Anda di halaman 1dari 113

LAPORAN ANTARA

Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut


Provinsi Kalimantan Barat

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada tahun 2015, Indonesia mengalami kebakaran hutan dan lahan yang sangat besar.
Diperkirakan seluas 2,6 juta hektar hutan dan lahan terbakar pada periode Juni-Oktober
2015. Dari 2,6 juta hektar hutan dan lahan terbakar, lebih dari setengahnya terjadi di
areal gambut yang terkonsentrasi di wilayah Sumatera Selatan (608.000 hektar),
Kalimantan Tengah (429.000 hektar), Kalimantan Timur (388.000 hektar), Kalimantan
Selantan (292.000 hektar), Papua (268.000 hektar), Kalimantan Barat (178.000 hektar),
Riau (139.00 hektar0, Jambi (123.000 hektar0 dan wilayah lainnya (186.000 hektar).
Guna percepatan pemulihan Kawasan dan pengembalian fungsi hidrolis gambut akibat
kebakaran hutan dan lahan secara khusus, sistematis, terarah, terpadu dan menyeluruh
maka dibentuk Badan Restorasi Gambut (BRG) melalui Peraturan Presiden Nomor 1
tahun 2016. BRG memiliki tugas pokok dan fungsi mengkoordinasi dan memfasilitasi
restoraai gambut di 7 (tujuh) provinsi, yaitu Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan
Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Papua, dengan target seluas 2 juta
hektar dalam periode tahun 2016-2020.
Didalam mengimplementasikan kegiatan restorasi gambut, BRG menetapkan 3 (tiga)
pendekatan pokok yaitu Pembasahan Gambut (Peat Rewetting), Revegetasi
(Revegetation), dan Revitalisasi Sumber Mata Pencaharian (Revitalization of local
livelihoods). Ketika pendekatan ini lebih dikenal sebagai pendekatan 3R. Kegiatan
pembasahan gambut (Peat Rewetting) dilaksanakan melalui pembangunan infrastruktur
pembasahan gambut seperti sekat kanal (canal blocking), penimbunan kanal (canal
backfilling) dan sumur bor (deep wells), sedangkan kegiatan revegetasi (Revegetation)
meliputi kegiatan persemaian, pengembangan bank benih, kegiatan penanaman dan
regenerasi alami. Sementara itu kegiatan revitalisasi sumber mata pencarian meliputi
berbasisi lahan (land-based livelihood activities) dan berbasis air (waterbased livelihood)
seperti pertanian tanpa bakar, paludiculture, peternakan, perikanan, budidaya lebah
madu dan lain-lain.

CV. Zamrud Griya Kreasitama I-1


LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

Kegiatan pembangunan infrastruktur pembasahan gambut khususnya sekat kanal (canal


blocking) dan penimbunan kanal (canal back filling) memerlukan dokumen perencanaan
Survei Investigation Design (SID) dan Details Engineering Design (DED) sehingga
pelaksanaannya dapat sesuai dengan kaidah teknis dan memberikan hasil yang sesuai
dengan tujuan.

1.2. Maksud dan Tujuan

1.2.1. Maksud
Maksud kegiatan ini adalah tersedianya Dokumen SID dan DED Infrastruktur
Pembasahan Gambut yang meliputi
1. Penyajian data dan informasi biofisik, hidrologi, jaringan drainase (panjang, lebar
dan dalam), social ekonomi dan kondisi eksisting sekat kanal, sumur bor dan/atau
Penimbunan Kanal yang telah ada;
2. Gambar teknis, Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan spesifikasi teknis
pembangunan infrastruktur pembasahan gambut, jumlah unit dan titik koordinat
Lokasi Rencana Pembangunan Sekat Kanal;
3. Peta jumlah unit dan titik Koordinat Pembangunan Infrastruktur Pembasahan
Gambut (PIPG) berupa sekat kanal, sumur bor dan atau penimbunan kanal;
4. Peta Lokasi Pembangunan PIPG (sekat kanal, sumur bor dan atau penimbunan
kanal) sesuai kriteria yang telah ditetapkan.

1.2.2. Tujuannya
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menyusun dokumen perencanaan SID dan DED
Infrastruktur Pembasahan Gambut untuk pembangunan infrastruktur pembasahan
gambut (sekat kanal, sumur bor, dan/atau penimbunan kanal) di Provinsi Kalimantan
Barat.

1.3. Sasaran

Sasaran dari pelaksanaan SID dan DED infrastruktur Pembasahan Gambut adalah
terwujudkan suatu perencanaan pembasahan gambut yang komprehensif efektif dan
efisien, serta memenuhi kaidah kelayakan teknis di Provinsi Kalimantan Barat. Selain itu
sasaran kegiatan ini adalah untuk menghasilkan dokumen SID dan DED yang dijadikan
acuan penyusunan anggaran dan tahapan pelaksanaan pembangunan.

CV. Zamrud Griya Kreasitama I-2


LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

1.4. Ruang Lingkup

Lingkup Kegiatan :
1) Pekerjaan Persiapan
a) Persiapan Administrasi, Personil, Peralatan dan Program Kerja
b) Pengumpulan Data Sekunder dan Desk Studi
c) Observasi dan Identifikasi Lokasi Studi (Survei Pendahuluan)
d) Menyusun Program Mutu
2) Pelaksanaan Pekerjaan Lapangan
a) Survei Topografi
Ruang lingkup Survei topografi
- Pengukuran dilakukan dengan GNSS Geodetik metode Real-Time
Kinematik (RTK).
- Pengukuran yang dilakukan berupa pengukuran situasi, pengukuran
memanjang, melintang kanal. Pengukuran site survei dilakukan dengan
penambahan pengukuran ke arah samping kanan dan kiri kanal minimal
20 m dari tepi kanal
- Pemasangan Bench Mark (BM), jumlah BM direncanakan 21 (dua puluh
satu) buah dengan interval maksimal setiap 10 km.
- Pembuatan pra layout
- Pengukuran dan penggambaran profil saluran kanal : peta ikhtisar/umum
dengan skala 1 : 5.000, Peta bangunan air eksisting (jika ada) skala 1 :
5.000, Gambar penampang memanjang kanal, gambar penampang
melintang.
- Kegiatan pengukuran topografi disertakan dengan pengambilan
dokumentasi kondisi kanal setiap interval 100 m dengan menggunakan
formulir/aplikasi yagn disediakan oleh pejabat penandatangan kontrak
b) Survei Konstruksi
- Sekat Kanal
Kegiatan survei Kontruksi antara lain :
• Identifikasi pemanfaatan kanal oleh masyarakat sekitar
• Survei harga upah pekerjan dan harga bahan, ketersediaan bahan
baku, Analisa akses mobiliasis alat dan bahan ke lokasi pekerjaan
konstruksi dan dituangkan dalam formulir hasil survei.

CV. Zamrud Griya Kreasitama I-3


LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

- Sumur Bor
Pengujian pengeboran sumur bor dilakukan dengan tahapan:
• Penentuan titik lokasi uji coba (harus mendapat persetujuan dari
Pejabat Penandatangan Kontrak)
• Pengboran lokasi sampling untuk mengetahui kedalaman air tanah,
debit air dan lapisan tanah
• Perekaman data sampling kedalam tabel, log bor dan peta
• Penggamabaran As Built Drawing Sumur Bor Uji sesuai dengan hasil
pembangunan
c) Survei Hidrologi dan Hidrometri meliputi pengumpulan data curah hujan dan
iklim dan pengukuran dilapangan .
d) Survei Penyelidikan Tanah dilakukan sebanyak 82 titik
e) Survei Sosial Ekonomi
3) Analisis Data Survei
a) Analisis dan penggambaran hasil survei topografi
b) Analisis hasil survei konstruksi
c) Analisis hasil survei hidrologi dan hidrometri
d) Analisis hasil penyelidikan tanah
e) Analisis hasil survei sosial ekonomi
4) Pembuatan Detailed Engineering Design (DED)
Meliputi perencanaan gambar desain IPG, Rencana Anggaran Biaya dan Spesifikasi
Teknis.
5) Penyusunan Laporan
a) Laporan Program Mutu Kerja
b) Laporan Pendahuluan
c) Laporan Antara
d) Draft Laporan Akhir
e) Laporan Akhir
f) Laporan Ringkas
g) Laporan Pendukung
- Laporan Pertemuan Konsultansi Masyarakat
- Laporan Topografi
- Laporan Penyelidikan Tanah
- Laporan Hidrologi dan Hidrometri

CV. Zamrud Griya Kreasitama I-4


LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

- Laporan RAB
- Laporan Sosial Ekonomi
- Buku Ukur
- Laporan Spesifikasi Teknis dan Dokumen Tender
- Album Dokumentasi
- Album gambar
h) SSD 1 TB (Isi Softfile)
6) Pertemuan Konsultasi Masyarakat
7) Diskusi
a) Diskusi Laporan Pendahuluan
b) Diskusi Laporan Antara
c) Diskusi Laporan Akhir

1.5. Keluaran

Keluaran dari kegiatan Penyusunan SID dan DED Pembasahan Gambut Provinsi
Kalimantan Barat sebagai berikut :
A. Survei Investigasi dan Desain
1. Data Peta
a. Peta Ikhtisar/umum dengan skala 1 : 5.000
b. Peta situasi lengkap dengan skala 1 : 5.000 yang memuat :
- batas desa/kecamatan definitive,
- batas kawasan hutan,
- izin (konsesi),
- daerah irigasi rawa (DIR),
- jalan,
- bangunan air eksisting (apabila ada),
- kanal/sungai, dan
- informasi lainnya
c. Peta jaringan kanal lengkap dengan titik definitif rencana pembangunan IPG
(termasuk rotasi dan atribut yang melekat) yang dilengkapi dengan kontur
hasil pengukuran dengan CI (control interval) 0,4 meter
d. Peta Lokasi uji sumur bor sederhana dan titik definitive lokasi rencana
pembangunan sumur bor.

CV. Zamrud Griya Kreasitama I-5


LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

2. Data Perencanaan
a. Daftar harga upah dan bahan/material (barang dan jasa) di lokasi
b. Tabulasi data survei dan pengukuran
c. Tabel jumlah unit, tipe konstruksi dan titik koordinat lokasi rencana
pembangunan sekat kanal, sumur bor dan/atau penimbunan kanal.
3. Dokumen lainnya
a. Hasil analisis survei topografi, konstruksi, hidrologi dan hidrometri,
penyelidikan tanah, social dan ekonomi.
b. Informasi jaringan kanal (kanal yang sudah terbangun, pemanfaatan,
kelompok masyarakat terdampak, penerimaaa atau penolakan rencana
pembangunan, dimensi kanal).
c. Persepsi terhadap rencana restorasi gambut khususnya rencana
pembangunan sekat kanal, sumur bor dan penimbunan.
d. Pengamanan dampak lingkungan dan social.
e. Potensi kegiatan revitalisasi ekonomi masyarakat
f. Formulir deskripsi kanal yang mewakili setiap kanal pada bagian hulu,
tengah dan hilir.

B. Detailed Engineering Design (DED)


1. Gambar Desain setiap IPG* Per Titik Bangun
a. Gambar dalam bentuk file DWG
b. Gambar denah situasi (site plan)
c. Gambar Tampak (Sumur Bor/Sekat kanal/Penimbunan Kanal)
d. Gambar profil memanjang kanal, skala horizontal 1 : 1.000, skala vertical 1
: 100
e. Gambar profil melintang kanal, skala panjang 1 : 100, skala tegak 1 : 100
f. Gambar potongan (melintang dan memanjang) skala 1 : 100
g. Gambar detail potongan skala 1 : 10
2. Rencana Anggaran Biaya (RAB)
a. Daftar harga satuan
b. Analisa harag satuan pekerjaan
c. Perhitungan volume kebutuhan bahan/alat/upah
d. Perhitungan kualitas rencana
e. Rekapitulasi RAB

CV. Zamrud Griya Kreasitama I-6


LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

f. Jadwal pelaksanan (Kurva-S)


3. Spesifikasi Teknis
a. Uraian umum pekerjaan
b. Ketentuan ukuran
c. Lingkup pekerjaan
d. Persyaratan bahan
e. Persyaratan pelaksana
f. SMKK dan RKK

1.6. Lokasi Pekerjaan

Lokasi pekerjaan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut Provinsi Kalimantan
Barat ini berada di KHG Sungai Durian-Sungai Kualan Kabupaten Kayong Utara, KHG
Sungai Pawan-Sungai Kepulu dan KHG Sungai Kepulu-Sungai Pesaguan Kabupaten
Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat.

Gambar 1.1 Lokasi Pekerjaan KHG Sungai Durian-Sungai Kualan Provinsi Kalimantan
Barat

CV. Zamrud Griya Kreasitama I-7


LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

Gambar 1.2 Lokasi Pekerjaan KHG Sungai Pawan- Sungai Kepulu Provinsi Kalimantan
Barat

Gambar 1.3 Lokasi Pekerjaan KHG Sungai Kepulu- Sungai Pesaguan Provinsi
Kalimantan Barat

CV. Zamrud Griya Kreasitama I-8


LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI KHG
2.1 Gambaran Umum KHG Sungai Durian-Sungai Kualan
2.1.1 Letak dan Luas
KHG Sungai Durian - Sungai Kualan memiliki luas 155.106 Ha, dengan luas gambut
24.724 ha. Luas target restorasi pada KHG Sungai Durian-Sungai Kualan seluas 5.083
Ha dengan rincian pada gambut bekas terbakar seluas 1.043 Ha, gambut lindung
berkanal seluas 4.037 Ha, dan kerusakan RPPEG seluas 3 Ha sebagaimana dapat dilihat
pada gambar. 2.1

Gambar 2.1. Peta Prioritas Restorasi KHG Sungai Durian-Sungai Kualan


Sub KHG dalam KHG Sungai Durian-Sungai Kualan adalah sebagai berikut :
1. Sub KHG I : 35.694 Hektar
2. Sub KHG II : 60.833 Hektar
3. Sub KHG III : 34.602 Hektar
4. Sub KHG IV : 23.977 Hektar

Secara Administrasi lokasi KHG Sungai Durian-Sungai Kualan masuk kedalam wilayah
administrasi Kecamatan Seponti dan Kecamatan Teluk Batang Kabupaten Kayong Utara.

II-1
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

Desa yang termasuk Kawasan KHG S.Durian-S. Kualan pada Kecamatan Seponti adalah
Desa Seponti Jaya, Desa Telaga Arum, Desa Sungai Sepeti. Sedangkan pada Kecamatan
Teluk Batang desa yang termasuk adalah Desa Banyu Abang.

Secara geografis Kecamatan Seponti terletak diantara 0043’19” Lintang Selatan serta
00056’06” Lintang Selatan dan 109044’55” Bujur Timur serta 110006’35” Bujur Timur.
Secara administratif, batas wilayah Kecamatan Seponti adalah :
Tabel 2.1 Batas Wilayah Administrasi Kecamatan Seponti

No Batas administrasi Berbatasan dengan

(1) (2) (3)


1 Sebelah Utara Kab. Kubu Raya
2 Sebelah selatan Kec. Teluk Batang
3 Sebelah Timur Kec. Simpang Hilir
4 Sebelah Barat Kec. Pulau Maya
Sumber : Kantor Kecamatan Seponti

Secara geografis Kecamatan Teluk Batang terletak diantara 00054’10” Lintang Selatan
serta 10003’24” Lintang Selatan dan 109043’35” Bujur Timur serta 109053’49” Bujur
Timur. Secara administratif, batas wilayah Kecamatan Teluk Batang adalah :
Tabel 2.2 Batas Wilayah Administrasi Kecamatan Teluk
Batang

No Batas administrasi Berbatasan dengan

(1) (2) (3)


1 Sebelah Utara Kec. Seponti
2 Sebelah selatan Kec. Simpang Hilir
3 Sebelah Timur Kab. Ketapang
4 Sebelah Barat Kec. Pu;au Maya
Sumber : Kantor Kecamatan Teluk Batang

Luas Kecamatan Seponti Adalah 417,74 km2 atau sekitar 9,14 persen dari luas wilayah
Kabupaten Kayong Utara. Kecamatan Seponti terbagi menjadi 6 (Enam) Desa. Desa
terluas adalah Desa Sebatang dengan luas 218,78 km2 atau 52,37 persen sedangkan
yang terkecil adalah Desa Wonorejo dengan luas sebesar 17,05 km2 atau 4,04 persen
dari luas wilayah Kecamatan Seponti.

II-2
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

Tabel 2.3 Luas Wilayah Kecamatan Seponti

No Desa/Kelurahan Luas Persentase


(Km2) (%)
(1) (2) (3) (4)
1 Podo Rukun 34,62 8,29
2 Wonorejo 17,05 4,08
3 Seponti Jaya 21,66 5,19
4 Telaga Arum 26,45 6,33
5 Sungai Sepeti 99,18 23,74
6 Durian Sebatang 218,78 52,37
Jumlah 417,74 100,00
Sumber : Kecamatan Seponti dalam Angka 2022

Luas Kecamatan Teluk Batang adalah 213,82 km2 atau sekitar 4,68 persen dari luas
wilayah Kabupaten Kayong Utara. Kecamatan Teluk Batang terbagi menjadi 7 (tujuh)
Desa. Desa terluas adalah Desa Sungai Paduan dengan luas 80,99 km2 atau 37,88 persen
sedangkan yang terkecil adalah Desa Teluk Batang Selatan dengan luas sebesar 6,69
km2 atau 3,13 persen dari luas wilayah Kecamatan Teluk Batang.

Tabel 2.4 Luas Wilayah Kecamatan Teluk Batang

No Desa/Kelurahan Luas Persentase


(Km2) (%)
(1) (2) (3) (4)
1 Sungai Paduan 80,99 37,88
2 Alur Bandung 10,41 4,87
3 Teluk Batang Selatan 6,69 3,13
4 Teluk Batang 14,56 6,81
5 Teluk Batang Utara 19,86 9,20
6 Mas Bangun 33,70 15,76
7 Banyu Abang 47,79 22,35
Jumlah 213,82 100,00
Sumber : Kecamatan Teluk Batang dalam Angka 2022

II-3
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

2.1.2 Aksesbilitas Lokasi

Pencapaian lokasi KHG Sungai Durian-Sungai Kualan Komplek dapat dicapai dari Ibukota
Provinsi Kalimantan Barat, Kota Pontianak, dengan menggunakan beberapa alternatif
moda transportasi.
(Moda Transportasi Udara dan Darat)
(Pontianak - Kota Ketapang – Teluk Batang (Kabupaten Kayong Utara) - Lokasi Studi)
Jalur ini ditempuh melalui transportasi udara dari Pontianak ke Kota Ketapang, dengan
waktu tempuh 0,50 jam, dilanjutkan menggunakan jalur darat menuju Kota Kecamatan
Teluk Batang di Kabupaten Kayong Utara, dan ke lokasi pekerjaan di Kecamatan Teluk
Batang.
Moda transportasi perjalanan dengan speed boat - melalui jalur Rasau Jaya-Sungai
Kubu-Batu Ampar-Seponti Jaya dengan lama perjalanan air adalah sekitar 4 jam.

2.1.3 Tata Guna Lahan Saat Ini (Existing Land Used)

Berdasarkan realisasi penggunaan lahan, lahan sawah di Kabupaten Kayong Utara terdiri
dari lahan sawah ditanami padi dan lahan sawah ditanami tanaman selain padi. Pada
tahun 2019, luas lahan sawah di Kabupaten Kayong Utara seluruhnya berjumlah 31.075
hektar. Jumlah tersebut terdiri dari lahan sawah yang ditanami padi satu kali setahun
seluas8.887 hektar, ditanami padi dua kali setahun seluas 3.072 hektar dan ditanami
padi tiga kali setahun seluas 75 hektar. Adapun luas lahan sawah yang ditanami tanaman
bukan padi adalah seluas 486 hektar dan yang tidak ditanami apapun seluas 18.555
hektar.
Jika dibandingkan dengan tahun 2018, luas lahan sawah di Kabupaten Kayong Utara
pada tahun 2019 tidak mengalami perubahan yaitu seluas 31.075 hektar. Secara
keseluruhan, luas lahan sawah di Kabupaten Kayong Utara tidak mengalami perubahan
semenjak tahun 2013. Akan tetapi, jika dilihat berdasarkan penggunaannya, pada tahun
2019 luas lahan yang ditanami padi mengalami penurunan.

II-4
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

Tabel 2.5 Penggunaan Lahan Sawah Menurut Jenis Sawah di Kabupaten


Kayong Utara 2020

Penggunaan Lahan Sawah


Jenis Sawah Diatanami Tidak Jumlah
Ditanami
Tanaman Ditanami
Padi
Lainnya Apapun
Irigasi 2 125 - - 2 125
Tadah Hujan - - - -
Rawa Pasang Surut 9 909 486 18 555 28 950
Lebak - - - -
JUMLAH 12 034 486 18 555 31 075
Sumber : Statistik Penggunaan Lahan Kabupaten Kayong Utara Tahun 2020.

Berdasarkan jenis pengairannya, sekitar 93,16 persen lahan sawah di Kabupaten Kayong
Utara pada tahun 2020 merupakan lahan sawah rawa pasang surut. Luas lahan sawah
rawa pasang surut tersebut adalah sebesar 28.950 hektar. Sedangkan yang paling kecil
proporsinya adalah lahan sawah irigasi, yaitu sebesar 2.125 hektar atau sekitar 6,84
persen dari total seluruh lahan sawah di Kabupaten Kayong Utara. Sementara itu, lahan
sawah dengan jenis pengairan Rawa Lebak tidak ditemukan di wilayah Kabupaten
Kayong Utara.
Di Kabupaten Kayong Utara, lahan sawah dengan jenis pengairan sistem irigasi hanya
dijumpai di Kecamatan Sukadana. Di kecamatan lain, seperti Kecamatan Simpang Hilir,
Kecamatan Teluk Batang, Kecamatan Seponti dan Kecamatan Pulau Maya lahan sawah
yang ada belum memperoleh pengairan dari sistem irigasi. Oleh karena itu, untuk
mencukupi kebutuhan air di sawah, para petani mengandalkan curah hujan sebagai
sistem pengairannya.

Pul

Sumber : Statistik Penggunaan Lahan Kabupaten Kayong Utara Tahun 2020.

Gambar 2.2 Luas Lahan Sawah Menurut Kecamatan di Kab. Kayong Utara 2020
(Hektar)

II-5
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

Tabel 2.6 Luas Lahan Sawah Rawa Pasang Surut Menurut Kecamatan dan
Penggunaan di Kabupaten Kayong Utara Tahun 2020 (Hektar)
Penggunaan Lahan Sawah
Kecamatan Ditanami Tidak Jumlah
Ditanami
Tanaman Ditanami
Padi
Lainnya Apapun
Pulau Maya 2 267 - 6 133 8 400
Kep. Karimata - - - -
Sukadana 942 - 2 749 3 691
Simpang Hilir 2 659 223 4 059 6 941
Teluk Batang 1 135 - 2 263 3 398
Seponti 2 906 263 3 351 6 520
Kayong Utara 9 909 486 18 555 28 950
Sumber : Statistik Penggunaan Lahan Kabupaten Kayong Utara Tahun 2020

Lahan rawa pasang surut di Kabupaten Kayong Utara yang dimanfaatkan Penduduk
sebagai usahatani padi sawah terluas berada di Kecamatan Seponti (1.906 ha).

