Anda di halaman 1dari 38

KETENTUAN SYARIAT

ISLAM TERKAIT
JAMINAN PRODUK
HALAL
Dr. H. Thoriq Kurniawan, S.Si.,M.M.,C.A.P.
LEMBAGA PENDAMPING PROSES PRODUK HALAL (LP3H)
UNIVERSITAS PRAMITA INDONESIA

081314690899 (Mobile/WA)
Lembaga Fatwa MUI

Dewan Syariah Nasional (DSN) berdiri pada


tanggal 10 Februari 1999 sesuai dengan Surat
Keputusan (SK) MUI No. kep-754/MUI/II/1999.
Komisi Fatwa (KF) berdiri bersamaan dengan
Lembaga DSN MUI ini merupakan lembaga yang
berdirinya Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada
memiliki otoritas kuat dalam penentuan dan
17 Rajab 1395 Hijriah atau 26 Juli 1975. Bersidang
penjagaan penerapan prinsip Syariah
setiap minggu dan atau setiap ada permohonan
dalam operasional di lembaga keuangan Syariah,
mendesak di bidang keagamaan
baik perbankan Syariah, asuransi Syariah, pasar
(sosbudpolkestek)
modal Syariah dan pegadaian Syariah. Bersidang
setiap minggu yang berkaitan dengan bidang
ekonomi dan keuangan Syariah.
Syariat Islam
(‫ﻟﺸﺮﯾﻌﺔا ﻹﺳﻼﻣﯿﺔ‬

‫ﺎﻣﺷرﻋﮫﷲ ﻟﻌﺑﺎا ھدﻟﻣﺳﻠﻣﯾن ﻣا نﻷاوﻣاو رﻟﻧھاوﻲاو ﻟﺣﻼاو لﻟﺣمار ﻹﻗﺎﻣﺔا ﻟﺣﯾﺎا ةﻟد ﻟﺔو ﺗﺻرﯾف‬
‫ﺎﻟﺢا ﻟﻧﺎس‬

Segala ketentuan yang berasal dari Allah untuk hambaNya yang muslim baik
berupa perintah, larangan ataupun halal dan haram untuk menegakkan
kehidupan yang berkeadilan bagi terwujudnya kemaslahatan manusia
Menjaga Agama (‫ﻔا ظﻟدﯾن‬

Menjaga Jiwa (‫ﻔا ظﻟﻧﻔس‬

Tujuan syariat Menjaga Keturunan (‫ﻔا ظﻟﻧﺳل‬

(‫ﻘﺎ ﺻﺪا ﻟﺸﺮﯾﻌﺔ‬ Menjaga Akal (‫ﻔا ظﻟﻌﻘل‬

Menjaga Harta (‫ﻔا ظﻟﻣﺎل‬

Menjaga Kehormatan (‫ﻔا ظﻟﻌضر‬


‫( ﻠﯾﻔﻲ‬Defining Law,
Primary Rules)
Hukum (‫ﻟﺤﻜﻢ‬
‫ﻌﻲ‬ (Declaratory
Law, Secondary Rules)
Wajib (Obligatory)
Mandub atau Sunnah (Recommended)
Hukum Mubah (Permissible)
Taklifie (‫ﺗ)ﻜﻠﯿﻔﻲ‬
Makruh (Reprehensible)

Haram (Prohibited)
Sebab (al-Sabab)

Syarat (al-Syart)

Hukum Wadl’ie
(‫و)ﺿﻌﻲ‬
Penghalang (al-Mani’)

Hukum Asal dan Keringanan (al-’Azimah wa al-


Rukhshah)

Sah dan Batal (al-Shihhah wa al-Batl)


Haram (‫ﺣ)ﺮما‬dalam Alqur’an

Dari 72 itu 19 kali


Kata Haram
kata Haram yang
disebutkan 72 kali
berhubungan
dalam Alqur’an
dengan makanan
‫@ َ◌ ﻓ ََﻣَ ا نَ ﱠَ رﺑَﺎَغ‬ َ‫ََ َﻣﺂھَ َا ﱠل َﺑ َﮫ َﻟﻐ َْﯾا رَ ﱣ‬ ‫ََ م و‬
‫َﻣ وْﯾﺗَﺔَاو ﱠَر َﺣ‬
َ‫َﻟ ْﯾ ﱠدموََ مَ ﻟ ََﺣا مَ َﻟ َﺧ َﻧزَ ْﯾرَ ﺿَطﻏ َﯾر‬ َ َ@
َ‫َﻏﻔﻟر‬ َ
‫ﻣﺎَ ﱠﺣا ﱠرن ﱣاَم‬
َ‫اﻧﱠ َا‬
َ‫ﻋﻠ َْﯾﻛ‬ َ‫و َﻻ ﻋﺎد ﻓ ََﻶاَ ﺛمَ َﻋﻠ َْﯾ َﮫ‬
Yang Sesungguhnya Dia hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi, dan
Diharamkan (daging) hewan yang disembelih dengan (menyebut nama) selain Allah. Tetapi
barangsiapa terpaksa (memakannya), bukan karena menginginkannya dan tidak
(pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sungguh, Allah Maha
dalam Pengampun, Maha Penyayang (QS al-Baqarah 173)

