BAB I
PENDAHULUAN
Pada tahun 2015, Indonesia mengalami kebakaran hutan dan lahan yang sangat besar.
Diperkirakan seluas 2,6 juta hektar hutan dan lahan terbakar pada periode Juni-Oktober
2015. Dari 2,6 juta hektar hutan dan lahan terbakar, lebih dari setengahnya terjadi di
areal gambut yang terkonsentrasi di wilayah Sumatera Selatan (608.000 hektar),
Kalimantan Tengah (429.000 hektar), Kalimantan Timur (388.000 hektar), Kalimantan
Selantan (292.000 hektar), Papua (268.000 hektar), Kalimantan Barat (178.000 hektar),
Riau (139.00 hektar0, Jambi (123.000 hektar0 dan wilayah lainnya (186.000 hektar).
Guna percepatan pemulihan Kawasan dan pengembalian fungsi hidrolis gambut akibat
kebakaran hutan dan lahan secara khusus, sistematis, terarah, terpadu dan menyeluruh
maka dibentuk Badan Restorasi Gambut (BRG) melalui Peraturan Presiden Nomor 1
tahun 2016. BRG memiliki tugas pokok dan fungsi mengkoordinasi dan memfasilitasi
restoraai gambut di 7 (tujuh) provinsi, yaitu Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan
Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Papua, dengan target seluas 2 juta
hektar dalam periode tahun 2016-2020.
Didalam mengimplementasikan kegiatan restorasi gambut, BRG menetapkan 3 (tiga)
pendekatan pokok yaitu Pembasahan Gambut (Peat Rewetting), Revegetasi
(Revegetation), dan Revitalisasi Sumber Mata Pencaharian (Revitalization of local
livelihoods). Ketika pendekatan ini lebih dikenal sebagai pendekatan 3R. Kegiatan
pembasahan gambut (Peat Rewetting) dilaksanakan melalui pembangunan infrastruktur
pembasahan gambut seperti sekat kanal (canal blocking), penimbunan kanal (canal
backfilling) dan sumur bor (deep wells), sedangkan kegiatan revegetasi (Revegetation)
meliputi kegiatan persemaian, pengembangan bank benih, kegiatan penanaman dan
regenerasi alami. Sementara itu kegiatan revitalisasi sumber mata pencarian meliputi
berbasisi lahan (land-based livelihood activities) dan berbasis air (waterbased livelihood)
seperti pertanian tanpa bakar, paludiculture, peternakan, perikanan, budidaya lebah
madu dan lain-lain.
1.2.1. Maksud
Maksud kegiatan ini adalah tersedianya Dokumen SID dan DED Infrastruktur
Pembasahan Gambut yang meliputi
1. Penyajian data dan informasi biofisik, hidrologi, jaringan drainase (panjang, lebar
dan dalam), social ekonomi dan kondisi eksisting sekat kanal, sumur bor dan/atau
Penimbunan Kanal yang telah ada;
2. Gambar teknis, Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan spesifikasi teknis
pembangunan infrastruktur pembasahan gambut, jumlah unit dan titik koordinat
Lokasi Rencana Pembangunan Sekat Kanal;
3. Peta jumlah unit dan titik Koordinat Pembangunan Infrastruktur Pembasahan
Gambut (PIPG) berupa sekat kanal, sumur bor dan atau penimbunan kanal;
4. Peta Lokasi Pembangunan PIPG (sekat kanal, sumur bor dan atau penimbunan
kanal) sesuai kriteria yang telah ditetapkan.
1.2.2. Tujuannya
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menyusun dokumen perencanaan SID dan DED
Infrastruktur Pembasahan Gambut untuk pembangunan infrastruktur pembasahan
gambut (sekat kanal, sumur bor, dan/atau penimbunan kanal) di Provinsi Kalimantan
Barat.
1.3. Sasaran
Sasaran dari pelaksanaan SID dan DED infrastruktur Pembasahan Gambut adalah
terwujudkan suatu perencanaan pembasahan gambut yang komprehensif efektif dan
efisien, serta memenuhi kaidah kelayakan teknis di Provinsi Kalimantan Barat. Selain itu
sasaran kegiatan ini adalah untuk menghasilkan dokumen SID dan DED yang dijadikan
acuan penyusunan anggaran dan tahapan pelaksanaan pembangunan.
Lingkup Kegiatan :
1) Pekerjaan Persiapan
a) Persiapan Administrasi, Personil, Peralatan dan Program Kerja
b) Pengumpulan Data Sekunder dan Desk Studi
c) Observasi dan Identifikasi Lokasi Studi (Survei Pendahuluan)
d) Menyusun Program Mutu
2) Pelaksanaan Pekerjaan Lapangan
a) Survei Topografi
Ruang lingkup Survei topografi
- Pengukuran dilakukan dengan GNSS Geodetik metode Real-Time
Kinematik (RTK).
- Pengukuran yang dilakukan berupa pengukuran situasi, pengukuran
memanjang, melintang kanal. Pengukuran site survei dilakukan dengan
penambahan pengukuran ke arah samping kanan dan kiri kanal minimal
20 m dari tepi kanal
- Pemasangan Bench Mark (BM), jumlah BM direncanakan 21 (dua puluh
satu) buah dengan interval maksimal setiap 10 km.
- Pembuatan pra layout
- Pengukuran dan penggambaran profil saluran kanal : peta ikhtisar/umum
dengan skala 1 : 5.000, Peta bangunan air eksisting (jika ada) skala 1 :
5.000, Gambar penampang memanjang kanal, gambar penampang
melintang.
- Kegiatan pengukuran topografi disertakan dengan pengambilan
dokumentasi kondisi kanal setiap interval 100 m dengan menggunakan
formulir/aplikasi yagn disediakan oleh pejabat penandatangan kontrak
b) Survei Konstruksi
- Sekat Kanal
Kegiatan survei Kontruksi antara lain :
• Identifikasi pemanfaatan kanal oleh masyarakat sekitar
• Survei harga upah pekerjan dan harga bahan, ketersediaan bahan
baku, Analisa akses mobiliasis alat dan bahan ke lokasi pekerjaan
konstruksi dan dituangkan dalam formulir hasil survei.
- Sumur Bor
Pengujian pengeboran sumur bor dilakukan dengan tahapan:
• Penentuan titik lokasi uji coba (harus mendapat persetujuan dari
Pejabat Penandatangan Kontrak)
• Pengboran lokasi sampling untuk mengetahui kedalaman air tanah,
debit air dan lapisan tanah
• Perekaman data sampling kedalam tabel, log bor dan peta
• Penggamabaran As Built Drawing Sumur Bor Uji sesuai dengan hasil
pembangunan
c) Survei Hidrologi dan Hidrometri meliputi pengumpulan data curah hujan dan
iklim dan pengukuran dilapangan .
d) Survei Penyelidikan Tanah dilakukan sebanyak 82 titik
e) Survei Sosial Ekonomi
3) Analisis Data Survei
a) Analisis dan penggambaran hasil survei topografi
b) Analisis hasil survei konstruksi
c) Analisis hasil survei hidrologi dan hidrometri
d) Analisis hasil penyelidikan tanah
e) Analisis hasil survei sosial ekonomi
4) Pembuatan Detailed Engineering Design (DED)
Meliputi perencanaan gambar desain IPG, Rencana Anggaran Biaya dan Spesifikasi
Teknis.
