeriksaan swab PCR SARS-CoV2. Riwayat COVID-19 juga
diduga pada seseorang apabila PCR negatif namun pernah ada hasil rapid
antibodi Reaktif atau serologi kualitatif Reaktif.

Rencana Pengolahan dan Analisis Data


Pengolahan data akan menggunakan SPSS versi 25. Direncanakan pengujian korelasi
antar variabel dependent dan variabel independent dengan uji One way Anova dan uji
t-independent. Usia dan Indeks Massa Tubuh (IMT) akan dikelompokkan dalam
rerata dan kuartil. Untuk perbandingan antar rerata 2 kelompok, yaitu jenis kelamin,
durasi tidur dan pola olahraga, akan digunakan uji t-independent. Sedangkan untuk
perbandingan rerata lebih dari 2 kelompok, seperti usia dan IMT, akan digunakan uji

16
one way anova. Antar variabel juga akan diadakan uji analisis multivariat. Nilai
p<0,05 akan dianggap bermakna.

RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)


PENELITIAN ANTIBODY SARS CoV2
PADA PRAJA UTAMA ANGKATAN XXVIII IPDN

PERINCIAN BIAYA
NO JUMLAH KETERANGAN
Kegiatan/Program JML SAT Harga SAT

Pemeriksaan antibodi kuantitatif


1 1.532 orang Rp 265.000 Rp 405.980.000  
SARS-CoV2

2 Kertas 4 rim Rp 100.000 Rp 200.000

3 Tinta printer 1 pcs Rp 900.000 Rp 900.000

4 Pulsa Rp 1.000.000

5 Pengelolaan data SPSS Rp 25.000.000


Rp 15.000.000
6 Enumerator 15 orang Rp 1.000.000

17
7 Biaya tidak terduga Rp 1.000.000

  Jumlah       Rp 449.280.000  
Empat Ratus Empat Puluh Sembilan Juta Dua
Terbilang : Ratus Delapan Puluh Ribu Rupiah
       
                 

Timeline
2021
Apri May June July August
l
Preparation of ethics x
Preparation of the x
questionnaire
Handed the questionnaire and x x
collect the questionnaire result
Data analysis x x
Writing report x x x

DAFTAR PUSTAKA

1. Zhu N, Zhang D, Wang W, et al. A Novel Coronavirus from patients with


pneumonia in China, 2019. N Engl J Med 2020;382(8):727–33.
doi:10.1056/NEJMoa2001017.

2. WHO. Coronavirus disease (COVID-19) situation report - 163. Geneva:


World Health Organization, 2020.
https://www.who.int/docs/default-source/coronavirus/situation-reports.
Diakses tanggal 18 Maret 2021.

3. Greenwood B. The contribution of vaccination to global health: past, present


and future. Phil. Trans. R. Soc. B 2014;369:20130433. doi:
http://dx.doi.org/10.1098/rstb.2013.0433

4. Zhang Y, Zeng G, Pan H, et al. Safety, tolerability, and immunogenicity of an


inactivated SARS-CoV-2 vaccine in healthy adults aged 18–59 years: a
randomised, double-blind, placebo-controlled, phase 1/2 clinical trial. Lancet
Infect Dis 2020. Published Online November 17, 2020. Available from:
https://doi.org/10.1016/S1473-3099(20)30843-4

18
5. Badan POM Keluarkan Ijin Penggunaan Darurat (EUA) untuk vaksin COVID-
19 produksi Sinovac. Artikel di internet. https://covid19.go.id

6. Anonymous. Bio Farma aims to submit interim review on Sinovac vaccine in


January. {The Jakarta Post} [Internet]. 2020 Nov 21 [cited 2020 Dec 19];
Available from: https://www.thejakartapost.com/ paper/2020/11/20/bio-farma-
aims-to-submit-interimreview-on-sinovac-vaccine-in-january.html.

