Anda di halaman 1dari 37

KARYA TULIS ILMIAH

Penguatan Health, Safety, and Environment (HSE) Dalam Rangka


Mewujudkan Zero Accident Pada Industri Hulu Migas di Energy Equity Epic
(Sengkang) PTY. LTD

Disusun oleh:

ACHO SAPUTRA (20TKM442)

NIRMASARI (20TKM462)

KELAS DUAL SYSTEM 2020

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK ATI MAKASSAR

2022

1
Penguatan Health, Safety, and Environment (HSE) Dalam Rangka
Mewujudkan Zero Accident Pada Industri Hulu Migas di Energy Equity Epic
(Sengkang) PTY. LTD

Acho Saputra
Nirmasari

Politeknik ATI Makassar

ABSTRAK

Health, Safety, and Environment merupakan sebuah metodologi


untuk mempelajari dan menerapkan aspek-aspek praktis dalam melindungi
lingkungan dan menjaga kesehatan serta keselamatan di tempat kerja.
Kondisi kerja yang sehat dan aman, tidak hanya bagi para pekerjanya, tapi
juga masyarakat dan lingkungan yang ada di sekitar area kerja tersebut.
Dalam kegiatan operasional industri hulu minyak dan gas bumi (migas),
kesehatan dan keselamatan kerja (K3) menjadi hal yang sangat penting..
Perusahaan dituntut untuk menerapkan sistem Kesehatan, Keselamatan
Kerja dan Lindung Lingkungan (K3LL) untuk mencapai tujuan operasi
industri hulu yang nihil kecelakaan (zero accident). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
terwujudnya Zero Accident dan penguatan budaya HSE di lingkungan
Enenrgy Equity Epic Sengkang Pty.Ltd. Penelitian ini bersifat kualitatif,
data primer diperoleh dari observasi langsung dengan menggunakan
formulir checklist dan data sekunder berupa profil perusahaan, penggunaan
Alat Pelindung Diri (APD) dan pengawasan faktor-faktor yang
mempengaruhi Zero Accident. Data yang diperoleh dianalisis secara
deskriptif merujuk pada Undang-Undang NO. 1 TAHUN 1970 tentang
Keselamatan Kerja. Dari hasil penelitian diketahui bahwa budaya HSE
pada perusahaan tersebut masih perlu ditingkatkan, dilihat dari kurangnya
kesadaran budaya HSE dari pekerja dan pelaksanaan serta pengawasan
budaya HSE dari perusahaan.

Kata Kunci : HSE, Zero Accident, K3LL, APD, Implementasi K3

2
DAFTAR ISI
KARYA TULIS ILMIAH................................................................................................1

Penguatan Health, Safety, and Environment (HSE) Dalam Rangka Mewujudkan


Zero Accident Pada Industri Hulu Migas di Energy Equity Epic (Sengkang) PTY.
LTD...................................................................................................................................2

DAFTAR ISI....................................................................................................................3

BAB I................................................................................................................................4

A. Latar Belakang.....................................................................................................4

B. Rumusan Masalah................................................................................................6

C. Tujuan Pembuatan KTI......................................................................................6

D. Manfaat Pembuatan KTI....................................................................................7

BAB II...............................................................................................................................9

A. Health, Safety, And Environment.......................................................................9

1. Pedoman K3LL................................................................................................9

2. Kinerja Pengelolaan K3LL............................................................................10

3. Lindungan Lingkungan.................................................................................13

B. Zero Accident.....................................................................................................14

1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pencapaian Zero Accident...............15

C. Alat Pelindung Diri............................................................................................17

BAB III...........................................................................................................................21

BAB IV............................................................................................................................24

A. Hasil.....................................................................................................................24

B. Pembahasan........................................................................................................31

BAB V.............................................................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................36

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kegiatan operasional industri hulu minyak dan gas bumi

(migas), kesehatan dan keselamatan kerja (K3) menjadi hal yang sangat

penting. Pekerja di industri hulu migas mempunyai potensi risiko yang

besar terhadap kondisi kesehatan dan keselamatan kerja. Perusahaan

dituntut untuk menerapkan sistem Kesehatan, Keselamatan Kerja dan

Lindung Lingkungan (K3LL) untuk mencapai tujuan operasi industri hulu

yang nihil kecelakaan (zero accident).

Industri hulu migas memiliki peran penting dalam menyumbang

penerimaan negara dari sektor migas. Di industri inilah berlangsung

kegiatan produksi migas berupa eksplorasi dan eksploitasi, yang

menghasilkan migas untuk memenuhi kebutuhan energi dunia yang terus

meningkat. Namun, seperti yang kita ketahui, kegiatan di hulu migas

termasuk ke dalam kategori aktivitas berisiko tinggi, baik yang digarap di

darat (onshore) maupun di lautan lepas (offshore). Di lautan lepas,

kegiatan hulu migas dihadapkan pada dua tantangan sekaligus, yaitu dari

sisi proses sistem maupun marine hazards. Sebagai industri yang padat

risiko, kegiatan hulu migas sangat memperhatikan aspek keselamatan dan

kesehatan kerja pekerja, serta lingkungan. Untuk itu, setiap Kontraktor

Kontrak Kerja Sama (KKKS) diwajibkan memiliki satu unit kerja untuk

4
menangani K3LL atau dikenal juga dengan istilah Health, Safety, and

Environment (HSE). Adapun tujuan penerapan K3LL adalah untuk

menjamin KKKS menjalankan operasi dengan nihil kecelakaan, tidak

membahayakan manusia, dan tidak merusak lingkungan.

Pemerintah terus berupaya untuk menekan angka kecelakaan kerja

di dalam kegiatan minyak dan gas bumi (Migas), yakni secara disiplin

dengan menerapkan prinsip K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

kepada para pegawainya. Pasalnya, keselamatan kerja dalam kegiatan

usaha minyak dan gas bumi di Indonesia merupakan amanat Undang-

Undang (UU), yakni UU Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

Kerja; UU Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi; serta

UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.