Alquran (1) َ َ‫@ َﺑﮫاوَ َﻟ َﻣ َﻧ َﺧ َﻧﻘَﺔاوَ َ َﻟ َﻣوَ ﻗَةَذو‬ ََ‫ﱠل َﻟﻐ َْﯾ َ ا ر‬
‫ا مَ َﻟ َﻣ ْﯾﺗَﺔاوَ َﻟ ﱠدوَ مَ ﻟ ََﺣا مَ َﻟ َﺧ َﻧزَ ْﯾوَ رَ َﻣﺂھَ َا‬
َ‫ﺣرََ َﻣتَ َﻋﻠ َْﯾﻛ‬
َ َ َ‫اوَ ﻟﻧﱠطَ ْﯾ َﺣﺔوَ َ َﻣﺂ َا َﻛا لَ ﻟ ﱠﺳﺑ ََﻊاَ ﱠﻻ َﻣﺎ َذ ﱠﻛ ْﯾﺗم‬
َ‫او َﻟ َﻣﺗدَ رَ ََﯾَﺔ‬
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan
yang disembelih bukan atas (nama) Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh,
yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu
sembelih (QS al-Maidah 3)
‫َنَ وَ َ َﻣ ْﯾﺗَﺔ َد وَ َا ََﻣﺎ‬ ‫ﱠﯾﻛ‬ َ‫َﻲ َﻣ َﺣ ﱠر َﻣﺎ‬ ‫وَ َﺣ َﻲا ﻟ ﱠ‬
‫ﮫار ﱠَﻵنﺑََﺎَاَغ ﱠو َﻻ‬َ َ
‫َمﻣاَن ﯾﱠَط َﻌﺿطَ ﱠَرﻣ َﻏ َﯾ‬
‫ﻠﻰَﻋ‬
‫ط‬
‫ﻋﮫَﻓ ﺎ‬
َ‫@ َﻣﺂﺑََا‬ ‫ﻗھلََ َا‬
ََ‫َ ﱠ ﱠﻵل َاﻟﻐ‬
َ ‫ََﻲ‬ ‫ﺟَﯾاَدرَﻓ‬
‫َ ﱣ‬
‫َ َﻓ َﺳﻘَﺎ‬ َ‫َﺣﺎوَ َا ﻟ ََﺣمَ َﺧ َﻧزَ َﯾرَ ﻓ ََﺎﻧﱠَﮫرَ َﺟوَ َاس‬
َ َ‫ﻣ َﺳﻔو‬

Yang َ‫ﻋﺎدَ ﻓ ََﺎ ﱠرَ نﺑﱠكَ َﻏﻔرَ وَ َ ﱠر َﺣ َﯾم‬


Katakanlah, “Tidak kudapati di dalam apa yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang
diharamkan memakannya bagi yang ingin memakannya, kecuali daging hewan yang mati
(bangkai), darah yang mengalir, daging babi – karena semua itu kotor – atau hewan yang

Diharamkan disembelih bukan atas (nama) Allah. Tetapi barangsiapa terpaksa bukan karena
menginginkan dan tidak melebihi (batas darurat) maka sungguh, Tuhanmu Maha
Pengampun, Maha Penyayang (QS al-An’am 145)

dalam ‫@ َﺑ ََﮫ ﻓ ََﻣَ ا نَ ﱠَ رﺑَﺎَغ‬ َ‫ََ َﻣﺂھَ َا ﱠل َﻟﻐ َْﯾا رَ ﱣ‬ ‫ََ م و‬


‫َ ﱠرموََ َﻟ ﱠر‬
َ‫اوَ َﻟ ﱠدوَ مَ ﻟ ََﺣا مَ َﻟ َﺧ َﻧزَ ْﯾرَ ﺿَطﻏ َﯾر‬َ‫َﻣَْﯾﺗﺣَْﯾمﺔ‬ ‫ﻣﺎَﻏﻔرﺣا‬
ََ ‫اﻧﱠ‬
Alquran (2) َ‫ﻋﻠ َْﯾﻛ‬ @ َ‫ﻋﺎد ﻓ َِﺎ ﱠا ن ﱣ‬ ‫و َﻻ‬

Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi, dan
(hewan) yang disembelih dengan (menyebut nama) selain Allah, tetapi barangsiapa
terpaksa (memakannya) bukan karena menginginkannya dan tidak (pula) melampaui
batas, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang (QS al-Nahl 115)
َ‫ﺷ َﯾنَط‬
‫اوَ رَ َﻟ َﻣ َﯾَﺳاوَ رَ َﻻ ََﻧَرَ َﺟسَ ََﻣَ نَ ﱠ‬
‫َﻣﻧاوَاوََ َﻧﱠ َﻣﺎا َﻟ َﺧ َاوﻣَ بَ َﻻزَ َ َﻻمَ ﻋ َﻣالَ ﻟ‬ ‫َاَﻔ‬
َ‫ََﻠن َﺣن‬ ‫ذَ ﺗَﯾ‬
‫ﺻﺎ‬ ‫ﯾَﺎَﯾﱡ َﮫﺎا ﻟﱠ‬ َ َ‫َھوَ ﻟَﻌَﻠﱠﻛم‬

Yang َ‫ﻓَﺎ َﺟﺗ ََﻧﺑ‬


Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi,
(berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah

Diharamkan perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-
perbuatan) itu agar kamu beruntung (QS al-Maidah 90)

dalam َ‫ﯨ َﮫم‬n ‫اَ ﱠا نﻟ ﱠﺷ َﯾطَ ْﯾنَ ﻟَﯾوَ َ َﺣاَ نَ وَ َﻟَﻰوَ َا َﻟﯾ ََﺎ‬
َ َ‫@ َﻋﻠ َْﯾ َﮫاَ وَ ﻧﱠَﮫ ﻟ ََﻔ َﺳوَ ق‬
َ‫ﻟمَ َ ﯾذَ َ َﻛا رَ َﺳا مَ ﱣ‬
Alquran (3) ‫و َﻻ ﺗَﺄَﻛَﻠاوَ َ َﻣ ﱠﻣﺎ‬
َ َ‫طَ َا نَ ا وَ َ مَ َﻌﺗ ََﻣا مَ َھوَ ﻧﱠﻛمَ َ ﻟ ََﻣ َﺷرَ ﻛنَ و‬
Dan janganlah kamu memakan dari apa (daging hewan) َ‫َ َﻛ‬yang
‫(ﺟﺎدَ ﻟو‬ketika
ََ ‫ﻟﯾ‬
disembelih) tidak disebut nama Allah, perbuatan itu benar-benar suatu
kefasikan. Sesungguhnya setan-setan akan membisikkan kepada kawan-
kawannya agar mereka membantah kamu. Dan jika kamu menuruti mereka,
tentu kamu telah menjadi orang musyrik (QS al-An’am 121)
Halal yang terkait
Alquran menyebut dengan makanan
39 kali kata ‫ل‬ disebut sebanyak
22 kali yang
Halal (‫ﺣ)ﻼل‬- dalam berbagai
variannya. tersebar dalam 17
ayat
Thayyib (‫ﯿﺐ‬
dalam Kata ‫ﯾبط‬disebut
sebanyak 46 kali
Alquran dalam Alquran dan
yang berkaitan
Penyebutan
keduanya secara
dengan makanan di bersamaan, ‫ﻻ‬
‫ﻼ‬
‫ﺣ‬
‫ ﺑﺎ‬, sebanyak 8 kali
sebutkan sebanyak
26 kali
‫َ اوَ ا نَ ﻧﱠَﮫ ﻟَﻛَ مَ َ ﱞو‬ َ‫َﻣ ﱠﻣﺎ َﻓﻰا َﻻَ رَ ََﻠ َﻼ‬
‫ََ د‬‫ﯾنَﺎََﯾﱡ َﮫﺎا ﻟﻧﱠﺎسَ ﻛَﻠاوَ َ ض َﺣ ﱠو َﻻ ﺗَﺗﱠ َﺑﻌَ اتَ وَ ﻟ ﱠﺷ َﯾَ طﻋ‬

Yang Halal ‫ﺧَط‬ َ‫ط َﯾَﺑَﺎ‬ ‫َﺑ َﯾ‬


Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi,‫ ﻣ‬dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu
(QS al-Baqarah 168)

dan َ‫@نَ ا ﻛ ََﻧﺗا مَ َﯾﱠﺎ َهﺗ ََﻌﺑنَ وَ َد‬ ‫ﻛَﻠاوَ َ َﻣَ ن ﱣ‬


ََ

Thayyib َ َ‫ا ﻟﱠذَ َﯾاَ نَ َﻣﻧاوَ ََﻣﺎزَ رَ َﻗ َﻧﻛاوَ مَ َ َﺷﻛَ اوَ ر‬


َ‫ط َﯾ ََﺑت‬ ‫ﯾَﺎَﯾﱡ َﮫﺎ‬
Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik yang Kami berikan kepada kamu

dalam
dan bersyukurlah kepada Allah, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya (QS al-Baqarah 172)

‫مَ ﺑ ََﮫ ْﯾ َﻣﺔا َ َﻻ ََﻧﻌَﺎاَ مَ ﱠﻻ َﻣﺎ ﯾَﺗ ََﻠﻰَ َ مََﺣ َﻠَﻰ‬

Alquran (1) ‫ﺣﻛمَََ ﻓَاوََﻣﺎَ ﯾرََﺑﺎ َﻟﻌَﯾَﻘَدَا دََ وَ ََﺣﻠﱠتَ ﻟَﻛَ َﯾﻛﻏََﯾرَ َﻣ‬
َ‫نَﺎَﯾﱡ َﮫﺎا ﻟﱠذَ ْﯾاَ نَ َﻣﻧَ ﻋﻠ‬
Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah janji-janji.‫َﯾ‬Hewan
‫ﺻ‬‫ﱠ‬ ‫اﻟ‬
‫@و ﯾَ َاَاو‬
‫َاوَ دَ َﻧﺗمَ َ َﺣا مَ َ رَ ﱠ ﯾ‬
َ‫ا ﱣ‬
ternak dihalalkan bagimu, kecuali
yang akan disebutkan kepadamu, dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang
berihram (haji atau umrah). Sesungguhnya Allah menetapkan hukum sesuai dengan yang Dia
kehendaki (QS al-Maidah 1)
َ‫ا َﻟ َﻛ َﺗبَ َﺣ ﱞل ﻟﱠﻛطَ وَ َ مَ َﻌَﺎ َﻣﻛمَ َ َﺣ ﱞل ﻟﱠ َﮫَ م‬
َ‫ﱠل ﻟَﻛا مَ َﻟ ﱠط َﯾ ََﺑطَ وَ ت َ ﻌَﺎا مَ ﻟﱠذَ َﯾوَ َا نَ ﺗاو‬
Pada ‫ﺣ‬ََiniَdihalalkan
hari ‫ َاَﻟﯾ‬segala yang baik-baik. Makanan (sembelihan) Ahli Kitab itu
‫ َا مَ و‬bagimu
halal bagimu, dan makananmu halal bagi mereka (QS al-Maidah 5)