7. Lan J, Ge J, Yu J, et al. Structure of the SARS-CoV2 spike receptor binding


domain bound to the ACE2 receptor. Nature 2020; 581:215-20. Available
from: https://doi.org/10.1038/s41586-020-2180-5

8. Indenbaum V, Koren R, Katz-Likvornik S, et al. Testing IgG antibodies


against the RBD of SARS-CoV-2 is sufficient and necessary for COVID-19
diagnosis. PLoS ONE 15(11): e0241164.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0241164

9. Bosnjak B, Stein S, Willenzon S, et al. Low serum neutralizing antibody levels


in mildly affected COVID-19 convalescence patients revealed by two different
detection methods. Cell Mol Immunol (2020). Available from:
https://doi.org/10.1038/s41423-020-00573-9

10. Ni L, Ye F, Cheng M, et.al. Detection of SARS-CoV-2-Specific Humoral and


Cellular Immunity in COVID-19 Convalescent Individuals. Immunity 2020;
52: 971–7. Available from: https://doi.org/10.1016/j.immuni.2020.04.023

11. Grigoryan L, Pulendran B. The immunology of SARS-CoV-2 infections and


vaccines. Seminars in Immunology 50 (2020) 101422. Available from:
https://doi.org/10.1016/j.smim.2020.101422 Received 21 September 2020.

12. Wajnberg A, Amanat F, Firpo A, et al. Robust neutralizing antibodies to


SARS-CoV-2 infection persist for months Science 2020;370:1227–30.

13. Huang AT, Garcia-carreras B, Hitching M, et al. A systematic review of


antibody mediated immunity to coronaviruses: kinetics, correlates of
protection, and association with severity. NATURE COMMUNICATIONS |
(2020) 11:4704. Available from: https://doi.org/10.1038/s41467-020-18450-4 |
www.nature.com/naturecommunications.

14. Zimmerman P, Curtis N. Factors that influence immune response to


vaccination. Clin Microbiol Rev 32:e00084-18. Available from:
https://doi.org/10.1128/CMR.00084-18.

15. Lumley SF, O’Donnel D, Stoesser NE. Antibody Status and Incidence of
SARS-CoV-2 Infection in Health Care Workers. N Engl J Med 2021;384:533-
40. DOI: 10.1056/NEJMoa2034545. Dipublikasikan 22 Desember 2020.

16. Ikatan Dokter Indonesia. Statistik anggota [Internet]. IDI. [cited 2020 Dec 20].
Available from: http://www. idionline.org/statistik/.

19
17. Badan Pusat Statistik. Persebaran perawat di Indonesia 2019 [Internet]. BPS.
2020 [cited 2020 Dec 20]. Available from: https://databoks.katadata.co.id/
datapublish/2020/03/26/persebaran-perawat-diindonesia-2019

18. Anonymous. 363 tenaga medis meninggal karena Covid-19, ini 3 saran dari
IDI. Kompas.com [Internet]. 2020 Dec 16 [cited 2020 Dec 20]; Available
from: https://www.kompas.com/sains/ read/2020/12/16/070200323/363-
tenaga-medismeninggal-karena-covid-19-ini-3-saran-dariidi?page=all

19. Pellini R, Venuti A, Pimpinelli F, et al. Obesity may hamper SARS-CoV2


vaccine immunogenicity. Prepublished. medRxiv preprint doi:
https://doi.org/10.1101/2021.02.24.21251664. Posted February 26, 2021.

20. Jabal KA, Ben-Amram H, Beiruti K, et al. Impact of age, ethnicity, sex and
prior infection status on immunogenicity following a single dose of the
BNT162b2 mRNA COVID-19 vaccine: real-world evidence from healthcare
workers, Israel, December 2020 to January 2021. Euro Surveill.
2021;26(6):pii=2100096. https://doi.org/10.2807/1560-
7917.ES.2021.26.6.2100096. Published February 11, 2021.

21. Hinton DM, Chief Scientist Food and Drug Administration. Letters: U.S.
Department of Health and Human Services (HHS). HHS. Emergency Use
Authorization Declaration. 85 FR 18250 (April 1, 2020).
https://www.govinfo.gov/content/pkg/FR-2020-04-01/pdf/2020-06905.pdf.

22. Crooke SN, et al. Immunosenescence and human vaccine immune responses.
Immunity & Ageing.2019; 16:25 https://doi.org/10.1186/s12979-019-0164-9.

23. Montecino-Rodriguez M, Berent-Maoz B, Dorshkind K. Causes,


consequences, and reversal of immune system aging. J Clin Invest.
2013;123(3):958–965. doi:10.1172/JCI64096

24. Lord JM. The effect of aging of the immune system on vaccination responses.
Human Vaccines & Immunotherapeutic.2013;9(6):1364–1367. Available from
http://dx.doi.org/10.4161/hv.24696

25. Nakaya H, et al. Systems Analysis of Immunity to Influenza Vaccination


across Multiple Years and in Diverse Populations Reveals Shared Molecular
Signatures. Immunity.2015;43:1186–98.