Sebagai induk dari kegiatan industri hulu migas di Indonesia,

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas

Bumi (SKK Migas) meminta kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKS) untuk

berkomitmen dalam penerapan sistem K3LL. Menurut Deputi Operasi

SKK Migas, Muliawan Haji, “SKK Migas mengharuskan adanya

komitmen dari seluruh pimpinan Kontraktor KKS untuk memastikan

pelaksanaan aspek K3LL secara efektif dan efisien” (SKK Migas, 2017).

Implementasi sistem K3LL ini menjadi perhatian karena akan

mempengaruhi citra perusahaan apabila terjadi kasus kecelakaan kerja

yang berdampak luas.

5
Menurut laporan kinerja K3LL kegiatan usaha hulu migas (2016),

telah terjadi sejumlah kecelakaan kerja pada kegiatan eksploitasi pada

industri hulu migas. Pada tahun 2016, SKK Migas mencatat bahwa

terdapat 3 korban kecelakaan akibat fatal, 15 korban kecelakaan korban

kategori berat, 34 korban kecelakaan kategori sedang, 136 korban

kecelakaan kategori ringan. Direktorat Jenderal SKK Migas mencatat

kecelakaan dalam kegiatan operasi hulu migas dengan kategori kecelakaan

berat sampai dengan fatal pada tahun 2008 menurun 33 % dibandingkan

dengan tahun sebelumnya.

Dalam Seminar Online Keselamatan Migas dalam rangka

memperingati Bulan K3 Nasional yang digelar PAKKEM, tampil sebagai

pembicara utama Direktur Teknik dan Lingkungan Migas, Direktorat

Jenderal Minyak dan Gas (Ditjen Migas), Kementerian ESDM, Wakhid

Hasyim. Dalam paparanya, Wakhid mengatakan, target yang ingin dicapai

adalah terciptanya keselamatan migas yang meliputi keselamatan pekerja,

keselamatan instalasi dan peralatan, keselamatan lingkungan dan

keselamatan umum sehingga diperlukan suatu komitmen bersama para

stakeholder untuk mencapai tujuan mulia tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan, maka penulis

tertarik untuk meneliti mengenai “ Bagaimana Penguatan Health, Safety,

and Environment (HSE) dalam Rangka Mewujudkan Zero Accident Pada

Industri Hulu Migas di Energy Equity Epic (Sengkang) PTY. LTD?”.

6
C. Tujuan Pembuatan KTI

1. Tujuan Umum

a. Untuk mengetahui “Penguatan Health, Safety, and Environment

(HSE) dalam Rangka Mewujudkan Zero Accident Pada Industri

Hulu Migas di Energy Equity Epic (Sengkang) PTY. LTD?”.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui persentasi penggunaan APD pada Energy

Equity Epic (Sengkang) PTY. LTD.

b. Untuk mengetahui ketersediaan APD pada Energy Equity Epic

(Sengkang) PTY. LTD.

c. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi Zero Accident pada

Energy Equity Epic (Sengkang) PTY. LTD.

D. Manfaat Pembuatan KTI

1. Bagi Industri

Sebagai masukan bagi Energy Equity Epic (Sengkang) PTY. LTD.

untuk dapat mengoptimalkan penguatan Health, Safety, and

Environment untuk mewujudkan zero accident bagi industri hulu

Migas.

2. Bagi Institusi

Menambah informasi mengenai penerapan Health, Safety, and

Environment sehingga dapat untuk mewujudkan zero accident untuk

indutri hulu Migas.

3. Bagi Penulis

7
Untuk menambah pengetahuan, keterampilan dan pengalaman

dalam melakukan penelitian dalam hal penguatan Health, Safety, and

Environment untuk mewujudkan zero accident bagi industri hulu

Migas.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Health, Safety, And Environment

HSE adalah singkatan dari Health (Kesehatan), Safety (Keamanan),

dan Environment (Lingkungan). HSE merupakan sebuah metodologi untuk

mempelajari dan menerapkan aspek-aspek praktis dalam melindungi

lingkungan dan menjaga kesehatan serta keselamatan di tempat kerja. HSE

dikenal juga dengan nama K3LL yakni Kesehatan, Keselamatan Kerja,

dan Lindungan Lingkungan. Ini adalah kondisi kerja yang sehat dan aman,

tidak hanya bagi para pekerjanya, tapi juga masyarakat dan lingkungan

yang ada di sekitar area kerja tersebut. Penerapan K3LL sendiri telah

tertuang dalam Pedoman Tata Kerja (PTK). Beberapa PTK terkait aspek

K3LL meliputi PTK Sistem Manajemen K3, PTK Sistem Manajemen K3

Kontraktor, PTK Penanggulangan Tumpahan Minyak, PTK Environmental

Baseline Assessment, dan PTK Manajemen Krisis (Dirjen Minyak dan Gas

Bumi, 2016).

1. Pedoman K3LL

Pada 2018, sesuai dengan arahan Presiden Republik Indonesia,

SKK Migas telah melakukan penyederhanaan regulasi PTK aspek

K3LL menjadi satu saja, yaitu Nomor

9
PTK-005/SKKMA0000/2018/S0 tentang Pengelolaan K3LL di

Kegiatan Usaha Hulu Migas yang disahkan oleh Kepala SKK Migas.