Yang Halal dan ‫@ َﻻ ﯾ ََﺣ ﱡب‬ َ‫َﺣ ﱠا ل ﱣ@ َﻟَﻛوَ مَ َ َﻻ ﺗ ََﻌﺗا َ اوَ َد ﱠا ن ﱣ‬


‫نَ نَ َﻣﻧاوَ َ َﻻ ﺗ ََﺣرََ َﻣطَ اوَ َﯾ ََﺑتَ َﻣﺂَا‬ ‫ََﯾا‬
Thayyib dalam َ‫َﺎَ ﱡﯾ َﮫﺎا ﻟﱠذ‬yang
Wahai orang-orang
‫ ﯾ‬beriman! Janganlah kamu mengharamkan apa yang َ ‫د‬
baik yang
َ‫َﻌﺗ‬
telah dihalalkan Allah kepadamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya

Alquran (2) Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas (QS al-Maidah 87) ‫ا َﻟ َﻣ‬

َ َ‫@ا ﻟﱠ َا يََ ذَ َﻧﺗمَ َ َﺑ َﮫ َﻣؤ َﻣﻧنَ و‬ َ‫ا ﱣ‬


َ‫ﱠﻣﺎزَ رَ ﻗَﻛا مَ َ ﱣ@ ََﺣ َﻠ َﻼطَ َﯾَﺑَﺎ َ ﱠاوﺗﱠﻘاو‬
َ َ‫او‬
‫ َﻣ‬yang
Dan makanlah dari apa
‫وﻛَﻠ‬
telah diberikan Allah kepadamu sebagai rezeki yang halal dan
baik, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya (QS al-Maidah 88)
‫َ مَوَ مَ َﻟﻠ ﱠﺳﯾﱠﺎوَ َ ةَ رَ َﺣَ مَ رََ َ مَرَ َ َﻣﺎ‬
َ‫َا َد َﻟﺑ‬ ‫َﯾ ََﮫَﺗﺣطَََﺣوََﺷنرََوﻌََﺎرََﻣ َﮫ َﻣﺗَﺎ َﻋﺎ ﻟﱠﻛَ َﯾﻛ‬
‫ﺻ ْﯾ‬ ‫ا ي ﱠلَ ﻟََ اﻟﻛَََﻟﺑ‬
َ‫ﺻ َﯾَد ﻋﻠ‬ َ‫@ا ﻟﱠذ‬ َ‫َارََﺣ َﻣﺎاوَ َ ﺗﱠﻘا اوَ ﱣ‬ ‫مَ َﺣ‬
َ‫َﻣﺗ‬
Dihalalkan bagimu hewan buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut sebagai makanan
yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang ‫ َد‬perjalanan; dan diharamkan atasmu
dalam
(menangkap) hewan darat, selama kamu sedang ihram. Dan bertakwalah kepada Allah yang
kepada-Nya kamu akan dikumpulkan (kembali) (QS al-Maidah 96)

Yang Halal dan ‫َﺣ ﱠل َﻋﻠ َْﯾﻛمَ َ َﻏ َﺿ َﺑ َ َﻲوَ َﻣنَ ﯾﱠ َﺣ َﻠلَ َﻋﻠ َْﯾ َﮫ‬
َ‫َﯾ ََﺑتَ َﻣﺎز رَ َﻗ َﻧﻛوَ مََ َ َﻻ ﺗطَ َﻐاوَ َ َﻓ ْﯾ َﮫ ﻓَﯾ‬
Thayyib dalam َ‫ﻛَﻠاوَ َ َﻣطَ ن‬
َ َ‫ﻓَﻘىوَھَ د‬
Alquran (3) ‫ﺿ َﺑ َﻲ‬
َ ‫ﻏ‬

َ َ‫ا ﻟرََ َﺟسَ َﻣا نَ َﻻوَ َﺛَﺎاوَ نَ َﺟﺗ ََﻧﺑاوَ َ ﻗلَ و‬


Makanlah dari rezeki yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu, dan janganlah melampaui

َ‫ا مَ َﻻ ََﻧﻌَﺎاَ مَ ﱠﻻ َﻣﺎ ﯾَﺗ ََﻠﻰ َﻋﻠ َْﯾﻛمَ َ ﻓَﺎ َﺟﺗ ََﻧﺑاو‬
batas, yang menyebabkan kemurkaan-Ku menimpamu. Barangsiapa ditimpa kemurkaan-Ku, maka
sungguh, binasalah dia (QS Taha 81)
َ‫َاوَﺣﻠﱠتَ ﻟَﻛ‬
Dan dihalalkan bagi kamu semua hewan ternak, kecuali yang diterangkan‫َز‬‫اﻟ ﱡرَ و‬
kepadamu
(keharamannya), maka jauhilah olehmu (penyembahan) berhala-berhala yang najis itu dan
jauhilah perkataan dusta (QS al-Hajj 30)
Kotor dan
Najis (al- Menjijikkan (al-

Penyebab Najasah) kadr wal


khabts)