5) Penyusunan Laporan
a) Laporan Program Mutu Kerja
b) Laporan Pendahuluan
c) Laporan Antara
d) Draft Laporan Akhir
e) Laporan Akhir
f) Laporan Ringkas
g) Laporan Pendukung
- Laporan Pertemuan Konsultansi Masyarakat
- Laporan Topografi
- Laporan Penyelidikan Tanah
- Laporan Hidrologi dan Hidrometri
- Laporan RAB
- Laporan Sosial Ekonomi
- Buku Ukur
- Laporan Spesifikasi Teknis dan Dokumen Tender
- Album Dokumentasi
- Album gambar
h) SSD 1 TB (Isi Softfile)
6) Pertemuan Konsultasi Masyarakat
7) Diskusi
a) Diskusi Laporan Pendahuluan
b) Diskusi Laporan Antara
c) Diskusi Laporan Akhir
1.5. Keluaran
Keluaran dari kegiatan Penyusunan SID dan DED Pembasahan Gambut Provinsi
Kalimantan Barat sebagai berikut :
A. Survei Investigasi dan Desain
1. Data Peta
a. Peta Ikhtisar/umum dengan skala 1 : 5.000
b. Peta situasi lengkap dengan skala 1 : 5.000 yang memuat :
- batas desa/kecamatan definitive,
- batas kawasan hutan,
- izin (konsesi),
- daerah irigasi rawa (DIR),
- jalan,
- bangunan air eksisting (apabila ada),
- kanal/sungai, dan
- informasi lainnya
c. Peta jaringan kanal lengkap dengan titik definitif rencana pembangunan IPG
(termasuk rotasi dan atribut yang melekat) yang dilengkapi dengan kontur
hasil pengukuran dengan CI (control interval) 0,4 meter
d. Peta Lokasi uji sumur bor sederhana dan titik definitive lokasi rencana
pembangunan sumur bor.
2. Data Perencanaan
a. Daftar harga upah dan bahan/material (barang dan jasa) di lokasi
b. Tabulasi data survei dan pengukuran
c. Tabel jumlah unit, tipe konstruksi dan titik koordinat lokasi rencana
pembangunan sekat kanal, sumur bor dan/atau penimbunan kanal.
3. Dokumen lainnya
a. Hasil analisis survei topografi, konstruksi, hidrologi dan hidrometri,
penyelidikan tanah, social dan ekonomi.
b. Informasi jaringan kanal (kanal yang sudah terbangun, pemanfaatan,
kelompok masyarakat terdampak, penerimaaa atau penolakan rencana
pembangunan, dimensi kanal).
c. Persepsi terhadap rencana restorasi gambut khususnya rencana
pembangunan sekat kanal, sumur bor dan penimbunan.
d. Pengamanan dampak lingkungan dan social.
e. Potensi kegiatan revitalisasi ekonomi masyarakat
f. Formulir deskripsi kanal yang mewakili setiap kanal pada bagian hulu,
tengah dan hilir.
Lokasi pekerjaan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut Provinsi Kalimantan
Barat ini berada di KHG Sungai Durian-Sungai Kualan Kabupaten Kayong Utara, KHG
Sungai Pawan-Sungai Kepulu dan KHG Sungai Kepulu-Sungai Pesaguan Kabupaten
Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat.
Gambar 1.1 Lokasi Pekerjaan KHG Sungai Durian-Sungai Kualan Provinsi Kalimantan
Barat
Gambar 1.2 Lokasi Pekerjaan KHG Sungai Pawan- Sungai Kepulu Provinsi Kalimantan
Barat
Gambar 1.3 Lokasi Pekerjaan KHG Sungai Kepulu- Sungai Pesaguan Provinsi
Kalimantan Barat
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI KHG
2.1 Gambaran Umum KHG Sungai Durian-Sungai Kualan
2.1.1 Letak dan Luas
KHG Sungai Durian - Sungai Kualan memiliki luas 155.106 Ha, dengan luas gambut
24.724 ha. Luas target restorasi pada KHG Sungai Durian-Sungai Kualan seluas 5.083
Ha dengan rincian pada gambut bekas terbakar seluas 1.043 Ha, gambut lindung
berkanal seluas 4.037 Ha, dan kerusakan RPPEG seluas 3 Ha sebagaimana dapat dilihat
pada gambar. 2.1
Secara Administrasi lokasi KHG Sungai Durian-Sungai Kualan masuk kedalam wilayah
administrasi Kecamatan Seponti dan Kecamatan Teluk Batang Kabupaten Kayong Utara.
II-1
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
Desa yang termasuk Kawasan KHG S.Durian-S. Kualan pada Kecamatan Seponti adalah
Desa Seponti Jaya, Desa Telaga Arum, Desa Sungai Sepeti. Sedangkan pada Kecamatan
Teluk Batang desa yang termasuk adalah Desa Banyu Abang.
Secara geografis Kecamatan Seponti terletak diantara 0043’19” Lintang Selatan serta
00056’06” Lintang Selatan dan 109044’55” Bujur Timur serta 110006’35” Bujur Timur.
Secara administratif, batas wilayah Kecamatan Seponti adalah :
Tabel 2.1 Batas Wilayah Administrasi Kecamatan Seponti
Secara geografis Kecamatan Teluk Batang terletak diantara 00054’10” Lintang Selatan
serta 10003’24” Lintang Selatan dan 109043’35” Bujur Timur serta 109053’49” Bujur
Timur. Secara administratif, batas wilayah Kecamatan Teluk Batang adalah :
Tabel 2.2 Batas Wilayah Administrasi Kecamatan Teluk
Batang
Luas Kecamatan Seponti Adalah 417,74 km2 atau sekitar 9,14 persen dari luas wilayah
Kabupaten Kayong Utara. Kecamatan Seponti terbagi menjadi 6 (Enam) Desa. Desa
terluas adalah Desa Sebatang dengan luas 218,78 km2 atau 52,37 persen sedangkan
yang terkecil adalah Desa Wonorejo dengan luas sebesar 17,05 km2 atau 4,04 persen
dari luas wilayah Kecamatan Seponti.