Tabel 2.7 Luas Lahan Sawah Rawa Pasang Surut yang Ditanami Padi Menurut
Kecamatan dan Frekuensi Penanaman di Kabupaten Kayong Utara
Tahun 2020 (Hektar)

Frekuensi Penanaman Padi Dalam Satu Tahun


Kecamatan
Satu kali Dua kali ≥ Tiga kali
Pulau Maya 2 213 54 -
Sukadana 382 560 -
Simpang Hilir 2 651 8 -
Teluk Batang 955 180 -
Seponti 2 686 220 -
Kayong Utara 8 887 1 022 -
Sumber : Statistik Penggunaan Lahan Kabupaten Kayong Utara Tahun 2020

Kondisi Jaringan Kanal (Tata Air Eksisting)


Desain terdahulu diambil dari buku Desain Jaringa Irigasi Rawa Teluk Batang, yang
dilaksakan oleh Universitas Gajah Mada diketahui tahun 1982 , dimensi saluran sekunder
sekitar 8-10 m, tinggi 2 m. Sedangkan saluran tersier 1 m lebar dan dalam 1 m.
Kawasan pada pakeerjaan tahap I ini mencakup Kawasan I/II dan I/III. Kawasan I/II
terletak di Desa Banyu Abang dan kawasan I/III terletak di Desa Podorukun.
Jaringan tata air pada kawasan I/II telah dibangun sejak tahun 1983 atau 1984. Pertama
kalinya, jaringan tata air di Kawasan I/II dibangun di lahan seluas 2.425 ha dengan
dimensi desain dan pelaksanaan saluran dipaaparkan pada Tabel 2.5 sebagai berikut.

II-6
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

Tabel 2.8 Dimensi saluran jaringan tata air di kawasan I/II tahun
1983/1984
Panjang Saluran (m) Lebar Lebar Kedalaman
Nama
Atas Bawah Saluran
Saluran Desain Pelaksanaan (m) (m) (m)
Primer A 600 600 19,00 11,00 3,00
Primer B 2.000 2.200 14,00 6,00 2,50
Sekunder A 2.800 2.400 10,00 4,00 2,00
Sekunder B 4.120 4.200 13,00 7,00 2,00
Sekunder C 4.480 4.200 8,00 4,00 1,50
Tersier 82.000 82.000 2,00 1,00 0,75

Jaringan tata air di Kawasan I/III dibangun secara bertahap pada tahun 1981/1982
dilakukan pembangunan untuk saluran sekunder A, sekunder B, dan tersier. Dan pada
tahun 1985/1986 dilakukan pembaunan pintu air tersier dan tanggul air asin. Pada saat
itu, pembangunan dilakukan pada lahan seluas 1.140 ha. Dimensi desain dan
pelaksanaan jaringan tata air pada kawasan I/III dipaparkan pada Tabel berikut ini.

Tabel 2.9 Dimensi Saluran (1981/1982) dan Bangunan Air (1985/1986)


Jaringan Tata Air di Kawasan I/III

Panjang Saluran (m) Lebar Lebar Kedalaman


Nama Saluran Atas Bawah Saluran
(m) (m) (m)
Desain Pelaksanaan
Sekunder A 3.400 3.400 11,00 5,00 3,00
Sekunder B 3.400 3.400 7,00 3,00 1,50
Tersier 29.400 29.400 2,00 1,00 0,75
Pintu Air Tersier 2 2 1,50 - -
Tanggul Air Asin - 6.500 1,50 4,50 1,50

Studi Literatur
Studi tahun 2012 Detail Desain Pengembangan Jaringan Reklamasi Rawa D.R
Teluk Batang Kabupaten Kayong Utara (Tahap 1). PT. Wiranta Bhuana Raya)

Data Geometri.
Data geometri yang dibutuhkan adalah

II-7
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

1. Skema jaringan saluran. Skema jaringan saluran yang digunakan adalah skema
jaringan tata air eksisting dengan adanya perubahan pada beberapa saluran.
2. Penampang saluran. Data penampang yang dimasukan ke dalam simulasi adalah data
penampang melintang saluran (cross section) rencana, yang terdiri dari data elevasi
dasar dan tebing saluran serta jarak horizontal dari setiap titik stasiun. Pada
penampang saluran yang digunakan adalah dimensi saluran rencana (Tabel 2.10).
3. Kekasaran material dan saluran. Kekasaran material dasar sangat mempengaruhi
kecepatan aliran air pada saluran, kekasaran material dasar ini direpresentasikan oleh
nilai koefisien kekasaran. Nilai kekasaran saluran tidak hanya ditentukan oleh satu
faktor, melainkan oleh kombinasi dari beberapa faktor. Diantara faktor-faktor tersebut
ialah butir-butir material penyusun keliling basah saluran, jenis tumbuhan yang
terdapat pada saluran, ketidakberaturan penampang sungai, dan trase saluran.
4. Koefisien kontraksi dan ekspansi. Sama halnya dengan nilai kekasaran material dasar
saluran, nilai koefisien kontraksi dan ekspansi juga dimasukan pada saat memasukan
data penampang melintang saluran. Koefisien kontraksi dan ekspansi merupakan
koefisien mengkondisikan besarnya kehilangan energi (energy loss) pada simulasi
saluaran. Kehilangan energi pada saluran akibat adanya kontraksi dan ekspansi aliran
biasanya terjadi pada ruas saluran yang memiliki karakteristik penampang yang
berbeda.
Tabel 2.10 Dimensi saluran rencana

Keterangan Saluran Primer Saluran Sekunder

Lebar Dasar Saluran (m) 3,00 1,00


Elevasi Saluran 1:1 1 : 1,5
Elevasi Dasar Saluran +0,5 LLWL +1,00 LLWL

2.1.4 Hidrologi
A. Sistem Sungai
Sistem hidrologi wilayah Kabupaten Kayong Utara berupa sungai-sungai besar yang
sebagian membentuk anak sungai pada bagian hulu dan aliran sungai yang
menghubungkan kawasan gambut ataupun rawa-rawa. Di Kabupaten Kayong Utara
terdapat danau besar yakni Danau Najam. Sedangkan sungai besar adalah Sungai
Simpang, Sungai Paduan, Sungai Siduk dan Rantau Panjang yang merupakan bagian

II-8
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

dari DAS dengan sebagian besar bermuara langsung ke Laut dan Selat, adapun sub DAS
tersebar di bagian pedalaman atau hulu. Pada daerah kepulauan, pada umumnya
sungai-sungai bermuara ke laut tanpa adanya anak sungai pada bagian hulu. Secara
lebih lengkap Daerah Aliran Sungai (DAS) di wilayah Kabupaten Kayong Utara dapat
dilihat pada tabel dibawah.
Tabel 2.11 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kabupaten Kayong Utara
NO DAS SUB DAS LUAS (KM2) DEBIT
(M3/DT)
1 Sungai Simpang 95,75 -
Sui. Semandang 22,5 -
Sui. Matan 15,75 -
Sui. Bayah 10,5 -
Sui. Mata-Mata 10,5 -
Sui. Batubarat 2,16 -
Sui. Melano 0,96 -
Sui. Nipah Kuning 2,9 -
2 Sungai Rantau Panjang 26,25 -
S. Purang 2,7 -
S. Bengkuwang 2,15 -
Danau Najam 3,75 -
S. Panti 3 -
S. Merah 2,4 -
S. Bajas 11,25 -
S. Melija 2,775 -
S. Sedahan 2,9 -
S. Penjimberangan 3,625 -
3 Sungai Siduk 57 -
S. Air Hitam 1,875 -
S. Semanai 14,5 -
S. Rangkung 8,55 -
S. Melinsum 7,875 -
S. Belit 3,24 -
4 Sungai Paduan 68 -
5 Sungai Seponti 78,4 -
6 Sungai Lida 76 -
S. Durhaka 48,75 -
S. Sepeti 6,25 -
S. Mendiyan 7,5 -
S. Bulan 31,625 -
7 Sungai Gondowalan 39,6 -
Sumber : Peta Topografi Kabupaten Kayong Utara

II-9
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

B. Kondisi Iklim
Wilayah Kerja KHG Sungai Durian-Sungai Kualan memiliki iklim tropis dengan suhu
antara 28 – 31 oC. Rata-rata kelembaban nisbi maksimum 99,58 % dan minimum 53 %
dengan rata-rata penyinaran matahari minimum 53 % dan maksimum 73 %. Curah
hujan di wilayah Kawasan KHG Sungai Durian-Sungai Kualan dalam 10 tahun terakhir
adalah 2.500 mm/th hingga 5.500 mm/th (Sumber: Stasiun Meteorologi Teluk Melano,
Kayong Utara).
Curah hujan tahunan dalam 10 tahun terakhir di Kawasan KHG Sungai Durian-Sungai
Kualan dapat dilihat pada Tabel 2.12.
Tabel 2.12 Curah Hujan Tahunan Stasiun Teluk
Batang Kab. Kayong Utara
No Tahun Jumlah Curah Curah (mm)
1 2000 2.370
2 2001 2.797
3 2002 2.539
4 2003 2.278
5 2004 2.454
6 2005 2.455
7 2006 2.563
8 2007 2.401
9 2008 2.850
10 2009 2.559
11 2010 3.585
12 2011 2.228
13 2012 2.963
14 2013 2.510
15 2014 2.594
16 2015 2.575
17 2016 2.449
18 2017 2.954
19 2018 2.730
20 2019 2.013
21 2020 3.652

Rerata curah hujan di Kawasan KHG Sungai Durian-Sungai Kualan dalam kurun waktu
21 tahun n terakhir adalah sebesar 2.644 mm/th. Rerata curah hujan tahunan tertinggi

II-10
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

terjadi di tahun 2020 yaitu 3.6520 mm/th dan rerata curah hujan tahunan terendah
terjadi di tahun 2019 yaitu 2.013mm/th.

(Sumber: Data Curah Hujan Tahunan Stasiun Teluk Batang, Kab. Kayong Utara Tahun 2021)

Gambar 2.3 Grafik Curah Hujan Tahunan Wilayah Kabupaten Kayong Utara

Tinjauan kondisi iklim wilayah di klasifikasikan dalam tinjauan terhadap aspek zona
agroklimat, musim, temperatur dan kelebaban udara, serta curah hujan dan keadaan
angin, sesuai penjelasan berikut ini.

C. Zona Agroklimat
Daerah survey beriklim tropika basah dengan bulan-bulan basah berkisar 7 sampai 9
bulan. Bulan basah umumnya terjadi pada bulan Oktober sampai Mei. Curah Hujan
tahunan berkisar antara 3000 - 3500 mm pertahun, dengan distribusi bulanan yang
hampir merata yaitu +200 mm.
Berdasarkan perhitungan rata-rata bulan basah (> 200 mm) dan bulan kering (<100)
berturut-turut menurut klasifikasi iklim yang dihubungkan dengan pertanian (Oldeman)
daerah ini termasuk dalam zona agrroklimat A (Gambar 2.6), yaitu kondisi agroklimat
yang mempunyai lebih dari 9 bulan basah berturut-turut dan kurang dari 2 bulan kering
secara berturut-turut.

II-11
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

D. Musim
Musim yang terjadi di Kabupaten Kayong Utara adalah musim kemarau dan musim
hujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Juni sampai dengan September,
sedangkan musin hujan biasa terjadi pada bulan Desember sampai dengan bulan Maret.
Keadaan ini berganti setiap setengah tahun, setelah melewati masa peralihan pada bulan
April-Mei dan Oktober-November.
Temperatur dan Kelembaban Udara
Temperatur udara di suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
tinggi rendahnya tempat dan iklim yang terjadi di wilayah tersebut. Kabupaten Kayong
Utara termasuk dalam wilayah dengan iklim tropis, dengan salah satu cirri mempunyai
temperature udara yang relatif tinggi atau panas, tertutama karena wilayah Kabupaten
Kayong Utara berdekatan dengan garis Katulistiwa.
Curah Hujan dan Keadaan Angin
Curah Hujan dipengaruhi oleh berbagai aspek, diantaranya iklim, keadaan geografi, dan
pertemuan antar arus udara. Pada tahun 2010 curah hujan di Kabupaten Kayong Utara
berkisar antara 321,75 mm, dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari
(464 mm), dan terendah pada bulan April, yaitu sebesar 58 mm.

Gambar 2.4 Zona Agroklimat

II-12
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

Rata-rata hari hujan pada tahun 2010 adalah 14 hari, dan jumlah hari hujan terbanyak
terjadi pada bulan Agustus-September, November, Desember. Sedangkan hari hujan
terendah terjadi pada bulan April. Adanya perubahan iklim global dalam kurun waktu
beberapa tahun terakhir, memberi dampak langsung terhadap perubahan iklim di
Kabupaten Kayong Utara. Hal ini terlihat dari terjadinya pergesertan pola curah hujan
dan hari hujan. Gambaran umum tentang rata-rata curah hujan dan hari hujan yang
terjadi di wilayah Kabupaten Kayong Utara, disajikan pada Tabel 2.7.
Dengan tingkat curah hujan yang cukup tinggi, biasanya akan selalu disertai dengan
tingkat kecepatan angin yang tinggi.

Tabel 2. 13 Rata-rata Curah Hujan Bulanan di Stasiun Meteorologi


Sukadana Utara, 2007-2019
No Bulan Curah Hujan Rerata Bulanan (mm)
1 Jan 108
2 Feb 101
3 Mar 93
4 Apr 113
5 Mei 103
6 Jun 118
7 Jul 36
8 Agu 48
9 Sep 77
10 Okt 110
11 Nov 126
12 Des 212
Sumber: Stasiun Meteorologi 284 F, Sukadana

II-13
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

Grafik Curah Hujan rerata Bulanan Sta Sukadana (2007-2019)


250

212

200

150
126
113 118
108 110
101 103
100 93
77

48
50 36

-
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

Gambar 2. 5 Grafik Curah Hujan Bulanan Rata-Rata


2.1.5 Geologi
A. Jenis Tanah
Sebagian besar daerah yang terdapat di Kabupaten Kayong Utara terdiri atas tanah
kuarter (322.040 Hectar atau 76,30%), intrusif dan plutonik asam (68.145 Hectar atau
16,14%), efusif tak dibagi (24.825 Hectar atau 5,88%), intrusif dan plutonik basa
menengah (6.325 Hectar atau 1,50%), yang terhampar di sebagian besar setiap
Kecamatan.

Sedangkan daerah Kecamatan Seponti formasi geologinya terdapat kuarter, Trias,


Intrusif Plutonik Basa Menengah, Efulsif Tak dibagi dan Intrusif Plutonik Asam. Untuk
keterangan luasan yang ada dapat dilihat pada tabel 2.4.
Tabel 2.14 Luas Wilayah Kecamatan Seponti Menurut Formasi Geologi
Luas Persentase
No Jenis Tanah
(Km2) (%)
(1) (2) (3) (4)
1 Kuarter 167,705 77,18
2 Trias 0,755 0,35
3 Intrusif Plutonik Basa 4,075 1,88
Menengah
4 Efulsif Tak Dibagi 17,025 7,84
5 Intrusif Plutonik Asam 27,720 12,76
Jumlah 217,280 100,00
Sumber : BPN Kabupaten Kayong Utara

II-14
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

B. Kelas Lereng
Daerah Rawa pada daerah Perencanaan secara fisiografi dapat dibedakan atas dua
satuan fisiografi utama yaitu dataran aluvial tergabung dan gambut berpasir. Bentuk
wilayah datar dengan lereng <2% dan perbedaan tinggi <4.5 m. Dataran Aluvial
menempati sebagian besar wilayah dengan penyebarannya di daerah pantai dan
pinggiran sungai, sedang Gambut menempati sisi lain wilayah tinjauan.
Tabel 2.15 Luas Wilayah Kecamatan Seponti Menurut Kelas Lereng

No Kelas Lereng Luas Persentase


(Km2) (%)
(1) (2) (3) (4)
1 <2% 112,653 51,85
2 2 – 14 % 87,494 40,27
3 15 – 40 % 0,625 0,29
4 > 40 % 16,508 7,60
Jumlah 217,280 100,00
Sumber : BPN Kabupaten Kayong Utara

2.1.6 Kondisi Agronomi


Kondisi agronomi yang dimaksud dalam hal ini adalah jenis dan komoditas tanaman yang
diusahakan. Komoditas tanaman yang paling luas dan banyak diusahakan di kecamatan
Seponti dan Teluk adalah kelapa sawit yang produktivitannya semakin menurun. Ada
juga tanaman Karet, Kopi dan Kelapa Dalam.
Tabel 2.16 Luas Tanaman Perkebunan (Ha) di Kecamatan Seponti

No Jenis Tanaman Luas


(Km2)
(1) (2) (3)
1 Karet 431
2 Kelapa Dalam 118
3 Kelapa Sawit 8.604
4 Kopi 114
Jumlah 9.267
Sumber : Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kayong Utara

2.1.7 Perkembangan Sosial Kependudukan

A. Kependudukan

Kesejahteraan penduduk merupakan sasaran utama dari pembangunan. Sasaran ini


tidak mungkin tercapai bila pemerintahan tidak dapat memecahkan masalah

II-15
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

kependudukan, seperti besarnya jumlah penduduk dan tidak meratanya penyebaran


penduduk.

Penyebaran penduduk di Kecamatan Seponti tidak merata antar desa yang satu dengan
desa yang lainnya. Desa Seponti Jaya dengan luas 21,66 km2 merupakan Desa dengan
tingkat kepadatan penduduk tertinggi yaitu 140 jiwa/km2. Sebaliknya, Desa Durian
Batang dengan luas sekitar 218,78 km2 hanya dihuni oleh sekitar 8 jiwa/km2.
Tabel 2.17 Kepadatan Penduduk Kecamatan Seponti

Luas Kepadatan Penduduk


No Desa/Kelurahan
(Km2) (per km2)
(1) (2) (3) (4)
1 Podo Rukun 34,62 51
2 Wonorejo 17,05 93
3 Seponti Jaya 21,66 140
4 Telaga Arum 26,45 80
5 Sungai Sepeti 99,18 24
6 Durian Sebatang 218,78 8
Jumlah 417,74
Sumber : BPS Kabupaten Kayong Utara dan Bappeda KKU

Jumlah penduduk di kecamatan Teluk Batang pada tahun 2021 adalah sebanyak 24.706
jiwa. Sebanyak 51 persen penduduk kecamatan Teluk Batang berjenis kelamin laki-laki.
Desa Alur Bandung merupkan desa dengan jumlah penduduk terbanyak sedangkan Desa
Teluk Batang Selatan merupakan desa yang terpadt di Kecamatan Teluk Batang.

Tabel 2.18 Kepadatan Penduduk Kecamatan Teluk Batang

Luas Kepadatan Penduduk


No Desa/Kelurahan
(Km )2
(per km2)
(1) (2) (3) (4)
1 Sungai Paduan 80,99 53,36
2 Alur Bandung 10,41 433,14
3 Teluk Batang Selatan 6,69 500,90
4 Teluk Batang 14,56 184,16
5 Teluk Batang Utara 19,86 138,97
Mas Bangun 33,70 121,10
6 Banyu Abang 47,79 59,76
Jumlah 213,82
Sumber : BPS Kabupaten Kayong Utara dan Bappeda KKU

II-16
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

2.2 Gambaran Umum KHG Sungai Pawan-Sungai Kepulu dan KHG Sungai
Kepulu-Sungai Pesaguan
2.2.1 Letak dan Luas
KHG Sungai Pawan - Sungai Kualan memiliki luas 64.538 Ha, dengan luas gambut
37.234 ha. Luas target restorasi pada KHG Sungai Pawan-Sungai Kepulu seluas 8.132
Ha dengan rincian pada gambut bekas terbakar seluas 4.813 Ha dan gambut lindung
berkanal seluas 3.319 Ha sebagaimana dapat dilihat pada gambar 2.6.

Gambar 2.6 Peta Prioritas Restorasi KHG Sungai Pawan-Sungai Kepulu

Hanya terdapat satu Sub KHG pada KHG Sungai Pawan-Sungai Kepulu, dengan demikian
tidak dilakukan pembagian luas sub KHG pada KHG ini.

KHG Sungai Kepulu - Sungai Pesaguan memiliki luas 13.570 Ha, dengan luas gambut
9.356 ha. Luas target restorasi pada KHG Sungai Kepulu-Sungai Pesaguan seluas 2.599
Ha dengan rincian pada gambut bekas terbakar seluas 2.587 Ha dan gambut lindung
berkanal seluas 12 Ha sebagaimana dapat dilihat pada gambar 2.7.

II-17
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

Gambar 2.7 Peta Prioritas Restorasi KHG Sungai Kepulu-Sungai Pesaguan


Hanya terdapat satu Sub KHG pada KHG Sungai Kepulu-Sungai Pesaguan, dengan
demikian tidak dilakukan pembagian luas sub KHG pada KHG ini.

Secara administrasi wilayah KHG Sungai Pawan-Sungai Kepulu dan KHG Sungai Kepulu-
Sungai Pesaguan masuk dalam wilayah kecamatan Matan Hilir Selatan Kabupaten
Ketapang. Desa yang termasuk lokasi KHG Sungai Pawan-Sungai Kepulu adalah Desa
Sungai Pelang, Desa Sungai Besar dan Desa Sungai Bakau, sedangkan Desa yang masuk
wilayah KHG Sungai Kepulu-Sungai Pesaguan adalah Desa Pematang Gading. Batas
wilayah Kecamatan Matan Hilir Selatan adalah sebagai beikut :

Tabel 2.19 Batas Wilayah Administrasi Kecamatan Matan Hilir Selatan

No Batas administrasi Berbatasan dengan

(1) (2) (3)


1 Sebelah Utara Kec. Benua Kayong
2 Sebelah selatan Kec. Kendawangan
3 Sebelah Timur Kac. Sungai Melayu Rayak dan Kec. Kendawangan
4 Sebelah Barat Selat Karimata
Sumber : Kantor Camat Matan Hilir Selatan

II-18
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

Secara geografis Kecamatan Matan Hilir Selatan terletak pada posisi 141’12” - 219’26”
LS dan 10954’00” - 11024’36” BT. Kecamatan Matan Hilir Selatan terletak sekitar 32
km dari ibukota Kabupaten dan dapat ditempuh dengan menggunakan transportasi
darat.
Kecamatan Matan Hilir Selatan terdiri dari 11 desa yang berstatus definitive. Sungai
Pelang merupakan Desa yang terluas diantara 11 desa, luasnya mencapai 323,30 km2.