Keharaman
Makanan Membahayakan
Kesehatan
Memabukkan
(dlarar) (iskar)
• Setiap benda yang najis, haram dimakan. Tetapi tidak
semua benda yang haram dimakan itu najis. Haram
berhubungan dengan hukum syar’i, sedangkan najis
berhubungan dengan sifat benda itu sendiri
• ْ ‫ﱠرْﻣﺎْﻋْﻠﻰطْﺎْﻋمْ ﱠﯾطْْﻌْﻣ ْْﮫا ﱠﻵنْ ْا ﯾﱠﻛنْوْ ْْﻣ ْﯾﺗْﺔوْ ْا‬
‫طر ﻗلْ ْﱠﻵ ْا ْﺟ ْدْﻓ ْﻲ ْﻣﺂوْ ْا ْﺣ ْﻲا ْﻟ ﱠﻲْﻣْﺣ‬ ‫ْﻣانْ ْﺿ ْ ﱠ‬
ْ‫ ْﺑ ْْﮫ ﻓ‬Rْ‫ﻓ ْْﺎﻧﱠْﮫرْ ْﺟوْ ْاسْ ْﻓْﺳﻘْﺎھْ ْا ﱠل ْﻟْﻐْﯾا رْ ﱣ‬
• Katakanlah, ‫ْ ْا ْﻟْﺣم‬kudapati
ْ‫“ْْﺧ ْﻧزْ ْﯾر‬Tidak ‫ْﺳﻔوْ ْْﺣﺎو‬di‫دْﻣﺎﱠﻣ‬dalam
ْ apa yang
1. Najis (al- diwahyukan kepadaku, sesuatu ْ‫ْ ﱠر ْﺣْﯾم‬ yang
ْْ ‫ْ ﻓ‬memakannya,
‫غو ْﻻ ْﻋﺎد‬
‫ﱠرْ نﺑﱠكْ َﻏ‬
ْ‫ﻔرْ و‬diharamkan
memakannya bagi yang ‫ﺎ‬ingin ‫ ﺑْﺎ ْ ﱠ‬kecuali
ْ‫ﻏْﯾر‬
najasah) daging hewan yang mati (bangkai), darah yang mengalir,
daging babi – karena semua itu kotor – atau hewan yang
disembelih bukan atas (nama) Allah. Tetapi barangsiapa
terpaksa bukan karena menginginkan dan tidak melebihi
(batas darurat) maka sungguh, Tuhanmu Maha
Pengampun, Maha Penyayang (QS al-An’am 145)
Najis

LI DZATIHI (DZAT ATAU LI GHAIRIHI (KARENA


MATERINYA) TERKENA NAJIS, MUTANAJJIS)
Sesuatu yang semula suci kemudian terkena
najis disebut mutanajjis. Mutanajjis haram
untuk di konsumsi. Mutanajjis bisa
dikonsumsi apabila najisnya sudah
dihilangkan dengan cara disucikan sesuai
ketentuan Syariah (tathir syar’an)

Mutanajjis
Najis ada yang ringan (mukhaffah), sedang
(mutawassithah), berat (mughalladzah) dan
dimaaf (ma’fu)
Najis Mukhaffafah

Najis mukhaffafah Untuk Namun, jika


merupakan najis membersihkan memercikkan air
yang paling ringan najis mukhaffafah tidaklah cukup, kita
tingkatannya. cukup mudah, bisa
Contoh dari najis yakni hanya membersihkannya
ini adalah air dengan dengan
kencing bayi laki- membasuhnya
memercikkan air ke
menggunakan air,
laki yang belum tempat yang mandi, dan
berusia 2 tahun. terkena najis. berwudhu. Atau jika
Jenis najis ini Dengan terkena pakaian, kita
dikatakan paling memercikkan air bisa mengganti
ringan, karena saja, maka sudah pakaian yang
paling mudah dapat dikatakan terkena najis dengan
membersihkannya. suci atau bersih. pakaian bersih.
Selanjutnya, jenis najis yang perlu kita ketahui adalah najis
mutawassithah atau najis sedang. Contoh dari najis ini adalah
darah haid, kotoran manusia (feses), minuman keras, kotoran
dari hewan yang haram dimakan, dan bangkai (kecuali
bangkai manusia dan ikan).

Najis mutawassithah ini terbagi menjadi dua macam, yakni


Najis najis ‘ainiyah dan najis hukmiyah. Najis ‘ainiyah adalah najis
yang terlihat rupa, rasa dan baunya. Sedangkan, najis
Mutawassithah hukmiyah adalah najis yang bekasnya tidak tampak, seperti
air kencing dan minuman keras.