II-2
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
Luas Kecamatan Teluk Batang adalah 213,82 km2 atau sekitar 4,68 persen dari luas
wilayah Kabupaten Kayong Utara. Kecamatan Teluk Batang terbagi menjadi 7 (tujuh)
Desa. Desa terluas adalah Desa Sungai Paduan dengan luas 80,99 km2 atau 37,88 persen
sedangkan yang terkecil adalah Desa Teluk Batang Selatan dengan luas sebesar 6,69
km2 atau 3,13 persen dari luas wilayah Kecamatan Teluk Batang.
II-3
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
Pencapaian lokasi KHG Sungai Durian-Sungai Kualan Komplek dapat dicapai dari Ibukota
Provinsi Kalimantan Barat, Kota Pontianak, dengan menggunakan beberapa alternatif
moda transportasi.
(Moda Transportasi Udara dan Darat)
(Pontianak - Kota Ketapang – Teluk Batang (Kabupaten Kayong Utara) - Lokasi Studi)
Jalur ini ditempuh melalui transportasi udara dari Pontianak ke Kota Ketapang, dengan
waktu tempuh 0,50 jam, dilanjutkan menggunakan jalur darat menuju Kota Kecamatan
Teluk Batang di Kabupaten Kayong Utara, dan ke lokasi pekerjaan di Kecamatan Teluk
Batang.
Moda transportasi perjalanan dengan speed boat - melalui jalur Rasau Jaya-Sungai
Kubu-Batu Ampar-Seponti Jaya dengan lama perjalanan air adalah sekitar 4 jam.
Berdasarkan realisasi penggunaan lahan, lahan sawah di Kabupaten Kayong Utara terdiri
dari lahan sawah ditanami padi dan lahan sawah ditanami tanaman selain padi. Pada
tahun 2019, luas lahan sawah di Kabupaten Kayong Utara seluruhnya berjumlah 31.075
hektar. Jumlah tersebut terdiri dari lahan sawah yang ditanami padi satu kali setahun
seluas8.887 hektar, ditanami padi dua kali setahun seluas 3.072 hektar dan ditanami
padi tiga kali setahun seluas 75 hektar. Adapun luas lahan sawah yang ditanami tanaman
bukan padi adalah seluas 486 hektar dan yang tidak ditanami apapun seluas 18.555
hektar.
Jika dibandingkan dengan tahun 2018, luas lahan sawah di Kabupaten Kayong Utara
pada tahun 2019 tidak mengalami perubahan yaitu seluas 31.075 hektar. Secara
keseluruhan, luas lahan sawah di Kabupaten Kayong Utara tidak mengalami perubahan
semenjak tahun 2013. Akan tetapi, jika dilihat berdasarkan penggunaannya, pada tahun
2019 luas lahan yang ditanami padi mengalami penurunan.
II-4
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
Berdasarkan jenis pengairannya, sekitar 93,16 persen lahan sawah di Kabupaten Kayong
Utara pada tahun 2020 merupakan lahan sawah rawa pasang surut. Luas lahan sawah
rawa pasang surut tersebut adalah sebesar 28.950 hektar. Sedangkan yang paling kecil
proporsinya adalah lahan sawah irigasi, yaitu sebesar 2.125 hektar atau sekitar 6,84
persen dari total seluruh lahan sawah di Kabupaten Kayong Utara. Sementara itu, lahan
sawah dengan jenis pengairan Rawa Lebak tidak ditemukan di wilayah Kabupaten
Kayong Utara.
Di Kabupaten Kayong Utara, lahan sawah dengan jenis pengairan sistem irigasi hanya
dijumpai di Kecamatan Sukadana. Di kecamatan lain, seperti Kecamatan Simpang Hilir,
Kecamatan Teluk Batang, Kecamatan Seponti dan Kecamatan Pulau Maya lahan sawah
yang ada belum memperoleh pengairan dari sistem irigasi. Oleh karena itu, untuk
mencukupi kebutuhan air di sawah, para petani mengandalkan curah hujan sebagai
sistem pengairannya.
Pul
Gambar 2.2 Luas Lahan Sawah Menurut Kecamatan di Kab. Kayong Utara 2020
(Hektar)
II-5
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
Tabel 2.6 Luas Lahan Sawah Rawa Pasang Surut Menurut Kecamatan dan
Penggunaan di Kabupaten Kayong Utara Tahun 2020 (Hektar)
Penggunaan Lahan Sawah
Kecamatan Ditanami Tidak Jumlah
Ditanami
Tanaman Ditanami
Padi
Lainnya Apapun
Pulau Maya 2 267 - 6 133 8 400
Kep. Karimata - - - -
Sukadana 942 - 2 749 3 691
Simpang Hilir 2 659 223 4 059 6 941
Teluk Batang 1 135 - 2 263 3 398
Seponti 2 906 263 3 351 6 520
Kayong Utara 9 909 486 18 555 28 950
Sumber : Statistik Penggunaan Lahan Kabupaten Kayong Utara Tahun 2020
Lahan rawa pasang surut di Kabupaten Kayong Utara yang dimanfaatkan Penduduk
sebagai usahatani padi sawah terluas berada di Kecamatan Seponti (1.906 ha).
Tabel 2.7 Luas Lahan Sawah Rawa Pasang Surut yang Ditanami Padi Menurut
Kecamatan dan Frekuensi Penanaman di Kabupaten Kayong Utara
Tahun 2020 (Hektar)
II-6
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
Tabel 2.8 Dimensi saluran jaringan tata air di kawasan I/II tahun
1983/1984
Panjang Saluran (m) Lebar Lebar Kedalaman
Nama
Atas Bawah Saluran
Saluran Desain Pelaksanaan (m) (m) (m)
Primer A 600 600 19,00 11,00 3,00
Primer B 2.000 2.200 14,00 6,00 2,50
Sekunder A 2.800 2.400 10,00 4,00 2,00
Sekunder B 4.120 4.200 13,00 7,00 2,00
Sekunder C 4.480 4.200 8,00 4,00 1,50
Tersier 82.000 82.000 2,00 1,00 0,75
Jaringan tata air di Kawasan I/III dibangun secara bertahap pada tahun 1981/1982
dilakukan pembangunan untuk saluran sekunder A, sekunder B, dan tersier. Dan pada
tahun 1985/1986 dilakukan pembaunan pintu air tersier dan tanggul air asin. Pada saat
itu, pembangunan dilakukan pada lahan seluas 1.140 ha. Dimensi desain dan
pelaksanaan jaringan tata air pada kawasan I/III dipaparkan pada Tabel berikut ini.
Studi Literatur
Studi tahun 2012 Detail Desain Pengembangan Jaringan Reklamasi Rawa D.R
Teluk Batang Kabupaten Kayong Utara (Tahap 1). PT. Wiranta Bhuana Raya)
Data Geometri.
Data geometri yang dibutuhkan adalah
II-7
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
1. Skema jaringan saluran. Skema jaringan saluran yang digunakan adalah skema
jaringan tata air eksisting dengan adanya perubahan pada beberapa saluran.
