Anda di halaman 1dari 5

Pemanfaatan Solar Energy sebagai Sumber Energi Listrik Utama pada Desa Sulit Listrik di

Indonesia

Muhammad Reza Rizky Sinatria

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang luas dengan kumpulan dari ribuan desa,
pembangunan Indonesia berarti sama dengan pembangunan dan pemberdayaan desa-desa
yang ada di Indonesia. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), diketahui bahwa
jumlah desa yang terdata di Indonesia yakni 81.616 desa. Banyaknya desa yang ada di
Indonesia tentu menjadi pusat kokoh dan makmurnya Indonesia. Penyebaran serta
pemberdayaan terutama dalam segi energi berupa listrik tentu menjadi salah satu faktor
utama dalam pertumbuhan desa tersebut. Listrik sudah tentu menjadi fokus utama dalam
pengembangan suatu desa, karena listrik sudah menjadi suatu kebutuhan yang primer dalam
kehidupan manusia terutama perkotaan dan perdesaan yang maju. Akan tetap, luasnya
wilayah Indonesia dan banyak desa yang terpelosok menyebabkan penyebaran listrik untuk
desa-desa terpelosok dan sulit listrik ini menjadi sulit. Melalui data yang didapat, ada 4.700
desa di wilayah terluar, tertinggal, dan terdepan (3T) masih belum dialiri oleh listrik oleh
PLN. Desa di provinsi-provinsi seperti Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan
Utara, Maluku masih dibawah 80 persen dan lebih parah lagi yaitu Papua dan Papua barat
yang berada dibawah 50 persen untuk desa yang dialiri listrik. Hal tersebut diakibatkan oleh
beberapa hal seperti daerah yang sulit dijangkau, medan yang berbahaya dan ekstrem, serta
biaya investasi yang tinggi. Menurut Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo
menyampaikan bahwa pada daerah 3T membutuhkan investasi infrastruktur yang tidak
murah, yaitu berkisar 25-45 juta per-pelanggan. Dengan mahalnya investasi infrastruktur
untuk mengelektrifikasi desa-desa yang belum dialiri listrik, perlu adanya inovasi serta cara
untuk membuat desa yang sulit listrik ini menjadi mudah dan dapat dialiri listrik. Inovasi
yang dipakai pun haruslah yang mengedepankan pada sustainable energy, dikarenakan
Indonesia berambisi untuk Zero Net Emission pada tahun 2060 atau lebih cepat. Saat ini
sustainable and renewable energy sudah menjadi fokus utama pemerintah Indonesia,
dikarenakan Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang sangat tinggi. Terutama pada
potensi energi surya, potensi energi surya di Indonesia mencapai 4.8 kWh/m 2 atau setara
dengan 112.000 GWp. Dari besarnya potensi yang ada, yang sudah dimanfaatkan hanya
berkisar 10 MWp. Tentu sangat disayangkan apabila keberlimpahan potensi energi surya
yang ada tidak dimaksimalkan, terutama pada desa-desa yang masih sulit listrik. Energi surya
bisa menjadi solusi untuk mengurangi desa-desa yang belum dialiri listrik, serta menjadi batu
loncatan untuk desa-desa maju supaya menjadikan renewable energy (energi terbarukan/
diitalic) sebagai sumber energi utama sehari-hari.
B. Pembahasan