Guna meningkatkan budaya safety, SKK Migas memberikan apresiasi

kepada KKKS atas pencapaian kinerja K3LL yang tidak terbatas pada

jam kerja selamat dan pencapaian Program Penilaian Peringkat Kinerja

Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER) yang

dikembangkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

(KLHK). Apresiasi dapat berupa insentif kepada pekerja dan

dikoordinasikan dengan fungsi yang melaksanakan pengelolaan

Sumber Daya Manusia (SDM) KKKS. SKK Migas juga mengevaluasi

kinerja personel yang bertanggung jawab terhadap aspek K3LL di

setiap KKKS sesuai dengan komitmen serta rencana kerja dan

anggaran aspek K3LL yang disetujui. Apabila hasil evaluasi

mengindikasikan ketidaksesuaian, maka akan diberikan konsekuensi

secara berjenjang, mulai dari teguran lisan, surat peringatan, hingga

rekomendasi penggantian personel dimaksud di KKKS tersebut. Hal

ini cukup beralasan, mengingat dalam dunia industri khususnya sektor

migas, SDM adalah aset yang berharga dan perlu dijaga. Terlebih,

karyawan sektor hulu migas akan selalu berhadapan dengan alat-alat

berbahaya dan kondisi lingkungan kerja yang dapat berisiko terhadap

keselamatan dan kesehatan kerja (Dirjen Minyak dan Gas Bumi,

2016).

10
2. Kinerja Pengelolaan K3LL

Kinerja pengelolaan K3LL mencakup beberapa elemen yang

menjadi tolok ukurnya. Pada pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3), terdapat tiga elemen yang menjadi indikator kinerjanya,

yaitu Incident Rate (IR), Kecelakaan Tambang Fatal & Fatal Accident

Rate, dan Illness Fatality (Dirjen Minyak dan Gas Bumi, 2016).

a. Incident Rate (IR)

Salah satu tolak ukur keberhasilan kinerja pengelolaan

keselamatan kerja dalam kegiatan operasional hulu migas ditandai

dengan rendahnya angka kecelakaan kerja. Besarnya angka

kecelakaan dapat diketahui dengan menghitung nilai IR.

Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno mengungkapkan,

dalam 5 tahun terakhir, IR kegiatan usaha hulu migas secara

keseluruhan terus mengalami tren yang sangat baik. “Parameter

yang dipakai sudah berstandar internasional. Secara keseluruhan

eksplorasi-eksploitasi berada pada angka < 1, dalam arti sangat

ideal”, ujar Julius.

b. Kecelakaan Tambang Fatal & Fatal Accident Rate

Pada industri hulu migas, kecelakaan tambang dibagi

menjadi beberapa klasifikasi, antara lain kecelakaan dengan akibat

kategori ringan, kecelakaan kerja tambang yang tidak

11
menyebabkan hari kerja hilang, termasuk membutuhkan perawatan

medis serta dapat kembali pada aktivitas pekerjaannya; Kecelakaan

dengan akibat kategori sedang, kecelakaan kerja tambang yang

tidak menyebabkan kehilangan anggota badan atau fungsi badan,

menyebabkan pekerja hanya dapat melakukan aktivitas pekerjaan

terbatas (restricted work day case); serta kecelakaan dengan akibat

kategori berat, kecelakaan kerja tambang yang menimbulkan hari

hilang kerja atau yang menyebabkan kehilangan anggota badan

atau fungsi badan.

Menurut data SKK Migas, terjadi penurunan angka korban

Kecelakaan Tambang Fatal di kegiatan usaha hulu migas sebesar

50% pada tahun 2019, yaitu dari 2 korban (2018) menjadi 1

korban. Apabila dibandingkan dengan periode sebelumnya (2011-

2018), jumlah korban Kecelakaan Tambang Fatal 2019 adalah yang

terkecil, di mana semua korban yang meninggal berasal dari

pekerja mitra kerja KKKS.

c. Illness Fatality

Pada tahun 2019, sektor hulu migas diuji dengan

peningkatan angka illness fatality. Tercatat, sebanyak 23 kejadian

pekerja meninggal karena sakit. Salah satu faktor penyebab yang

sedang dikaji adalah belum adanya standarisasi jenis pemeriksaan

dan provider pemeriksaan kesehatan pekerja untuk kontraktor di

12
lingkungan KKKS sebagai persyaratan dasar kelaikan kerja (fit to

work).

Terkait kondisi tersebut, Divisi Penunjang Operasi dan

Keselamatan Minyak dan Gas Bumi (POKM) SKK Migas telah

menerbitkan surat HSE Alert nomor: SRT-0037/

SKKMF3000/2019/S5 tanggal 21 Februari 2019. Melalui surat

tersebut, seluruh KKKS diharapkan dapat segera melakukan

beberapa hal berikut :

- Health Risk Assessment

- Fitness For Work dan Health Surveillance

- Pengelolaan Kedaruratan Medis

- Industrial Hygiene dan Pengendalian Paparan Bahaya di

Tempat Kerja

3. Lindungan Lingkungan

Perlindungan lingkungan menjadi salah satu perhatian utama

dalam industri hulu migas. Tata kelola yang buruk dalam proses

eksplorasi dan produksi tidak hanya menyebabkan kerugian finansial,

tetapi juga akan merusak lingkungan sekitar.

Sejak tahun 2002, industri hulu migas mengikuti PROPER,

program dari KLHK yang berupa kegiatan pengawasan dan

pembinaan terhadap penanggung jawab baik usaha ataupun kegiatan

di bidang pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup

13
serta pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Setiap

tahun, KLHK memberikan penghargaan PROPER dengan tujuan

mendorong perusahaan untuk taat terhadap peraturan lingkungan

hidup dan mencapai keunggulan lingkungan (environmental

excellency). Di sektor hulu migas, sebanyak 6 KKKS telah berhasil

meraih PROPER Emas sebagai bukti pengelolaan lingkungan telah

beyond compliance. SKK Migas pun bersinergi dengan masyarakat

dalam pengelolaan lingkungan dan pemanfaatan sumber daya alam.