2. Penampang saluran. Data penampang yang dimasukan ke dalam simulasi adalah data
penampang melintang saluran (cross section) rencana, yang terdiri dari data elevasi
dasar dan tebing saluran serta jarak horizontal dari setiap titik stasiun. Pada
penampang saluran yang digunakan adalah dimensi saluran rencana (Tabel 2.10).
3. Kekasaran material dan saluran. Kekasaran material dasar sangat mempengaruhi
kecepatan aliran air pada saluran, kekasaran material dasar ini direpresentasikan oleh
nilai koefisien kekasaran. Nilai kekasaran saluran tidak hanya ditentukan oleh satu
faktor, melainkan oleh kombinasi dari beberapa faktor. Diantara faktor-faktor tersebut
ialah butir-butir material penyusun keliling basah saluran, jenis tumbuhan yang
terdapat pada saluran, ketidakberaturan penampang sungai, dan trase saluran.
4. Koefisien kontraksi dan ekspansi. Sama halnya dengan nilai kekasaran material dasar
saluran, nilai koefisien kontraksi dan ekspansi juga dimasukan pada saat memasukan
data penampang melintang saluran. Koefisien kontraksi dan ekspansi merupakan
koefisien mengkondisikan besarnya kehilangan energi (energy loss) pada simulasi
saluaran. Kehilangan energi pada saluran akibat adanya kontraksi dan ekspansi aliran
biasanya terjadi pada ruas saluran yang memiliki karakteristik penampang yang
berbeda.
Tabel 2.10 Dimensi saluran rencana
2.1.4 Hidrologi
A. Sistem Sungai
Sistem hidrologi wilayah Kabupaten Kayong Utara berupa sungai-sungai besar yang
sebagian membentuk anak sungai pada bagian hulu dan aliran sungai yang
menghubungkan kawasan gambut ataupun rawa-rawa. Di Kabupaten Kayong Utara
terdapat danau besar yakni Danau Najam. Sedangkan sungai besar adalah Sungai
Simpang, Sungai Paduan, Sungai Siduk dan Rantau Panjang yang merupakan bagian
II-8
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
dari DAS dengan sebagian besar bermuara langsung ke Laut dan Selat, adapun sub DAS
tersebar di bagian pedalaman atau hulu. Pada daerah kepulauan, pada umumnya
sungai-sungai bermuara ke laut tanpa adanya anak sungai pada bagian hulu. Secara
lebih lengkap Daerah Aliran Sungai (DAS) di wilayah Kabupaten Kayong Utara dapat
dilihat pada tabel dibawah.
Tabel 2.11 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kabupaten Kayong Utara
NO DAS SUB DAS LUAS (KM2) DEBIT
(M3/DT)
1 Sungai Simpang 95,75 -
Sui. Semandang 22,5 -
Sui. Matan 15,75 -
Sui. Bayah 10,5 -
Sui. Mata-Mata 10,5 -
Sui. Batubarat 2,16 -
Sui. Melano 0,96 -
Sui. Nipah Kuning 2,9 -
2 Sungai Rantau Panjang 26,25 -
S. Purang 2,7 -
S. Bengkuwang 2,15 -
Danau Najam 3,75 -
S. Panti 3 -
S. Merah 2,4 -
S. Bajas 11,25 -
S. Melija 2,775 -
S. Sedahan 2,9 -
S. Penjimberangan 3,625 -
3 Sungai Siduk 57 -
S. Air Hitam 1,875 -
S. Semanai 14,5 -
S. Rangkung 8,55 -
S. Melinsum 7,875 -
S. Belit 3,24 -
4 Sungai Paduan 68 -
5 Sungai Seponti 78,4 -
6 Sungai Lida 76 -
S. Durhaka 48,75 -
S. Sepeti 6,25 -
S. Mendiyan 7,5 -
S. Bulan 31,625 -
7 Sungai Gondowalan 39,6 -
Sumber : Peta Topografi Kabupaten Kayong Utara
II-9
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
B. Kondisi Iklim
Wilayah Kerja KHG Sungai Durian-Sungai Kualan memiliki iklim tropis dengan suhu
antara 28 – 31 oC. Rata-rata kelembaban nisbi maksimum 99,58 % dan minimum 53 %
dengan rata-rata penyinaran matahari minimum 53 % dan maksimum 73 %. Curah
hujan di wilayah Kawasan KHG Sungai Durian-Sungai Kualan dalam 10 tahun terakhir
adalah 2.500 mm/th hingga 5.500 mm/th (Sumber: Stasiun Meteorologi Teluk Melano,
Kayong Utara).
Curah hujan tahunan dalam 10 tahun terakhir di Kawasan KHG Sungai Durian-Sungai
Kualan dapat dilihat pada Tabel 2.12.
Tabel 2.12 Curah Hujan Tahunan Stasiun Teluk
Batang Kab. Kayong Utara
No Tahun Jumlah Curah Curah (mm)
1 2000 2.370
2 2001 2.797
3 2002 2.539
4 2003 2.278
5 2004 2.454
6 2005 2.455
7 2006 2.563
8 2007 2.401
9 2008 2.850
10 2009 2.559
11 2010 3.585
12 2011 2.228
13 2012 2.963
14 2013 2.510
15 2014 2.594
16 2015 2.575
17 2016 2.449
18 2017 2.954
19 2018 2.730
20 2019 2.013
21 2020 3.652
Rerata curah hujan di Kawasan KHG Sungai Durian-Sungai Kualan dalam kurun waktu
21 tahun n terakhir adalah sebesar 2.644 mm/th. Rerata curah hujan tahunan tertinggi
II-10
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
terjadi di tahun 2020 yaitu 3.6520 mm/th dan rerata curah hujan tahunan terendah
terjadi di tahun 2019 yaitu 2.013mm/th.
(Sumber: Data Curah Hujan Tahunan Stasiun Teluk Batang, Kab. Kayong Utara Tahun 2021)
Gambar 2.3 Grafik Curah Hujan Tahunan Wilayah Kabupaten Kayong Utara
Tinjauan kondisi iklim wilayah di klasifikasikan dalam tinjauan terhadap aspek zona
agroklimat, musim, temperatur dan kelebaban udara, serta curah hujan dan keadaan
angin, sesuai penjelasan berikut ini.
C. Zona Agroklimat
Daerah survey beriklim tropika basah dengan bulan-bulan basah berkisar 7 sampai 9
bulan. Bulan basah umumnya terjadi pada bulan Oktober sampai Mei. Curah Hujan
tahunan berkisar antara 3000 - 3500 mm pertahun, dengan distribusi bulanan yang
hampir merata yaitu +200 mm.
Berdasarkan perhitungan rata-rata bulan basah (> 200 mm) dan bulan kering (<100)
berturut-turut menurut klasifikasi iklim yang dihubungkan dengan pertanian (Oldeman)
daerah ini termasuk dalam zona agrroklimat A (Gambar 2.6), yaitu kondisi agroklimat
yang mempunyai lebih dari 9 bulan basah berturut-turut dan kurang dari 2 bulan kering
secara berturut-turut.