Tabel 2.20 Luas Wilayah Kecamatan Matan Hilir Selatan

No Desa/Kelurahan Luas Persentase


(Km2) (%)
(1) (2) (3) (4)
1 Sungai Nanjung 199,10 10,98
2 Pesaguan Kanan 220,35 12,15
3 Pesaguan Kiri 14,30 0,79
4 Sungai Bakau 90,00 4,96
5 Pematang Gading 138,20 7,62
6 Sungai Besar 284,20 15,67
7 Sungai Pelang 323,30 17,83
8 Sungai Jawi 21,00 1,16
9 Kemuning Biutak 212,20 11,70
10 Harapan Baru 120,45 6,64
11 Pagar Mentimun 190,00 10,48
Jumlah 417,74 100,00
Sumber : Kantor Camat Matan Hilir Selatan

2.2.2 Aksesbilitas Lokasi

Dari Pontianak (ibukota provinsi), ke lokasi pekerjaan berjarak ± 300 km ke selatan


(jarak lurus). Lokasi tersebut dapat ditempuh dengan rute Pontianak – Ketapang melalui
jalur darat, jalur laut/sungai, atau jalur udara. Melalui jalur darat, perjalanan Pontianak
– Ketapang dapat ditempuh dengan menggunakan mobil dalam waktu ± 8 jam melewati
Jalan Trans Kalimantan (rute Pontianak – Tayan – Balai Bekuak – Sandai – Nanga Tayap
– Tanjungpura/Siduk – Ketapang). Jika melalui jalur laut/sungai, perjalanan Pontianak –
Ketapang dapat ditempuh dengan kapal cepat dalam waktu ± 6 jam; sedangkan jika
lewat jalur udara, perjalanan Pontianak – Ketapang dapat ditempuh dalam waktu ± ¾

II-19
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

jam sampai Bandara Rahadi Oesman (Ketapang). Dari Ketapang, lokasi berjarak kurang
lebih 20 km dan dapat dicapai lewat darat dengan sepeda motor dalam waktu 0,5 – 1
jam. Pencapaian lokasi secara ringkas ditunjukkan pada Tabel 2.21.
Tabel 2.21 Pencapaian Lokasi KHG

No Rute Moda Waktu Tempuh

1 Pontianak – Ketapang Mobil 8 jam


Kapal Express 6 jam
Pesawat Udara 45 menit
2 Ketapang – Lokasi KHG Sepeda motor 0,5 - 1 jam

Sumber : - Hasil Analisis 2022

2.2.3 Tata Guna Lahan Saat Ini (Existing Land Used)

Lahan di lokasi sebagian besar telah dimanfaatkan petani sejak lama untuk bercocok
tanam. Jenis tanaman yang dikelola petani berupa tanaman sayuran, tanaman
biofarmaka dan tanama perkebunan. Untuk tanaman sayuran dikecamatan Matan Hilir
Selatan terdapat tanaman cabai (44 Ha), petai (58 Ha), kangkung (33 Ha), ketimun (34
Ha) serta tanaman perkarangan lainya. Tanaman biofarmaka yang dikelola terdiri dari
jahe (1,2 ha), laos (0,4 ha), Kencur (0,3 ha), kunyit (0,4 ha). Penggunaan lahan untuk
perkebunan juga terdapat di lokasi ini yang pemanfaatannya terdiri dari tanaman kelapa
sawit (31.829 ha), kelapa dalam (1.151 ha), karet (1.758 Ha), kakao (10 ha), tebu (5
ha).

2.2.4 Hidrologi
A. Tipe Iklim dan Curah Hujan

Data curah hujan selama sepuluh tahun terakhir dan data-data iklim lainnya seperti
temperatur udara harian, kelembaban nisbi, kecepatan angin, dan intensitas penyinaran
matahari diperoleh dari Stasion Meteorologi Rahadi Oesman – Ketapang. Dari hasil
analisis, rata-rata curah hujan tahunan di lokasi adalah 2928 mm. Curah hujan bulanan
tertinggi terjadi pada bulan Desember (377 mm) dan terendah pada bulan Agustus (130
mm). Berdasarkan keadaan curah hujannya, iklim di lokasi dapat digolongkan sebagai
tipe iklim B1 (Oldeman et.al, 1980), yaitu iklim dengan jumlah bulan basah (CH >200
mm) 7 – 9 bulan berturut-turut dan bulan kering (CH <100 mm) < 2 bulan. Sedangkan
menurut klasifikasi Koppen, iklim di lokasi digolongkan pada tipe iklim Af, yakni iklim

II-20
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

hutan hujan tropis, dengan ciri suhu bulanan rata-rata lebih dari 18C, suhu tahunan 20-
25C, dengan curah hujan pada bulan paling kering ≥60 mm.

Suhu udara harian relatif konstan sepanjang tahun, dengan rata-rata temperatur
27,55 C. Rata-rata kelembaban udara nisbi bulanan adalah 82,67%, dengan
kelembaban udara nisbi paling rendah pada bulan Agustus (79%) dan paling tinggi pada
bulan Nopember-Desember (85%).

Rata-rata lama penyinaran matahari adalah 66,33%, dengan variasi bulanan antara 48%
(bulan Desember) sampai 77% (bulan September). Sedangkan kecepatan angin
menunjukkan kisaran antara 2,9 knot (bulan Juni dan Nopember) sampai 5,9 knot (bulan
Agustus) dengan rata-rata kecepatan angin 4,32 knot. Gambaran kondisi curah hujan
dan unsur iklim di lokasi pekerjaan diperlihatkan pada Tabel 2.22.
Tabel 2.22 Data Curah Hujan dan Iklim di Lokasi KHG Sungai Pawan-Sungai
Kepulu dan KHG Sungai Kepulu-Sungai Pesaguan
BULAN
UNSUR IKLIM Satuan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jumlah/R
ata2

Curah Hujan mm 310 242 249 274 250 168 146 130 177 249 356 377 2928
Curah Hujan* mm 313 243 251 275 252 170 146 129 179 258 357 375 2948
Suhu udara C 27.9 27.5 28.3 27.9 27.7 28.1 27.0 27.0 27.5 27.5 27.1 27.1 27.55
Kelembaban nisbi % 82 84 81 84 85 81 82 80 81 82 85 85 82.67
Kecepatan angin knot 5.6 4.9 4.3 4.0 3.4 2.9 4.5 5.9 5.7 4.0 2.9 3.7 4.32
Radiasi matahari % 62 64 73 64 61 76 70 72 77 72 57 48 66.33

Sumber : - Stasiun Rahadi Oesman, Ketapang, - * Stasiun Sungai Besar

B. Tata Air Eksisting


Kondisi hidrologi umumnya dipengaruhi oleh sungai-sungai, saluran, dan perairan yang
ada di sekitarnya. Sungai utama yang membatasi lokasi adalah S. Pawan dan S.
Pesaguan yang masing-masing mengalir di sebelah utara dan selatan. Disamping sungai
utama tersebut, di lokasi pekerjaan juga terdapat sungai dan saluran-saluran yang
bermuara ke sungai utama tersebut maupun ke laut (Selat Karimata), antara lain S.
Kepulu, S. Penabing, SP Pematang Gadung, SP Gendong, SK Segak Kecil, SK Parit Berdiri,
SK Rumput, SK Sukun, SK Tran Pelang, SK Pelang Kecil, SK Timur, SK Jenggolo, SK
Kalimas, SK S. Sirih, SK Sawah Tengah, SK Sawah Rendam, SK S. Besar, SK Medan
Sepakat, SK S. Maram, SK S. Buluh, SK S. Dungun, SK Lia (Sawah I), dan SK Yong Karya.
SP Pematang Gadung dengan lebar ± 15 m merupakan saluran besar (kanal) yang
membatasi sebelah barat lokasi, melintang sejajar pantai, menghubungkan hilir S.
Pawan dan S. Pesaguan. Kanal ini mulai dibangun sejak tahun 1965 (pada masa M. Tohir

II-21
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

menjabat bupati Ketapang) dan dimaksudkan untuk menyempurnakan upaya drainase


lahan yang sebelumnya telah dirintis oleh masyarakat secara swadaya dalam bentuk
pembuatan parit-parit yang memanjang dari kawasan hutan gambut sampai ke laut.
Pada awal pembangunannya, proyek kanalisasi tersebut dilakukan secara manual
dengan memanfaatkan tenaga penduduk yang tinggal di sekitar kanal. Kemudian pada
dasawarsa 1970-an, kanal tersebut disempurnakan dan dilebarkan secara mekanis
dengan menggunakan alat berat seperti excavator dan kapal keruk.
Selain sebagai prasarana drainase, kanal tersebut awalnya juga berfungsi sebagai
prasarana transportasi yang penting antara daerah hulu dengan Kota Ketapang dan
sebaliknya. Arus lalu lintas air dari hulu ke Ketapang menjadi lebih lancar dengan
dibangunnya kanal SP Pematang Gadung. Namun pada tahun 1994 pemerintah
berencana untuk membuat pengolahan air baku dengan memanfaatkan air kanal. Hal
tersebut dilakukan dengan membangun dua pintu air di Desa Pematang Gadung dan
Mulia Kerta (S. Pawan). Kondisi ini menyebabkan arus transportasi air yang
menggunakan kanal menjadi terhenti. Meskipun demikian, program penyediaan air baku
tersebut akhirnya tidak pernah dilanjutkan oleh pemerintah. Sementara itu, sejak
dibangunnya pintu air di kanal tersebut (meskipun saat ini tidak difungsikan),
sedimentasi/pendangkalan kanal menjadi lebih cepat dan memerlukan upaya
pemeliharaan (pengerukan) yang semakin intensif.

Gambar 2.8 Peta Jaringan Tata Air Lokasi pekerjaan

II-22
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

Dengan dibangunnya SP Pematang Gadung, SP Gendong, dan saluran/parit-parit


masyarakat ternyata belum sepenuhnya dapat mengatasi masalah banjir di daerah ini,
terutama pada lahan-lahan di bagian timur kanal. Pada musim hujan, aliran air dari hulu
(S. Pawan dan hutan gambut) seringkali membanjiri lahan-lahan di hilirnya, akibat
terbatasnya daya tampung saluran-saluran yang ada. Hal ini semakin diperparah oleh
terhambatnya aliran oleh bangunan pintu di kanal dan arus pasang dari laut. Untuk
mengatasi banjir ke arah hilir, penduduk biasanya menutup pintu-pintu air di
parit/saluran sekunder di bagian barat SP Pematang Gadung selama musim hujan.
Di sisi lain, lahan-lahan di bagian selatan lokasi (Desa Pematang Gadung) saat ini
cenderung mengalami kekeringan dan sulit ditanami padi, sehingga sebagian
dialihfungsikan menjadi kebun karet, kebun campuran, atau bahkan dibiarkan menjadi
semak-semak. Hal ini diduga disebabkan banyaknya pembuatan saluran/parit-parit oleh
masyarakat dan kurang terkendalinya drainase di daerah ini (sebagian besar saluran
yang ada tanpa pintu atau pintunya tidak berfungsi).

2.2.5 Geologi
A. Jenis Tanah

Berdasarkan Peta Geologi Lembar Ketapang (De Keyser F. & Rustandi E., 1993),
sebagian besar wilayah Ketapang merupakan wilayah dataran yang secara berangsur
berubah menjadi daerah bergelombang dan pegunungan semakin ke arah timur. Dengan
demikian, morfologi Kabupaten Ketapang dapat dibedakan atas dataran alluvium dan
litoral, dataran rendah bergelombang, dan dataran tinggi pegunungan.

Dataran alluvium dan litoral merupakan daerah rendah berawa-rawa dengan elevasi <
100 m di atas permukaan laut. Dataran ini melebar dari pantai ke pedalaman sejauh ±
70 km. Morfologi ini dicirikan oleh sungai meander dengan potongan-potongan meander,
danau oxbow, serta bentukan batuan keras seperti granit dan batuan gunungapi. Bagian
dataran paling ekstensif terdapat di bagian utara wilayah Ketapang dibuktikan dengan
aktifnya proses sedimentasi di masa lalu. Beberapa bentukan batuan keras di dataran
menghasilkan morfologi yang menonjol terisolasi berupa gunung pulau (inselberg) di
antara dataran.

Dataran rendah bergelombang memperlihatkan bentang alam bergelombang, terdiri dari


bukit-bukit membulat dan peneplain yang tertoreh dengan ketinggian lahan bervariasi

II-23
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

antara 100 m sampai 800 m di atas permukaan laut. Sungai-sungai membentuk pola
aliran dendritik, dengan sungai besar diapit oleh dataran banjir dan rawa-rawa. Proses
pelapukan umumnya sangat kuat dan regolit yang tebal meluas di daerah dataran
rendah. Endapan alluvium umumnya tipis dan sedikit-sedikit dan hanya terbatas di areal
dekat sungai-sungai besar.

Morfologi dataran tinggi dijumpai di bagian timur laut dan tenggara Ketapang yang
membentuk penonjolan dengan bentang alam pegunungan, dimana puncak-puncaknya
mencapai ketinggian lebih dari 800 m di atas permukaan laut. Morfologi ini ditandai oleh
kondisi lereng yang terjal, relief yang tinggi, topografi muda, lembah berbentuk V dan
erosi yang kuat. Singkapan batuan lebih banyak dan lebih baru.

Umumnya batuan dasar di wilayah Ketapang berupa batuan granit dan batuan
gunungapi yang tersebar dan terpisah-pisahkan oleh singkapan batuan sedimen pra-
Tersier dan sedikit batuan malihan. Berdasarkan stratigrafinya, batuan tertua berumur
Trias – Jura Awal, berupa batuan Malihan Pinoh yang tersusun dari kuarsit, gneiss, sekis
mika, dan kuarsit mika. Pembentukan batuan malihan ini diperkirakan berasosiasi
dengan intrusi granit Sukadana pada zaman Kapur Akhir. Di atas batuan Malihan Pinoh
secara tidak selaras diendapkan batuan Komplek Ketapang pada zaman Jura – Kapur
Akhir. Satuan batuan ini berkomposisi dengan batuan sedimen dan beberapa bagian
terubah menjadi batuan metamorf termal.

Batuan sedimen terdiri atas batulempung, batupasir halus-kasar, arenit litik, serpih dan
batu-sabak. Batuan tersebut diterobos oleh Granit Sukadana dan Granit Sangiyang pada
Kapur Akhir. Batuan Gunungapi Kerabai berumur Kapur Akhir-Paleosen, diendapkan
tidak selaras di atas dan setempat-setempat menjemari dengan Komplek Ketapang;
tidak selaras di atas Granit Laur yang berumur Kapur Awal. Satuan batuan ini diterobos
dan menindih Granit Sukadana dan Granit Sangiyang. Komposisi batuan Gunungapi
Kerabai umumnya tersusun atas andesit, basal, riolit, dasit dan ridasit, serta kebanyakan
batuan piroklastik berupa tuff litik dan kristal, breksi volkanik, serta aglomerat.

Satuan Basal Bunga diendapkan secara tak selaras di atas Komplek Ketapang, Batuan
Gunung-api Kerabai dan Granit Sukadana serta menindih Granit Sangiyang. Satuan ini
berumur Kapur Akhir – Paleosen dengan komposisi batuan intrusi : basal, dasit, andesit
dan batuan piroklastik : lava, tuf litik-kristal, breksi volkanik dan batu pasir sedang-halus.

II-24
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

Pada zaman Oligosen – Miosen diendapkan satuan Batuan Terobosan Sintang dengan
susunan batuan piroklastik, berupa tuf riodasit. Endapan paling muda berumur Kuarter
berupa endapan talus, aluvium dan rawa yang tersusun atas bongkah, kerakal, kerikil,
pasir, lanau, lumpur, dan gambut.

Struktur geologi yang berkembang berupa struktur perlipatan dan sesar atau patahan.
Struktur perlipatan berkembang pada batuan Gunungapi Kerabai dan Komplek
Ketapang. Sedangkan struktur patahan ditunjukkan berupa sistim kelurusan yang rapat
yang mempunyai arah utama tenggara dan timurlaut. Sistem kelurusan tersebut
mungkin merupakan sesar-sesar (patahan) besar, sistim kekar yang besar, dan retas-
retas. Beberapa kelurusan yang besar mengontrol batas geologi atau memotong bentuk-
bentuk topografi. Pada beberapa tempat sesar memotong perbatasan antara granit
berumur Kapur dan batuan Oligosen Bawah, yang mengindikasikan bahwa gerakan
terakhir sesar ini setelah sedimentasi Oligosen Awal.

Secara geologis, lokasi KHG Sungai Pawan-Sungai Kepulu dan KHG Sungai Kepulu-
Sungai Pesaguan terletak di hamparan endapan alluvium dan rawa berumur Kuarter.
Gambaran kondisi geologi di daerah studi ditunjukkan pada Gambar 2.9.

Lokasi
Pekerjaan

Gambar 2.9 Peta Geologi Kabupaten Ketapang

II-25
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

B. Topografi Lahan

Secara fisiografis, KHG Sungai Pawan-Sungai Kepulu dan KHG Sungai Kepulu-Sungai
Pesaguan merupakan hamparan dataran aluvial dan gambut yang terletak antara S.
Pawan dan S. Pesaguan. Secara umum, bentuk wilayahnya merupakan daerah datar
sampai agak datar, dengan kemiringan lahan < 3 %. Relief mikro ditandai dengan
cekungan/cembungan setempat-setempat, karena penurunan tanah/gambut yang tidak
merata. Hal ini diduga berkaitan dengan kegiatan drainase, pengolahan lahan, dan
seringkali terjadinya kebakaran di lokasi tersebut.

2.2.6 Kondisi Agronomi


Kondisi agronomi yang dimaksud dalam hal ini adalah jenis dan komoditas tanaman yang
diusahakan. Ada beberapa komoditas tanaman di kecamatan Matan Hilir Selatan yang
dikembangkan yaitu : kelapa sawit, kelapa dalam, karet, kopi, kakao, tebu. Tanaman
perkebunan kelapa sawit memiliki luas paling besar diantara komoditas lainnya.

Tabel 2.23 Luas Tanaman Perkebunan (Ha) di Kecamatan Matan Hilir


Selatan

No Jenis Tanaman Luas


(ha)
(1) (2) (3)
1 Karet 1.758
2 Kelapa Dalam 1.151
3 Kelapa Sawit 31.829
4 Kopi 163
5 Kakao 10
6 Tebu 5
Jumlah 34.916
Sumber : Dinas Pertanian, Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Ketapang

2.2.7 Perkembangan Sosial Kependudukan

A. Kependudukan

Kesejahteraan penduduk merupakan sasaran utama dari pembangunan. Sasaran ini


tidak mungkin tercapai bila pemerintahan tidak dapat memecahkan masalah
kependudukan, seperti besarnya jumlah penduduk dan tidak meratanya penyebaran
penduduk.

II-26
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

Penyebaran penduduk di Kecamatan Seponti tidak merata antar desa yang satu dengan
desa yang lainnya. Desa Seponti Jaya dengan luas 21,66 km2 merupakan Desa dengan
tingkat kepadatan penduduk tertinggi yaitu 140 jiwa/km2. Sebaliknya, Desa Durian
Batang dengan luas sekitar 218,78 km2 hanya dihuni oleh sekitar 8 jiwa/km2.
Tabel 2.24 Luas Wilayah dan Kependudukan Desa-Desa di Lokasi Pekerjaan

Luas Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk


No Desa/Kelurahan (Jiwa)
(Km2) (per km2)
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Sungai Pelang 323,30 6.627 20
2 Sungai Besar 284,20 5.522 19
3 Sungai Bakau 90,00 3.283 36
4 Pematang Gadung 138,20 3.347 24
Jumlah 835,70
Sumber : BPS Kabupaten Ketapang

B. Mata Pencarian

Penduduk Lokasi pekerjaan umumnya masih mengandalkan usaha pertanian sebagai


mata pencaharian utama, khususnya bercocok tanam padi. Meskipun demikian,
pengusahaan padi lebih banyak dilakukan di luar lokasi (sebelah barat SP Pematang
Gadung) yang sistem persawahannya sudah menetap. Sedangkan di dalam lokasi,
pengusahaan padi relatif terbatas di sekitar SP Pematang Gadung, S. Kepulu, atau di
areal-areal yang gambutnya sudah menipis. Sedangkan di areal gambut tebal, penduduk
menanam palawija, hortikultura, dan kelapa sawit. Selain itu, penduduk sering
menangkap ikan di rawa-rawa atau sungai untuk nafkah tambahan. Kegiatan
menangkap ikan ini terutama dilakukan di musim kemarau, saat banyak ikan terjebak di
rawa-rawa.

Ternak seperti itik, ayam buras, entog, atau ternak sedang dan besar (kambing, sapi)
dipelihara oleh beberapa penduduk. Hal ini berkaitan dengan ketersediaan sumber pakan
ternak di sekitar lokasi seperti rumput-rumputan/hijauan, ikan, siput, dan sebagainya.
Meskipun demikian, usaha peternakan ini umumnya masih skala kecil dan hanya
diorientasikan untuk tabungan keluarga.

Di luar sektor pertanian, penduduk memperoleh nafkahnya dengan menjadi penambang


emas/ timah, mencari kayu di hutan, berdagang, menjadi buruh perusahaan sawit, atau
bekerja di kota (Ketapang). Nafkah non pertanian ini cukup dominan, mengingat
alternatif kegiatan pertanian di lokasi relatif terbatas (daerah bergambut) dan posisi

II-27
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

lokasi yang relatif dekat dengan kawasan pertambangan, pabrik/perusahaan sawit, dan
Kota Ketapang.

2.3 Survei Pendahuluan


2.3.1 Koordinasi dengan Instansi di lokasi pekerjaan
Koordinasi dengan instansi terkait seperti BAPPEDA, KPH, LSM dan kantor-kantor Desa
di KHG Sungai Pawan-Sungai Kepulu dan KHG Sungai Kepulu-Sungai Pesaguan
Kabupaten Ketapang, serta Dinas PerkimLH, PUPR dan Kantor Desa di KHG Sungai
Durian dan Sungai Kualan Kabupaten Kayong Utara dilakukan terkait kegiatan yang akan
dilakukan oleh Badan Restorasi Gambut. Serta koordinasi pelaksanaan survei
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut Provinsi Kalimantan Barat.