26. Wu Z, et al. Safety, tolerability, and immunogenicity of an inactivated SARS-


CoV-2 vaccine (CoronaVac) in healthy adults aged 60 years and older: a
randomised, double-blind, placebo-controlled, phase 1/2 clinical trial. Lancet
Infect Dis 2021 Published Online February 3, 2021 https://doi.org/10.1016/
S1473-3099(20)30987-7

20
27. Klein SL, Flanagan K. Sex differences in immune respons.
Nature.2016;16:626-38. Available from: doi:10.1038/nri.2016.90 Published
online 22 Aug 2016.

28. Fischinger S, et al. Sex differences in vaccine-induced humoral immunity.


Seminars in Immunopathology.2019;41:239–9 https://doi.org/10.1007/s00281-
018-0726-5.

29. Furman D, et al. Systems analysis of sex differences reveals an


immunosuppressive role for testosterone in the response to influenza
vaccination. PNAS.2014;111:869-
74. https://doi.org/10.1073/pnas.1321060111.

30. Lavie CJ, Lee D, Sui X. Effects of Running on Chronic Diseases and
Cardiovascular and All-Cause Mortality. Mayo Clin Proc. 2015;90(11):1541-
52. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.mayocp.2015.08.001.

31. Silveira MP, Fagundes KK, Biut MT. Physical exercise as a tool to help
the immune system against COVID-19: an integrative review of the current
literature. Clinical and Experimental Medicine. 2021;21:15–28.

32. Edwards KM, Booy M. Effects of exercise on vaccine-induced immune


responses. Human Vaccines & Immunotherapeutics.2013l;9:4,907–10.

33. Kohut ML, Cooer MM, Nickolaus MS, et al. Exercise and Psychosocial
Factors Modulate Immunity to Influenza Vaccine in Elderly Individuals. The
Journals of Gerontology.2002; 57: M557–62. Available
from: https://doi.org/10.1093/gerona/57.9.M557.

34. Bohn-Goldbaum E, Pascoe A, Singh MF. Acute exercise decreases vaccine


reactions following influenza vaccination among older adults. Brain, Behavior,
& Immunity - Health.2020;100009. Available from:
Https://doi.org/10.1016/j.bbih.2019.100009. Received 3 October 2019.

35. Prather A, Hall M, Fury J. Sleep and Antibody Response to Hepatitis B


Vaccination. Sleep.2012;35(8):1063-9. Available from:
https://doi.org/10.5665/sleep.1990

36. Lange T, Dimitrof F, Bollinger T, et al. Sleep after Vaccination Boost


immunological memory. Immunol 2011; 187:283-290. Available from:
http://www.jimmunol.org/content/187/1/283 doi: 10.4049/jimmunol.1100015
2011.

37. Taylor D, Kelly K, Kohut ML, et al. Is Insomnia a Risk Factor for Decreased
Influenza Vaccine Response? Behav Sleep Med.2017;15(4):270–87.
doi:10.1080/15402002.2015.1126596.

21
38. National Institutes of Health. Clinical Guidelines on the Identification
Evaluation and Treatment of OverweightObesity in Adults--The Evidence
Report. Obes Res. 1998 Sep; 6(Suppl 2):51S–209S. [PubMed: 9813653]

39. Painter SD, Ovsyannikova I, Polland GA. The weight of obesity on the human
immune response to vaccination. Vaccine. 2015 August 26; 33(36): 4422–
4429. doi:10.1016/j.vaccine.2015.06.101.

40. Liu F, Guo Z, Dong C. Influences of obesity on the immunogenicity of


Hepatitis B vaccine. Human Vaccines & Immunothepeutics.2017; 3 (5):1014–
7. Available from Http://dx.doi.org/10.1080/21645515.2016.1274475.

41. Sheridan PA, J Handy, Karlsson EA. Obesity is associated with impaired
immune response to influenza vaccination in humans. International Journal of
Obesity. 2012;36:10727.

42. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke-


5. Jakarta:Sagung Seto;2014. h. 382

Lampiran 1: informed consent


Penjelasan dan Persetujuan Wasana Praja IPDN pada Penelitian ” Karakteristik
Rerata Kadar Antibodi Kuantitatif SARS-CoV2 Pasca Vaksinasi Sinovac pada
Praja Utama IPDN”
Penelitian oleh dr. Dewi Mayanti, MARS

Penjelasan untuk Peserta Penelitian

Kami, yang merupakan beberapa Nakes IPDN (dr. Dewi Mayanti, MARS dan Tim), bermaksud
mengadakan penelitian mengenai “ Karakteristik Rerata Kadar Antibodi Kuantitatif SARS-CoV2 Pasca
Vaksinasi Sinovac pada Praja Utama IPDN”. Oleh karena itu kami bermaksud memberikan informasi

22
dan mengundang seluruh satuan wasana praja IPDN untuk berpartisipasi menjadi subyek penelitian
tersebut.

Tujuan Penelitian
Mencari faktor-faktor yang berhubungan dengan kadar antibodi kuantitatif pasca-vaksinasi Sinovac.
Diharapkan hasil penelitian ini kelak dapat memberi masukan mengenai persiapan pra-vaksinasi jika
dibutuhkan untuk meningkatkan respon imun vaksin.

Jenis Penelitian
Pengumpulan dan analisa data mengenai titer antibodi kuantitatif pasca vaksinasi Sinovac disertai
informasi usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, lamanya tidur, frekuensi olahraga dan riwayat
terkena COVID-19.

Seleksi peserta
Kami mengundang seluruh Praja Utama IPDN yang sudah mendapatkan vaksin Sinovac 2 kali dan
sudah diperiksa kadar antibodi kuantitatif di laboratorium untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
Jumlah peserta penelitian yang diharapkan terkumpul adalah sebanyak minimal 250 orang.

Prosedur penelitian
Peserta akan dibagikan formulir isian secara daring dalam bentuk google form yang dikirim melalui
ponsel pribadi masing-masing lewat aplikasi WhatsApp.
Setelah itu peserta wajib mengirimkan kembali hasil kuesioner yang telah diisi kepada panitia melalui
ponsel pribadi masing-masing lewat aplikasi WhatsApp. Semua hasil yang masuk akan dianalisa secara
statistik.
Pertanyaan dalam kuesioner akan mencakup data dermografik seperti usia, jenis kelamin, berat dan
tinggi badan, maupun kebiasaan-kebiasaan seperti olah raga dan tidur. Data kadar antibodi kuantitatif
akan ditanyakan dalam kuesioner dan akan dibandingkan dengan data yang didapat dari laboratorium.
Data pribadi peserta yang berhubungan dengan penelitian ini dijamin kerahasiannya dari publik dan
hanya akan diketahui oleh tim peneliti saja.
Pengisian kuesioner hanya memakan waktu sekitar 5-10 menit.
Pengumpulan data penelitian akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2021 (selama 2
bulan). Bila kemudian hasil penelitian telah dapat dibuat kesimpulan, maka penelitian ini
dimungkinkan untuk dipublikasikan.
Risiko yang mungkin didapatkan Bapak/Ibu kemungkinan adalah rasa ketidaknyamanan jika data
Bapak/Ibu diketahui tim peneliti.
Semua informasi yang bapak/ibu berikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan dalam penelitian ini.
Data akan disimpan dalam file IPDN dan dimusnahkan sesuai alur pemusnahan data laboratorium
(yaitu setelah 5 tahun).

23
Partisipasi bersifat sukarela dan tidak diwajibkan.Peserta juga sewaktu-waktu dapat mengundurkan diri
dari penelitian tanpa adanya sanksi.

Bila ada hal-hal yang ingin ditanyakan oleh peserta penelitian, maka seluruh anggota tim penelitian
bersedia memberi penjelasan. Bapak/ibu dapat menghubungi peneliti di bawah ini:

Nama : dr. Dewi Mayanti, MARS


Alamat : Taman Harapan, 002/003, Cawang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
No HP : 087777567945

Jika bapak/ibu menyetujui ikut serta dalam penelitian ini, silakan menandatangani lembar persetujuan
terlampir.