II-11
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
D. Musim
Musim yang terjadi di Kabupaten Kayong Utara adalah musim kemarau dan musim
hujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Juni sampai dengan September,
sedangkan musin hujan biasa terjadi pada bulan Desember sampai dengan bulan Maret.
Keadaan ini berganti setiap setengah tahun, setelah melewati masa peralihan pada bulan
April-Mei dan Oktober-November.
Temperatur dan Kelembaban Udara
Temperatur udara di suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
tinggi rendahnya tempat dan iklim yang terjadi di wilayah tersebut. Kabupaten Kayong
Utara termasuk dalam wilayah dengan iklim tropis, dengan salah satu cirri mempunyai
temperature udara yang relatif tinggi atau panas, tertutama karena wilayah Kabupaten
Kayong Utara berdekatan dengan garis Katulistiwa.
Curah Hujan dan Keadaan Angin
Curah Hujan dipengaruhi oleh berbagai aspek, diantaranya iklim, keadaan geografi, dan
pertemuan antar arus udara. Pada tahun 2010 curah hujan di Kabupaten Kayong Utara
berkisar antara 321,75 mm, dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari
(464 mm), dan terendah pada bulan April, yaitu sebesar 58 mm.
II-12
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
Rata-rata hari hujan pada tahun 2010 adalah 14 hari, dan jumlah hari hujan terbanyak
terjadi pada bulan Agustus-September, November, Desember. Sedangkan hari hujan
terendah terjadi pada bulan April. Adanya perubahan iklim global dalam kurun waktu
beberapa tahun terakhir, memberi dampak langsung terhadap perubahan iklim di
Kabupaten Kayong Utara. Hal ini terlihat dari terjadinya pergesertan pola curah hujan
dan hari hujan. Gambaran umum tentang rata-rata curah hujan dan hari hujan yang
terjadi di wilayah Kabupaten Kayong Utara, disajikan pada Tabel 2.7.
Dengan tingkat curah hujan yang cukup tinggi, biasanya akan selalu disertai dengan
tingkat kecepatan angin yang tinggi.
II-13
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
212
200
150
126
113 118
108 110
101 103
100 93
77
48
50 36
-
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
II-14
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
B. Kelas Lereng
Daerah Rawa pada daerah Perencanaan secara fisiografi dapat dibedakan atas dua
satuan fisiografi utama yaitu dataran aluvial tergabung dan gambut berpasir. Bentuk
wilayah datar dengan lereng <2% dan perbedaan tinggi <4.5 m. Dataran Aluvial
menempati sebagian besar wilayah dengan penyebarannya di daerah pantai dan
pinggiran sungai, sedang Gambut menempati sisi lain wilayah tinjauan.
Tabel 2.15 Luas Wilayah Kecamatan Seponti Menurut Kelas Lereng
A. Kependudukan
II-15
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
Penyebaran penduduk di Kecamatan Seponti tidak merata antar desa yang satu dengan
desa yang lainnya. Desa Seponti Jaya dengan luas 21,66 km2 merupakan Desa dengan
tingkat kepadatan penduduk tertinggi yaitu 140 jiwa/km2. Sebaliknya, Desa Durian
Batang dengan luas sekitar 218,78 km2 hanya dihuni oleh sekitar 8 jiwa/km2.
Tabel 2.17 Kepadatan Penduduk Kecamatan Seponti
Jumlah penduduk di kecamatan Teluk Batang pada tahun 2021 adalah sebanyak 24.706
jiwa. Sebanyak 51 persen penduduk kecamatan Teluk Batang berjenis kelamin laki-laki.
Desa Alur Bandung merupkan desa dengan jumlah penduduk terbanyak sedangkan Desa
Teluk Batang Selatan merupakan desa yang terpadt di Kecamatan Teluk Batang.
II-16
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
2.2 Gambaran Umum KHG Sungai Pawan-Sungai Kepulu dan KHG Sungai
Kepulu-Sungai Pesaguan
2.2.1 Letak dan Luas
KHG Sungai Pawan - Sungai Kualan memiliki luas 64.538 Ha, dengan luas gambut
37.234 ha. Luas target restorasi pada KHG Sungai Pawan-Sungai Kepulu seluas 8.132
Ha dengan rincian pada gambut bekas terbakar seluas 4.813 Ha dan gambut lindung
berkanal seluas 3.319 Ha sebagaimana dapat dilihat pada gambar 2.6.
Hanya terdapat satu Sub KHG pada KHG Sungai Pawan-Sungai Kepulu, dengan demikian
tidak dilakukan pembagian luas sub KHG pada KHG ini.
KHG Sungai Kepulu - Sungai Pesaguan memiliki luas 13.570 Ha, dengan luas gambut
9.356 ha. Luas target restorasi pada KHG Sungai Kepulu-Sungai Pesaguan seluas 2.599
Ha dengan rincian pada gambut bekas terbakar seluas 2.587 Ha dan gambut lindung
berkanal seluas 12 Ha sebagaimana dapat dilihat pada gambar 2.7.
II-17
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
Secara administrasi wilayah KHG Sungai Pawan-Sungai Kepulu dan KHG Sungai Kepulu-
Sungai Pesaguan masuk dalam wilayah kecamatan Matan Hilir Selatan Kabupaten
Ketapang. Desa yang termasuk lokasi KHG Sungai Pawan-Sungai Kepulu adalah Desa
Sungai Pelang, Desa Sungai Besar dan Desa Sungai Bakau, sedangkan Desa yang masuk
wilayah KHG Sungai Kepulu-Sungai Pesaguan adalah Desa Pematang Gading. Batas
wilayah Kecamatan Matan Hilir Selatan adalah sebagai beikut :
II-18
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
Secara geografis Kecamatan Matan Hilir Selatan terletak pada posisi 141’12” - 219’26”
LS dan 10954’00” - 11024’36” BT. Kecamatan Matan Hilir Selatan terletak sekitar 32
km dari ibukota Kabupaten dan dapat ditempuh dengan menggunakan transportasi
darat.
Kecamatan Matan Hilir Selatan terdiri dari 11 desa yang berstatus definitive. Sungai
Pelang merupakan Desa yang terluas diantara 11 desa, luasnya mencapai 323,30 km2.
II-19
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
jam sampai Bandara Rahadi Oesman (Ketapang). Dari Ketapang, lokasi berjarak kurang
lebih 20 km dan dapat dicapai lewat darat dengan sepeda motor dalam waktu 0,5 – 1
jam. Pencapaian lokasi secara ringkas ditunjukkan pada Tabel 2.21.
