Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

SEJARAH MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA

PENGAJAR: DRS. HAFISUDDIN NASUTION


NAMA-NAMA ANGGOTA KELOMPOK 1:
ADRIAN
FARID ALI WAFI
ANDIKA RASYA SYAHPUTRA
AZ-ZAHRA DINA MAIZA
FIKA AYUNDA PUTRI
FAHIRA AZZAHRA DASOPANG

SMA UNGGULAN AL-AZHAR MEDAN


TAHUN AJARAN 2023/2023
BAB I

PENGERTIAN
Islam di Indonesia baik secara historis maupun sosiologis sangat kompleks,

terdapat banyak masalah, misalnya tentang sejarah dan perkembangan awal Islam. Harus

di akui bahwa penulisan sejarah Indonesia di awali oleh golongan orientalis yang sering

ada usaha untuk meminimalisasi peran Islam, disamping usaha para sarjana muslim yang

ingin mengemukakan fakta sejarah yang lebih jujur Suatu kenyataan bahwa kedatangan

Islam ke indonesia dilakukan secara damai. Berbeda dengan penyebaran Islam di timur

tengah yang dalam beberapa kasus disertai dengan pendudukan oleh wilayah militer.

Islam dalam batas tertentu disebarkan oleh para pedagang, kemudian dilanjutkan oleh

para Da’i dan para pengenbara sufi. Orang yang terlibat dalam dakwah pertama itu tidak

bertendensi apapun selain bertanggung jawab menunaikan kewajiban tanpa pamrih,

sehingga nama mereka berlalu begitu saja.

Karena wilayah Indonesia sangat luas dan perbedaan kondisi dan situasi maka

wajar kalau terjadi perbedaan pendapat tentang kapan, dari mana, dan dimana pertama

kali Islam datang ke Indonesia. Sebut saja teori Gujarat yang dipopulerkan oleh Snouk

Hurgronje,seorang orientalis terkemuka Belanda yang melihat para pedagang kota

pelabuhan Dakka di India Selatan sebagai pembawa Islam ke wilayah nusantara. Teori

Snock Hurgronje ini lebih lanjut dikembangkan oleh Morrison pada 1951. Dengan

menunjuk tempat yang pasti di India, ia menyatakan dari sanalah Islam datang ke

nusantara. Ia menunjuk pantai Koromandel sebagai pelabuhan tempat bertolaknya para

pedagang muslim dalam pelayaran mereka menuju nusantara.

Beda lagi dengan Hamka yang mengkritik teori Gujarat bahwa Islam masuk ke nusantara

berasal dari Makkah, disebut dengan teori Makkah. Hamka berpandangan bahwa peranan

bangsa arab sebagai pembawa agama Islam ke Indonesia berasal dari Makkah sebagai
pusat pengkajian keislaman pada masa itu; atau juga dari Mesir. Artinya, Gujarat

hanyalah sebagai tempat singgah semata ulama penyebar Islam di nusantara.

Lain lagi dengan teori Benggali yang dikembangkan Fatimi menyatakan bahwa

Islam datang dari Benggali (Bangladesh). Dia mengutip keterangan Tome Pires yang

mengungkapkan bahwa kebanyakan orang terkemuka di Pasai adalah orang Benggali

atau keturunan mereka. Pendapat lainnya, berdasarkan teori Persia yang dibangun

teorinya oleh Hoesein Djayadiningrat. Pandangannya berdasarkan tradisi Islam di

nusantara kental dengan tradisi Persia. Seperti peringatan 10 Muharram atau Asyura,

bubur Syura dan lain sebagainya. Pendapat selanjutnya, teori China yang dipopulerkan

Sayyid Naquib Alatas, bahwa berpandangan muslim Canton China bermigrasi ke Asia

Tenggara sekitar tahun 867 M, sehingga hijrahnya muslim Canton banyak yang singgah

di Palembang, Kedah, Campa, Brunai, dan pesisir timur tanah melayu (Patani, Kelantan,

Terengganu dan Pahang) serta Jawa Timur.

BAB II

LATAR BELAKANG
Sejarah masuknya Islam di Indonesia mempunyai beberapa versi, diantara lain

adalah teori dari Gujarat dan dari orang Arab yang singgah dalam pelayaranya.

Berkenaan dengan teori Arab ini, di Indonesia sudah beberapa kali diadakan seminar

tentang masuknya Islam ke Indonesia. Seminar di Medan tahun 1963 dan seminar di

Aceh tahun 1978, kedua seminar itu menyimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia

pada abad pertama Hijriyah dan langsung dari Arab. Dengan masuknya agama Islam dari

negara Arab, maka dimulailah peradaban Islam di Indonesia.