Gambar 2.10 Kunjungan ke kantor Desa Seponti Jaya Kecamatan Seponti


KHG S.Durian-S.Kualan

II-28
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

Gambar 2.11 Kunjugan ke kantor Desa Telaga Arum Kecamatan Seponti KHG S.Durian-
S.Kualan

Gambar 2.12 Kunjungan ke kantor Desa Banyu Abang Kecamatan Teluk Batang
KHG S.Durian-S.Kualan

II-29
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

Gambar 2.13 Kunjungan ke kantor Desa Sungai Pelangi Kecamatan Matan Hilir Selatan
KHG S. Pawan - S.Kepulu

Gambar 2.14 Kunjungan ke kantor Desa Sungai Besar Kecamatan Matan Hilir Selatan
KHG S. Pawan - S.Kepulu

II-30
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

Gambar 2.15 Kunjungan ke kantor Desa Sungai Bakau Kecamatan Matan Hilir Selatan
KHG S. Pawan - S.Kepulu

Gambar 2.16 Kunjungan ke kantor Desa Pematang Gadung Kecamatan Matan Hilir
Selatan KHG S.Kepulu-S.Pesaguan

II-31
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

Gambar 2.17 Kunjungan ke kantor KPH Ketapang Selatan

Gambar 2.18 Kunjungan ke kantor LSM Lingkungan Troponbos

II-32
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

Gambar 2.19 Kunjungan ke kantor Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman


dan Lingkungan Hidup Kabupaten Kayong Utara

Gambar 2.20 Kunjungan ke Kantor Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Kabupaten Kayong Utara

II-33
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

BAB III
METODOLOGI PELAKSANAAN
PEKERJAAN
3.1 Kerangka Pikir Pelaksanaan

Kerangka pikir pelaksanaan pekerjaan Penyusunan SID dan DED Infrastruktur


Pembahasan Gambut Provinsi Kalimantan Barat dapat diuraikan berikut ini :
- Berangkat dari permasalahan yang ada, yaitu :
a. Deforestasi dan degradasi
b. Kabut asap yang kerap terjadi apabila terjadi kebakaran hutan dan lahan gambut.
- Dari latar belakang dan studi terdahulu kemudian dilakukan survei lapangan untuk
melengkapi kebutuhan dan berdasarkan arahan dari kerangka acuan kerja yang ada
yaitu survei topografi, survei konstruksi, survei hidrologi dan hidrometri, survei
penyelidikan tanah dan survei sosial ekonomi.
- Berdasarkan hasil survei lapangan kemudian dilakukan analisis data terkait kebutuhan
untuk detail desain. Analisis tersebut anatara lain: analisis data topografi, analisis data
konstruksi, analisis data tanah dan analisis data sosial ekonomi, analisis data.
- Diharapkan dari kegiatan ini dapat tersusun satu dokumen SID dan DED sebagai acuan
dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan infrastruktur pembasahan gambut di KHG
Sungau Durian-S.Kualan, KHG Sungai Pawan-Sungai Kepulu dan KHG Sungai Kepulu-
Sungai Pesaguan.
Berdasarkan arahan terkait lingkup kegiatan yang harus dilaksanakan, serta mengacu
pada sasaran dan produk akhir yang akan dihasilkan, maka secara prinsip pelaksanaan
pekerjaan dapat dilaksanakan dengan pola pikir yang tertuang dalam tahapan
pelaksanaan yang saling berkesinambungan.
Kegiatan Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat disusun dengan mengacu pada lingkup pekerjaan yang
tertuang pada Kerangka Acuan Kerja (KAK).
Pola pikir yang telah disusu akan dijabarkan lagi dalam lingkup dan rincian yang lebih
luas, sebagai bentuk tahapan pelaksanaan yang saling berkesinambungan, dengan
tujuan akhir berupa produk rancangan rinci (detailed design) untuk Infrastruktur
Pembasahan Gambut (IPG).

III-1
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut Provinsi Kalimantan Barat

P1 : CEK & KALIBRASI ALAT gjhjgjgjgjggjgj


MULAI
- Cek alat ukur survei topografi,
tanah dan hidrometri
- Kalibarasi alat
PEKERJAAN PERSIAPAN

- Persiapan Administrasi, Personil dan


Peralatan dan Program Kerja
- Pengumpulan Data Sekunder dan Desk Studi

PENYUSUNAN DRAFT LAPORAN PENYUSUNAN PROGRAM MUTU


PENDAHULUAN KERJA

tidak tidak
Diskusi/Presentasi Diskusi/Presentasi

ya ya
Revisi Revisi

LAPORAN LAPORAN PROGRAM


MUTU KERJA
PENDAHULUAN

P1

SURVEI TOPOGRAFI SURVEI HIDROLOGI DAN HIDROMETRI SURVEI SOSIAL EKONOMI


SURVEI KONTRUKSI SURVEI PENYELIDIKAN TANAH
- Pemasangan BM - Data Hidrologi - Kondisisosial ekonomi untuk pelaksanaan
- Inventarisasi Sekat - - Survei jenis tanah gambut restorasi gambut
- Pengukuran situasi kanal Pengukuran tinggi muka air kanal
Kanal eksisting - Ketebalan gambut - Informasi
- Pengukuran Profil Memanjang dan - Pengukuran kecepatan arus potensi mata pencarian
- Sumur Bor - Pengukuran Debit air di Kanal - Karakteristik fisik tanah masyarakat
Melintang Kanal
- Konflik soaial terkait lahandan kanal

ANALISIS DATA ANALISIS DATA TANAH


ANALISIS DATA TOPOGRAFI
KONSTRUKSI ANALISIS DATA HIDROLOGI & HIDROMETRI ANALISIS SOSIAL EKONOMI
- Paramater Tanah
- Pengolahan Data
- Analisis kelayakan - Analisis Curah Hujan Rencana - Rekomendasi Jenis Pondasi - Tanggapan dan aspirasi terhadap kegiatan
- Gambar Situasi Kanal, Profil
bangunan pada - Analisis Debit Rencana Kanal - Analisis Stabilitas Bangunan IPG
Memanjang dan Melintang Kanal
kanal Air

LAPORAN PENDUKUNG

PENYUSUNAN DRAFT LAPORAN


ANTARA

tidak
Diskusi/Presentasi

ya Revisi

PENYUSUNAN DED PKM LAPORAN ANTARA

PENYUSUNAN DRAFT LAPORAN AKHIR

tidak
Diskusi/Presentasi
BACK UP DATA SSD

ya P2
Revisi

LAPORAN AKHIR LAPORAN


SELESAI
RINGKASAN

P2 : CEK dan PERIKSA

- Cek produk laporan


Gambar 3.1 Diagram Alir Pekerjaan

III-2
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

3.2 Ruang Lingkup


Ruang lingkup Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut Provinsi
Kalimantan Barat adalah mengumpulkan data sekunder dan melakukan survei
pengukuran sesuai dengan lingkup pekerjaan dan selanjutnya mengolah dan
menganalisis data tersebut. Adapun langkah-langkah pekerjaannya sebagai berikut :
3.2.1 Pekerjaan Persiapan
Setelah Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) diterima, maka Konsultan akan menelaah dan
menganalisis lebih detail mengenai pelaksanaan Pekerjaan. Tahap pertama yang akan
dilakukan menyusun rencana kerja dan menugaskan personil-personil yang akan
ditugaskan ke proyek. Rincian aktivitas pekerjaan persiapan ini meliputi :

3.2.1.1 Administrasi Personil dan Peralatan


Demi menjamin kelancaran pelaksana pekerjaan dan pencapaian dan penyelesaiaan
setiap tahap kegiatan, konsultan mempersipakan segala sesuatu baik segi manajemen
pengelolaan dan dari segi teknis.
a. Persiapan penyediaan kantor dan pengaturan ruang kerja serta fasilitas
pendukungnya.
b. Persiapan administrasi sehubungan dengan pelaksanaan proyek.
c. Mobilisasi Sumber Daya (meliputi kegiatan mobilisasi personil dan mempersiapkan
dana operasi)
d. Persiapan pekerjaan survei (membutuhkan perencanaan jadwal dan perencanaan
perjalanan survei yang meliputi kegiatan perencanaan jadwal pelaksanaan survei,
dan waktu pelaksanaan survei
e. Penyusunan Laporan Rencana Mutu Kontrak (RMK)

3.2.1.2 Pengumpulan Data Sekunder dan DED Terdahulu


Pengumpulan data sekunder diperlukan untuk pengelolaan data selanjutnya. Data yang
diperlukan diantaranya adalah :
▪ Data Klimatologi, Hidrologi dan Hidrometri
▪ Data Hasil Studi dan laporan-laporan hasil DED terdahulu di wilayah kajian yang
berhubungan dengan DED yang akan dilakuan
▪ Peta Topografi
▪ Peta Geologi Wilayah/Regional
▪ Peta penggunaan lahan sekarang

III-3
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

▪ Data-data sosial ekonomi, tata guna lahan dan data lain yang ada dan relevansi
dengan permasalahan yang dihadapi

3.2.1.3 Survei Pendahuluan


Melakukan survei lapangan pendahuluan untuk mengetahui kondisi lapangan, kegiatan
ini dilakukan untuk materi bahan laporan pendahuluan dan sebagai acuan metodologi
pelaksanan pekerjaan.

Peninjauan lapangan guna memastikan calon lokasi penelitian sesuai dengan


persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan, selanjutnya dilakukan survei untuk
pengumpulan data-data yang berkaitan dengan :
a. Kondisi jaringan tata air dan sistem pengelolaannya
b. Keadaan iklim terutama curah hujan dan klimatologi
c. Kondisi tanah, terutama ketebalan gambut dan kedalaman pirit
d. Kondisi tata guna lahan yang ada
e. Pola tanah, intensitas tanam dan tingkat produktivitas pertanian
f. Kondisi sosial ekonomi
g. Institusi atau kelembagaan petani yang ada
h. Sarana dan prasarana trnasportasi

3.2.1.4 Evaluasi
Setelah melakukan survei pendahuluan serta hasil pengumpulan data, maka dilakukan
evaluasi terhadap hasil data survei pendahuluan yang didapat, guna menunjang
penyusunan laporan pendahuluan dan tahap survei selanjutnya yang merupakan
Rencana Kerja dari Konsultan.

3.2.1.5 Pembuatan Laporan Pendahuluan


Berdasarkan dari hasil pengumpulan data berupa data-data sekunder dan survei
pendahuluan maka dibuatlah laporan berupa Laporan Pendahuluan yang isinya
menggambarkan rencana dan metoda kerja yang akan dilakukan (Survei dan desain).

3.2.1.6 Diskusi
Diperlukan diskusi untuk membahas persiapan dari konsultan dalam melaksanakan
pekerjaan serta metode pekerjaan lapangan dan pekerjaan perencanaan. Dari diskusi ini
diharapkan adanya kritik dan saran serta masukan yang berarti dari berbagai fihak yang
berkepentingan dengan proyek ini.

III-4
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

Konfirmasi status Lahan dan Penetapan lokasi studi yang definitif juga dibahas dalam
diskusi. Legalitas status lahan dan luas lokasi harus disepakati dulu sebelum kegiatan
Survei utama dilaksanakan antara lain :
▪ Penetapan lokasi yang definitif yang mencakup besar luasannya, batas batasnya dan
lain-lain,
▪ Legalitas status lahan sebaiknya tidak bermasalah.

3.2.2 Kegiatan Survei Lapangan


Pekerjaan survei lapangan meliputi survei topografi, survei konstruksi, survei hidrologi
dan hidrometri, survei penyelidikan tanah dan survei sosial ekonomi.

3.2.2.1 Pengukuran dan Pemetaan Topografi

Kegiatan ini dimaksudkan untuk membuat situasi detail terbaru, lengkap dan sesuai
dengan keadaan lapangan sebenarnya, berikut trase dan penampang yang diperlukan,
pembuatan peta situasi dilakukan berdasarkan hasil pengukuran terestris.

Pengukuran/pemetaan area KHG Sungai Durian-Sungai Kualan, KHG Sungai Pawan-


Sungai Kepulu dan KHG Sungai Kepulu -Sungai Pesaguan dimaksud untuk mendapatkan
data penunjang dalam mengambil keputusan penyusunan DED KHG Sungai Durian-
Sungai Kualan, KHG Sungai Pawan-Sungai Kepulu dan KHG Sungai Kepulu-Sungai
Pesaguan.

Pada garis besarnya lingkup pekerjaan Survei topografi adalah sebagai berikut :
▪ Pengukuran berupa pengukuran situasi, pengukuran memanjang, melintang kanal.
Pengukuran site survei dengan kerapatan jarak pengukuran melintang 100 m.
▪ Pengukuran situasi penampang kanal dilakukan dengan penembahan pengukuran
kearah samping kanan dan kiri minimal 20 m dari tepi kanal
▪ Pemasangan Benchmark (BM)
▪ Pembuatan layout
▪ Pengukuran dan penggambaran profil saluran kanal :
- Peta ikhtiar dengan skala 1:5.000
- Peta bangunan air eksisting (jika ada)
- Gambar penampang memanjang kanal
Skala panjang 1 : 1.000/ 1 : 2.000
Skala tegak 1 : 1000
- Gambar penampang melintang
Skala panjang 1 : 1.00

III-5
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

Skala tegak 1 : 100


▪ Kegiatan pengukuran topografi disertakan dengan pengambilan dokumentasi kondisi
kanal setiap interval 100 m dengan formulir/aplikasi.
Dengan demikian akan diperoleh gambaran topografis daerah di sepanjang aliran sungai
yang ditinjau sebagai dasar untuk perencanaan teknis dan desain khusunya di lokasi
KHG yang di rencanakan. Diagram alir survei Pengukuran Topografi disajikan pada
gambar 3.2.
BAGAN ALIR KEGIATAN PENGUKURAN TOPOGRAFI
MULAI

Persiapan dan Checkin Mobilisasi Personil dan Inventarisasi Data


Kalibrasi Peraltan Peralatan Sekunder

Penyusunan Tim Kerja

Orientasi Lapangan

Pemasangan Pengukuran Situasi Pengukuran Long dan


BM Kanal Cross Kanal

Pengolahan Data dan


Penggambaran
- Situasi
- Long dan Cros
- Situasi detail
- Deskrisi BM

Mutual Check
Data dan Peta

Laporan Pendukung Topografi

SELESAI

Gambar 3.2 Diagram Survei Topografi

III-6
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

Metode Pengambilan Data Topografi


Survei topografi adalah kegiatan pengukuran permukaan bumi, yang bertujuan untuk
memperoleh gambaran atau model permukaan bumi sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya. Dalam hal ini survei topografi bertujuan untuk mengetahui kondisi eksisting
dan situasi disekitar lokasi pekerjaan. Tahapan pelaksanaan survei topografi terdiri
dari :
- Pemasangan Bench Mark (BM);
- Pengukuran GPS Geodetik;
- Pengukran Kerangka Dasar;
- Pengukuran Detail Situasi;

A. Pemasangan Benchmark (BM)


Dalam pengukran topografi titik referensi biasanya direalisasikan dalam bentuk patok
yang dibuat secara permanen yang disebut Bench Mark (BM). Penentuan titik
referensi bertujuan untuk memperoleh koordinat acuan titik BM dan menentukan
azimuth atau arah awal serta titik control pengukuran. Patok BM baru dibuat
sebanyak 21 buah.

Gambar 3.3 Gambar Desain BM


B. Pengukuran GPS Geodetik
Metode penentuan posisi yang akan digunakan dalam pengukuran titik-titik referensi
tersebut adalah metode Global Positioning System (GPS). Pada dasarnya penentuan
posisi dengan GPS menggunakan pronsip perpotonan ke belakang (resection) dalam

III-7
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

ruang tiga dimensi, yang dilakukan dengan cara pengematan terhadap satelit-satelit
GPS yang telah diketahui koordinatnya. Dengan mengetahui jarak dan titik
perpotongan dari minimal tiga atau empat buah satelit, maka koordinat posisi yang
diinginkan dapat diketahui.
Titik BM tersebut kemudian harus dikaitkan pada titik-titik Kerangka Dasar Horizontal
Nasioanl atau titik eksisting yang sudah diikatkan sebelumnya, yang koordinatnya
tersebut akan dijadikan sebagai koordinat acuan untuk perencanaan selanjutnya.
Titik ikat yang digunakan adalah titik Orde-1 BIG atu titik referensi lain yang terdekat.
Pengikatan titik referensi dilakukan dengan menggunakan metode static differential
yaitu dengan cara diukur bersamaan dengan titik ikat tersebut seperti pada gambar
dibawah ini.

Gambar 3.4 Differencing Data GNSS

Maksud dari survei GPS itu sendiri adalah untuk menghasilkan titik-titik kontrol
yang saling terikat dan memiliki orde ketelitian yang sama. Waktu pengukuran GPS
tidak perlu terlalu lama, tapi disesuaikan dengan kebutuhan data berdasarkan jarak
antar titik atau baseline yang diukur. Tabel dibawah ini menunjukkan lama
pengukuran GPS berdasarkan jarak baseline, dengan asumsi satelit yang diamati
pada kondisi minimal.

III-8
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

Tabel 3.1 Lama Pengamatan GPS Berdasarkan Jarak Baseline

0 km - 5 km Static 45 menit 30 menit


5 km – 8 km Static 90 menit 45 menit
8 km – 20 km Static 120 menit 60 menit
20 km – 50 km Static 180 menit 120 menit

Pengikatan titik-titik referensi ini bertujuan agar diperoleh hasil posisi/koordinat


relative titik BM terhadap titik ikat dalam koordinat Geodetik (lintang, bujur) dan
koordinat pada bidang proyeksi UTM (easting, nothing) yang bereferensi pada
Elipsoid WGS 84. Sedangkan pengikatan tinggi bertujuan untuk memperoleh tinggi
orthometrik yaitu tinggi di atas geoid atau MSL (H). Namun apabila didekat lokasi
ada salah satu Titik Tinggi Geodesi (TTG) akan lebih baik apabila penentuan control
vertical diikatkan ke TTG atau BM eksisting. Untuk memperoleh tinggi orthomrtik,
dilakukan dengan cara menghitung koreksi nilai Undulasi (N) setempat atau di titik
koordinat tersebut, dari tinggi ellipsoid hasil pengukuran GPS (h), dengan hubungan
seperti pada gambar dibawah ini.

topografi
h H
geoid (MSL)
N
elliosoid
H = tinggi geodetic
H = tinggi orthometric
N = undulasi geoid H= h-N

Gambar 3.5 Penentuan Tinggi Orthometrik


Pengolahan data GPS geodetic dengan menggunakan software Trimble Bussiness
Center (TBC).
Prinsip pengolahan data pada umumnya menggunakan metode hitung perataan data
yang dilakukan sebagai berikut :
1. Pemrosesan awal

III-9
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

2. Perhitungan baseline
3. Perhitungan jaringan (adjustment) jika ada
4. Transformasi koordinat
5. Kontrol kualitas (pada tiap tahapan)
Diagram alir tahapan pengolahan data GPS dapat dilihat seperti gambar dibawah ini.

PEMROSESAN Semua perangkat lunak komersial


untuk pengolahan data survei GPS
AWAL
umumnya dapat menangani semua
tahapan pengolahan data ini
PERHITUNGA N
BASELINE

PERATAAN KONTROL
JARINGAN KUALITAS

TRASFORMASI
KOORDINAT

Gambar 3.6 Diagram Alir Pengolahan Data GPS (Abidin, et.al,2002)


Tahapan pemrosesan awal data GPS mencakup beberapa pekerjaan sebagai
berikut :
1. Pentransferan data dan input tinggi alat
2. Pemeriksaan dan pengeditan data satelit yang kurang baik (jika ada)
3. Peentuan posisi secara absolute (Singgle Point Positioning) dengan
menggunakan data Pseudorange, pada masing-masing titik.
4. Pelaporan data.
Tahapan perhitungan baseline dilakukan dengan diagram alir sebagai berikut :

Absolute positioning (pseudorange)

Fifferential positioning (triple-difference fase) Solusi

Pendekteksian dan pengkoreksian Cycle Sligrs

Differential positioning
Solusi
(double difference fase, ambiguity float)

Penentuan cycle ambiguity


(searching dan fixing)

Differential positioning Solusi


(double difference fase, ambiguity fixed)

SELESAI
Gambar 3.7 Diagram Alir Pengolahan Data GPS (Abidin, et.al,2002)

III-10
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

Tahapan perhitungan jaringan (adjustment) tidak dilakukan karena bentuk baseline


bukan berupa jaring tetapi radial.
Setelah dihasilkan koordinat hasil perhitungan baseline maka dilakukan
transformasi koordinat ke sistem koordinat yang akan digunakan yaitu UTM Zona
48 South. Selain itu dilakukan koreksi Undulasi (tinggi geoid) dengan menggunakan
model Geoid dari BID yaitu INAGEOID2020 untuk memperoleh tinggi
orthometriknya.
Berikut spesifikasi teknis pengukuran GPS Geodetik :
- Alat GPS geodetic sebanyak 6 set;
- Pengukuran dilakukan dengan metode static differential
- Lama pengamatan disesuaikan dengan jarak baseline;
- Perekaman data setiap 15 detik dan elevasi mask 15;
- Pengolahan data dilakukan secara post-processing;
- Hasil pengolahan baseline harus fixed dan Ambiguity harus resolved;
- Bereferensi pada datum World Geodetic System 1984 (WGS 84)
C. Pengukuran Kerangka Dasar
Kerangka dasar merupakan titik dasar untuk pekerjaan - pekerjaan lainnya seperti
pengukuran situasi detail dan pengukuran trase. Oleh karena itu pengukuran
kerangka dasar harus memiliki ketinggian yang lebih baik sesuai dengan kebutuhan
dikehendaki.

Metoda yang dipilih untuk penetapan kerangka dasar horizontal ini dipilih metoda
pengukuran poligon. Pengukuran kerangka dasar atau poligon dilakukan dengan
menggunakan alat ukur Total Station, dengan jalur yang terikat ke titik referensi atau
BM GPS. Metoda pologon yang digunakan adalah polygon terbuka terikat sempurna.
Metode ini di gunakan karena lokasi survei yang memanjang.

Tujuan dari pengukuran polygon adalah untuk menentukan posisi mendatar dalam
pengukuran titik-titik detail situasi. Pada pelaksanaan ini maka argument yang
diambil untuk mendapatkan data koordinat adalah ukuran sudut dan jarak serta
sudut jurusan pada sisi-sisi polygon dengan persamaan sebagai berikut :

Xn = Xi + ∆ . sin ∝ni
Yn = Yi + ∆ . cos ∝ni
Keterangan:
(X, Y)i = Koordinat awal

III-11
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

(X, Y)n = Koordinat akhir yang dicari


( ∝ni ) = Sudut jurusan arah utara diambil sejajar dengan arah sumbu Y
Jika koreksi pengukuran tidak memenuhi toleransi maka dilakukan metoda secara
grafis dan analitis. Apabila telah memenuhi toleransi maka dilakukan perhitungan
dengan menggunakan perataan Bowdith :
 sudut yang diukur = (∝ akhir -∝ awal + n . 180) + fs
 d sin ∝ = ( x akhir – x awal) + fx
 d cos ∝ = (y akhir – y awal) + fy
Xn = Xi + ∆ . sin ∝ni + fx
Yn = Yi + ∆ . cos ∝ ni+ fy
dimana :
f x,fy = koreksi koordinat (x,y) dan koreksi sudut x,y
fs = koreksi sudut
D. Pengukuran Detail Situasi
Pengukuran detail situasi dilakukan terhadap semua objek dan utilitas yang ada di
lapangan yang mempunyai pengaruh dan manfaat pada proses perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan. Pengukuran detail situasi dilakukan dengan cara
mengukur besar sudut dari salah satu titik polygon kearah titik detail yang mengacu
pada titik polygon terdekat lainnya. Selain itu dilakukan juga pengukuran jarak optis
(jarak miring) dari titik polygon ke titik detail.
Metode pengukuran situasi yang digunakan adalah metode tachymetri. Pengukuran
titik-titik detail situasi dilakukan secara tersebar merata sehingga mewakili seluruh
area pengukuran. Alat ukur yang digunkan dalam pengukuran detaul situasi adalah
Total Stasion.
Prinsip pengolahan data topografi berdasarkan metode tachymetri yang digunakan
adalah dengan menentukan parameter yang dicari pada pengukuran ini, yaitu
besaran sudut terhadap titik acuan dan jarak dari stasiun alat ke titik detail tujuan.
Dari bacaan sudut titik detail terhadap titik acuan dapat diketahui arah atau sidit
jurusan suatu titik detail. Kemudian mengetahui jarak dari posisi alat ke titik detail
maka akan diperoleh koordinat titik-titik detail, dengan rumus sebagai berikut :
X = Xa + d. sin a
Y = Ya + d. sin a
Z = Za + (( tinggi alat-tinggi target) +(sin(90-z).s)

III-12
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

Dengan :
d = jarak
 =sudut jurusan
z = sudut zenith
s = jarak miring
E. Pemrosesan Data
Pada pemetaan topografi skala 1 : 2.000 keseluruhan data akan diolah sementara di
lapangan. Data kerangka kontrol horisontal dan vertikal dihitung setelah terbentuk
loop. Bilamana titik referensi dari pemetaan terdahulu dapat ditemukan di lapangan,
maka perhitungan akan didasarkan koordinat referensi ini. Data pemetaan topografi
diolah secara bertahap setiap hari. Pemberian ketinggian titik detail dilakukan setelah
olahan data evaluasi memenuhi syarat. Sedangkan pemrosesan data akan dilakukan
secara digitasi/menggunakan program komputer.
F. Penggambaran Data
Penggambaran manuscript (draft milimeter) peta skala 1 : 1.000 juga dilaksanakan
di lapangan. Sedangkan untuk penampang memanjang skala horisontal 1 : 2.000
dan skala vertikal 1 : 200, penampang melintang skala horisontal 1 : 200 dan skala
vertikal 1 : 200. akan dibuat juga di lapangan pada kertas milimeter sebagai draft
dan akan dilanjutkan di kantor dengan ukuran kertas A1 pada kertas kalkir 85/90
gram. Legenda dan simbol peta mengikuti standar yang berlaku di lingkungan Ditjen
Sumber Daya Air. Editing gambar akan menggunakan Bahasa Indonesia. Metode
penggambaran akan dilakukan secara konvensional dan akan diplot dengan
menggunakan komputer setelah konsepnya disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

G. Penyusunan Laporan Survei Topografi, dan Buku Ukur Topografi


Data-data dan gambar hasil pengukuran dan pengolahan data disajikan dalam
Laporan Survei Topografi, dan Buku Ukur Topografi. Materi-materi yang disajikan
dalam laporan ini adalah:
• Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan
• Deskripsi BM
• Data hasil pencatatan di lapangan dan hasil pengolahan di studio
• Nota Ukur danTabel Hasil Analisa Perhitungan
• Peta Situasi Kanal
• Peta Trase Situasi Kanal

III-13
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

• Gambar Profil Memanjang dan Profil Memanjang Kanal

3.2.2.2 Survei Konstruksi

MULAI

Mobilisasi Personil dan Inventarisasi Data


Peralatan Sekunder

Penyusunan Tim Kerja

Survei Lapangan

Identifikasi Harga Barang, Upah pekerja, harga


Zona Area mobilisasi dan ketersediaan bahan

Pengolahan Data

Laporan Pendukung (RAB)

SELESAI

Gambar 3.8 Diagram Survei Konstruksi

A. Sekat Kanal
Kegiatan survei Kontruksi antara lain :
• Identifikasi pemanfaatan kanal oleh masyarakat sekitar. Berkoordinasi dengan
instasi terkait dan kepala desa, camat dan pemangku Kawasan serta fasilitator desa
jika ada. Konsultan akan memastikan zona area yang terdiri dari area budidaya,
area konservasi atau lindung dan area konsesi. Pemilihan tipe sekal kanal
didasarkan dari zona area.