Tabel 2.21 Pencapaian Lokasi KHG
Lahan di lokasi sebagian besar telah dimanfaatkan petani sejak lama untuk bercocok
tanam. Jenis tanaman yang dikelola petani berupa tanaman sayuran, tanaman
biofarmaka dan tanama perkebunan. Untuk tanaman sayuran dikecamatan Matan Hilir
Selatan terdapat tanaman cabai (44 Ha), petai (58 Ha), kangkung (33 Ha), ketimun (34
Ha) serta tanaman perkarangan lainya. Tanaman biofarmaka yang dikelola terdiri dari
jahe (1,2 ha), laos (0,4 ha), Kencur (0,3 ha), kunyit (0,4 ha). Penggunaan lahan untuk
perkebunan juga terdapat di lokasi ini yang pemanfaatannya terdiri dari tanaman kelapa
sawit (31.829 ha), kelapa dalam (1.151 ha), karet (1.758 Ha), kakao (10 ha), tebu (5
ha).
2.2.4 Hidrologi
A. Tipe Iklim dan Curah Hujan
Data curah hujan selama sepuluh tahun terakhir dan data-data iklim lainnya seperti
temperatur udara harian, kelembaban nisbi, kecepatan angin, dan intensitas penyinaran
matahari diperoleh dari Stasion Meteorologi Rahadi Oesman – Ketapang. Dari hasil
analisis, rata-rata curah hujan tahunan di lokasi adalah 2928 mm. Curah hujan bulanan
tertinggi terjadi pada bulan Desember (377 mm) dan terendah pada bulan Agustus (130
mm). Berdasarkan keadaan curah hujannya, iklim di lokasi dapat digolongkan sebagai
tipe iklim B1 (Oldeman et.al, 1980), yaitu iklim dengan jumlah bulan basah (CH >200
mm) 7 – 9 bulan berturut-turut dan bulan kering (CH <100 mm) < 2 bulan. Sedangkan
menurut klasifikasi Koppen, iklim di lokasi digolongkan pada tipe iklim Af, yakni iklim
II-20
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
hutan hujan tropis, dengan ciri suhu bulanan rata-rata lebih dari 18C, suhu tahunan 20-
25C, dengan curah hujan pada bulan paling kering ≥60 mm.
Suhu udara harian relatif konstan sepanjang tahun, dengan rata-rata temperatur
27,55 C. Rata-rata kelembaban udara nisbi bulanan adalah 82,67%, dengan
kelembaban udara nisbi paling rendah pada bulan Agustus (79%) dan paling tinggi pada
bulan Nopember-Desember (85%).
Rata-rata lama penyinaran matahari adalah 66,33%, dengan variasi bulanan antara 48%
(bulan Desember) sampai 77% (bulan September). Sedangkan kecepatan angin
menunjukkan kisaran antara 2,9 knot (bulan Juni dan Nopember) sampai 5,9 knot (bulan
Agustus) dengan rata-rata kecepatan angin 4,32 knot. Gambaran kondisi curah hujan
dan unsur iklim di lokasi pekerjaan diperlihatkan pada Tabel 2.22.
Tabel 2.22 Data Curah Hujan dan Iklim di Lokasi KHG Sungai Pawan-Sungai
Kepulu dan KHG Sungai Kepulu-Sungai Pesaguan
BULAN
UNSUR IKLIM Satuan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jumlah/R
ata2
Curah Hujan mm 310 242 249 274 250 168 146 130 177 249 356 377 2928
Curah Hujan* mm 313 243 251 275 252 170 146 129 179 258 357 375 2948
Suhu udara C 27.9 27.5 28.3 27.9 27.7 28.1 27.0 27.0 27.5 27.5 27.1 27.1 27.55
Kelembaban nisbi % 82 84 81 84 85 81 82 80 81 82 85 85 82.67
Kecepatan angin knot 5.6 4.9 4.3 4.0 3.4 2.9 4.5 5.9 5.7 4.0 2.9 3.7 4.32
Radiasi matahari % 62 64 73 64 61 76 70 72 77 72 57 48 66.33
II-21
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
II-22
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
2.2.5 Geologi
A. Jenis Tanah
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Ketapang (De Keyser F. & Rustandi E., 1993),
sebagian besar wilayah Ketapang merupakan wilayah dataran yang secara berangsur
berubah menjadi daerah bergelombang dan pegunungan semakin ke arah timur. Dengan
demikian, morfologi Kabupaten Ketapang dapat dibedakan atas dataran alluvium dan
litoral, dataran rendah bergelombang, dan dataran tinggi pegunungan.
Dataran alluvium dan litoral merupakan daerah rendah berawa-rawa dengan elevasi <
100 m di atas permukaan laut. Dataran ini melebar dari pantai ke pedalaman sejauh ±
70 km. Morfologi ini dicirikan oleh sungai meander dengan potongan-potongan meander,
danau oxbow, serta bentukan batuan keras seperti granit dan batuan gunungapi. Bagian
dataran paling ekstensif terdapat di bagian utara wilayah Ketapang dibuktikan dengan
aktifnya proses sedimentasi di masa lalu. Beberapa bentukan batuan keras di dataran
menghasilkan morfologi yang menonjol terisolasi berupa gunung pulau (inselberg) di
antara dataran.
II-23
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
antara 100 m sampai 800 m di atas permukaan laut. Sungai-sungai membentuk pola
aliran dendritik, dengan sungai besar diapit oleh dataran banjir dan rawa-rawa. Proses
pelapukan umumnya sangat kuat dan regolit yang tebal meluas di daerah dataran
rendah. Endapan alluvium umumnya tipis dan sedikit-sedikit dan hanya terbatas di areal
dekat sungai-sungai besar.
Morfologi dataran tinggi dijumpai di bagian timur laut dan tenggara Ketapang yang
membentuk penonjolan dengan bentang alam pegunungan, dimana puncak-puncaknya
mencapai ketinggian lebih dari 800 m di atas permukaan laut. Morfologi ini ditandai oleh
kondisi lereng yang terjal, relief yang tinggi, topografi muda, lembah berbentuk V dan
erosi yang kuat. Singkapan batuan lebih banyak dan lebih baru.
Umumnya batuan dasar di wilayah Ketapang berupa batuan granit dan batuan
gunungapi yang tersebar dan terpisah-pisahkan oleh singkapan batuan sedimen pra-
Tersier dan sedikit batuan malihan. Berdasarkan stratigrafinya, batuan tertua berumur
Trias – Jura Awal, berupa batuan Malihan Pinoh yang tersusun dari kuarsit, gneiss, sekis
mika, dan kuarsit mika. Pembentukan batuan malihan ini diperkirakan berasosiasi
dengan intrusi granit Sukadana pada zaman Kapur Akhir. Di atas batuan Malihan Pinoh
secara tidak selaras diendapkan batuan Komplek Ketapang pada zaman Jura – Kapur
Akhir. Satuan batuan ini berkomposisi dengan batuan sedimen dan beberapa bagian
terubah menjadi batuan metamorf termal.