Untuk mengatasi permasalahan desa sulit listrik tersebut, pemanfaatan solar energy
yang bersumber pada matahari akan mempermudah elektrifikasi desa-desa yang masih belum
dialiri listirk dan rusaknya ekosistem bumi. Ditambah lagi, posisi Indonesia sebagai negara
tropis yang dilalui garis khatulistiwa, menjadikan berlimpahnya tenaga surya matahari yang
ada. Berdasarkan data dari situs globalsolaratlas, output daya fotovoltaik spesifik di wilayah
Indonesia berkisar 2.82 - 4.62 kWh/kWp dengan suhu udara 11.3°C-27.8°C, dengan data
tersebut diketahui bahwa geografis Indonesia cukup memadai untuk memanfaatkan tenaga
surya sebagai sumber energi, sehingga desa yang masih belum teraliri listrik dapat dengan
mudah memanfaatkan panel surya. Solar Energy atau energi surya adalah energi yang
didapatkan dari matahari dengan cara mengubah sinar matahari menjadi energi listrik
menggunakan panel surya sebagai penangkap sinar matahari. Sinar matahari yang diubah
menjadi energi listrik menggunakan Panel PV akan dialirkan dan disimpan pada baterai
menggunakan Solar Charge Control. Panel PV atau panel surya merupakan kumpulan sel
surya atau Solar Cell yang disusun untuk menyerap sinar matahari secara efektif. Sel surya
pada Panel PV bertanggung jawab untuk menyerap sinar matahari dan mengubahnya menjadi
energi listrik. Sel surya sendiri terdiri dari berbagai komponen fotovoltaik, yaitu komponen
yang dapat mengubah cahaya menjadi listrik. Secara umum, sel surya terdiri dari lapisan
silikon semikonduktor, lapisan logam, lapisan anti refleksi, dan strip konduktor logam.
Banyaknya Solar Cell yang disusun berbanding lurus dengan banyaknya energi yang
dihasilkan. Maka semakin banyak sel surya yang disusun, semakin banyak energi dari sinar
matahari yang dikonversikan menjadi energi listrik. Adapun jenis sel surya yang biasa
dipakai seperti Monocrystalline Silicon PV Module, Polycrystalline Silicon PV Module. Jenis
sel surya tersebut yang biasa dipakai untuk menyerap energi matahari dan dikonversikan
menjadi energi listrik. Banyaknya daya yang diserap oleh panel surya berbanding lurus
dengan intensitas cahaya dan luas permukaan. Efisiensi panel surya, terutama panel surya
monocristaline, bisa menjadi lebih tinggi jika suhu permukaan sel surya berada pada suhu
kamar, karena pada suhu tersebut tegangan output akan turun dan arus output akan naik.
Sebaliknya, jika permukaan sel surya lebih tinggi dari suhu kamar, efisiensi dari panel surya
pun akan turun dan arus output yang dihasilkan akan lebih kecil. Pada saat efisiensi turun
tentu daya yang akan disimpan kedalam baterai akan lebih lambat untuk mengisi sampai full.
Dalam pemanfaatan energi surya ini pun terbilang sangat ringkas. Cara kerja dari PLTS
(Pembangkit Listrik Tenaga Surya) yaitu energi matahari ditangkap menggunakan panel PV
yang sudah disiapkan, setelah itu Panel PV akan mengubah energi dari matahari berupa sinar
matahari untuk diubah menjadi energi listrik, selanjutnya energi yang sudah dirubah menjadi
energi listrik akan dialirkan menggunakan Solar Charge Control untuk disimpan didalam
baterai. Sesudah energi listrik disimpan didalam baterai, energi listrik yang didapat dari
proses perubahan sinar matahari haruslah diubah arus listriknya, energi listrik yang awalnya
masih merupakan listrik arus DC diubah menjadi listrik arus AC menggunakan Inverter agar
bisa dipakai untuk alat-alat rumah yang diperlukan dan energi listrik pun sudah bisa dipakai
untuk kepentingan masyarakat di desa tersebut untuk menjadi sumber daya guna
menghidupkan listrik masyarakat desa yang masih sulit listrik di daerah 3T (Terdepan,
Tertinggal, dan Terluar). Dalam segi keramahan lingkungan, penggunaan panel surya sebagai
energi listrik dapat dipastikan membantu mengurangi emisi yang sudah tinggi diakibatkan
oleh PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) yang masih menggunakan fosil sebagai bahan
bakar utama. Diketahui bahwa sektor ketenagakelistrikan menyumbang emisi karbon sebesar
empat belas persen dari total keseluruhan emisi nasional yang ada. Sebagai perbandingan
PLTS dan PLTU, pada penggunaan PLTS sebagai sumber daya energi listrik sama sekali tidak
memancarkan emisi berupa CO2 atau emisi gas rumah kaca. Tidak seperti PLTU yang masih
menggunakan bahan bakar fosil untuk menghasilkan energi listrik. Tentu pemanfaatan solar
energy sebagai pengganti pembangkit listrik yang biasa menggunakan fosil sebagai bahan
bakar dapat menjadi cara yang sangat memungkinkan untuk menurunkan emisi di Indonesia,
dan penggunaan solar energy dipastikan tidak akan memberikan kontribusi yang buruk
terhadap perubahan iklim dan global warming.

C. Kesimpulan

Masih banyaknya desa yang belum dialiri listrik, menjadi salah satu tantangan bagi
pemerintah untuk mulai memasok listrik ke seluruh pedalaman di Indonesia. Ditambah target
Indonesia yang akan Net Zero Emission pada tahun 2060 mengharuskan pemerintah negara
untuk memberikan solusi yang tidak hanya tepat, akan tetapi solusi yang sustainable.
Pemanfaatan solar energy sebagai sumber energi utama pembangkit listrik pada desa yang
masih sulit listrik dapat menjadi solusi jangka panjang untuk memenuhi target pemerintah
negara. Besarnya potensi Indonesia akan energi terbarukan, terutama energi matahari yang
memiliki potensi daya mencapai mencapai 4.8 kWh/m 2 atau setara dengan 112.000 GWp.
Potensi yang dimiliki Indonesia akan energi matahari harus dimanfaatkan sebaik-baiknya,
terutama untuk menekan ketergantungan akan fosil sebagai bahan bakar utama pembangkit
listrik yang menghasilkan emisi yang tinggi. Penerapan sistem PLTS yang ringkas menjadi
salah satu kelebihan dibanding pembangkit listrik yang lain. Sinar matahari yang terpancar
diserap oleh Panel PV dan diubah dari bentuk energi matahari menjadi energi listrik. Energi
matahari yang sudah diubah Panel PV menjadi energi listrik akan disimpan pada Battery
Bank melalui Solar Charge Control yang sudah tersambung Panel PV. Setelah energi listrik
disimpan pada Battery Bank, energi listrik akan diubah terlebih dahulu arus listriknya
menggunakan Inverter. Energi listrik yang arusnya telah diubah dari arus DC ke arus AC
dapat langsung digunakan oleh masyarakat desa untuk kebutuhan sehari-hari. Proyek inovasi
ini tentu memiliki keunikan tersendiri dengan memanfaatkan energi cahaya matahari atau
Solar Energy sebagai sumber daya listrik untuk menghidupkan desa yang masih sulit listrik di
daerah 3T (Terdepan, Tertinggal, dan Terluar) serta bisa digunakan berulang-ulang dalam
jangka waktu yang panjang. Bahkan, masyarakat tak perlu mengeluarkan uang sepeser pun
untuk mendapatkan energi listrik tersebut jika sistem sudah terpasang. Masyarakat desa
hanya perlu meletakkan panel surya dan membiarkan cahaya matahari tersebut
bertransformasi menjadi energi listrik. Tentu dampak yang diharapkan adalah elektrifikasi
terhadap desa-desa yang masih sulit listrik menggunakan Renewable energy dan tidak ada
lagi desa yang masih sulit listrik di daerah 3T, serta emisi yang dihasilkan oleh pembangkit
yang masih menggunakan fosil dapat ditekan untuk bumi yang lebih baik di masa depan.

Anda mungkin juga menyukai