III-14
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

• Survei harga upah pekerjaan dan harga bahan, ketersediaan bahan baku, Analisa
akses mobilisasi alat dan bahan ke lokasi pekerjaan konstruksi dan dituangkan
dalam formulir hasil survei.
Sumber data penelitian yaitu :
- Rencana Anggaran Biaya (RAB) proyek yang bersangkutan
- Upah Borongan mandor tiap hari pada pekerjaan struktur pada proyek sekat
kanal
- Jumlah dan komposisi tenaga kerja

B. Sumur Bor
Pengujian pengeboran sumur bor dilakukan dengan tahapan:
• Penentuan titik lokasi uji coba (harus mendapat persetujuan dari Pejabat
Penandatangan Kontrak).
• Pengeboran lokasi sampling untuk mengetahui kedalaman air tanah, debit air dan
lapisan tanah.
• Perekaman data sampling kedalam tabel, log bor dan peta.
• Penggambaran As Built Drawing Sumur Bor Uji sesuai dengan hasil pembangunan.

Tahapan Pemboran
Tahapan pemboran adalah sebagai berikut (Setiawan, dkk, 2015) :
1. Menentukan titik uji sumur bor berdasarkan rencana RTT Provinsi Kalimantan barat
dan penempatan jumlah titik sesuai preposisi jumlah titik sumur uji yang
direncanakan pada RTT dan wilayah.
2. Melakukan pemboran secara manual dikerjakan oleh pengebor lokal dengan
kedalaman yang disesuaikan hasil rencana.
3. Pemboran dihentikan sampai kedalaman akifer yang keberadaan lapisannya telah
diperkirakan sebelumnya.
4. Pemasangan casing beserta screen atau saringan sesuai dengan kedalaman
sumur.
5. Pengecoran pada casing atau grouting.
6. Pengurasan sumur untuk mengeluarkan lumpur dan material pasir atau kerikil yang
menyumbat pada screen dengan menggunakan sistem surging atau penyemprotan
dengan air menggunakan pompa air dengan memasukkan selang diameter 1,5

III-15
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

inchi kedalam sumur selama 1-2 jam sampai mencapai kondisi air tanah yang
relative bersih.
7. Pemasangan pompa redam (submersible pump) sesuai kapasitas, yang dilengkapi
dengan PVC outlet diameter 1,5 inchi dan tambang pengaman pompa.
8. Uji pemompaan.
9. Uji pemompaan yang dilakukan dengan uji pemompaan menerus beserta uji
kambuh (recovery) dengan menggunakan suatu nilai debit tertentu sampai
mencapai kondisi keseimbangan (steasy state). Dengan mengukur debit yang
keluar menggunakan ember, volumetrik dan stopwatch. Selama uji pomompaan
ini dilakukan pengukuran level air setiap 30 menit menggunakan water level meter.
10. Pengukuran debit air menggunakan tabung air volume 5 liter dan stopwatch.
11. Pengukuran diulang sebanyak 4 kali dan hasil akhirnya adlah rata-ratanya.

3.2.2.3. Survei Hidrologi dan Hidrometri

Pekerjaan survei hidrologi dimaksudkan untuk mengumpulkan data iklim dan cuaca dari
stasiun iklim dan cuaca terdekat sesuai dengan kebutuhan perencanaan, yang antara
lain meliputi perhitungan debit banjir. Sedangkan survei hidrometri dimaksudkan untuk
mendapatkan gambar mengenai parameter hidrometri seperti tinggi muka air, kecepatan
arus, elevasi muka air rata-rata terhadap lahan, luas daerah genangan pasang surut bila
ada dan banjir, debit run off dan profil penampang kanal. Diagram alir survei hidrologi
dan hidrometri dapat dilihat pada gambar 3.6.

III-16
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

MULAI

PERSIAPAN PERSONIL
& ALAT

Inventarisasi data & peta


- Data Curah Hujan
- Data Klimatologi
- Data Debit Sungai
- Peta Topografi DAS

Pengujian & Pengisian Data SURVEI HIDROMETRI


- Pengukuran tinggi
muka air kanal
- Pengukuran Arus
Pengujian Data Uji Homogenitas Tes Konsistensi

Analisis Curah Hujan


Wilayah

Analisis Curah Hujan


Harian Maksimum

Analisis Distribusi
Frekuensi Curah Hujan

Curah Hujan Rencana


- 10 tahun
- 25 tahun
- 50 tahun

ANALISIS HIGH-FLOW PERHITUNGAN DEBIT


- 10 tahun KANAL
- 25 tahun
- 50 tahun

LAPORAN PENDUKUNG HIDROLOGI

SELESAI

Gambar 3.9 Diagram Survei Hidrologi & Hidrometri

A. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan Persiapan Sebelum ke Lapangan :
▪ Mengumpulkan dan mempelajari data-data sekunder seperti, data iklim dan

III-17
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

curah hujan, informasi banjir.


▪ Mempelajari laporan dan data yang tersedia serta membuat rencana kerja dan
jadwal kegiatan Survei.
▪ Menyiapkan peta lokasi rencana pengukuran dan penetapan titik-titik
pengukuran (untuk menetapkan jumlah volume pekerjaan) yang disesuaikan
dengan kebutuhan Analisis dan model matematik.
▪ Menyiapkan formulir pengukuran, bahan-bahan dan alat-alat yang akan
digunakan serta penyiapan team yang akan diberangkatkan ke lapangan.
▪ Alat-alat yang diperlukan dalam Survei ini adalah : Peilschaal, Currentmeter,
Theodolit/ Waterpas, Tali dan lain-lain. Jumlah alat yang dibawa disesuaikan
dengan volume pekerjaan.

Gambar 3.10 Current Meter Untuk Debit Kecil s.d Sedang

Semua kegiatan persiapan di atas harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Direksi
atau Supervisor yang ditunjuk, sebelum berangkat ke lapangan.

Pekerjaan Lapangan
I Persiapan di Lapangan
▪ Penyiapan sarana Survei baik untuk pengukuran muka air maupun kecepatan
air.
▪ Penyiapan tenaga lokal dengan jumlah disesuaikan dengan kebutuhan,
kenyamanan bekerja, tingkat kesulitan di lapangan, dan keamanan.
▪ Pengenalan lapangan dan pemasangan tanda-tanda pengukuran sesuai
dengan peta pengukuran.

III-18
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

▪ Pemasangan alat-alat pengukur (a.l. : peilschaal) pada tempat-tempat yang


sudah ditentukan sesuai dengan rencana pengukuran.
▪ Pengamatan lapangan antara lain bekas tinggi muka air maksimum serta
surut terendah yang pernah terjadi.
▪ Mendiskusikan rencana kerja dan kondisi lapangan yang ada untuk
mendapatkan persetujuan.
II Pekerjaan Pengukuran Hidrometri, meliputi :
a. Pengukuran tinggi muka air
b. Pengukuran debit, arus dan penampang melintang kanal dilakukan pada
setiap pada lokasi.
III. Pengumpulan Data Hidrologi
▪ Pengumpulan data curah hujan (terbaru) selama minimum 10 tahun berturut
-turut dari stasiun terdekat.
▪ Pengumpulan data iklim yang lain (terbaru) selama minimum 5 tahun
berturut-turut dari stasiun iklim terdekat.
▪ Pengumpulan data informasi banjir (tinggi, lamanya dan luas genangan serta
saat terjadinya) baik dengan pengamatan langsung dengan memperhatikan
bekas-bekas tanda-tanda banjir di pohon atau rumah maupun melalui
wawancara dengan penduduk setempat.

B. Metoda atau Cara Pengukuran


1. Pengukuran Tinggi Muka Air (H,h).
Peilschaal ditempatkan pada titik-titik (lokasi) sungai yang tepat, dipilih sedemikian rupa
sehingga dapat memberikan data yang akurat dan sedapat mungkin dekat dengan BM
(Benchmark) untuk memudahkan levelling. Yang perlu diperhatikan dalam pemancangan
peilschaal adalah pada saat air surut, ujung bawah peilschaal tersebut tidak
menggantung, begitu pula pada saat air pasang ujung atas peilschaal tidak tenggelam.
Elevasi nol peilschaal harus diikatkan pada sistem pengukuran yang ada.
2. Pengukuran Kecepatan Aliran (v).
Pengukuran dilakukan pada kanal yang melewati lokasi pekerjaan. Tujuannya adalah
untuk mengetahui debit sumber air tersebut.
3. Pengukuran Profil Melintang Sungai/Saluran

III-19
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

Pengukuran profil melintang kanal dilakukan pada setiap lokasi pengukuran kecepatan
arus dan tempat lain yang dianggap perlu. Pengukuran penampang di saluran dapat
dilakukan dengan rambu. Pengukuran ini harus berkoordinasi dengan tim topografi.

3.2.2.4 Survei Penyelidikan Tanah


Pekerjaan Survei Penyelidikan Tanah ini dimaksudkan untuk mengadakan penyelidikan
sifat-sifat mekanika tanah untuk mengetahui kondisi tanah.Hasil dari Survei ini harus
dapat memberikan penjelasan yang cukup mengenai :
a. Pengukuran kedalaman gambut
b. Karakteristik fisik tanah
c. Saran-saran mengenai sistem yang dipakai dengan perhitungan-perhitungannya
seperti penentuan macam sekat kanal dan lain-lain.

Mulai

Persiapan
- Kajian Pustaka
- Survei Awal Lokasi

Inventarisasi Data

Data Primer Data Sekunder


- Jenis tanah gambut - Peta Lokasi Pekerjaan
- Karakteristik fisik
tanah

Pengolahan dan
Analisis Data

Laporan Pendukung Tanah

SELESAI

Gambar 3.11 Diagram Alir Survei Tanah

III-20
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

A. Lingkup Pekerjaan
1. Persiapan
Pekerjaan persiapan meliputi perencanaan titik-titik pengamatan dengan
penggambaran pada peta kerja (melalui konsultasi telebih dahulu dengan
Direksi), penyiapan bahan - bahan dan peralatan Survei.
2. Pengumpulan dan penyelidikan parameter tanah yang meliputi pekerjaan-
pekerjaan
a. Pemboran (boring).
B. Metoda Pelaksanaan
Pekerjaan Lapangan :
Pemboran dilaksanakan dengan menggunakan bor gambut. Bor gambut merupakan
suatu metode pemboran yang paling sederhana dan ekonomis pada kedalaman yang
dangkal. Dilakukan dengan cara menekan dan memutar auger masuk kedalam tanah
dasar. Kemampuan pemboran ini terbatas dan hanya cocok untuk kedalaman yang
dangkal. Kelebihan dari pemboran ini adalah : sederhana, mudah dioperaikan dan
gangguan terhadap tanah minimal. Berikut merupakan langkah-langkah kerja untuk
pekerjaan bor tangan :
1. Sambung mata bor dengan stang bor yang kuat
2. Gunakan stang pemutar untuk mulai pengeboran tanah
3. Lakukan pengangkatan setelah dirasa mata bor penuh kurang lebih 20-50 cm
4. Catat ke dalam pengeboran dan lakukan diskripsi tanah secara visual, lakukan
pekerjaan ini berulang kali
5. Amati keadaan setiap pengambilan tanah ini, jenis tanah, warna tanah dan
keadaannya serta muka air bila ada.
6. Lakukan pengambilan contoh sesuai dengan keperluan atau pada setiap
pergantian lapisan dengan cara:
- Ganti mata bor dengan stick apparatus
- Pasang tabung contoh dengan dongkrak yang dipasangkan pada angker dan
ambang
- Pasang kop penahan dan lakukan pemukulan dengan palu untuk mengabil
contoh tanah
- Penekanan tabung harus lebih kecil atau sama panjangnya dengan tabung.

III-21
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

7. Buka stick apparatus dan buang sedikit tanah pada ujungnya dan segera ditutup
dengan parafin dengan kedua ujung-ujungnya.
8. Beri label nama lokasi titik bor dan kedalaman contoh tanah yang diambil

3.2.2.5. Survei Sosial-Ekonomi


Tujuan dari pekerjaan ini adalah untuk meneliti kembali perkembangan masyarakat di
daerah survei yang terdiri dari penduduk lokal dan transmigran, serta mengidentifikasi
masalah dan hambatan yang dihadapi. Setelah itu mencari upaya untuk meningkatkan
taraf hidup melalui pendayagunaan sumber daya yang mereka miliki dengan
memperhatikan aspek kelestarian lingkungan.

MULAI

Mobilisasi Personil dan Identifikasi Kebutuhan


Peralatan Data

Survei Pendahuluan dan


Studi Pustaka

Pembuatan Rancangan
Kuisioner

Pengumpulan Data dan


Metode Sampling

Penyajian dan
Analisis Data

Laporan Pendukung Sosial


Ekonomi

SELESAI

Gambar 3.12 Diagram Alir Survei Sosial Ekonomi

Pekerjaan yang harus dilakukan, meliputi :

a. Survei dan Inventarisasi Perkembangan Sosial Penduduk


 Pengumpulan data sekunder demograf, organisasi sosial dan masyarakat petani;

III-22
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

 Kesehatan masyarakat termasuk sarananya;


 Perkembangan pendidikan dan kebudayaan masyarakat;
 Status tanah pertanian dan pemukiman serta fasilitas umum yang ada.
b. Survei dan Inventarisasi Keadaan Ekonomi Masyarakat
 Penelitian luas dan pola usahatani serta lapangan kerja yang lain dan
perkembangannya;
 Analisis perkembangan pendapatan petani, pengeluaran keluarga dan investasi
usahatani;
 Hambatan yang dialami petani dalam rangka usahataninya;
 Masalah transport dan sarana pemasaran hasil.
c. Survei Kelembagaan
 Untuk mengetahui seberapa jauh koordinasi di tingkat proyek dapat berjalan dan
bagaimana peranan instansi terkait serta mengkaji perkumpulan yang telah
terbentuk.

3.2.3 Analisis Data


3.2.3.1 Analisis Topografi
 Hitungan Kerangka Horizontal
Dalam rangka penyelenggaraan Kerangka Dasar Peta, dalam hal ini Kerangka Dasar
Horizontal/posisi horizontal (X,Y) digunakan metoda poligon. Dalam perhitungan
poligon ada dua unsur penting yang perlu diperhatikan yaitu jarak dan sudut jurusan
yang akan diuraikan berikut ini:
a. Perhitungan Koordinat Titik Poligon
Prinsip dasar hitungan koordinat titik poligon B dihitung dari koordinat titik
poligon A yang telah diketahui sebagai berikut:
XP = X A + dAP SinAP

YP = YA + dAP CosAP

Dalam hal ini :


XA, YA = koordinat titik yang akan ditentukan
dAP Sin∝P = selisih absis (XAP) definitif (telah diberi koreksi)
dAP Cos∝AP = selisih ordinat (YAP) definitif (telah diberi koreksi)
dAP = jarak datar AP definitif
AP = azimuth AP definitive

III-23
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

Untuk menghitung azimuth poligon dari titik yang diketahui digunakan rumus
sebagai berikut:
12 = 1A + 1
(
=  AP +  A + 1 − 1 180  )
 23 =  21 + 1 = 12 +  2 − 180 
(
=  AP +  A + 1 +  2 − 2 180  )
 34 =  32 +  3 =  23 +  3 − 180 
(
=  AP +  A + 1 +  2 +  3 − 3 180  )
(
 4B =  43 +  4 =  34 +  4 − 180  )
(
=  43 +  A + 1 +  2 +  3 +  4 − 4 180  )
b. Syarat geometriks sudut
∝Akhir ∝Awal - ∝+ n.1800 = f∝
di mana :
∝ = sudut jurusan
∝ = sudut ukuran
n = bilangan kelipatan
f∝ = salah penutup sudut
c. Syarat geometriks absis
m
( X Akhir − X Awal ) −  X i =0
i =1

di mana :
Di = jarak vektor antara dua titik yang berurutan
∆xi = jumlah jarak
X = absis
∆X = elemen vektor pada sumbu absis
m = banyak titik ukur
d. Koreksi ordinat
di
KY = − fY
 di
di mana :
di = jarak vektor antara dua titik yang berurutan
di = jumlah jarak

III-24
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

Y = ordinat
∆Y = elemen vektor pada sumbu ordinat
m = banyak titik ukur
Untuk mengetahui ketelitian jarak linier-(SL) ditentukan berdasarkan besarnya
kesalahan linier jarak (KL)

SL = ( fX 2
+ fY 2 )
KL =
( fX 2
+ fY 2 )
 1 : 5.000
D

 Pengamatan Azimuth Astronomis


Untuk menghitung azimuth matahari didasarkan pada rumus-rumus sebagai berikut:
Sin − Sin.Sinm
Cos M =
Cos.Cos.m
di mana :
cos∝M = azimuth matahari
= deklinasi matahari dari almanak matahari
m = sudut miring ke matahari
= lintang pengamat (hasil interpolasi peta topografi)
Dalam perhitungan azimuth matahari harga sudut miring (m) atau sudut Zenith (Z)
yang dimasukkan adalah harga definitif sebagai berikut:

Z d = Z u + r  1 d − p  i atau
2

m d = mu − r  1 d + p  i
2
di mana :
zd = sudut zenith definitif
md = sudut miring definitif
zu = sudut zenith hasil ukuran
mu = sudut zenith hasil ukuran
r = koreksi refraksi
1/2d = koreksi semidiameter
p = koreksi paralax
i = salah indeks alat ukur
 Hitungan Kerangka Vertikal
Penentuan posisi vertikal titik-titik kerangka dasar dilakukan dengan melakukan
pengukuran beda tinggi antara dua titik terhadap bidang referensi (BM).

III-25
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

a. Syarat geometris

H Akhir − H Awal =  H  FH

(
T = 8 D mm )
b. Hitungan beda tinggi
H 1−2 = Btb − Btm
c. Hitungan tinggi titik
H 2 = H 1 + H 12 + KH
di mana:
H = tinggi titik
∆H = beda tinggi
Btb = benang tengah belakang
Btm = benang tengah muka
FH = salah penutup beda tinggi
KH = koreksi beda tinggi
d
= FH
d
T = toleransi kesalahan penutup sudut
D = jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal (kilo meter)
 Perhitungan Situasi Detail
Data-data hasil pengukuran situasi detail sebagai berikut:
a. Azimuth magnetis
b. Pembacaan benang diafragma (atas, tengah, bawah)
c. Sudut zenith atau sudut miring
d. Tinggi alat ukur
Untuk menentukan tinggi titik B dari tinggi A yang telah diketahui koordinat (X, Y,
Z), digunakan rumus sebagai berikut:
TB = T A + H
1 
H =  100(Ba − Bb )Sin2m + TA − Bt
2 
Dd = DOCos2m
Dd = 100(Ba - Bb)Cos2m
di mana :
TA = titik tinggi A yang telah diketahui
TB = titik tinggi B yang akan ditentukan

III-26
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

H = beda tinggi antara titik A dan B


Ba = bacaan benang diafragma atas
Bb = bacaan benang diafragma bawah
Bt = bacaan benang diafragma tengah
TA = Tinggi alat
Do = jarak optis (100(Ba-Bb))
m = sudut miring
Mengingat akan banyaknya titik-titik detail yang diukur, serta terbatasnya
kemampuan jarak yang dapat diukur dengan alat tersebut, maka akan diperlukan
titik-titik bantu yang membentuk jaringan poligon kompas terikat sempurna. Sebagai
konsekuensinya pada jalur poligon kompas akan terjadi perbedaan arah orientasi
utara magnetis dengan arah orientasi utara peta sehingga sebelum dilakukan
hitungan, data azimuth magnetis diberi koreksi Boussole supaya menjadi azimuth
geografis.
Hubungan matematik koreksi boussole (C) adalah:
C= g-m
di mana :
g = azimuth geografis
m = azimuth Magnetis
 Output
a. Data pengukuran asli dan perhitungan semua hasil pengukuran di lapangan baik
topografi.
b. Daftar koordinat dan ketinggian dari semua patok BM yang dipasang di lapangan
dan berikut data triangulasi yang dipakai sebagai titik ikat pengukuran.

