Week 7
OUTLINE MATERI :
Beberapa industri rentan menghadapi fenomena “booming and bust”. Fluktuasi harga
disebabkan karena kekurangan atau kelebihan kapasitas yang cukup besar. Kekurangan kapasitas
tersebut diperparah oleh panic buying dan overordering yang diikuti dengan penurunan
permintaan secara tiba-tiba. Kurangnya koordinasi dalam rantai pasokan menyebabkan
terjadinya peningkatan variabilitas dan menurunnya surplus rantai pasokan. Artinya bullwhip
effect berdampak pada biaya dan daya respon pada rantai pasokan. Berikut beberapa identifikasi
dampak bullwhip effect:
Hambatan insentif terjadi pada situasi ketika insentif yang ditawarkan ke pelaku dalam
rantai pasokan yang mengarah pada tindakan untuk meningkatkan variabilitas dan
mengurangi total keuntungan rantai pasokan. Terdapat dua faktor dalam hambatan insentif
yaitu:
• “Optimasi lokal pada fungsi atau tahapan rantai pasokan (Local optimization withing
functions or stages of a supply chain)” yaitu insentif yang hanya fokus pada dampak dari
keputusan yang tidak memaksimalkan total surplus rantai pasokan. Misalnya apabila
kompensasi manajer transportasi di perusahaan dikaitkan dengan biaya transportasi rata-
rata per unit, manajer kemungkinan akan mengambil tindakan yang dapat menurunkan
biaya transportasi bahkan mereka akan meningkatkan biaya persediaan hingga merugikan
pelayanan terhadap pelanggan. Tindakan tersebut dilakukan untuk mengoptimalkan
ukuran kinerja di mana mereka dievaluasi.
• “Insentif tenaga penjualan (Sales force incentives)” yaitu insentif tenaga penjualan yang
tidak terstruktur sehingga menjadi hambatan yang signifikan dalam rantai pasokan. Di
banyak perusahaan, insentif tenaga penjualan melebihi ambang batas penjualan selama
periode evaluasi dalam satu bulan atau kuartal. Penjualan yang biasanya diukur oleh
produsen mengarah pada kuantitas barang yang dijual ke distributor atau pengecer (sell-
in), bukan kuantitas barang yang dijual ke pelanggan akhir (sell-through).
• “Kurangnya Informasi yang berikan (Lack of Information Sharing)” yaitu informasi yang
tidak tersampaikan secara utuh kepada pihak dalam setiap tahapan rantai pasokan akan
semakin memperbesar distorsi informasi.
• Pemesanan dalam jumlah besar (Ordering in Large Lots), suatu kondisi dimana
perusahaan menempatkan pesanan dalam jumlah yang lebih besar sehingga
berdampak pada variabilitas pesanan.
• Penambahan lead time (Large replenishment lead times, dimana distorsi informasi
akan semakin besar karena terjadi lead time yang panjang. Biasanya sering kali
terjadi ketika terdapat kesalahan peramalan yang dilakukan pengecer sehingga saat
permintaan tinggi namun terjadi kesalahan informasi dalam pemesanan maka
menyebabkan waktu tunggu pesanan semakin lama.
• “Fluktuasi Harga (Price Fluctuation)”, promosi dan pemberian diskon jangka pendek
yang ditawarkan oleh produsen akan berdampak pada peningkatan pembelian barang
dimasa depan. Pedagang grosir atau pengecer akan membeli banyak barang selama
periode diskon untuk menutupi permintaan pada periode mendatang. Dengan demikian,
promosi dan pemberian diskon menghasilkan variabilitas dalam pengiriman barang.
Produsen mengalami kenaikan penjualan barang daripada penjualan oleh pengecer.
• Setiap tindakan pelaku pada tahapan rantai pasokan tidak mempertimbangkan dampaknya
terhadap pelaku rantai pasokan lainnya.
• Perbedaan tujuan pada tahapan rantai pasokan memungkinkan terjadi ketidaselarasan.
• Perbedaan tahapan rantai pasokan memungkinkan terjadi permasalahan terhadap mitra
rantai pasokan. (misal antar pemasok, antar distributor)
• Tindakan yang diambil oleh pelaku dalam rantai pasokan dapat menyebabkan gangguan
pada tahapan rantai pasok lainnya.
• Kurangnya kepercayaan di antara mitra rantai pasokan menyebabkan mereka menjadi
oportunistik dengan mengorbankan kinerja rantai pasokan secara keseluruhan.
Aspek mendasar dari keberhasilan kolaborasi yaitu identifikasi dan resolusi atau
penyelesaian “pengecualian” (resolution of exception). Pengecualian mengacu pada kesenjangan
antara peramalan yang dibuat oleh kedua belah pihak atau beberapa pengukuran kinerja yang
mengalami penurunan atau kemungkinan besar berada di luar batas yang telah ditentukan.
Pengukuran ini dapat mencakup inventaris yang melebihi target atau ketersediaan produk yang
berada di bawah target. Keberhasilan dari CPFR telah melalui proses dimana kedua belah pihak
terlibat mampu mengatasi permasalahan tersebut. Terdapat beberapa identifikasi empat skenario
di mana penerapan CPFR dalam skala besar telah terjadi antara pengecer dan produsen sebagai
berikut :
Terdapat beberapa bentu identifikasi dampak bullwhip effect yaitu biaya produksi, biaya
persediaan, penambahan lead time, biaya transportasi, biaya tenaga kerja untuk pengiriman dan
penerimaan, dan tingkat ketersediaan produk, dan hubungan lintas rantai pasokan. Berikutnya
terdapat lima kategori hambatan koordinasi dalam rantai pasokan yaitu hambatan insentif,
hambatan pemrosesan informasi, hambatan operasional, hambatan harga, dan hambatan perilaku.
Selain itu terdapat tindakan manajerial yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keuntungan
rantai pasokan total dan meminimalisir distorsi informasi yaitu menyelaraskan tujuan dan
insentif, meningkatkan visibilitas dan akurasi informasi, meningkatkan operasi sehingga terjadi
sinkronasi penawaran dan permintaan, merancang strategi penetapan harga untuk menstabilkan
pesanan, dan Membangun kemitraan startegis dan kepercayaan. Terdapat dua pendekatan
praktis yang dapat dilakukan untuk mendapatkan daya tarik industri sehingga mampu
menunjukkan hasil yang positif yaitu continuous replenishment and vendor managed inventories
dan collaborative Planning, Forecasting, and Replenishment (CPFR).
Chopra, S. (2019). Supply chain management: Strategy, planning, and operation. 7th. Pearson
Education, Inc.