Untuk membersihkan najis mutawassithah, kita harus


menggunakan air mengalir sampai hilang rupa, rasa dan
baunya. Jika air saja tidaklah cukup, kita bisa menggunakan
sikat, tanah, batu, atau sabun sampai najis tersebut benar-
benar hilang dari tubuh atau pakaian.
• Najis mughalladzah adalah najis yang paling berat
tingkatannya. Contoh dari najis ini adalah menyentuh babi atau
terkena air liur anjing. Jika menyentuh atau terkena najis
mughalladzah, cara membersihkannya tidak sesederhana dua
najis lainnya. Cara membersihkan najis mughollazoh akan
Najis dijelaskan di poin selanjutnya.
• Perlu menghilangkan najis 'ainiyahnya (wujud, warna, bau,
Mughalladzah atau rasa) terlebih dahulu sebelum membasuh najis
Mughallazah dengan air.
• Meski sudah dihilangkan wujudnya, tetapi secara hukmiyah
(hukum) najisnya masih ada di tempat yang terkena najis
tersebut karena belum dibasuh 7 kali basuhan. Jadi, masih
perlu dibasuh dengan air sebanyak 7 kali basuhan. Salah
satunya harus dicampur dengan tanah atau debu yang suci
sehingga najisnya benar-benar hilang
• Pencampuran air dengan debu atau ini bisa
dilakukan dengan 3 cara, yaitu:
• pertama, mencampur air dan debu atau tanah
secara berbarengan, baru kemudian diletakkan
pada tempat yang terkena najis. Cara ini adalah
cara yang lebih utama dibanding cara lainnya,
• kedua, meletakkan debu atau tanah di tempat yang
terkena najis, lalu memberinya air dan mencampur
Selanjutnya…. keduanya, baru kemudian dibasuh hingga bersih,
• ketiga, memberi air terlebih dahulu di tempat yang
terkena najis, lalu memberinya debu atau dan
mencampur keduanya, baru kemudian dibasuh
sampai najisnya hilang.
• Selain tiga najis yang sudah disebutkan di
atas, ada pula najis ma’fu atau najis yang
dimaafkan. Contoh dari najis ini adalah tak
sengaja menyentuh bangkai binatang yang
tidak mengeluarkan darah mengalir, keluar
darah atau nanah dari kulit dengan jumlah
Najis Ma’fu yang sedikit, atau terkena debu. Termasuk
apabila terkena asap dari pembakaran
daging babi atau anjing
• Apabila terkena najis ma’fu, kita tidak perlu
mencucinya. Namun, jika merasa ragu-ragu,
kita bisa membasuhnya dengan air atau
berwudhu.
• Setiap sesuatu yang kotor (al-kadr) dan menjijikkan (al-khabts)
haram untuk di makan.
• َ‫َﻧكَ َﻣﺎ َأ اَذَﺣ ﱠل ﻟ ََﮫمَ ﻗ َأ لَ ََﺣ ﱠل َﻟﻛا مَ َﻟ ﱠط َﯾّﺑَﺎت‬
‫ﯾ َﺳﺄَﻟو‬
• “Mereka bertanya kepadamu (Muhammad), ‘Apakah yang
dihalalkan bagi mereka?’ Katakanlah, ‘Yang dihalalkan bagimu
2. Kotor dan (adalah makanan) yang baik-baik’.” (QS. Al-Maidah Ayat: 4)

• َ‫ﯨث‬F ‫ﻟ ََﮫا مَ ﻟ ﱠط َﯾ ََﺑوَ تَ ﯾ ََﺣمَ رََ َﻋﻠ َْﯾ َﮫا مَ َﻟ َﺧ ََﺑ‬


menjijikkan ‫وﯾ ََﺣ ﱡل‬

(al-kadr wal • “…dan yang menghalalkan segala yang baik bagi mereka
dan mengharamkan segala yang buruk bagi mereka..” (QS
khabts) al-A’raf 157)

• Ayat ini menurut Syaikh Yusuf al-Qaradlawi menunjukkan


• bahwa yang thayib itu pasti halal tapi tidak sebaliknya.
3.Membahayakan ‫ َﻛﺎنَ َﺑﻛرَ مَ َ َﺣ ْﯾ َﻣﺎ‬5َ‫ﱠا ن ﱣ‬
Dan janganlah َkamu ‫َا اوََ َﻧﻔ ََﺳﻛا‬dirimu.
َ‫َ َ م‬membunuh
Kesehatan (al- Sungguh, Allah Maha َ‫ﻘﺗَﻠ‬Penyayang
ََ ‫ و َﻻ ﺗ‬kepadamu (QS
al-Nisa 29)
dlarar) َ‫ ﯾ ََﺣ ﱡاب َﻟ َﻣ َﺣَﺳ َﻧ ْﯾن‬5َ‫َﺣ َﺳﻧاَ اوَ َ ﱠا ن ﱣ‬
“Danَ‫او‬ َ‫(ﺗﱠ َﮫﻠ ََﻛ َﺔ‬hartamu)
infakkanlah ‫َ مَ َﻟَﻰا ﻟ‬di َ‫َﺑﺎ َْﯾد‬Allah,
‫ ْﯾﻛا‬jalan ‫َﻠﻘ‬
َ َ‫او‬dan
َ‫ و َﻻ ﺗ‬kamu jatuhkan (diri sendiri) ke dalam
janganlah
kebinasaan dengan tangan sendiri, dan
berbuatbaiklah. Sungguh, Allah menyukai orang-
orang yang berbuat baik” (QS al-Baqarah 195)
َ‫َﻣﮫ َﻓﻲ ﯾهَ دَ َ ﯾَﺗ ََﺣ ﱠﺳﺎ َهﻓﻲ ﻧَﺎَ رَ م‬ ‫ﻓَﺳ ﱡ‬
‫َﮫﻧﱠ‬،‫َﺑﻣﺎا ﻓَدَﻘََﺗلَ َ ﻧ ََﻔ َﺳﮫ‬ ‫ﻣنﻣ ﺗ َﺧﻠﱠاَََﺣد ﱠﺳَﻰﻓﯾ ﺳ‬
Eَ‫َﮫﺎأ‬ َ َ‫َد‬‫ﺧ َﻟا و‬
‫ﺎ‬
‫ﺟ‬
“Dan barang siapa mengambil racun dan
membunuh dirinya sendiri, racun di tangannya
akan diminum dalam api Neraka untuk selama-
lamanya” (HR. Bukhori-Muslim)
4. Memabukkan (muskir)
َ‫َﻣاوَ رَ َﻟ َﻣ ْﯾَﺳاوَ رَ َﻻ ََﻧَ َﻻرَ مَ َﺟَ َ نَ ﻟَﻌَ ﱠﻠﻛمَ َ ﺗ ََﻔ َﻠَﺣنَ و‬
َ َ‫ا ﻟﱠذَ ْﯾاَ نَ َﻣﻧا اوََ َﻧﱠ َﻣﺎا َﻟ َاﺧوَبَ َﻻزَ َس ََ ﱠﻣﺷ ْﯾنَ طَ ﻓَﺎ َﺟﺗ ََﻧﺑَھو‬
‫ﻋ َﻣا لَ ﻟ‬ ‫ﺻﺎ‬ ‫ﯾَﺎَﯾﱡ َﮫﺎ‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk)
berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan
setan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung” (QS al-Maidah 90)