3.2.3.2 Analisis Konstruksi


A. Analisis Sekat Kanal dan Sumur Bor
i. Analisis Profil Fisik Kanal
Teknik Pemilihan Sekat Berdasarkan fungsi Kawasan
Pemilihan jenis dan tipe sekat yang akan dibangun untuk restorasi gambut
ditentukanoleh lokasi dimana sekat-sekat tersebut akan ditempatkan berdasarkan
fungsi kawasannya. Lokasi restorasi gambut berdasarkan fungsi kawasan terdiri
dari kawasandengan fungsi konservasi/lindung dan fungsi budidaya. Kegiatan

III-27
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

pembasahan gambut dengan teknik sekat kanal untuk kawasan dengan fungsi
konservasi/lindung bertujuan untuk konservasi air, dengan demikian diharapkan
tinggi muka air yang dipertahankan setinggi-tingginya mendekati muka gambut.
Sementara itu, pembangunan sekat kanal pada kawasan budidaya bertujuan untuk
pengaturan muka air, sehingga ambang batas muka air yang harus dipertahankan
minimal 40 cm di bawah permukaan gambut (PP 57 tahun 2016). Berdasarkan
kedua pendekatan tersebut maka pemilihan jenis dan tipe sekat kanal yang
dibangun direkomendasikan mengikuti tujuan tersebut.
Pada lokasi area budidaya direncanakan tipe sekat kanal dengan sistem
peluap/pelimpas dan wajib mengetahui pemilik lahan. Jenis dan tipe yang
direkomendasikan untuk Kawasan ini terdiri dari sekat kayu, batu, beton, beton
pra-cetak dan pintu air. Sekat-sekat pada kawasn ini direkomendasikan memiliki
perangkat pengatur muka air berupa peluap, namun elevasi peluap tidak boleh
lebih dari 40 cm sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 57 tahun 2016 tentang
pengelolaan dan perlindungan dan pengelolaan ekosistem gambut. Disamping
untuk pengaturan tinggi muka air minimal yang harus dipertahankan, sistem
peluap juga dimaksudkan untuk pengaturan jalur navigasi/transportasi di dalam
kanal dan kegiatan-kegiatan penggunaan kanal lainnya.

Gambar 3.13 Ilustrasi Sekat Kanal dengan Sistem Peluap di Kawasan Budidaya

Pada lokasi areal konservasi direncanakan tipe sekat kanal dengan sistem tanpa
peluap dan tipe penimbunan kanal, khususnya sekat kayu gambut yang dipadatkan
dan sekat karung tanah. Sekat kayu yang dibangun dapat berbentuk satu lapis dan

III-28
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

multi-lapis tergantung dengan dimensi (lebar, dalam dn panjang) kanal dan


besarnya debit air, Jenis dan tipe dari batu, beton, bronjong dan pra-cetak tidak
direkomendasikan pada Kawasan konservasi karena dianggap kurang ramah dan
tidak menyatu dengan ekosistem gambut. Direkomendasikan jua bahwa elevasi
puncak bagian konstruksi sekat yang ada di badan kanal tidak melebihi tinggi muka
gambut atau tanggul kanal supaya menghindari terjadinya rembesan air di kiri-
kanan kanal yang berpotensi merusak struktur sekat dimasa yang akan datang.

Gambar 3.14 Ilustrasi Sekat Kanal tanpa Peluap (contoh Spillway) di Kawasan
Konservasi
Tipe Sekat Kanal
Pemantauan, pemeliharaan dan perbaikan sekat dilakukan oleh kelompok
masyarakat (KMPH), yang merupakan salah satu bagian dalam perjanjian
kerjasama pelaksanaan penyekatan parit/kanal dan pengelolaannya.
1. Jenis dan Tipe Sekat Kayu
Sekat dengan bahan konstruksi struktur/rangka utama terbuat dari kayu
(umumnya kayu bulat) terdiri dari dua jenis yaitu sekat dengan rangka satu lapis
(single sheet pile) atau juga sering disebut plank dam dan multi-lapis (multi-sheet
piles) (Stoneman dan Brooks,1997; Suryadiputra, dan lain-lain, 2005, Dohong,
2016).
a) Sekat Kayu Bulat Satu Lapis (Plank Dam)
Tipe sekat kayu bulat satu lapis (plank dam) umumnya dipakai untuk kegiatan

III-29
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

penyekatan kanal atau parit yang berdimensi kecil (lebar kanal kurang dari 2
meter), dengan debit air dan kecepatan air yang relatif sangat kecil. Sekat satu
lapis dapat dilengkapi dengan perangkat peluap/pelimpah air (spillway)
dan/atau tanpa peluap (non-spillway).

Gambar 3.15 Contoh Tipe Sekat Satu Lapis Tanpa Peluap (non-Spiilway) (Foto&
Ilustrasi : Alue Dohong

Gambar 3.16 Contoh Tipe Sekat Satu Lapis Peluap (desain : Lola C dan foto
:Alue Dohong)

b) Sekat Kayu Multi-Lapis (Multiple-sheet piles dam)


Sekat kayu dengan struktur kayu multi-lapis adalah sekat kayu (umumnya kayu
bulat) yang dibangun dengan barisan/susunan vertikal kayu bulat (lebih dari
satu susunan) dan diantara susunan barisan kayu bulat vertikal tersebut diisi
dengan karung-karung tanah atau tanah gambut matang (hemik/saprik).
Tujuan pembuatan struktur kayu multi-lapis adalah agar dapat menahan
tekanan air dan debit air yang relatif lebih besar. Tipe sekat kayu multi-lapis
umumnya dipakai untuk penyekatan kanal-kanal berdimensi besar (lebar kanal
>5 meter). Tipe sekat kayu bulat multi-lapis dapat dilengkapi dengan
perangkat peluap/pelimpah air maupun tanpa peluap. pengisian rongga

III-30
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

diantara lapisan sekat kayu direkomendasikan menggunakan tanah mineral


atau tanah gambut yang sudah matang (hemik/saprik). Tidak dianjurkan untuk
menggunakan pasir karena umumnya pasir akan terbawa arus air apabila
karung (sak) tanah pembungkusnya terkelupas dan membusuk. Di samping itu,
pasir tidak bisa dijadikan media tanam yang baik bagi tumbuhan kayu kalau di
atas sekat-sekat kayu tersebut ada perencanaan untuk dilakukan penanaman
kayu sebagai penguat. Dianjurkan sebelum karung-karung tanah diisi agar di
sepanjang dinding bagian dalam sekat kanal dua dan multi lapis dilapisi dengan
geotextile atau terpal guna mengatasi/mengurangi rembesan air melalui
karung-karung tanah yang ada.

Gambar 3.17 Contoh Desain Sekat Kayu Dua Lapis tanpa Peluap

Gambar 3.18 Contoh Desain Sekat Kayu Dua Lapis dengan Sistem Peluap

III-31
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

Gambar 3.19 Contoh Sekat Kayu Dua Lapis dengan Sistem Peluap

Gambar 3.20 Contoh Desain Sekat Kayu Multilapis tanapa Peluap

III-32
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

Gambar 3.21 Contoh Sekat Kayu Multi Lapis tanpa Peluap

2. Jenis dan Tipe Sekat Sak Tanah (Soil bags Dam)


Jenis dan tipe sekat kanal dengan karung tanah adalah sejumlah tanah
(mineral/gambut matang) yang diisi ke dalam karung-karung (goni atau plastik)
yang kemudian di dalam badan kanal sampai ketinggian tertentu dengan tujuan
untuk menghambat arus dan mempertahankan muka air. Penggunaan sekat kanal
tipe karung-karung tanah ini direkomendasikan hanya pada kanal-kanal berdimensi
kecil (<2 meter) dan dangkal.
Karung-karung tanah tersebut harus ditempatkan sampai masuk ke dalam tanah
gambut, supaya tidak terjadi gerusan gambut pada dasar kanal maupun samping
kiri dan kanan badan kanal.

III-33
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

Gambar 3.22 Contoh Jenis dan Tipe Sekat Kanal dengan Karung Tanah (soil
bags)

Gambar 3.23 Contoh Tipe Sekat Batu (Desain dan foto: Ng Kok Seng, 2011)

3. Jenis dan Tipe Sekat Batu (Stone)


Jenis dan tipe sekat batu dibangun dengan cara menempatkan batu-batu secara
lepas atau ditumpuk di atas lapisan terpal atau geotextile pada badan kanal dengan
tujuan untuk menahan aliran air keluar dan mempertahankan tinggi muka air (Ng
Kok Seng, 2011).
Jenis dan spesifikasi batu yang dipergunakan untuk bahan sekat harus disesuaikan
dengan ketersediaan batu setempat dan memenuhi standar yang diinginkan serta
mampu untuk menahan aliran air dan debit air kecil-sedang. Aplikasi sekat batu
direkomendasikan pada kanal-kanal berdimensi kecil (<2 meter) dan pada
Kawasan gambut dangkal.

III-34
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

4. Jenis dan Tipe Sekat dari Gambut yang dipadatkan (compacted peat)

Gambar 3.24 Contoh Sekat Kanal Gambut yang dipadatkan (Foto: Deltares)

Jenis dan tipe sekat yang dibangun dari gambut yang dipadatkan dibangun dengan
cara menumpukkan galian tanah gambut pada badan kanal kemudian dipadatkan
dengan menggunakan bucket excavator atau stamper atau alat pemadat lainnya,
sampai tingkat kepadatan dan kestabilan yang mampu untuk menahan arus dan
mempertahankan muka air yang diinginkan. Dimensi compacted peat harus relatif
cukup besar, proporsional dengan ukuran kanal agar konstruksinya kuat dan
mampu menahan air. Bahan tanah gambut yang dipadatkan direkemondasikan
menggunakan gambut matang (hemik/saprik) dan bukan tanah gambut yang
sudah mengalami kekeringan yang berulang karena tanah gambut yang demikian
akan menolak menyerap air (hydrophobic). Sekat dari gambut yang dipadatkan
ini diprediksikan sangat murah dan efisien karena bahan untuk sekat tersedia
setempat dan tahapan konstruksinya tidak terlalu rumit. Sekat jenis ini dapat
dibangun pada kanal-kanal berdimensi sedang hingga besar (>5 meter).

III-35
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

5. Jenis dan Tipe Sekat Beton


Jenis dan tipe sekat dari beton digunakan untuk kanal yang besar/lebar (>15
meter) pada lokasi dengan kedalaman gambut tipis-sedang dan lapisan di bawah
tanah gambut adalah mineral (alluvial), dimana daya dukung tanahnya sudah
relatif kuat untuk menahan beban struktur bangunan beton tersebut. Sekat
beton/bendung beton bertujuan untuk menahan aliran dan debit air yang relatif
besar dan mempertahankan muka air secara maksimum.
Sekat beton dapat dilengkapi dengan perangkat pengatur muka air berupa peluap
maupun tanpa peluap. Sekat beton dianjurkan dibangun pada kanal-kanal
yangberdekatan dan bermuara pada sungai atau pantai. Sekat beton memiliki
umur yang relatif lama dan daya tahan konstruksi yang kuat dibandingkan dengan
sekat kayu atau gambut yang dipadatkan, akan tetapi biaya pembangunan sekat
beton relatif mahal dan proses konstruksinya agak lebih rumit serta waktunya lebih
panjang.

Gambar 3.25 Contoh Tipe Sekat Beton yang dibangun eks PLG oleh Balai Rawa
PU (Triadi, 2015,2016)

6. Jenis dan Tipe Sekat Bronjong


Jenis dan tipe sekat bronjong dibangun dengan menumpukkan batu-batu yang
dibungkus dengan kawat bronjong (gabions atau bantalan gabion) pada badan
kanal atau saluran dengan tujuan untuk menahan aliran keluar dan menaikkan

III-36
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

muka air pada badan kanal (Ng Kok Seng, 2011). Pada dasarnya sekat bronjong
sama dengan sekat batu, perbedaannya hanya pada pembungkus berupa kawat
beronjong. Sekat bronjong dapat dilengkapi dengan perangkat pengatur muka air
berupa peluap maupun tanpa peluap sekat bronjong disarankan dibangun pada
daerah gambut dengan ketebalan tipis-sedang dengan lapisan tanah mineral
(alluvial) dimana daya dukung lahan sudah relatif kuat dan dimensi kanal/saluran
sedang-besar.
Karena sekat bronjong memiliki pori yang relatif besar (longgar) maka disarankan
agar pemasangannya dilapisi dengan lapisan kedap air (goetextile atau terpal) di
bagian hulu sekat sehingga rembesan air yang berlebihan melalui sekat bisa
diminimalisir/dicegah. Agar sekat lebih awet, batu yang digunakan sebaiknya
cenderung bulat.

Gambar 3.26 Contoh Sekat Bronjong (Foto : Ng Kok Seng, 2011)

7. Jenis dan Tipe Sekat Beton Pra-cetak (Pre-cast)


Jenis dan tipe sekat beton pra-cetak dibangun dengan beton pra-cetak yang sudah
dibuat/dicetak terlebih dahulu dan dipasang pada badan kanal/saluran yang ingin
disekat dengan tujuan untuk menahan aliran air keluar dan mempertahankan muka
air pada badan sungai sesuai dengan yang diinginkan.
Sistem penahan beton pracetak terdiri dari rangkaian beton biasa yang terhubung
dengan panel yang dibangun untuk mempertahankan dan menjaga elevasi air di
hulu. Konstruksi sistem penahan beton pracetak ini lebih cepat dan lebih mudah.
(Ng Kok Seng, 2011).

III-37
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

Gambar 3.27 Contoh Sekat Beton Pra-Cetak (Foto : Ng Kok Seng, 2011)

8. Jenis dan Tipe Sekat Pintu Air


Jenis dan tipe sekat pintu air konstruksinya berupa bangunan pintu air (beton,
baja, kayu)yang ditempatkan pada badan kanal/saluran dengan tujuan untuk
mengatur tinggi mukaair pada kanal/saluran. Muka air di dalam kanal dapat diatur
dengan cara menaikkan atau menurunkan pengatur (regulator) pintu air pada
tingkat yangdipersyaratkan/diinginkan. Pintu air merupakan struktur dari bendung
yang berfungsiuntuk mengatur, membuka, dan menutup aliran air di saluran baik
yang terbuka maupuntertutup. Pintu air dapat terbuat dari konstruksi beton, besi
atau kayu dengan pintumelintang yang dapat diangkat dengan memutar kemudi
atau sistem buka-tutupmenyerupai klep. Ukuran pintu disesuaikan dengan dimensi
atau besarnya kanal/saluran.
Pintu air juga memiliki papan kayu pada tiap sisi untuk menghentikan erosi tetapi
bagian tersebut ditanamkan pada lapisan gambut sehingga meningkatkan nilai
estetika. Pintu-pintu air harus kuat dan diikat pada dinding dan bagian bawah
kanal untuk menghindaribocor/rembesan. Untuk stabilisasi, sebagian dalam pintu
air dapat diisi dengan batu ataupintu air dapat dipadatkan.
Bagian-bagian dari pintu air terdiri dari: daun pintu (gate leaf), rangka pengatur
arahgerakan (guide frame), angker (anchorage), alat penggerak daun pintu
(D.Hoist).

III-38
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

Gambar 3.28 Contoh Tipe Sekat Pintu Air (Sumber : Saragih, 2013)

ii. Analisis Harga Satuan Pekerjaan (AHSP)


Analisis harga upah pekerja, bahan lokal dan akses mobilisasi alat dan bahan
berdasarkan data yang diperoleh dari hasil survei konstruksi. Metode analisis
yang digunakan yaitu analisis harga satuan pekerjaan (AHSP) berdasarkan
Lampiran Menteri Pekerjaan Umum danPerumahan Rakyat Republik Indonesia
Nomor 1 2022 tanggal 5 Januari 2022.
iii. Analisis Pola Pemanfaatan Kanal
Analisis pola pemanfaatan kanal dilakukan dengan metode kualitatif dekriftif
berdasarkan hasil observasi dan wawancara masyarakat sekitar. Hasil analisis
tersebut kemudian di input ke dalam Sistem Informasi Geografis (GIS).
vi. Analisis Kedalaman Air Tanah
Analisis kedalaman air tanah berdasarkan hasil survei langsung dan pengukuran
langsung di lapangan.

3.2.3.3 Analisis Hidrologi dan Hidrometri


Pengolahan dan Analisis Data
1. Hidrometri
a. Pengolahan data yang telah diperoleh, antara lain :
▪ Perhitungan kecepatan air dan debit rata-rata pada tiap lokasi pengukuran.
▪ Perhitungan taraf muka air rata-rata, maximum, beda tinggi dan taraf muka
air minimum serta tinggi muka air banjir (jika ada).
▪ Tinggi muka air ini sudah diikatkan dengan elevasi topografi (Bench Mark).
▪ Perhitungan dan pembuatan peta genangan akibat banjir.

III-39
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

▪ Perhitungan luas penampang basah pada tiap lokasi pengukuran kecepatan.


▪ Perhitungan debit run off.
▪ Kemiringan dasar kanal. Dari data yang telah diolah kemudian dibuat
gambar/grafik yang meliputi hubungan antara :
▪ Taraf muka air dan waktu.
▪ Kecepatan arus dan waktu.
▪ Debit dan waktu.
▪ Pengukuran profil kanal yang telah diikatkan dengan BM.
▪ Levelling peilschaal yang diamati ke BM terdekat.
▪ Peta lokasi pengukuran

2. Hidrologi
Analisis data hidrologi meliputi :
▪ Pengolahan data klimatologi yang meliputi anasir-anasir suhu, kelembaban
relatif, lama penyinaran matahari, kecepatan angin, curah hujan dan penguapan
(evapotranspirasi).Data yang akan diolah diambil dari stasiun pencatat iklim yang
berada di wilayah studi/terdekat atau yang berada dalam regime iklim yang sama
selama minimum 10 tahun berturut-turut.
▪ Analisis frekuensi hujan harian ekstrim.
▪ Runoff akibat hujan harian ekstrim.
▪ Distribusi frekuensi curah hujan bulanan.
▪ Perhitungan curah hujan maximum, dengan 1,2,3 harian dengan return periode
2,5,10 dan 20 th.
▪ Perhitungan debit banjir dengan return periode 2,5,10 dan 20 th.
Analisa hidrologi ini dimaksudkan untuk mendukung pekerjaan, khususnya dalam
menentukan curah hujan rencana dan karakteristik hidrologi lainnya. Data curah hujan
yang di perlukan adalah curah hujan harian dan jumlah hari hujan. Pada kegiatan ini,
data yang di kumpulkan di peroleh dari buku curah hujan yang diperoleh dari instansi
terkait.
A. Analisa Data Hilang dan Uji Konsistensi Data
Stasiun hujan kadang-kadang tidak dapat bekerja dengan baik sehingga data
curah hujan kurang lengkap. Pengisian kekosongan data hujan/analisa Data
hilang (Missing Data) tersebut dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut :

III-40
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

a. Menentukan hujan rata-rata pada stasiun terdekat, dengan stasiun hujan


yang tidak mempunyai data.
b. Faktor bobot didasarkan pada suatu nilai ratio hujan tahunan, ditentukan
dengan rumus sebagai berikut :
1 𝐴𝑛𝑥 𝐴𝑛𝑥 𝐴𝑛𝑥 𝐴𝑛𝑥
𝑃𝑥 = [𝑃𝑎 + 𝑃𝑏 + 𝑃𝑐 … . +𝑃𝑎 ]
𝑚 𝐴𝑛𝑎 𝐴𝑛𝑏 𝐴𝑛𝑐 𝐴𝑛𝑚

di mana :
PX = tinggi hujan pada stasiun yang datanya tidak lengkap (mm)
Pa, Pb, Pc = tinggi hujan pada stasiun a, b, dan c (mm)
Anx = tinggi hujan tahunan pada stasiun yang datangnya tidak
lengkap (mm)
m = banyaknya stasiun
Ana, b, c = tinggi hujan tahunan pada stasiun a, b, dan c (mm)

Selanjutnya dilakukan perhitungan Curah Hujan Areal untuk analisa lebih lanjut.
Data hujan dapat menjadi tidak konsisten yang disebabkan karena perubahan
lingkungan atau gangguan lingkungan di sekitar tempat penakar hujan dipasang
misalnya penakar hujan terlindung pohon, terletak berdekatan dengan gedung
tinggi, perubahan cara penakaran dan pencatatan, perubahan letak dan lain-lain.
Hal ini dapat menyebabkan perubahan trend semula. Hal tersebut dapat diselidiki
dengan menggunakan lengkung massa ganda.