Batuan sedimen terdiri atas batulempung, batupasir halus-kasar, arenit litik, serpih dan
batu-sabak. Batuan tersebut diterobos oleh Granit Sukadana dan Granit Sangiyang pada
Kapur Akhir. Batuan Gunungapi Kerabai berumur Kapur Akhir-Paleosen, diendapkan
tidak selaras di atas dan setempat-setempat menjemari dengan Komplek Ketapang;
tidak selaras di atas Granit Laur yang berumur Kapur Awal. Satuan batuan ini diterobos
dan menindih Granit Sukadana dan Granit Sangiyang. Komposisi batuan Gunungapi
Kerabai umumnya tersusun atas andesit, basal, riolit, dasit dan ridasit, serta kebanyakan
batuan piroklastik berupa tuff litik dan kristal, breksi volkanik, serta aglomerat.
Satuan Basal Bunga diendapkan secara tak selaras di atas Komplek Ketapang, Batuan
Gunung-api Kerabai dan Granit Sukadana serta menindih Granit Sangiyang. Satuan ini
berumur Kapur Akhir – Paleosen dengan komposisi batuan intrusi : basal, dasit, andesit
dan batuan piroklastik : lava, tuf litik-kristal, breksi volkanik dan batu pasir sedang-halus.
II-24
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
Pada zaman Oligosen – Miosen diendapkan satuan Batuan Terobosan Sintang dengan
susunan batuan piroklastik, berupa tuf riodasit. Endapan paling muda berumur Kuarter
berupa endapan talus, aluvium dan rawa yang tersusun atas bongkah, kerakal, kerikil,
pasir, lanau, lumpur, dan gambut.
Struktur geologi yang berkembang berupa struktur perlipatan dan sesar atau patahan.
Struktur perlipatan berkembang pada batuan Gunungapi Kerabai dan Komplek
Ketapang. Sedangkan struktur patahan ditunjukkan berupa sistim kelurusan yang rapat
yang mempunyai arah utama tenggara dan timurlaut. Sistem kelurusan tersebut
mungkin merupakan sesar-sesar (patahan) besar, sistim kekar yang besar, dan retas-
retas. Beberapa kelurusan yang besar mengontrol batas geologi atau memotong bentuk-
bentuk topografi. Pada beberapa tempat sesar memotong perbatasan antara granit
berumur Kapur dan batuan Oligosen Bawah, yang mengindikasikan bahwa gerakan
terakhir sesar ini setelah sedimentasi Oligosen Awal.
Secara geologis, lokasi KHG Sungai Pawan-Sungai Kepulu dan KHG Sungai Kepulu-
Sungai Pesaguan terletak di hamparan endapan alluvium dan rawa berumur Kuarter.
Gambaran kondisi geologi di daerah studi ditunjukkan pada Gambar 2.9.
Lokasi
Pekerjaan
II-25
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
B. Topografi Lahan
Secara fisiografis, KHG Sungai Pawan-Sungai Kepulu dan KHG Sungai Kepulu-Sungai
Pesaguan merupakan hamparan dataran aluvial dan gambut yang terletak antara S.
Pawan dan S. Pesaguan. Secara umum, bentuk wilayahnya merupakan daerah datar
sampai agak datar, dengan kemiringan lahan < 3 %. Relief mikro ditandai dengan
cekungan/cembungan setempat-setempat, karena penurunan tanah/gambut yang tidak
merata. Hal ini diduga berkaitan dengan kegiatan drainase, pengolahan lahan, dan
seringkali terjadinya kebakaran di lokasi tersebut.
A. Kependudukan
II-26
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
Penyebaran penduduk di Kecamatan Seponti tidak merata antar desa yang satu dengan
desa yang lainnya. Desa Seponti Jaya dengan luas 21,66 km2 merupakan Desa dengan
tingkat kepadatan penduduk tertinggi yaitu 140 jiwa/km2. Sebaliknya, Desa Durian
Batang dengan luas sekitar 218,78 km2 hanya dihuni oleh sekitar 8 jiwa/km2.
Tabel 2.24 Luas Wilayah dan Kependudukan Desa-Desa di Lokasi Pekerjaan
B. Mata Pencarian
Ternak seperti itik, ayam buras, entog, atau ternak sedang dan besar (kambing, sapi)
dipelihara oleh beberapa penduduk. Hal ini berkaitan dengan ketersediaan sumber pakan
ternak di sekitar lokasi seperti rumput-rumputan/hijauan, ikan, siput, dan sebagainya.
Meskipun demikian, usaha peternakan ini umumnya masih skala kecil dan hanya
diorientasikan untuk tabungan keluarga.
II-27
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
lokasi yang relatif dekat dengan kawasan pertambangan, pabrik/perusahaan sawit, dan
Kota Ketapang.
II-28
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
Gambar 2.11 Kunjugan ke kantor Desa Telaga Arum Kecamatan Seponti KHG S.Durian-
S.Kualan
Gambar 2.12 Kunjungan ke kantor Desa Banyu Abang Kecamatan Teluk Batang
KHG S.Durian-S.Kualan
II-29
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
Gambar 2.13 Kunjungan ke kantor Desa Sungai Pelangi Kecamatan Matan Hilir Selatan
KHG S. Pawan - S.Kepulu
Gambar 2.14 Kunjungan ke kantor Desa Sungai Besar Kecamatan Matan Hilir Selatan
KHG S. Pawan - S.Kepulu
II-30
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
Gambar 2.15 Kunjungan ke kantor Desa Sungai Bakau Kecamatan Matan Hilir Selatan
KHG S. Pawan - S.Kepulu
Gambar 2.16 Kunjungan ke kantor Desa Pematang Gadung Kecamatan Matan Hilir
Selatan KHG S.Kepulu-S.Pesaguan
II-31
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
II-32
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
Gambar 2.20 Kunjungan ke Kantor Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Kabupaten Kayong Utara
II-33
CV. Zamrud Griya Kreasitama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
BAB III
METODOLOGI PELAKSANAAN
PEKERJAAN
3.1 Kerangka Pikir Pelaksanaan
III-1
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut Provinsi Kalimantan Barat
tidak tidak
Diskusi/Presentasi Diskusi/Presentasi
ya ya
Revisi Revisi
P1
LAPORAN PENDUKUNG
tidak
Diskusi/Presentasi
ya Revisi
tidak
Diskusi/Presentasi
BACK UP DATA SSD
ya P2
Revisi
III-2
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
III-3
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
▪ Data-data sosial ekonomi, tata guna lahan dan data lain yang ada dan relevansi
dengan permasalahan yang dihadapi
3.2.1.4 Evaluasi
Setelah melakukan survei pendahuluan serta hasil pengumpulan data, maka dilakukan
evaluasi terhadap hasil data survei pendahuluan yang didapat, guna menunjang
penyusunan laporan pendahuluan dan tahap survei selanjutnya yang merupakan
Rencana Kerja dari Konsultan.
