Anda di halaman 1dari 1

Hukum yang legal

Hukum yang sungguh-sungguh adalah hukum yang legal atau sah Hukum yang tidak legal sebenarnya bukan
hukum, melainkan menyerupai tindakan kekerasan. Hukum adalah legalitas.

Lazim diterima bahwa hukum adalah legal, bilamana undang-undang dan peraturan-peraturan ditentukan oleh suatu
instansi yang berwenang, yakni pemerintah yang sah, dan ditentukan menurut kriteria yang berlaku Peraturan-
peraturan yang legal itu mempunyai kekuatan yuridis (validity dan karenanya berbeda dengan kebiasaan yang tidak
berlaku secara yuridis

Perbedaan antara peraturan yuridis dan tidak yundis digambarkan secara tepat oleh
H.L.A. Hart. Hart mengetengahkan, bahwa suatu negara tidak boleh disamakan dengan negara polisi, dan bahwa
kaidah-kaidah hukuin suatu negara udak boleh disamakan den: perintah seorang perampok untuk menyerahkan
segala harta kepadanya (gunman situarion Pe:intah seorang perampok biasanya ditaati: kalau tidak, akan ada sanksi.

Ada dua jenis kaidah hukum. Ada kaidah hukum yang menentukan kelakuan orang (kaidah primer) dan ada kaidah
hukum yang menentukan syarat bagi berlakunya kaidah primer tersebut (kaidah sekunder). Terdapat macam-
macam petunjuk pengenal bugi berlakunya hukum. Ada dekrit presiden, peraturan DPR, statuta himpunan, adat-
istiadat dll. Petunjuk pengenal yang paling akhir(ultimate rule of recognition)ditentukan dalam undang-undang
dasar.

Tetapi teori ini tidak mencukupi. Sebabnya petunjuk-petunjuk pengenal yang telah disebut, belum tentu suatu tanda
bahwa suatu peraturan Sungguh-sungguh legal. Suatu peraturan baru dapat diakui sebagai legal, bila tidak
bertentangan dengan peraturan-peraturan yang berlaku pada suatu jenjang yang lebih tinggi. Umpamanya statuta
suatu himpunan baru berlaku, bila disusun menurut norma-norma yang ada dalam peraturan pemerintah tentang
didirikannya suatu himpunan.

Dari pertimbangan macam ini lahirlah teori Stufenbau (bangunan menurut jenjang). Dalam teori ini ditentukan
jenjang-jenjang perundang- undangan, menurut UUD RI jenjang-jenjang itu didahulukan oleh pancasila, sehingga
susunan jenjang-jenjang tersebut adalah sbb :

1. Panca Sila (PS)


2. Undang-undang Dasar (UUD)
3. Ketetapan MPR (TAP-MPR) 4. Undang-undang (UU)
5. Peraturan Pengganti Undang-undang (Perpu)
6. Peraturan Pemerintah (PP)
7. Keputusan Presiden (Keppres)
8. Keputusan Menteri (Kepmen)
9. Keputusan Dirjen dst.

Teori Stufenbau yang sudah umum pada zaman kini. memperlihatkan bahwa seluruh sistem hukum mempunyai
suatu struktur piramidal, mulai dari yang abstrak. (ideologi negara dan undang-undang dasar) sampai yang konkret
(peraturan-peraturan yang berlaku).

Anda mungkin juga menyukai