B. Penyaringan Data (Data Screening)


Data hidrologi runtut waktu (data history), dapat diolah dan disajikan dalam
suatu distribusi (distribution) atau deret berkala (time series). Disajikan dalam
bentuk distribusi apabila data hidrologi disusun berdasarkan urutan besarnya nilai
sedangkan deret berkala (time series) disajikan secara kronologi sebagai fungsi
dari waktu dengan interval waktu yang sama. Umumnya data lapangan setelah
diolah dan disajikan dalam buku publikasi data hidrologi, merupakan data dasar
sebagai bahan untuk analisa hidrologi, data tersebut sebelum digunakan untuk
analisis hidrologi harus dilakukan pengujian yang sering disebut dengan
penyaringan data (data screening). Apabila suatu deret berkala setelah diuji
ternyata menunjukkan :

III-41
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

a. Tidak menunjukkan adanya trend


b. Stasioner, berarti varian dan rata-ratanya homogen/stabil/sama jenis
c. Bersifat acak (randomnes), independent atau tidak adanya persistensi
Maka data deret berkala tersebut selanjutnya baru disarankan dapat digunakan
untuk analisis hidrologi lanjutan, misalkan analisa peluang, dan simulasi.
Pengujian ini dimaksudkan untuk memeriksa dan memilahkan atau
mengelompokkan data yang bertujuan untuk memperoleh data hidrologi yang
cukup handal untuk analisis sehingga kesimpulan yang diperoleh cukup baik.
Dalam melaksanakan pengujian diperlukan informasi tambahan seperti
perubahan DPS atau alur sungai seperti bencana alam, atau pengaruh manusia.
Kembali pada pengertian bahwa :
1. Data tidak homogen adalah penyimpangan data dari sifat statistiknya yang
disebabkan oleh faktor alam dan pengaruh manusia.
2. Data tidak konsisten adalah penyimpangan data karena kesalahan acak dan
kesalahan sistematisnya.
Maka tahap penyaringan ini perlu pengetahuan lapangan dan informasi yang
terkait dengan data dalam deret berkala. Tahap penyaringan ini baru merupakan
penyaringan untuk data dari suatu pos hidrologi dan belum membandingkan
dengan data sejenis dari pos lain.
a. Uji Ketidakadaan Trend
Beberapa metode statistik yang dapat digunakan untuk menguji
ketidakadaan trend dalam deret berkala, diantaranya uji :
 Korelasi Peringkat Metode Spearman
Perhitungan dengan uji korelasi peringkat metode spearman
didasarkan pada nilai korelasi suatu data/variabel hidrologi, dapat
dirumuskan dengan persamaan umum :
1
6 ∑𝑛𝑖=1(𝑑𝑡)2 𝑛−2 2
𝐾𝑃 = 1 − 3
𝑑𝑎𝑛 𝑡 = 𝐾𝑃 [ ]
𝑛 −𝑛 1 − 𝐾𝑃2
di mana :
KP = koefisien korelasi peringkat spearmen
n = jumlah data
dt = Rt – Tt
Tt = peringkat dari waktu
Rt = peringkat dari variabel hidrologi dalam deret berkala

III-42
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

T = nilai distribusi t, pada derajat kebebasan (n – 2) untuk


derajat kepercayaan tertentu
Uji t digunakan untuk menetukan apakah variabel waktu dan variabel
idrologi itu saling tergantung (dependent) atau tidak tergantung
(independent).
 Mann dan Whitney
Uji Mann dan Whitney dihitung dengan persamaan umum sebagai
berikut :
𝑁1
𝑈1 = 𝑁1 . 𝑁2 + (𝑁 + 1) − 𝑅𝑚 𝑑𝑎𝑛 𝑈2 = 𝑁1 . 𝑁2 − 𝑈1
𝑁2 1

𝑁1 . 𝑁2
𝑈− 2
𝑍= 1/2
1
[12 (𝑁1 . 𝑁2 . (𝑁1 + 𝑁2 + 1]

Keterangan :
N1 = jumlah kelompok data 1
N2 = jumlah kelompok data 2
Rm = jumlah peringkat
U = nilai terkecil dari U1 dan U2
Z = nilai uji z yang tergantung dari besarnya derajat
kepercayaan
b. Uji Stasioner/Kestabilan Data
Setelah dilakukan pengujian ketidakadaan trend apabila deret berkala
tersebut tidak menunjukkan adanya trend sebelum data deret berkala
digunakan untuk analisis hidrologi lanjutan harus dilakukan uji stasioner.
Apabila menujukkan adanya trend maka data deret berkala tersebut
dilakukan analisis menurut trend yang dihasilkan. Analisis garis trend
dapat menggunakan analisis regresi. Apabila menunjukkan tidak ada garis
trend maka uji stasioner dimaksudkan untuk menguji kestabilan nilai
varian dan rata-rata berkala dari deret berkala. Pengujian deret berkala
nilai varian dapat dilakukan dengan uji- F, bila nilai variannya tidak
homogen berarti deret berkala tersebut tidak stasiuner dan tidak perlu
melakukan pengujian lanjutan. Apabila varian tersebut menujukkan

III-43
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

stasioner, maka pengujian selanjutnya adalah menguji kesetabilan nilai


rata-rata yaitu dengan menggunakan uji student-t (student-t - test).
 Uji kestabilan Varian
Persamaan umum yang dipakai untuk menghitung kestabilan varian
dengan uji F adalah sebagai berikut :
𝑛1 . 𝑆1 2 (𝑛2 − 1)
𝐹=
𝑛2 . 𝑆2 2 (𝑛1 − 1)
Keterangan :
n1 = jumlah kelompok data 1
n2 = jumlah kelompok data 2
S1 = standart deviasi 1
S2 = standart deviasi 2
 Uji Kestabilan Rata-Rata
Kestabilan rata-rata dapat dihitung dengan persamaan umum uji t,
dengan persamaan sebagai berikut :
̅̅̅̅ − 𝑋2
𝑋1 ̅̅̅̅
𝑡=
1 1 1/2
𝜎. ( + )
𝑛1 𝑛2

Dimana
1/2
𝑛1 . 𝑆1 2 + 𝑛2 . 𝑆2 2
𝜎=( )
𝑛2 + 𝑛2 − 2

Keterangan :
X1 = rata-rata jumlah kelompok data 1
X2 = rata-rata jumlah kelompok data 2
n1 = jumlah kelompok data 1
n2 = jumlah kelompok data 2
S1 = standart deviasi 1
S2 = standart deviasi 2
c. Uji Persistensi
Anggapan bahwa data berasal dari sampel acak harus diuji, yang
umumnya merupakan persyaratan dalam analisis distribusi peluang.
Persistensi (persistence) adalah ketidaktergantungan dari setiap nilai

III-44
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

dalam deret berkala. Untuk melaksanakan pengujian persistensi harus


dihitung besarnya koefisien kerelasi serial. Salah satu metode untuk
menentukan koefisien korelasi serial adalah dengan metode spearman,
yang dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
6 ∑𝑚
𝑖−1(𝑑𝑖)
2
𝐾𝑆 = 1 −
𝑚3 − 𝑚
Dan
𝑛 − 2 1/2
𝑡 = 𝐾𝑆. [ ]
1 − 𝐾𝑆 2

Keterangan :
Ks = koefisien korelasi spearman
m = N–1
N = jumlah data
di = perbedaan nilai antara peringkat kesatu dengan peringkat
berikutnya
t = nilai distribusi t, pada derajat kebebasan (m – 2) untuk derajat
kepercayaan tertentu

C. Uji Konsistensi
Data yang tidak konsisten dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain:
1. Perubahan mendadak pada sistem lingkungan hidrologis, antara lain
adanya pembangunan gedung-gedung baru, tumbuhnya pohon-pohon,
gempa bumi, gunung meletus, dan lain-lain.
2. Pemindahan alat pengukur hujan.
3. Perubahan cara pengukuran, misainya berhubungan dengan adanya alat
baru atau metode baru.
Uji konsistensi data dapat dilakukan dengan menggunakan kurva massa ganda
(double mass curve). Dengan metode ini dapat dilakukan koreksi untuk data
hujan yang tidak konsisten. Langkah yang dilakukan adalah membandingkan
harga akumulasi curah hujan tahunan pada stasiun yang diuji dengan akumulasi
curah hujan tahunan rerata dari suatu jaringan dasar stasiun hujan yang
berkesesuaian, kemudian diplotkan pada kurva. Jaringan ini dipilih dari stasiun-
stasiun hujan yang berdekatan dengan stasiun yang diuji dan memiliki kondisi

III-45
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

meteorologi yang sama dengan stasiun yang diuji (Subarkah, 1980 : 28).
Untuk memperbaiki kurva maka perlu dikalibrasi dengan faktor koreksi, sehingga
akan mempunyai kemiringan yang sama. Faktor koreksi tersebut adalah:
𝑧
∆𝑡𝑔 𝛼 =
𝑋
𝑡𝑔 𝛼𝑜 ∆ = 𝑌𝑜 /𝑋𝑜
𝑡𝑔 𝛼
𝐻𝑧 = ( ) 𝐻 ∆𝑡𝑔 𝛼
𝑡𝑔 𝛼𝑜 𝑜

Dengan:
Hz = data hujan setelah diperbaiki (mm)
Ho = data hujan hasil pengamatan (mm)
D. Hujan Wilayah
Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan rancangan pemanfaatan air
adalah curah hujan rata-rata di seluruh daerah yang bersangkutan. Stasiun-
stasiun pengamat hujan yang tersebar pada suatu daerah aliran dapat dianggap
sebagai titik (point). Tujuan mencari hujan rata-rata adalah mengubah hujan titik
(point rainfall) menjadi hujan wilayah (regional rainfall) atau mencari suatu nilai
yang dapat mewakili pada suatu daerah aliran, yaitu :
a. Cara Rata-rata Aljabar
Cara ini merupakan perhitungan rata-rata hujan secara aljabar biasa,
dengan cara menjumlahkan sesuai data yang ada dari sejumlah stasiun
hujan untuk waktu tertentu kemudian dibagi dengan jumlah stasiun
hujan tadi. Lebih jelasnya diformulasikan di bawah ini.
𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3 + … … … … … … . . +𝑅𝑁
𝑅=
𝑁
Dimana :
R1, R2, R3,..., RN = Besarnya Curah Hujan (mm),
N = Jumlah Pos Pengamatan.
b. Cara Poligon Thiessen
Metode ini dikenal juga sebagai metode rata-rata timbang (weighted
mean). Cara ini memberikan proporsi luasan daerah pengaruh pos
penakar hujan (pos pengamatan) untuk mengakomodasi
ketidakseragaman jarak. Daerah pengaruh dibentuk dengan
menggambarkan garis-garis sumbu tegak lurus terhadap garis

III-46
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

penghbung antara dua pos pengamatan terdekat. Diasumsikan bahwa


variasi hujan antara pos pengamatan yang satu dengan pos
pengamatan lainnya adalah linier dan bahwa sembarang pos
pengamatan dianggap dapat mewakili kawasan terdekat. Hasil
perhitungan dengan menggunakan metode poligon thiessen lebih akurat
dibandingkan dengan metode rata-rata aljabar. Akan tetapi penentuan
titik pengamatan akan mempengaruhi ketelitian hasil yang didapat. Cara
ini cocok untuk daerah datar dengan luas antara 500 – 5000 km2, dan
jumlah pos penakar hujan terbatas dibandingkan dengan luasnya. Jika
titik-titik di daerah pengamatan di dalam daerah itu tidak tersebar
merata, maka cara perhitungan curah hujan dilakukan dengan
memperhitungkan daerah pengaruh tiap pengamatan. Untuk lebih
jelasnya dapat diformulasikan sebagai berikut :
𝐴1 𝑅1 + 𝐴2 𝑅2 + 𝐴3 𝑅3 + … … … … … … . . +𝐴𝑁 𝑅𝑁
𝑅=
𝐴1 + 𝐴2 + 𝐴3 + … … … … … . . + 𝐴𝑁
Dimana :
R1, R2, R3,..., RN = Besarnya Curah Hujan (mm),
A1, A2, A3,..., AN = Luas Areal Pengamatan (km2)

Gambar 3.29 Penentuan Curah Hujan Representatif Cara Poligon Thiessen

c. Cara Isohyet
Metode ini merupakan metode yang paling akurat untuk menentukan
hujan rata-rata, namun diperlukan keahlian dan pengalaman. Cara ini

III-47
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

memperhitungkan secara aktual pengaruh tiap-tiap pos penakar hujan.


Peta Isohyet (tempat kedudukan yang mempunyai tinggi hujan sama)
digambar pada peta tofografi dengan perbedaan 10 mm sampai 20 mm
berdasarkan data curah hujan pada titik-titik pengamatan yang
dimaksud. Luas bagian daerah antara 2 garis isohyet yang berdekatan
diukur dengan menggunakan alat planimetri. Curah hujan daerah itu
dapat dihitung menurut persamaan berikut ini :
𝑅 +𝑅 𝑅 +𝑅 𝑅 +𝑅
𝐴1 ( 1 2 2 ) + 𝐴2 ( 2 2 3 ) + … … + 𝐴𝑛−1 ( 𝑛−12 𝑛 )
𝑅=
𝐴1 + 𝐴2 + … … + 𝐴𝑛−1
Dimana :
R1, R2, R3,..., RN = Besarnya Curah Hujan (mm),
A1, A2, A3,..., AN = Luas Areal Pengamatan (km2)
Cara ini adalah cara rasional yang terbaik jika garis-garis isohyet dapat
digambar secara teliti.

Gambar 3.30 Penentuan Curah Hujan Representatif Cara Isohyet

E. Analisis Curah Hujan Rencana


Metode yang digunakan untuk melakukan analisis curah hujan rancangan dengan
periode kala ulang tertentu adalah sebagai berikut :
1). Distribusi Gumbel Tipe I
2). Distribusi Log - Pearson Tipe III
3). Distribusi Frechet ( Gumbel Tipe II )
Berikut ini adalah uraian mengenai ketiga metode distribusi di atas.
1). Distribusi Gumbel Tipe I
Persamaan empiris untuk distribusi Gumbel Tipe I sebagai berikut :
𝑋 = 𝑋̅ + (𝑆𝑥𝐾)

III-48
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

Keterangan :
𝑋̅ = Nilai yang diharapkan terjadi untuk kala ulang tertentu (mm)
X = Nilai rata-rata hitung data X (mm)
K = Faktor frekuensi
𝑌𝑇 − 𝑌𝑛
=
𝑆𝑛
YT = Reduced mean atau nilai reduksi data dari variabel yang
diharapkan terjadi pada periode ulang tertentu
𝑇𝑟 (𝑥) − 1
= −𝐿𝑛 {−𝐿𝑛 [ ]}
𝑇𝑟 (𝑥)
Yn = Nilai rata-rata dari reduksi data, nilainya tergantung dari jumlah
data (n) dan dapat dilihat pada Tabel.
Sn = Reduced Standar Deviation yang nilainya tergantung dari
jumlah data (n) dan dapat dilihat pada Tabel.
S = Simpangan baku

∑𝑛 (𝑋𝑖 − 𝑋)2
= √ 𝑖=1
𝑛−1

n = Jumlah data
CS = koefisien kepencengan
= 1,1396
CK = koefisien kurtosis
= 5,4002

III-49
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

Tabel 3.2
Hubungan Reduksi Data Rata-Rata (Yn) dengan Jumlah Data (n)

2). Distribusi Log Pearson Tipe III


Distribusi Log Pearson Tipe III merupakan hasil transformasi dari
distribusi Pearson Tipe III dengan menggantikan data menjadi nilai
logaritmik. Persamaan distribusi Log Pearson Tipe III dapat ditulis
sebagai berikut :
𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑡 = ̅̅̅̅̅̅̅̅
𝐿𝑜𝑔 𝑋 + (𝐺 𝑥 𝑆)
Keterangan :
Xt = Besarnya curah hujan dengan periode t (mm)
̅̅̅̅̅̅̅̅
𝐿𝑜𝑔 𝑋 = Rata-rata nilai logaritma data X hasil pengamatan (mm)
K = Standar Deviasi nilai logaritma data X hasil pengamatan

∑𝑛 (𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑡 − 𝐿𝑜𝑔𝑋 2
= √ 𝑡=1
𝑛−1

𝐶𝑆 = 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑝𝑒𝑛𝑐𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛
𝑛. ∑(log 𝑋𝑡 − 𝐿𝑜𝑔 𝑋)2
=
̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
(𝑛 − 1)(𝑛 − 2)(𝑆𝑙𝑜𝑔 𝑋)3
𝐶𝐾 = 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑢𝑟𝑡𝑜𝑠𝑖𝑠

III-50
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

𝑛2 ∑(𝐿𝑜𝑔 𝑋 − ̅̅̅̅̅̅̅̅̅
𝐿𝑜𝑔 𝑋)4
=
̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
(𝑛 − 1)𝑥(𝑛 − 2)𝑥(𝑛 − 3)(𝑆𝑙𝑜𝑔 𝑋)4

3). Distribusi Frechet (Gumbel Tipe II)


Distribusi Frechet disebut juga distribusi ekstrem tipe II atau Gumbel
tipe II, dapat digunakan untuk analisis distribusi dari data hidrologi
dengan nilai ekstrem, peluang kumulatif distribusi Frechet dapat ditulis
sebagai persamaan berikut:
𝑌 = 𝑎 (log 𝑋 − 𝑋𝑜
Parameter a dan X0 dihitung dengan persamaan berikut :
1
𝐴 = (1,282)𝑥 ( )
̅̅̅̅̅̅̅̅̅
𝑆𝑙𝑜𝑔 𝑋
𝑋𝑜 = ̅̅̅̅̅̅̅̅ ̅̅̅̅̅̅̅̅̅
𝐿𝑜𝑔 𝑋 − 0,445 (𝑆𝑙𝑜𝑔 𝑋)
Keterangan :
̅̅̅̅̅̅̅̅
𝐿𝑜𝑔 𝑋 = rata-rata nilai logaritma data X hasil pengamatan
𝑋) =
̅̅̅̅̅̅̅̅̅
(𝑆𝑙𝑜𝑔 deviasi standar logaritma nilai X hasil pengamatan
Y = nilai variabel reduksi Gumbel (lihat Tabel dibawah)
Tabel 3.3
Nilai Variabel Reduksi Gumbel

III-51
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

F. Pemilihan Distribusi Dengan Uji Kecocokan


Untuk menentukan kecocokan (the goodness of fit test) distribusi frekuensi dari
sampel data terhadap fungsi distribusi peluang yang diperkirakan maka terhadap
distribusi frekuensi tersebut perlu di akukan pengujian parameter. Uji parameter
yang di gunakan yaitu :
a. Uji Chi-kuadrat (chi-square)
b. Uji Smirnov – Kolmogorof
Berikut ini adalah uraian mengenai kedua uji kecocokan distribusi di atas.
1. Uji Chi-Kuadrat (X2 test)
Uji Chi-kuadrat dimaksudkan untuk menentukan apakah persamaan
distribusi peluang yang telah dipilih dapat mewakili dari distribusi
statistik sampel data yang dianalisis. Pengambilan keputusan uji ini
menggunakan parameter X2. Parameter X2 dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut :

k
2
(EF − OF)2
x hitung = ∑
EF
i=1

Keterangan :
X2 hitung = Parameter chi-kuadrat terhitung
OF = Frekuensi pengamatan (Observed Frequency)
EF = Frekuensi teoritis (Expected Frequency)
Harga curah hujan harian maksimum Xt diplot dengan harga probabilitas
Weibull (Soetopo, 1996:12) :

𝑛
𝑆𝑛 (𝑥) = . 100 %
𝑁+1
Keterangan :
Sn (X) = Probabilitas (%)
n = Nomor urut data dari seri yang telah diurutkan
N = Jumlah total data
Hitung harga χcr dengan menentukan taraf signifikan α =5% dan
dengan derajat kebebasan yang dihitung dengan menggunakan
persamaan :
Dk = K – (P+1)

III-52
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

Keterangan :
DK = Derajat kebebasan
P = Parameter yang terikat dalam agihan frekuensi
K = Jumlah kelas distribusi
= 1 + (3.322 . log n)
Tabel 3.4
Nilai Kritis untuk Distribusi Chi-Kuadrat (Uji Satu Sisi)
Dk Derajat Kepercayaan 
0,995 0,99 0,975 0,950 0,050 0,025 0,01 0,005
1 0,0000393 0,000157 0,00098 0,00393 3,841 5,024 6,635 7,879
2
2 0,0100 0,0201 0,0506 0,103 5,991 7,378 9,210 10,597
3 0,0717 0,115 0,216 0,352 7,815 9,348 11,345 12,838
4 0,207 0,297 0,484 0,711 9,488 11,143 13,277 14,860
5 0,412 0,554 0,831 1,145 11,070 12,832 15,086 16,750
6 0,676 0,872 1,237 1,635 12,592 14,449 16,812 18,548
7 0,989 1,239 1,690 2,167 14,067 16,013 18,475 20,278
8 1,344 1,646 2,180 2,733 15,507 17,535 20,090 21,955
9 1,735 2,088 2,700 3,325 16,919 19,023 21,666 23,589
10 2,156 2,558 3,247 3,940 18,307 20,483 23,209 25,188
11 2,603 3,053 3,816 4,575 19,675 21,920 24,725 26,757
12 3,074 3,571 4,404 5,226 21,026 23,337 26,216 28,300
13 3,565 4,107 5,009 5,892 22,362 24,736 27,688 29,819
14 4,075 4,660 5,629 6,571 23,685 26,119 29,141 31,319
15 4,601 5,229 6,262 7,261 24,996 27,488 30,578 32,801
16 5,142 5,812 6,908 7,962 26,296 28,845 32,000 34,267
17 5,697 6,408 7,564 8,672 27,587 30,191 33,409 35,718
18 6,265 7,015 8,231 9,390 28,869 31,526 34,805 37,156
19 6,844 7,633 8,907 10,117 30,144 32,852 36,191 38,582
20 7,434 8,260 9,591 10,851 31,410 34,170 37,566 39,997
21 8,034 8,897 10,283 11,591 32,671 35,479 38,932 41,401
22 8,643 9,542 10,982 12,338 33,924 36,781 40,289 42,796
23 9,260 10,196 11,689 13,091 36,173 38,076 41,638 44,181
24 9,886 10,856 12,401 13,848 36,415 39,364 42,980 45,558
25 10,520 11,524 13,120 14,611 37,652 40,646 44,314 46,928
26 11,160 12,198 13,844 15,379 38,885 41,923 45,642 48,290
27 11,808 12,879 14,573 16,151 40,113 43,194 46,963 49,645
28 12,461 13,565 15,308 16,928 41,337 44,461 48,278 50,993

III-53
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

29 13,121 14,256 16,047 17,708 42,557 45,722 49,588 52,336


30 13,787 14,953 16,791 18,493 43,773 46,979 50,892 53,672

Sumber : Bonnier, 1980

2. Uji Smirnov – Kolmogorof


Uji kecocokan Smirnov-Kolmogorof, sering disebut juga uji kecocokan
non parametrik, karena pengujiannya tidak menggunakan fungsi
distribusi tertentu. Uji ini digunakan untuk menguji simpangan/selisih
terbesar antara peluang pengamatan (empiris) dengan peluang teoritis,
atau dalam bentuk persamaan dapat di tulis seperti berikut :
∆𝑚𝑎𝑘𝑠 = |𝑃𝑒 − 𝑃𝑇 |
Keterangan :
∆𝑚𝑎𝑘𝑠 = Selisih terbesar antara peluang empiris dengan teoritis
Pe = Peluang empiris, dengan menggunakan persamaan dari
Weibull:
𝑚
K = 𝑁+1

K = 1 + (3.322 . log n)
m = nomor urut kejadian, atau peringkat kejadian
N = jumlah data pengamatan
PT = peluang teoritis dari hasil penggambaran data pada kertas
distribusi (persamaan distribusinya) secara grafis, atau
menggunakan fasilitas perhitungan peluang menurut
wilayah luas dibawah kurva normal.
G. Analisis Intensitas Hujan
Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan per satuan luas waktu.
Sifat umum hujan adalah makin singkat hujan berlangsung, intensitasnya
cenderung makin tinggi dan makin besar periode ulangnya makin tinggi pula
intensitasnya. Hubungan antara intensitas, lama hujan dan frekuensi hujan
biasanya dinyatakan dalam lengkung Intensitas-Durasi-Frekuensi (IDF =
Intensity – Frequency Curve). Diperlukan data hujan jangka pendek, misalnya 5
menit, 10 menit, 30 menit, 60 menit dan jam-jaman untuk membentuk lengkung
IDF. Data hujan jenis ini dapat diperoleh dari pos penakar hujan otomatis.
Selanjutnya, berdasarkan data hujan jangka pendek tersebut lengkung IDF dapat

III-54
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

dibuat dengan satu dari beberapa persamaan berikut :


a. Rumus Talbot (1881)
Rumus ini banyak digunakan karena mudah diterapkan dan tetapan a dan
b ditentukan dengan harga-harga yang terukur.
𝑎
𝐼=
𝑡+𝑏
Dimana :
I = Intensitas Hujan (mm/jam)
t = Lamanya Hujan
a dan b = konstanta yang tergantung pada lamanya hujan yang
terjadi di DAS
[𝐼. 𝑡]𝑥[𝐼 2 ] − [𝐼 2 . 𝑡]𝑥[𝐼]
𝑎=
𝑁. [𝐼 2 ] − [𝐼][𝐼]
[𝐼]𝑥[𝐼. 𝑡] − 𝑁[𝐼 2 . 𝑡]
𝑏=
𝑁. [𝐼 2 ] − [𝐼][𝐼]
a. Rumus Sherman (1905)
Rumus ini mungkin cocok untuk jangka waktu curah hujan yang lamanya
lebih dari 2 jam.
𝑎
𝐼= 𝑛
𝑡
Dimana :
I = Intensitas Hujan (mm/jam)
t = Lamanya Hujan
n = Konstanta
[𝑙𝑜𝑔 𝐼]𝑥[(log 𝑡) 2 ] − [log 𝑡. log 𝐼]𝑥[log 𝑡]
𝑙𝑜𝑔 𝑎 =
𝑁. [(𝑙𝑜𝑔 𝑡)2 ] − [log 𝑡][log 𝑡]
[𝑙𝑜𝑔 𝐼]𝑥[log 𝑡] − 𝑁. [log 𝑡. log 𝐼]
𝑛 =
𝑁. [(𝑙𝑜𝑔 𝑡)2 ] − [log 𝑡][log 𝑡]
b. Rumus Ishiguro (1953)
𝑎
𝐼=
√𝑡 + 𝑏
Dimana :
I = Intensitas Hujan (mm/jam)
t = Lamanya Hujan
a dan b = konstanta yang tergantung pada lamanya hujan yang
terjadi di DAS