Proposal penelitian ini telah mendapat persetujuan dari

Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan

Yang bertandatangan di bawah ini:


Nama :
Usia :

1. Saya telah membaca penjelasan mengenai penelitian ini. Dengan ini saya menyatakan dengan
sukarela, tanpa paksaan dari pihak manapun bersedia sebagai peserta dalam penelitian yang berjudul “
Karakteristik Rerata Kadar Antibodi Kuantitatif SARS-CoV2 Pasca Vaksinasi Sinovac pada Praja
Utama IPDN” oleh dr. Dewi Mayanti, MARS dan kawan-kawan.
2. Saya bersedia mengisi kuesioner yang akan dikirimkan secara daring dan mengirimkannya kembali
secara daring melalui ponsel pribadi saya lewat aplikasi WhatsApp.

24
3. Saya bersedia data hasil pengisian kuesioner saya dianalisis dan dipresentasikan untuk publikasi
ilmiah dimana identitas pribadi saya hanya diketahui oleh Tim Peneliti dan yang berhubungan dengan
penelitian ini saja.
4. Sewaktu-waktu saya berhak untuk mengundurkan diri dari penelitian ini tanpa kehilangan hak saya
sebagai karyawan maupun sebagai pasien.

Demikian surat persetujuan ini dibuat dengan sebenar-benarnya, tanpa tekanan dari pihak manapun.
Tempat / tanggal
____________________________
Nama Jelas
____________________________

setuju

Pernyataan penelitian
Saya telah menyaksikan pembacaan secara akurat dari bentuk persetujuan kepada peserta yang bersedia
mengikuti penelitian , dan individu tersebut memiliki kesempatan untuk mengajukan pertanyaan. Saya
konfirmasikan bahwa individu tersebut telah memberikan persetujuan dengan bebas dan sudah
diberikan copy dari lembar penjelasan untuk subyek penelitian.

Peneliti

dr Dewi Mayanti MARS

Lampiran 2: Kuesioner Penelitian


Kuesioner Penelitian “ Karakteristik Rerata Kadar Antibodi Kuantitatif SARS-
CoV2 Pasca Vaksinasi Sinovac pada Wasana Praja IPDN”
* Required
Nama *

Your answer
Tanggal lahir
Apakah Anda pernah terpapar COVID-19 (berdasarkan hasil swab PCR positif)? *
Ya
Tidak
Kapan Anda pernah terpapar COVID-19 (berdasarkan hasil swab PCR positif)?

25
Apakah pemeriksaan rapid test atau skrining serologi antibodi Anda pernah mendapat
hasil Reaktif?

Ya
Tidak
Kapan rapid test atau skrining serologi antibodi Anda pernah mendapat hasil Reaktif?

Your answer
Kadar antibodi setelah 28 hari vaksinasi ke kedua *mohon diisi dengan angka saja *

Your answer
Usia saat vaksin pertama*mohon isi dengan angka saja (tahun) *

Your answer
Jenis Kelamin *
Laki-laki
Perempuan
Berat Badan terakhir *mohon isi dengan angka saja (kg) *

Your answer
Tinggi Badan *mohon isi dengan angka saja (cm) *

Your answer
Berapa lama rata-rata Anda tidur dalam sehari ? *
<7 jam
> 7 jam

Apakah Anda rutin berolah raga? *


<3x / minggu
> 3 x/ minggu

Jika anda rutin berolahraga, olahraga apa yang biasa anda lakukan?
Bersepeda
Jalan kaki
Jogging atau lari
Bulutangkis

Berapa lama waktu yang biasa Anda gunakan setiap kali Anda berolahraga?
<30 menit
>=30 menit – 1,5 jam
>=1,5 jam

26
Asal Pendaftaran *

Golongan darah *
A
B
AB
O
Apakah anda memiliki penyakit Hipertensi?
Ya
Tidak

Apakah anda memiliki penyakit Diabetes mellitus?


Ya
Tidak

Apakah anda rutin mengkonsumsi vitamin C dalam bentuk tunggal maupun


terkandung dalam suatu multivitamin?
Ya
Tidak

Apakah Anda rutin mengkonsumsi vitamin D dalam bentuk tunggal maupun


terkandung dalam suatu multivitamin ?
Ya
Tidak

Apakah Anda rutin mengkonsumsi vitamin E dalam bentuk tunggal maupun


terkandung dalam suatu multivitamin?
Ya
Tidak

Apakah Anda rutin mengkonsumsi probiotik dalam bentuk suplemen maupun


minuman probiotik (termasuk yogurt, yakult dan lain-lain)?
Ya
Tidak

27

Anda mungkin juga menyukai