Misalnya saja, pengolahan hasil rumput laut ramah lingkungan, budi

daya jamur tiram dan jamur merang, pemanfaatan sampah terpadu

masyarakat pesisir, pembangunan green house dan hidroponik, serta

program-program entrepreunership lainnya.

B. Zero Accident
Menurut Peraturan Menteri Ketenagakerjaan dan Imigrasi

Republik Indonesia PER01/MEN/I/2007 tentang pedoman alokasi

kesehatan dan keselamatan kerja (K3), Zero Accident adalah suatu kondisi

tidak terjadi kecelakaan kerja di tempat kerja yang dapat menyebabkan

kerusakan peralatan atau terhentinya suatu proses selama 2 x 24 jam tanpa

korban jiwa. Pencapaian nihil kecelakaan (zero accident) merupakan

prestasi kerja di bidang keselamatan dan kesehatan kerja. Pemerintah akan

memberikan penghargaan nihil kecelakaan kerja dalam bentuk piagam

dan bendera emas kepada perusahaan yang berhasil mencegah terjadinya

kecelakaan kerja di tempat kerja yang dapat mengakibatkan pekerja

14
sementara tidak mampu bekerja (STMB) selama 2 x 24 jam dan atau

menyebabkan terhentinya proses dan atau rusaknya peralatan tanpa korban

jiwa dimana kehilangan waktu kerja tidak melebihi shift berikutnya pada

kurun tertentu dan jumlah jam kerja orang tertentu (HSE Dpartement,

2006).

1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pencapaian Zero Accident

a. Komitmen Perusahaan

Inti manajemen keselamatan kerja adalah komitmen

perusahaan dan usaha-usaha keselamatan kerja yang komprehensif.

Komitmen perusahaan dan usaha-usaha keselamatan kerja yang

komprehensif sebaiknya dikoordinasikan dari tingkat manajemen

paling tinggi untuk melibatkan seluruh pegawai perusahaan.

Usaha ini juga sebaiknya dicerminkan melalui tindakan-tindakan

manajerial (Mathis dan Jackson, 2003). Ada tiga pendekatan

terhadap manajemen keselamatan kerja yang efektif yaitu

pendekatan organisasi, pendekatan teknis, dan pendekatan

individual.

b. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Kebijakan dan peraturan keselamatan kerja serta

mendisiplinkan pelaku pelanggaran, merupakan komponen penting

usaha-usaha keselamatan kerja. Dukungan terhadap perlunya

perilaku kerja yang aman dan memberikan umpan balik terhadap

praktik-praktik keselamatan kerja yang positif, juga sangat penting

15
dalam meningkatkan keselamatan para pekerja (Mathis dan

Jackson, 2003). Suatu kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja

yang baik diisyaratkan memenuhi kriteria yaitu sesuai dengan sifat

dan skala risiko keselamatan dan kesehatan kerja organisasi,

mencakup komitmen untuk peningkatan berkelanjutan

(Kiswandari, E, 2019).

c. Komunikasi dan Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Komunikasi dan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja

diperlukan untuk menekankan pentingnya praktik kerja yang aman

(Mathis dan Jackson, 2003). Pelatihan keselamatan dan kesehatan

kerja mampu menurunkan risiko terjadinya kecelakaan kerja

(Kiswandari, E, 2019). Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja

merupakan salah satu faktor yang memengaruhi pencapaian nihil

kecelakaan yang bertujuan untuk meningkatkan Knowledge, Skill,

dan Attitute (KSA).

d. Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Inspeksi K3 digunakan sebagai alat bagi manajemen untuk

melihat kinerja (tingkat produktivitas serta efesiensi perusahaan).

Hasil dari inspeksi K3 dapat dijadikan sebagai indicator

keberhasilan dibidang keselamatan dan Kesehatan kerja di

perusahaan. Manfaat inspeksi K3 yaitu mencegah terjadinya

kecelakaan dan penyakit kerja, mencegah terjadinya Tindakan

yang tidak aman dari pekerja, memelihara kelancaran proses

16
produksi, dan meningkatkan produktivitas kerja. Kegiatan inspeksi

bertujuan untuk mengidentifikasi sumber-sumber bahaya potensial

yang ada di tempat kerja, mengevaluasi tingkat risiko terhadap

tenaga kerja serta mengendalikan sampai tingkat yang aman bagi

keselamatan dan kesehatan kerja.

C. Alat Pelindung Diri

Alat pelindung diri (Personal Safety Equipment) adalah suatu yang

berfungsi untuk melindungi pekerja dari paparan sumber energi dari luar

yang dapat mengakibatkan suatu kecelakaan. Namun APD tersebut

mempunyai keterbatasan, sehingga tidak dapat menjamin bagi seseorang

yang memakainya pasti aman.

1. Jenis-Jenis Alat Pelindung Diri

a. Alat Pelindung Kepala

1) Tutup Kepala

Alat ini berfungsi menjaga kebersihan kepala dan rambut,

mencegah lilitan rambut dari mesin yang berputar dan

melindungi kepala dari panas matahari.

2) Tudung Kepala

Alat ini berfungsi untuk melindungi kepala dari api, uap,

korosif, debu, dan partikel lainnya.