Peradaban Islam yang ditandai dengan bermunculanya kerajaan-kerajaan Islam

yang berusaha mematahkan dominasi kerajaan-kerajaan Hindu, Budha, kepercayaan

animisme dan dinamisme, yang terbukti dengan semakin banyaknya bangunan-bangunan

bercorak Islam, yang diantara lain seperti masjid-masjid, madrasah-madrasah dan juga

pesantren-pesantren yang mempunyai semangat perjuangan didalam dunia pendidikan

yang sampai pada hari ini masih terus berkembang, baik dari segi kuantitas maupun

kualitasnya. Pendidikan saat ini juga semakin beragam, baik lembaga atau non lembaga

yang bersifat formal, informal maupun non formal. Pendidikan sebagai salah satu

kebutuhan hidup ini juga mempertegas keberadaanya, yang dibutuhkkan semua manusia

dari berbagai jenjang usia.

BAB III

AYAT DAN HADIST


Pedomannya jelas, yaitu hadis Nabi riwayat Muslim: “Saya ini manusia. Jika aku

perintahkan kalian dalam urusan agama, maka patuhilah! Namun, jika aku

memerintahkan sesuatu berdasarkan pendapatku, maka aku ini manusia biasa.” (HR.

Muslim dari Rafi’ ibn Khudayj).

Dalam riwayat lain berbunyi: “Jika aku berasumsi, maka jangan kalian

mengambilnya begitu saja. Namun, jika aku berkata yang bersumber dari Allah SWT,

maka patuhilah karena aku tidak pernah mendustakan Allah.” (HR. Muslim dari Abi

Thalhah).

Dalam riwayat lain berbunyi: “Kalian lebih mengerti urusan dunia kalian.” (HR.

Muslim dari Anas). Oleh Imam Nawâwi penulis Syarah Muslim, rangkaian hadits ini

dimasukkan dalam bab berjudul “Kewajiban mematuhi ucapan Nabi yang bersifat syara’,

bukan hal-hal yang terkait dengan kehidupan dunia berdasarkan pendapat pribadi” (Sahih

Musim bi Syarh Nawâwi, juz 10, hal. 116-118).

Jika menyimak sirah Nabi, akan banyak ditemukan fakta bahwa selain dalam

urusan agama, Nabi adalah pemimpin yang mendengar nasehat dan pendapat para

sahabat. Pendapat Nabi kadang dikritisi sahabatnya dan Nabi menerima kritik itu dan

mengikutinya seperti dalam kasus Hubâb ibn Mundzir terkait siasat Perang Badar.
Ada juga pendapat Nabi dikritisi sahabat, tetapi Nabi menolak kritik itu dan

kemudian dikoreksi oleh Allah yang membenarkan pendapat sahabat seperti dalam kasus

Umar ibn Khattab RA dalam urusan pampasan perang yang diabadikan dalam Surat al-

Anfâl (ayat 67-68) dan dalam urusan Abdullâh ibn Ubay ibn Salûl yang diabadikan

dalam Surat at-Tawbah (ayat 84) dan Surat al-Munâfiqûn (ayat 6) (Tafsîr al-Qurthûby,

juz 8, hal. 47 dan 200-201).

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Walaupun islam masuk ke negara kita dengan beberapa cara, kita tetap hanya

berpegang teguh kepada satu Tuhan, yaitu Allah SWT., ini lah yang membuat kita selalu

bersatu, tidak terpecah belah, karena kita memiliki ketauhidan. Kita harus tetap

melestarikan peninggalan peninggalan islam yang selalu mempersatukan kita. Kita bisa

mengajarkan ke generasi berikutnya bagaimana islam masuk ke indonesia, jangan sampai

agama kita di pecah belah oleh orang lain. Semoga Allah selalu melindungi, dan menjaga

kita dimana pun dan kapan pun.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik. Sejarah Umat Islam Indonesia. MUI. 1991. Buchori, Didin Saefuddin.

Sejarah Politik Islam. Jakarta: Pustaka Intermasa. 2009.

Graaf, H. J. de. Awal Kebangkitan Mataram, Masa Pemerintahan Senapati.

Jakarta: Grafiti Pers. 1987.

Nawawi, Chatibul Umam dan Abidin. Sejarah dan Kebudayaan Islam.

Jakarta: Menara Kudus. 1984.

Notosusanto, Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho. Sejarah Nasional Indonesia

II. Jakarta: Balai Pustaka. 1984.

Pigeud, H. J. de Graaf dan Th. G. Th. Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa.

Jakarta: Grafiti Pers. 1985.

Sunanto, Musyrifah. Sejarah Peradaban Islam Indonesia.

Jakarta: Rajawali Pers 2012.

Tjandrasasmita, Uka. Sejarah Nasional III. Jakarta: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan. 1976.

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 1993.

Anda mungkin juga menyukai