(‫َل َﺧ َﻣرَ َﺣمَ ار )ﺻﺣﯾﺢ ﻣﺳﻠم‬


‫رَ ﻛ ﱡ‬، ‫و‬
‫َل َﻣ َﺳ َﻛرَ َﺧ َﻣ‬
‫ﻛ ﱡ‬

Setiap yang memabukkan itu khamr dan semua khamr itu haram (HR. Muslim)

(‫و مَ ﻣﺎأ ﺳﻛرَ ﻛﺛﯾھرَ ﻓﻘﻠﯾﻠَﮫ ﺣمَ ار )ﺻﺣﯾﺢا ﺑن ﻣﺎﺟﮫ‬


‫ﻛل ﻣﺳﻛرَ ﺣار‬

Setiap yang memabukkan itu haram dan setiap yang memabukkan dalam jumlah banyak maka
sedikitnya juga haram (HR. Ibnu Majah)
Menggunakan pendapat ulama
yang moderat (tawassuth) bukan
yang keras dan kaku (tasyaddud)
atau yang terlalu memudahkan
(tasahhul)

Prinsip
Penetapan
Fatwa Hukum Dalam hal penetapan kehalalan
produk menerapkan prinsip yang
paling hati-hati, al-akhdu bi al-
ahwath dan yang disepakati
mayoritas (jumhur) alias terhindar
dari adanya perbedaan, al-Khuruj
min al-khilaf
‫اﻋا دﻟﺣﻼاو لﻟﺣمار‬