3) Topi Keselamatan (Safety Helmet)

Alat ini berfungsi untuk melindungi kepala dari benturan

benda keras atau pukulan materi yang beterbangan. Helm

17
safety dapat menerima benturan denga naman maks. 8 kg dan

uji tekanan dengan gaya 90 N/8-10 detik (HSE Dpartement,

2006).

b. Alat Pelindung Mata dan Muka

Berfungsi melindungi mata dan muka dari lemparan benda-

benda kecil, lemparan benda panas, pengaruh cahaya, dan

pengaruh radiasi tertentu.

c. Alat Pelindung Telinga

Alat ini berfungsi untuk melindungi telinga pemakainya

dari suara yang bising. Dipasaran alat pelindung telinga ada 2

macam yaitu

1) Ear Plug (Sumbat Telinga)

Sumbat telinga yang baik adalah mampu menahan

frekuensi tertentu saja, sedangkan frekuensi untuk berbicara

tidak terganggu. Kelemahannya yaitu tak tepat ukurannya

dengan lobang telinga pemakainya, kadang-kadang lubang

telinga kanan tak sama dengan yang kiri. Sumbat telinga

umumnya terbuat dari karet, plastic, kertas, plastic lunak, lilin,

atau kapas. Kemampuan attenuasi yaitu 25-30 dB. Bila ada

kebocoran sedikit, attenuasi kurang dari 15 dB.

2) Ear Muff (Tutup Telinga)

18
Attenuasinya pada frekuenzi 2800-4000 Hz yaitu 35-45 dB.

Untuk keadaan khusus dapat dikombiasikan antara tutup

telinga dan sumbat telinga untuk attenuasi yang lebih besar.

d. Alat Pelindung Pernapasan

Alat ini berfungsi untuk melindungi pernafasan dari zat

pengotor udara. Terbagi menjadi 2 jenis yaitu Air Purrifying

Respirator dan Air Supplying Respirator.

1) Air Purrifying Respirator

Dilengkapi dengan penyaring udara/filter yang berfungsi

untuk menyaring udara kotor, sebelum dihirup oleh

pemkaianya. Tidak boleh digunakan jika konsentrasi oksigen

kurang dari 16%. Purrifying Respirator ada 3 jenis yaitu

respirator dengan filter kain/kapas, respirator dengan cartridge

filter, dan gas masker yang dilengkapi dengan Cannister (HSE

Dpartement, 2006).

2) Air Supplying Respirator

Dilengkapi dengan catu daya yang digunakan untuk

bernafas disuplai dari luar.

e. Alat Pelindung Badan

Berfungsi untuk melindungi badan dari bahaya luar, seperti

percikan bahan kimia, percikan partikel padat, radiasi panas, dll.

1) Pelindung Dada (Apron)

19
Berfungsi untuk melindungi dada si pemakai dari percikan

benda padat, percikan logam las, radiasi sinar saat pengelasan.

Terbuat dari bahan PVC.

2) Pakaian Kerja

3) Chemical Clothing

4) Fire Clothing

f. Alat Pelindung Anggota Badan

Jenis dari alat pelindung anggota badan yaitu

1) Sarung tangan, berfungsi untuk melindungi tangan, jari-jari

tangan dari bahaya tertindih, terjepit, terbakar, bahan kimia,

sengatan arus listrik.

2) Pelindung lengan, berfungsi melindungi lengan pemakai dari

bahaya tergores, percikan bahan kimia, dan radiasi panas

3) Pelindung kaki (Safety Shoes) berfungsi melindungi kai dari

bahaya tertimpa benda berat, terbakar logam cair bahan korosif,

dermatitis/eksim karena zat kimia, dan kemungkinan

tersandung atau tergelincir.

g. Alat Pelindung Jatuh

Alat ini berfungsi untuk melindungi pekerja yang

memakainya dari kemungkinan jatuh dari ketinggian. Apabila

fullbody Harness tidak memungkinkan dipakai, makaa harus

digunakan jarring keselamatan (HSE Dpartement, 2006).

20
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer penelitian ini diperoleh dengan melakukan observasi

langsung di area kerja dengan mengamati beberapa hal seperti alat

pelindung diri, rambu-rambu K3, dan Lindungan Lingkungan dengan

menggunakan formulir checklist.

2. Data Sekunder

Data sekunder penelitian ini diperoleh dengan cara tidak langsung

yang didapat dari sumber-sumber lain yang berguna untuk mendukung

data penelitian yaitu data dari Energy Equity Epic (Sengkang) PTY.

LTD.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan


observasi visual menggunakan Kamera dan H2S Detector.
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada observasi ini yaitu

21
a. Deskripsi Perusahaan

Energy Equity Epic (sengkang) Pty.Ltd. adalah pengelolah

sumber gas alam dengan kontrak bagi hasil dengan badan

pelaksana usaha hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) untuk

menyuplai gas ke Energi Sengkang untuk kebutuhan power plant

yang berlokasi di Desa Patila, Kec. Pammana, Kab. Wajo yang

pengoperasiannya dimulai tanggal 14 Agustus 1997.

b. Jumlah Karyawan

Adapun jumlah karyawan pada Energy Equity Epic

(sengkang) Pty.Ltd yaitu berjumlah 221 Orang. Dengan pembagian

departemen masing-masing yaitu departemen produksi,

departemen HSE, departemen Maintenance, departemen

konstruksi, departemen engineering, departemen Field Cashier,

Material Control Departement, departemen aadministration,

departemen CSR dan Public Relation, Clinik Departement,

Departemen Security, departemen basecamp, dan departemen

transportasi.

c. Komitmen K3

Perusahaan memiliki komitmen yang tinggi untuk menjaga

keselamatan dan Kesehatan kerja para karyawan ataupun tamu

yang berada pada lingkungan kerja. Sejalan dengan hal tersebut

perusahaan menerapkan sistem manajemen K3 yang terintegrasi

dengan manajemen Perusahaan dengan menetapkan kebijakan

22
Keselamatan dan Kesehatan Kerja sesuai dengan Undang-Undang

Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

C. Cara Kerja

Cara kerja dari penelitian dilakukan dengan metode kualitatif. Data

yang diperoleh dari hasil wawancara dan jawaban dari Kuesione, dianalisa

secara deskriptif dengan merujuk Undang-Undang No 1 tahun 1970,

Tentang Keselamatan Kerja.

D. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian

Waktu penelitian yaitu pada Bulan Agustus 2022, yang bertempat

di Energy Equity Epic (Sengkang) PTY. LTD yang berlokasi di Kampung

Baru, Kec. Gilireng, Kab. Wajo, Sulawesi Selatan.

23
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Proses Produksi Perusahaan

Gas yang keluar dari sumur akan masuk ke metering sistem

untuk dilakukan pengukuran jumlah gas yang masuk dan akan

dilakukan pemurnian gas, setelah dari metering gas akan masuk ke

separator dua fasa untuk di pisahkan antara fasa cair dan fasa gas nya.

Dari separator akan dialirkan ke coalescing filter dimana akan

dilakukan proses pemisahan impurities (kotoran) yang terikut dari

sumur, setalah dari coalescing filtter gas akan mengalir ke amine

contactor melalui inlet contactor yang ada di bagian atas contactor dan

akan kontak dengan MDEA (MethyldiEtanol Amine) yang masuk dari

24
bagian bawah contactor, dimana proses ini merupakan proses

pemurnia gas dari kandungan H2S yang berasal dari sumur. Gas yang

sudah mengalami proses pemurnian dengan MDEA akan masuk

kedalam sweet gas scrubber yang diharapkan jika masih ada

kandungan H2S yang terikut dapat disaring dan benar- benar bersih

dari H2S. Gas yang sudah bersih dari H2S akan masuk ke TEG

Contactor melalui inlet contactor yang ada di bagian atas dan akan

kontak dengan TEG (TriEthylen Glycol) yang merupakan proses

penyerapan kandungan H2O yang tardapat didalam gas yang berasal

dari sumur, setelah dari TEG Contactor gas akan masuk di residu gas

scrubber dan akan dikirimkan ke pembangkit.

2. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, dimana data

yang dikumpulkan melalui wawancara dari informan dan telaah

dokumen terkait pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan

kerja sehingga analisis yang dihasilkan memberikan informasi

mengenai faktor-faktor yang memengaruhi pencapaian nihil

kecelakaan (zero accident) di Energy Equity Epic (Sengkang) PTY.

LTD. Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan

prosedur ilmiah, namun demikian masih memiliki keterbatasan

meliputi : Berdasarkan teori-teori yang sudah ada sebelumnya, yaitu

teori Mathis dan Jackson, manajemen keselamatan kerja yang efektif

yang menjadi faktor-faktor yang memengaruhi pencapaian nihil

25
kecelakaan (zero accident) hanya terdiri atas komitmen perusahaan,

kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja, komunikasi dan pelatihan

keselamatan dan kesehatan kerja, inspeksi keselamatan dan kesehatan

kerja dan penyelidikan kecelakaan, serta evaluasi keselamatan dan

kesehatan kerja. Sedangkan masih banyak faktor lain yang

memengaruhi pencapaian nihil kecelakaan kerja.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi pencapaian Zero Accident

a. Komitmen Perusahaan

Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh, Energy

Equity Epic (Sengkang) PTY. LTD telah memiliki komitmen

manajemen yang diatur dalam Manual Kebijakan SMK3

perusahaan, dalam pelaksanaannya sudah mencakup kerja sama

yang tidak bisa dipisahkan antara manajemen, pekerja, dan orang

lain yang berada di lingkungan kerja serta adanya pendekatan.

Hal tersebut dapat terlihat dari komitmen Energy Equity

Epic (Sengkang) PTY. LTD yang diungkapkan oleh Supervisor

Departemen HSE, yaitu :

“Energy Equity Epic (Sengkang) PTY. LTD mempunyai

komitmen meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja

ke tingkat yang paling tinggi melalui proses perbaikan yang terus

menerus dan secara sistematik melalui penerapan Health, Safety,

and Environment (HSE). Pendekatannya juga ada seperti

26
pendekatan organisasi. Di pendekatan organisasi ini namanya

kebijakan K3 dan sudah tertera di komitmen perusahaan dan

memiliki komite K3 untuk membahas dan mengkaji tentang

masalah-masalah K3-nya. Lalu ada yang namanya pendekatan

teknis seperti APD”

b. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja Energy Equity

Epic (Sengkang) PTY. LTD ditetapkan secara jelas yang

menyatakan tujuan-tujuan keselamatan dan kesehatan kerja dan

komitmen Energy Equity Epic (Sengkang) PTY. LTD dalam

meningkatkan kinerja pegawai. Energy Equity Epic (Sengkang)

PTY. LTD menetapkan kebijakan K3 dalam Manual Kebijakan

HSE, sebagai berikut :

1) Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat

Energy Equity Epic (Sengkang) PTY. LTD selalu bertindak

untuk mencegah dan mengendalikan atau menghilangkan

kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat

kerja dengan cara menghilangkan atau meminimalkan faktor-

faktor yang berbahaya dan berisiko tinggi terhadap

keselamatan dan kesehatan kerja di dalam lingkungan kerja.

2) Mematuhi peraturan tentang K3

27
Energy Equity Epic (Sengkang) PTY. LTD akan mematuhi

semua peraturan dan hukum yang berlaku mengenai

keselamatan dan kesehatan kerja.

3) Menyediakan sumber daya yang diperlukan

c. Komunikasi K3

Untuk mendorong keselamatan kerja pegawai adalah

dengan melibatkan pegawai di setiap kesempatan dalam

pertemuan-pertemuan komite dan pemberian edukasi mengenai

keselamatan dan kesehatan kerja secara terus menerus.

Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh, manajemen Energy

Equity Epic (Sengkang) PTY. LTD melakukan komunikasi

keselamatan dan kesehatan kerja sebagai berikut :

1) Safety Meeting : pertemuan yang dilakukan rutin yaitu ada

yang setiap seminggu dan satu kali dalam setiap triwulan yang

dilaksanakan pada akhir bulan, yang melibatkan Field

Operation Manajer, Superintendent, Supervisor untuk

membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan keselamatan dan

kesehatan kerja.