III-55
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

[𝐼. √𝑡]𝑥[𝐼 2 ] − [𝐼 2 . √𝑡]𝑥[𝐼]


𝑎=
𝑁. [𝐼 2 ] − [𝐼][𝐼]
[𝐼]𝑥[𝐼. √𝑡] − 𝑁[𝐼 2 . √𝑡]
𝑏=
𝑁. [𝐼 2 ] − [𝐼][𝐼]

Apabila data hujan jangka pendek tidak tersedia, yang ada hanya data
hujan harian, maka intensitas hujan dapat dihitung dengan rumus
Mononobe.
Untuk menentukan besarnya intensitas hujan tiap jam digunakan rumus
Mononobe sebagai berikut :
𝑅24 24 2/3
𝐼= ( )( )
24 𝑇
Dimana :
I = Intensitas Hujan (mm/jam)
t = Lamanya Hujan (jam)
R24 = Curah Hujan Maksimum Harian (Selama 24 jam) (mm)

H. Debit Rancangan
Untuk mendapatkan kapasitas saluran drainase, terlebih dahulu harus dihitung
jumlah air hujan dan jumlah air kotor atau buangan yang akan dibuang melalui
saluran drainasi tersebut. Debit rancangan adalah debit air hujan ditambah debit
air kotor.
Debit Akibat Curah Hujan
Metode yang digunakan untuk menghitung debit air hujan pada saluran-
saluran drainasi dalam studi ini adalah Metode Rasional (Subarkah,
1980:48). Rumus ini banyak digunakan untuk sungai-sungai biasa
dengan daerah pengaliran yang luas dan juga untuk perencanaan
drainasi daerah pengaliran yang sempit. Bentuk umum persamaan ini
adalah sebagai berikut:
Q = 0,278 . C . I . A
Dimana :
Q = debit banjir maksimum (m3/dt)
C = koefisien pengaliran
I = intensitas hujan rerata selama waktu tiba banjir

III-56
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

(mm/jam)
A = luas daerah pengaliran (km2)
0,278 = faktor konversi
Adapun arti dari rumus ini adalah jika terjadi curah hujan selama 1 jam
dengan intensitas I mm/jam dalam daerah seluas 1 km2, maka besarnya
debit banjir adalah 0,278 m3/det. Dimana debit banjir tersebut akan
melimpas merata selama 1 jam.
Metode Rasional dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa hujan yang
terjadi mempunyai intensitas seragam dan merata di seluruh daerah
selama paling sedikit sama dengan waktu konsentrasi (tc). Jika asumsi
ini terpenuhi maka curah hujan dan aliran permukaan tersebut dapat
digambarkan dalam grafik di bawah ini. Pada gambar d tersebut
menunjukkan bahwa hujan dengan intensitas seragam dan merata di
seluruh daerah berdurasi sama dengan waktu konsentrasi. Jika hujan
yang terjadi lamanya kurang dari tc. Maka debit puncak yang terjadi
lebih kecil dari Q q, karena seluruh daerah tidak dapat memberikan
konstribusi aliran secara bersama-sama pada titik kontrol (outlet).
Sebaliknya jika hujan yang terjadi lebih lama dari tc, maka debit puncak
aliran permukaan akan tetap sama dengan Q p.

Gambar 3.31 Hubungan curah hujan dengan aliran permukaan untuk


durasi hujan yang berbeda

Koefisien aliran permukaan (Cl). Koefisien C didefinisikan sebagai nisbah

III-57
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

antara puncak aliran permukaan terhadap intensitas hujan. Faktor ini


merupakan variabel yang paling menentukan hasil perhitungan debit
banjir. Pemilihan harga C yang tepat memerlukan pengalaman hidrologi
yang luas. Faktor utama yang mempengaruhi C adalah laju infiltrasi
tanah atau prosentase lahan kedap air, kemiringan lahan. tanaman
penutup tanah, dan intensitas hujan. Permukaan kedap air, seperti
perkerasan aspal dan atap bangunan, akan menghasilkan aliran hampir
100% setelah permukaan menjadi basah, seberapa pun kemiringannya.
Koefisien limpasan juga tergantung pada sifat dan kondisi tanah. Laju
infiltrasi menurun pada hujan yang terus menerus dan juga dipengaruhi
oleh kondisi kejenuhan air sebelumnya. Faktor lain yang mempengaruhi
nilai C adalah air tanah. derajat kepadatan tanah. porositas tanah, dan
simpanan depresi.
Koefisien pengaliran merupakan perbandingan antara jumlah air yang
mengalir di suatu daerah akibat turunnya hujan dengan jumlah air hujan
yang turun di daerah tersebut. Besarnya koefisien pengaliran berubah
dari waktu ke waktu sesuai dengan pengaruh pemanfaatan lahan dan
aliran sungai. Koefisien pengaliran pada suatu daerah dipengaruhi oleh
faktor - faktor penting (Subarkah, 1980:51), yaitu :
Keadaan hujan.
Luas dan bentuk daerah pengaliran.
Kemiringan daerah pengaliran dan kemiringan dasar sungai.
Daya infiltrasi dan daya perkolasi tanah.
Kebasahan tanah.
Suhu udara, angin dan evaporasi.
Letak daerah aliran terhadap arah angin.
Daya tampung palung sungai dan daerah sekitarnya.
Penentuan nilai koefisien pengaliran suatu daerah yang terdiri dari
beberapa jenis tata guna lahan dilakukan dengan mengambil angka
rata- rata koefisien pengaliran dari setiap tata guna lahan dengan
menghitung bobot masing-masing bagian sesuai dengan luas daerah
yang diwakilinya.
Adapun cara perhitungannya dengan menggunakan rumus sebagai

III-58
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

berikut (Suhardjono, 1984 : 23)


𝐶1 𝐴1 + 𝐶2 𝐴2 + 𝐶3 𝐴3 + … … … . . +𝐶𝑛 𝐴𝑛
𝐶𝑚 =
𝐴1 + 𝐴2 + 𝐴3 + … … … … + 𝐴𝑛

Dimana :
Cm = Koefisien pengaliran rata-rata
C1,C2,…….,Cn = Koefisien pengaliran yang sesuai kondisi
permukaan.
Daerah pengaliran (cachment area) adalah daerah tempat curah hujan
mengalir menuju saluran. Biasanya ditentukan berdasarkan perkiraan
dengan pedoman garis kontur. Luas daerah dihitung di atas peta
topografi dengan menggunakan planimeter. Jika tersedia foto udara,
penentuan luas daerah aliran akan lebih mudah dan teliti.
Luas lahan yang didrainase dimaksudkan sebagai bidang lahan yang
akan didrainasi oleh saluran drainasi. Jika suatu lahan dilayani oleh
beberapa saluran maka lahan yang ada harus dibagi bagi sesuai dengan
arah aliran air menuju saluran yang bersangkutan. Pembagian luas
lahan juga didasarkan pada kemiringan permukaan tanah dari peta
topografi dan diusahakan agar setiap bagian luas mempunyai luasan
yang hampir sama agar dimensi saluran tidak terlalu bervariasi.

3.2.3.4 Analisis Sosial Ekonomi


Analisis sosial ekonomi dilakukan dengan metode analisis kualitatif meliputi :
- Gambaran kondisi demografis (jumlah dan komposisi penduduk, pendidikan, jenis
kelamin)
- Jenis dan ragam sumber mata pencarian penduduk.
- Tingkat pendapatan penduduk
- Potensi ekonomi, kesempatan kerja dan berusaha.
- Kondisi infrastruktur ekonomi dan program pembangunan desa.
- Kondisi modal institusi dan social setempat
- Budaya dan kepercayaan setempat

III-59
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

- Kerentanan gambut dan bencana


- Persepsi masyarakat setempat terhadap restorasi gambut
- Pemetaan pemangku kepentingan
- Konflik social terkait lahan, kanal dan sumber daya alam lainnya
- Analisis kebutuhan dan harapan masyarakat.

3.2.3.5 Analisis Kedalaman Air Tanah dengan Pengeboran


Analisisi kedalaman air tanah berdasarkan hasil survei langsung dan pengukuran
langsung di lapangan. Kemudian analisis titik-titik sumur bor yang dikorelasikan dengan
debit dan kedalaman air tanah yang diperoleh dari hasil pengeboran langsung.

3.2.4 Desain
Setelah lay-out definitif ditetapkan, Konsultan akan melanjutkan kegiatan perhitungan
dan perencanaan teknis yang lebih detail. (design calculation and design drawing).

1. Perencanaan Letak Bangunan Sekat Kanal


Berdasarkan lay-out yang ada Konsultan akan melanjutkan perhitungan dan
perencanaan letak titik-titik bangunan sekat kanal dengan memperhatikan data
topografi (long dan cross), debit benjir, debit andalan, modulus drainase, serta
metode pelaksanaannya. Untuk pemodelan penentukan titik pembangunan sekat
kanal maka konsultan menggunakan Model hidraulik dengan menerapkan program
perangkat lunak HEC RAS.

Pendekatan dengan Model HEC RAS


Analisis Hidrolika akan dilakukan pada sistem pengendalian banjir secara umum yang
meliputi alur sungai/saluran dan bangunan air yang ada sebagai pengendali banjir.
Analisis akan dilakukan dengan bantuan perangkat lunak HEC-RAS. HEC-RAS
didesain untuk melakukan perhitungan pada jaringan saluran alami maupun saluran
buatan. Kunci utama pemodelan pada HEC-RAS adalah penggunaan representasi
data geometri dan perhitungan geometri serta perhitungan hidraulik berulang.
Aliran air pada saluran terbuka merupakan gejala yang rumit. Faktor-faktor yang
mempengaruhi sangat banyak seperti angin, putaran bumi, bentuk dan ukuran
geometri saluran, kekasaran saluran, kemiringan dasar saluran, dan sebagainya.
Untuk merumuskan model matematika dengan mempertimbangkan semua faktor-

III-60
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

faktor diatas adalah cukup sulit. Untuk itulah maka dapat dilakukan beberapa
penyederhanaan, misalnya dengan mengabaikan beberapa faktor yang kecil
pengaruhnya, diantaranya :
1. Persamaan aliran dirumuskan dalam satu dimensi, yaitu dalam arah aliran.
2. Kecepatan sesaat disetiap titik pada suatu irisan penampang melintang saluran
dianggap sama dengan kecepatan rata-rata.
3. Air dianggap tidak mampu mampat (incompressible flow).
4. Distribusi tekanan air yang bekerja pada irisan penampang melintang saluran
adalah tekanan hidrostatis, percepatan vertikal dianggap kecil.
5. Gesekan yang terjadi pada dinding saluran dianggap sama dengan gesekan
yang terjadi pada aliran langgeng (steady flow) dan dicari dengan hubungan
emiris dari rumus Chezy atau Manning.
6. Pengaruh angin pada gesekan permukaan diabaikan.
7. Pengaruh putaran bumi (gaya Coriolis) diabaikan.
8. Limpasan samping tegak lurus arah aliran diabaikan sehingga tidak akan
mengakibatkan tambahan momentum dalam arah aliran.
Dengan menggunakan anggapan-anggapan diatas dan menerapkan hukum
kekekalan massa dan momentum maka dapat diturunkan persamaan-persamaan
pengatur.

3.2.4.1 Persamaan Pengatur

Persamaan Kontinuitas
Persamaan kontinuitas untuk aliran tak tunak dapat disusun berdasarkan konservasi
massa dengan pendekatan ruang titik.

 

t cv
 .dV +  v.dA = 0
cs
(3.1)

Laju besaran (massa, momentum) yang masuk ruang titik – laju besaran (massa,
momentum) yang keluar ruang titik = laju kenaikan volume besaran (massa,
momentum) di dalam ruang titik.

III-61
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

t + dt

Gambar 3.32 Pendekatan Ruang Titik (Kontrol Volume)


Tinjau Ruang Titik dengan panjang x dan lebar satu satuan seperti pada gambar
3.20.

 ( uh) x   ( uh) x   ( h)


uh − + qx −  uh + = x
x 2  x 2  t

Bila persamaan diatas disederhanakan :

( h)  ( uh)
+ = q
t x

Untuk fluida tak mampu mampat, maka :

h uh
+ =q (3.2)
t x

Gambar 3.33 Ruang Titik pada Saluran

Untuk seluruh penampang saluran :

A Q
+ =q (3.3)
t x

III-62
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

A h
Jika, =B dan q = 0
t t

h Q
maka : B + =0 (3.4)
t x

3.2.4.2 Persamaan Momentum


Persamaan momentum diturunkan dari konsep konservasi momentum, dimana Laju
netto momentum yang masuk RT + Jumlah gaya-gaya yang beraksi pada RT = Laju
akumulasi momentum di dalam RT.

Tinjau RT persatuan lebar :

Laju netto momentum dalam arah aliran : A1


A1 = u( uh) − u( uh) x − u( uh) −  u( uh) x = −  ( u 2 h)
x 2 x 2 x

Untuk seluruh penampang saluran :

  Q2 
A1 = −    (3.5)
x  A 

dimana :

u
2
dA
= (3.6)
u2 A

Koefisien momentum digunakan karena ketidakseragaman kecepatan diseluruh


penampang. Harga  tergantung pada bentuk penampang saluran. Saluran prismatis
lurus digunakan 1,01<<1.20.

Untuk saluran yang tersusun dengan kekasaran yang berbeda, harga  dapat dihitung
sbg :

N 2
K
A i
i =1 Ai
= 2
(3.7)
 N 
  Ki 
 i =1 

III-63
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

2/3
Ai Ri
Ki = (jika digunakan persamaan Manning)
ni

Ai = penampang bagian I

Ri = jari-jari hidrolik penampang I

N
A =  Ai
i =1

A1 A3

Gambar 3.34 Potongan Penampang Tersusun

Laju akumulasi momentum pada RT = A2


A2 =  (uh )x
t

Untuk seluruh penampang saluran

Q
A2 =  x (3.8)
t

Gaya-gaya yang bekerja pada RT :

1. Gaya gravitasi (berat sendiri); Fg


Komponen gaya berat yang berpengaruh adalah komponen dalam arah aliran,
yaitu :

Fg = W sin  = ghx sin  = ghSo x

Untuk seluruh penampang :

Fg = gASo x (3.9)

III-64
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

FP1 FP2
Gambar 3.35 Gaya yang Bekerja pada Ruang Titik

2. Gaya hidrostatik ; Fp
❑ Akibat terjadinya perbedaan tinggi muka air, Fp1
❑ Akibat terjadinya perbedaan rapat massa, Fp2
Akibat Perbedaan Tinggi Muka Air :
F p
Selisih gaya hidrostatis ; F p1 − F p 2 ' = − x
'

x

h h
F p ' =  p( z )dz = g   (h − z )dz
0 0

Untuk seluruh penampang :

h h
F p ' =  pdz =  g (h − z ) ( z )dz
0 0

Fp ' 
h

x
= 
x 0
g (h − z ) ( z )dz = gI
x

Dengan menggunakan aturan Leibniz :

III-65
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

 ( x)  ( x)
   ( x)  ( x)
 F ( x, y )dy =  F ( x, y)dy + F ( x,  ( x) ) −F ( x, ( x) )
x  ( x )  ( x)
x x x

F p ' h

= gx  (h − z ) ( z )dz
x 0
x

h h
 ( z)
= gx 
x 0
 ( z )dz + gx  (h − z )
0
 x
dz

h
= gxA (3.10)
x

Gambar 3.36 Tekanan Hidrostatis pada Penampang

Selisih gaya hidrostatis akibat perbedaan rapat massa (pengaruh salinitas atau
sedimen) :

F
2

− Fp 2 − p x
2 2
F
x
p1

Fp  s
2 h

x 0
= gx (h − z ) ( z )dz
x

 s =  + as a = 0,075

s = salinitas %o

 (h − z ) ( z )dz
0
= Statis momen penampang saluran = luas penampang A x

jarak titik berat penampang ke permukaan air , Rg . Harga

III-66
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

Rg biasanya dapat dianggap sama dengan setengah dari


jari-jari hidrolis penampang R.
Fp AR  s
2

=g x (3.11)
x 2 x

3. Gaya gesekan : (Untuk seluruh penampang)


Fs = gAS f x

Sf = kemiringan energi yang harganya dapat dicari dari hubungan empiris (Chezy
atau Manning)

2
 nu 
S f =  2/3 
R 

atau :

Q2 R1 / 6
Sf = C=
A2C 2 R n

Gaya geser selalu berlawanan arah aliran :

QQ
Fs = − gA x (3.12)
A2C 2 R

Memasukkan semua komponen Gaya dan momentum memberikan persamaan


momentum :

Q   Q 2  h gAR  s
+    + gA + − gA( S o + S f ) = 0
t x  A  x 2  x

Q   Q 2  h gAR  s QQ
+    + gA + − gAS o + g 2 = 0 (3.13)
t x  A  x 2  x AC R

Untuk fluida dengan kerapatan yang sama maka persamaan (3.10) menjadi :

Q   Q 2  h QQ
+    + gA − gASo + g =0 (3.14)
t x  A  x AC 2 R

Persamaan (3.11) dapat juga ditulis dalam bentuk sebagai berikut :

III-67
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

Q   Q2  QQ
+  gI +   − gAS o + g =0 (3.15)
t x  A AC 2 R

2. Perencanaan Bangunan Air/Sekat Kanal.

Bangunan air/sekat kanal akan direncanakan sesuai dengan kebutuhan dan


berfungsi sbb :
▪ Sebagai bangunan untuk pembasahan lahan gambut.
▪ Untuk menjaga dan mempertahankan agar tinggi muka air didalam sistem sesuai
dengan Rencana Pengelolaan Air (Water Management Plan). Perhitungan sekat
kanal ini meliputi faktor-faktor berikut :
 Ukuran bangunan yang diperlukan.

 Bahan yang dipakai.

 Kekuatan.

 Stabilitas.

Untuk kelengkapan design, Konsultan akan menyiapkan :


▪ Gambar detail bangunan air.
▪ Untuk bangunan yang sama, disajikan tabel tipikal bangunan air disertai dengan
dimensinya.
▪ Peta lokasi/posisi bangunan-bangunan yang direncanakan.
Beberapa langkah yang akan dilakukan untuk mendasari kegiatan tersebut adalah
dengan membuat:
▪ Peta lokasi penempatan dari bangunan yang dikehendaki.
▪ Membuat tipikal bangunan air yang diperlukan disertai dengan dimensinya.
▪ Membuat kriteria dan fungsi dari bangunan yang direncanakan.
Semua bangunan di atas dibuat dengan ketentuan yang memenuhi kriteria:
▪ Ukuran dimensi yang diperlukan.
▪ Pemilihan bahan bangunan.
▪ Stabilitas dan kekuatan bangunan

Sebelum melangkah pada penjelasan persamaan matematika yang digunakan dalam


menentukan dimensi pintu sorong, berikut disampaikan kelebihan dan kelemahan
pintu sorong.
Kelebihan pintu sorong ini adalah:

III-68
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

▪ tinggi muka air di hulu dapat dikontrol dengan tepat.


▪ pintu bilas kuat dan sederhana.
▪ kecepatan aliran dan muka air hulu dapat dikontrol dengan baik jika aliran
moduler.
Persamaan yang digunakan dalam menghitung debit pada pintu sorong adalah
sebagai berikut:

2 2
Q = C d .Cv
1.5
g .b.h1
3 3

dimana

Q = debit, m3/det

Cd = koefisien debit

Cv = koefisien kecepatan datang

g= percepatan grafitasi, m/det2 ( 9,81)

b= lebar normal, m

h1 = kedalaman air di atas pintu, m

Cv = 1,0 untuk aliran di atas potongan segi empat dimana kecepatan datang
tidak dihitung.

Cd = Nilainya dapat dilihat dari grafik pada Gambar 6.1 pada KP 04. Nilai Cd
bergantung pada nilai H1/L.

h1  H1, jika h1/( h1+ p1)<0,35.

2
v1
b
2g

H1 h1

p1

6) L
Gambar 3.37 Sketsa pintu sorong saat terluapi air.

III-69
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

Gambar 3.38 Aliran di bawah pintu sorong dengan bukaan penuh.

Q = Cd .b.h 2 g
dimana
Q = debit, m3/det
Cd = koefisien debit ( 1,05)
b = lebar pintu, m
h = kedalaman air, m
g = percepatan grafitasi, m/det2 ( 9,81)

b
2 aliran tak tenggelam
v1
2g aliran tenggelam

H1 h1 h2
a h2

amaks variabel

Gambar 3.39 Aliran di bawah pintu sorong dengan dasar rata.

Q = K ..a.b 2 g.h1

dimana

Q = debit, m3/det

K = faktor aliran tenggelam

 = koefisien debit

III-70
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

a = bukaan pintu, m

b = lebar pintu, m

g = percepatan grafitasi, m/det2 ( 9,81)

h1 = kedalaman air di depan pintu di atas ambang, m

b = lebar standar pintu undersluice adalah 0,50, 0,75, 1,00, 1,25 dan 1,50
m. Kedua ukuran yang terakhir memerlukan dua stang pengangkat.

K = Nilainya dapat dilihat dari grafik pada Gambar 6.3 pada KP 04 dimana
bergantung nilai h1/a dan h2/a.

 = Nilainya dapat dilihat dari grafik pada Gambar 6.4 pada KP 04 dimana
bergantung nilai h1/a.

3.2.5. Dokumen Tender


Setelah persetujuan atas desain rinci, konsultan akan menyiapkan dokumen tender
untuk paket-paket konstruksi sebagaimana ditunjukkan oleh Direksi. Penyiapan
dokumen tender terdiri dari kegiatan-kegiatan berikut :

▪ Menentukan ukuran, jumlah dan jenis paket konstruksi (lelang lokal, LCB/lelang
internasional ICB).
▪ Kondisi umum kontrak sesuai dengan standar PU.
▪ Penyusunan spesifikasi teknik pekerjaan.
▪ Penentuan volume / kwantitas pekerjaan (B.O.Q).
▪ Pengurutan dan Penjadwalan pekerjaan secara tentatif.
▪ Perkiraan biaya konstruksi.
▪ Penyusunan gambar - gambar tender.

3.2.6 Spesifikasi Teknis.


Bangunan-bangunan yang sudah didesain akan dilengkapi dengan spesifikasi teknis
untuk dipakai sebagai pedoman pelaksanaan selama konstruksi.

3.2.7. Gambar-gambar.
Gambar-gambar desain, berikut peta dasar yang dipakai dalam perencanaan akan dibuat
dengan jelas dan rinci dengan tingkat ketelitian yang diperlukan untuk pelaksanaan.

III-71
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat

3.2.8. Perkiraan Volume Pekerjaan dan Estimasi Biaya


Kosultan akan menghitung perkiraan volume dari pekerjaan secara keseluruhan, berikut
perhitungan harga satuan (unit price) tiap-tiap komponen dan menyusun Engineering
Cost Estimate keseluruhan komponen.

III-72

Anda mungkin juga menyukai