Kaidah Halal Haram


1. HukumAsala Segala Sesuatu Adalah Diperbolehkan

2. Menetapkan Halal - HaramAdalah HakAllah SWT

Kaidah Halal 3. MangharamkanPerkara Halal &Menghalalkan Perkara HaramSamadengan

Haram Menyekutukan Allah

4.MengharamkanPerkara YangTelah Ditetapkan Halal HanyaAkan


Menimbulkan Keburukan &Kemudhorotan

5. PerkaraYang Halal Tidak Membutuhkan PerkaraYang Haram


6. Sesuatu Yang Menghantarkan Kepada Perkara Haram, Maka Sesuatu itu
Adalah Haram

7. Menyiasati Perkara Haram, Maka HukumnyaAdalah Haram

8.Niat Yang Baik Tidak Dapat Membebaskan Perkara Yang Haram

9.Tujuan Menjauhi Perkara SyubhatAdalah Takut Pada Perkara Haram

10. PerkaraYang Haram Berlaku Untuk SemuaOrang


FATWA MUI : 10 Tahun 2018 Tentang
PRODUK MAKANAN DAN MINUMAN YANG MENGANDUNG
ALKOHOL/ETANOL
Kedua : Ketentuan Hukum
1. Minuman beralkohol yang masuk kategori khamr adalah minuman yang
mengandung alkohol/etanol (C2H5OH) minimal 0.5 %. Minuman beralkohol yang
masuk kategori khamr adalah najis dan hukumnya haram, sedikit ataupun
banyak.
2. Penggunaan alkohol/etanol hasil industri non khamr (baik merupakan hasil
sintesis kimiawi [dari petrokimia] ataupun hasil industri fermentasi non khamr)
untuk bahan produk makanan hukumnya mubah, apabila secara medis tidak
membahayakan.
3. Penggunaan alkohol/etanol hasil industri non khamr (baik merupakan hasil
sintesis kimiawi [dari petrokimia] ataupun hasil industri fermentasi non khamr)
untuk bahan produk minuman hukumnya mubah, apabila secara medis tidak
membahayakan dan selama kadar alkohol/etanol (C2H5OH) pada produk akhir
kurang dari 0.5%.
4. Penggunaan produk-antara (intermediate product) yang tidak dikonsumsi
langsung seperti flavour yang mengandung alkohol/etanol non khamr untuk
bahan produk makanan hukumnya mubah, apabila secara medis tidak
membahayakan.
5. Penggunaan produk-antara (intermediate product) yang tidak dikonsumsi
langsung seperti flavour yang mengandung alkohol/etanol non khamr untuk
bahan produk minuman hukumnya mubah, apabila secara medis tidak
membahayakan dan selama kadar alkohol/etanol (C2H5OH) pada produk akhir
kurang dari 0.5%.
Kedua : Ketentuan Hukum
1. Meminum minuman beralkohol sebagaimana dimaksud dalam ketentuan
umum hukumnya haram.
2. Khamr sebagaimana dimaksud dalam ketentuan umum adalah najis.
3. Alkohol sebagaimana dimaksud dalam ketentuan umum yang berasal dari
khamr adalah najis. Sedangkan alkohol yang tidak berasal dari khamr adalah
tidak najis.
4. Minuman beralkohol adalah najis jika alkohol/etanolnya berasal dari khamr,
dan minuman beralkohol adalah tidak najis jika alkohol/ethanolnya berasal
dari bukan khamr.
5. Penggunaan alkohol/etanol hasil industri khamr untuk produk makanan,
minuman, kosmetika, dan obat-obatan, hukumnya haram.
6. Penggunaan alkohol/etanol hasil industri non khamr (baik merupakan hasil
sintesis kimiawi [dari petrokimia] ataupun hasil industri fermentasi non
khamr) untuk proses produksi produk makanan, minuman, kosmetika, dan
obat-obatan, hukumnya: mubah, apabila secara medis tidak membahayakan.
7. Penggunaan alkohol/etanol hasil industri non khamr (baik merupakan hasil
sintesis kimiawi [dari petrokimia] ataupun hasil industri fermentasi non
khamr) untuk proses produksi produk makanan, minuman, kosmetika dan
obat-obatan, hukumnya: haram, apabila secara medis membahayakan.
Ketiga : Ketentuan Terkait Produk Minuman yang
Mengandung Alkohol

1. Produk minuman yang mengandung khamr hukumnya


haram.
2. Produk minuman hasil fermentasi yang mengandung
alkohol/etanol minimal 0.5%, hukumnya haram.
3. Produk minuman hasil fermentasi yang mengandung
alkohol/etanol kurang dari 0.5% hukumnya halal jika
secara medis tidak membahayakan.
4. Produk minuman non fermentasi yang mengandung
alkohol/etanol kurang dari 0.5% yang bukan berasal dari
khamr hukumnya halal, apabila secara medis tidak
membahayakan, seperti minuman ringan yang
ditambahkan flavour yang mengandung alkohol/etanol.
Keempat : Ketentuan Terkait Produk Makanan yang Mengandung
Alkohol/Etanol

1. Produk makanan hasil fermentasi yang mengandung alkohol/etanol


hukumnya halal, selama dalam prosesnya tidak menggunakan bahan
haram dan apabila secara medis tidak membahayakan.
2. Produk makanan hasil fermentasi dengan penambahan alkohol/etanol
non khamr hukumnya halal, selama dalam prosesnya tidak
menggunakan bahan haram dan apabila secara medis tidak
membahayakan.
3. Vinegar/cuka yang berasal dari khamr baik terjadi dengan sendirinya
maupun melalui rekayasa, hukumnya halal dan suci.
4. Produk makanan hasil fermentasi susu berbentuk pasta/padat yang
mengandung alkohol/etanol adalah halal, selama dalam prosesnya tidak
menggunakan bahan haram dan apabila secara medis tidak
membahayakan.
5. Produk makanan yang ditambahkan khamr adalah haram.
FATWA MUI : 11 Tahun 2018 Tentang PRODUK
KOSMETIKA YANG MENGANDUNG ALKOHOL/ETANOL

Pertama : Ketentuan Umum


Dalam fatwa ini, yang dimaksud dengan:
1. Khamr adalah setiap minuman yang memabukkan,
baik dari anggur atau yang lainnya, baik dimasak
ataupun tidak.
2. Alkohol adalah etil alkohol atau etanol, suatu
senyawa kimia dengan rumus (C2H5OH).
3. Kosmetika adalah bahan atau campuran bahan yang
digunakan untuk membersihkan, menjaga,
meningkatkan penampilan, mengubah penampilan,
digunakan dengan cara mengoles, menempel,
memercik, atau menyemprot.
FATWA MUI : 40 Tahun 2018 Tentang PENGGUNAAN
ALKOHOL/ETANOL UNTUK BAHAN OBAT
Kedua : Ketentuan Hukum
1. Pada dasarnya berobat wajib menggunakan metode yang tidak
melanggar syariat, dan obat yang digunakan wajib menggunakan
obat yang suci dan halal.
2. Obat-obatan cair berbeda dengan minuman. Obatan-obatan
digunakan untuk pengobatan sedangkan minuman digunakan
untuk konsumsi. Dengan demikian, ketetuan hukumnya berbeda
dengan minuman.
3. Obat-obatan cair atau non cair yang berasal dari khamr hukumnya
Haram.
4. Penggunaan alkohol/etanol yang bukan berasal dari industri khamr
(baik merupakan hasil sintesis kimiawi [dari petrokimia] ataupun
hasil industri fermentasi non khamr) untuk bahan obat-obatan cair
ataupun non cair hukumnya boleh dengan syarat:
a. Tidak membahayakan bagi kesehatan.
b. Tidak ada penyalahgunaan.
c. Aman dan sesuai dosis.
d. Tidak digunakan secara sengaja untuk membuat mabuk.

Anda mungkin juga menyukai