2) Briefing : pertemuan yang dilakukan selama 15-20 menit

sebelum memulai pekerjaan setiap hari.

3) Safety Induction: pembinaan mengenai area dan kegiatan

proses produksi yang diberikan kepada semua tamu atau

pengunjung, pegawai serta mitra bisnis untuk meningkatkan

28
kesadaran dan memastikan kepatuhan terhadap keselamatan

dan kesehatan kerja.

Hal ini juga dipertegas oleh Junior Technician HSE,

“sebelum melakukan pekerjaan, dilakukan terlebih dahulu

briefing serta doa Bersama, dalam pertemuan kita

menjelaskan apa-apa yang telah dirapatkan sehingga para

karyawan mengetahui dan dapat menerapkan isi dari Safety

Meeting itu”

d. Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Inspeksi sebaiknya dilakukan secara berkala dan dilakukan

oleh komite keselamatan kerja atau koordinator keselamatan kerja.

Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh, pelaksanaan inspeksi

keselamatan dan kesehatan kerja dilakukan secara terjadwal. Selain

itu, Energy Equity Epic (Sengkang) PTY. LTD sudah mulai

mengimplementasikan ISO 45001 yaitu sebuah standar

internasional baru untuk manajemen Kesehatan dan keselamatan

kerja yang akan segera menggantkan OHSAS 18001.

Hal tersebut dipertegas oleh Supervisor Superintendent

Departemen HSE, “kami mengajak seluruh anggota untuk saling

bahu-membahu menerapkan ISO 45001 bukan hanya dari teman-

teman dari HSE saja, seperti jika ada anggota yang sakit jangan

dibiarkan, kami menyediakan klinik perusahaan di dalamnya ada

29
paramedic dan dokter. Karena jika tidak segera ditangani dapat

menjadi salah satu penyebab kecelakaan kerja”

4. Penggunaan Alat Pelindung Diri

Dari hasil penelitian, penggunaan APD di Energy Equity Epic

(Sengkang) PTY. LTD dapat dilihat pada table 1.

DEPARTEMEN

Pro- Mainte- Kons Enginee- Field MCD HSE Admin. CSR Clinic Secu- Base Trans-
NO. APD duksi Nance - ring cashier rity Camp portasi
truksi
1 Alat pelindung √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Kepala

2 alat pelindung √ √ √ √ √ √ √ √ √
mata dan muka

3 Alat pelindung √ √ √ √ √ √ √ √ √
telinga

4 Alat pelindung √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
pernapasan

5 Alat pelindung √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
badan

6 Alat pelindung √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
anggota badan

7 Alat pelindung √ √ √ √ √ √ √ √
jatuh

5. Hazard and Operability Review

30
Hazard and Operability Review
Nama
: KTI Tanggal :  
Projek
Proses :  
Bagian :  
                  Check list
Tida
Study Parameter Guide Kemungkina Kemungkinan Aksi yang Ditugaskan Tanggal
Item k ada Selesa
Node proses words n penyebab konsekuensi dibutuhkan untuk aksi
aksi
Penurunan
Cek valve
Banyak Air Range 19
aliran
1 Reaktor Concentration Low yang terbawa sehingga Lab Tech. Agustus   X
menuju
dari sumur adsorbsi 2022
WWTP
kurang efisien
Cek
          Moisture        
gas
Meningkatkan
Korosi pada  Cek valve
Corossion KI menuju
Pipe Coupun ke pipa gas  22 Juni
 2  reaction Low Lab Tech.    X
line sehingga pada 2022
pengikisan KB#4,6,8.
pipa gas
meningkat
 Cek
      efesiensi      
kinerja KI

B. Pembahasan
1. Komitmen Perusahaan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa Energy

Equity Epic (Sengkang) PTY. LTD telah memiliki komitmen

perusahaan yang diatur dalam Manual Kebijakan SMK3 perusahaan

yakni Energy Equity Epic (Sengkang) PTY. LTD mempunyai

komitmen meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja ke

31
tingkat yang paling tinggi melalui proses perbaikan yang terus

menerus dan secara sistematik melalui penerapan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Hasil penelitian tersebut

telah sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa komitmen

perusahaan dan usaha-usaha keselamatan kerja yang komprehensif

sebaiknya dikoordinasikan dari tingkat manajemen paling tinggi untuk

melibatkan seluruh pegawai perusahaan. Usaha ini juga sebaiknya

dicerminkan melalui tindakan-tindakan manajerial (Mathis dan

Jackson, 2003). Ada tiga pendekatan terhadap manajemen keselamatan

kerja yang efektif yaitu pendekatan organisasi, pendekatan teknis, dan

pendekatan individual.

2. Kebijakan K3

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Energy Equity Epic

(Sengkang) PTY. LTD telah memiliki kebijakan keselamatan dan

kesehatan kerja yang termuat dalam Manual Kebijakan SMK3 yaitu

menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat; mematuhi

peraturan tentang keselamatan dan kesehatan kerja dan menyediakan

sumber daya yang diperlukan. Hal tersebut sesuai dengan teori yang

menyatakan bahwa, membuat kebijakan dan peraturan keselamatan

kerja serta mendisiplinkan pelaku pelanggaran, merupakan komponen

penting usaha-usaha keselamatan kerja. Dukungan terhadap perlunya

perilaku kerja yang aman dan memberikan umpan balik terhadap

praktik-praktik keselamatan kerja yang positif, juga sangat penting

32
dalam meningkatkan keselamatan para pekerja (Mathis dan Jackson,

2003).

3. Komunikasi K3

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui Energy Equity

Epic (Sengkang) PTY. LTD telah melakukan berbagai bentuk upaya

komunikasi keselamatan dan kesehatan kerja melalui pertemuan

petugas keselamatan dan kesehatan kerja diantaranya ialah safety

meeting yang dilakukan rutin yaitu yang setiap senin pagi yakni COC

(Code Of Conduct) yang dihadiri oleh seluruh pegawai termasuk

manajer, supervisor, dan P2K3 yang membahas tentang rancangan

kegiatan yang akan dilaksanakan seminggu berikutnya; satu kali

dalam setiap triwulan yakni rapat P2K3 yang dilaksanakan pada akhir

bulan yang dihadiri oleh manajer untuk membahas work plan

berikutnya.

4. Inspeksi K3

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa Energy

Equity Epic (Sengkang) PTY. LTD telah melakukan inspeksi

keselamatan dan kesehatan kerja secara formal atau berkala dan

informal atau mendadak pada area kerja. Dalam pelaksanaannya,

secara internal manajemen melibatkan semua unsur dalam perusahaan

yaitu mulai dari pegawai sampai dengan top manajemen. Inspeksi

instalasi ketenagalistrikan dan keamanan berkala yang dilakukan rutin

setiap awal bulan di seluruh unit kerja dan inspeksi instalasi

33
ketenagalistrikan dan keamanan mendadak (sidak) dilakukan secara

tidak terjadwal di seluruh unit kerja yang dilakukan oleh tim yang

terdiri atas Manajer, Supervisor HSE atau staf HSE, Supervisor

Pemeliharaan, Supervisor Operasi Distribusi ataupun pegawai yang

sudah memiliki sertifikasi. Hal ini sesuai dengan teori yang

menyebutkan bahwa waktu pelaksanaan inspeksi dilaksanakan ialah

inspeksi informal atau tidak direncanakan dan inspeksi formal atau

direncanakan (Hadipoetro, 2014).

5. Penggunaan Alat Pelindung Diri

Seorang tenaga kerja yang memiliki pengetahuan dan

pemahaman baik tentang APD dan urgensi penggunaannya selama

melaksanakan pekerjaan maka akan memiliki tingkat kesadaran yang

tinggi sehingga dapat patuh dalam mengaplikasikan penggunaan APD

dalam pekerjaan dan menciptakan budaya keselamatan. Di sini dapat

dilihat bahwa terbentuknya budaya keselamatan melalui kepatuhan

penggunaan APD selalui diawali dari domain kognitif yang dimiliki

tenaga kerja. Ini sejalan dengan teori Baron (2003) bahwa pengetahuan

merupakan suatu faktor kekuatan terbentuknya sikap seseorang.

Ketersediaan APD pada Energy Equity Epic (Sengkang) PTY.

LTD masing -masing departemen memenuhi 95%. Penggunaan APD

Pada Energy Equity Epic (Sengkang) PTY. LTD dapat dikatakan 80%

memenuhi, pada setiap departemen telah tersedia APD masing-masing.

Berdasarkan penelitian, dan hasil wawancara, diketahui kurangnya

34
kesadaran bagi karyawan. Karyawan biasa tidak menggunakan APD

lengkap beserta coverall. Sehingga HSE Departemen selalu melakukan

sidak atau meeting secara berkala guna mengingatkan karyawan.

Banyak dari karyawan hanya memandang remeh penyakit kerja, hal

tersebut karena kebiasaan yang sudah lama dilakukan dan adanya rasa

selalu berada pada zona aman sehingga APD yang seharusnya

digunakan hanya disimpan. Akan tetapi, jika pada suaty waktu

tertentu, seperti akan masuk ke daerah yang memiliki tingkat

kebisingan tinggi maka diwajibkan untuk menggunakan alat pelindung

telinga dan memang karyawan pasti memahami hal tersebut. Selain itu,

penggunaan H2S detector selalu ditingkatkan karena potensi

kebocoran gas yang tinggi di dalam area Plant.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan

bahwa,

1. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD pada Energy Equity Epic

(Sengkang) PTY. LTD dapat dipresentasikan 80 %.

2. Ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD pada Energy Equity Epic

(Sengkang) PTY. LTD dapat dipresentasikan 95 %.

35
3. Di Energy Equity Epic (Sengkang) PTY. LTD setiap karyawan

diberikan pelatihan dan pengarahan tentang K3 sebagai usaha dalam

pengendalian kecelakaan kerja.

4. Di Energy Equity Epic (Sengkang) PTY. LTD mempunyai komitmen

meningkatkan K3 ke tingkat yang lebih tinggi.

5. Di Energy Equity Epic (Sengkang) PTY. LTD menetapkan kebijakan

K3 dalam Manual Kebijakan HSE

6. Di Energy Equity Epic (Sengkang) PTY. LTD melakukan inspeksi K3

melalui sidak berkala atau Safety Meeting.

B. Saran

Penguatan Health, Safety, and Environment (HSE) dalam rangka

mewujudkan Zero Accident menjadi kewajiban bagi seluruh Industri

Hulu dan Hilir Migas.

DAFTAR PUSTAKA

Depnaker RI. (1996). Indonesian Journal of Industrial Hygiene Occupational Health and
Safety. Jakarta: Depnaker.

Dirjen Minyak dan Gas Bumi. (2016). Atlas Keselamatan Migas. Jakarta: Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral.

HSE Dpartement. (2006). Zero Accident Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta:
Energy Equity Epic Sengkang Pty.Ltd.

Kiswandari, E. (2019). Pentingnya Penggunaan Alat Pelindung Diri Sebagai Upaya Dalam
Pencegahan Kecelakaan Kerja Terhadap Potensi Bahaya pada Proses Produksi di
Pusdiklat Migas Cepu. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

36
Mathis, R & Jackson, J. (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Salemba
Empat.

37

Anda mungkin juga menyukai