3.2.1.6 Diskusi
Diperlukan diskusi untuk membahas persiapan dari konsultan dalam melaksanakan
pekerjaan serta metode pekerjaan lapangan dan pekerjaan perencanaan. Dari diskusi ini
diharapkan adanya kritik dan saran serta masukan yang berarti dari berbagai fihak yang
berkepentingan dengan proyek ini.
III-4
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
Konfirmasi status Lahan dan Penetapan lokasi studi yang definitif juga dibahas dalam
diskusi. Legalitas status lahan dan luas lokasi harus disepakati dulu sebelum kegiatan
Survei utama dilaksanakan antara lain :
▪ Penetapan lokasi yang definitif yang mencakup besar luasannya, batas batasnya dan
lain-lain,
▪ Legalitas status lahan sebaiknya tidak bermasalah.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk membuat situasi detail terbaru, lengkap dan sesuai
dengan keadaan lapangan sebenarnya, berikut trase dan penampang yang diperlukan,
pembuatan peta situasi dilakukan berdasarkan hasil pengukuran terestris.
Pada garis besarnya lingkup pekerjaan Survei topografi adalah sebagai berikut :
▪ Pengukuran berupa pengukuran situasi, pengukuran memanjang, melintang kanal.
Pengukuran site survei dengan kerapatan jarak pengukuran melintang 100 m.
▪ Pengukuran situasi penampang kanal dilakukan dengan penembahan pengukuran
kearah samping kanan dan kiri minimal 20 m dari tepi kanal
▪ Pemasangan Benchmark (BM)
▪ Pembuatan layout
▪ Pengukuran dan penggambaran profil saluran kanal :
- Peta ikhtiar dengan skala 1:5.000
- Peta bangunan air eksisting (jika ada)
- Gambar penampang memanjang kanal
Skala panjang 1 : 1.000/ 1 : 2.000
Skala tegak 1 : 1000
- Gambar penampang melintang
Skala panjang 1 : 1.00
III-5
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
Orientasi Lapangan
Mutual Check
Data dan Peta
SELESAI
III-6
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
III-7
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
ruang tiga dimensi, yang dilakukan dengan cara pengematan terhadap satelit-satelit
GPS yang telah diketahui koordinatnya. Dengan mengetahui jarak dan titik
perpotongan dari minimal tiga atau empat buah satelit, maka koordinat posisi yang
diinginkan dapat diketahui.
Titik BM tersebut kemudian harus dikaitkan pada titik-titik Kerangka Dasar Horizontal
Nasioanl atau titik eksisting yang sudah diikatkan sebelumnya, yang koordinatnya
tersebut akan dijadikan sebagai koordinat acuan untuk perencanaan selanjutnya.
Titik ikat yang digunakan adalah titik Orde-1 BIG atu titik referensi lain yang terdekat.
Pengikatan titik referensi dilakukan dengan menggunakan metode static differential
yaitu dengan cara diukur bersamaan dengan titik ikat tersebut seperti pada gambar
dibawah ini.
Maksud dari survei GPS itu sendiri adalah untuk menghasilkan titik-titik kontrol
yang saling terikat dan memiliki orde ketelitian yang sama. Waktu pengukuran GPS
tidak perlu terlalu lama, tapi disesuaikan dengan kebutuhan data berdasarkan jarak
antar titik atau baseline yang diukur. Tabel dibawah ini menunjukkan lama
pengukuran GPS berdasarkan jarak baseline, dengan asumsi satelit yang diamati
pada kondisi minimal.
III-8
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
topografi
h H
geoid (MSL)
N
elliosoid
H = tinggi geodetic
H = tinggi orthometric
N = undulasi geoid H= h-N
III-9
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
2. Perhitungan baseline
3. Perhitungan jaringan (adjustment) jika ada
4. Transformasi koordinat
5. Kontrol kualitas (pada tiap tahapan)
Diagram alir tahapan pengolahan data GPS dapat dilihat seperti gambar dibawah ini.
PERATAAN KONTROL
JARINGAN KUALITAS
TRASFORMASI
KOORDINAT
Differential positioning
Solusi
(double difference fase, ambiguity float)
SELESAI
Gambar 3.7 Diagram Alir Pengolahan Data GPS (Abidin, et.al,2002)
III-10
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
Metoda yang dipilih untuk penetapan kerangka dasar horizontal ini dipilih metoda
pengukuran poligon. Pengukuran kerangka dasar atau poligon dilakukan dengan
menggunakan alat ukur Total Station, dengan jalur yang terikat ke titik referensi atau
BM GPS. Metoda pologon yang digunakan adalah polygon terbuka terikat sempurna.
Metode ini di gunakan karena lokasi survei yang memanjang.
Tujuan dari pengukuran polygon adalah untuk menentukan posisi mendatar dalam
pengukuran titik-titik detail situasi. Pada pelaksanaan ini maka argument yang
diambil untuk mendapatkan data koordinat adalah ukuran sudut dan jarak serta
sudut jurusan pada sisi-sisi polygon dengan persamaan sebagai berikut :
Xn = Xi + ∆ . sin ∝ni
Yn = Yi + ∆ . cos ∝ni
Keterangan:
(X, Y)i = Koordinat awal
III-11
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
III-12
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
Dengan :
d = jarak
=sudut jurusan
z = sudut zenith
s = jarak miring
E. Pemrosesan Data
Pada pemetaan topografi skala 1 : 2.000 keseluruhan data akan diolah sementara di
lapangan. Data kerangka kontrol horisontal dan vertikal dihitung setelah terbentuk
loop. Bilamana titik referensi dari pemetaan terdahulu dapat ditemukan di lapangan,
maka perhitungan akan didasarkan koordinat referensi ini. Data pemetaan topografi
diolah secara bertahap setiap hari. Pemberian ketinggian titik detail dilakukan setelah
olahan data evaluasi memenuhi syarat. Sedangkan pemrosesan data akan dilakukan
secara digitasi/menggunakan program komputer.
F. Penggambaran Data
Penggambaran manuscript (draft milimeter) peta skala 1 : 1.000 juga dilaksanakan
di lapangan. Sedangkan untuk penampang memanjang skala horisontal 1 : 2.000
dan skala vertikal 1 : 200, penampang melintang skala horisontal 1 : 200 dan skala
vertikal 1 : 200. akan dibuat juga di lapangan pada kertas milimeter sebagai draft
dan akan dilanjutkan di kantor dengan ukuran kertas A1 pada kertas kalkir 85/90
gram. Legenda dan simbol peta mengikuti standar yang berlaku di lingkungan Ditjen
Sumber Daya Air. Editing gambar akan menggunakan Bahasa Indonesia. Metode
penggambaran akan dilakukan secara konvensional dan akan diplot dengan
menggunakan komputer setelah konsepnya disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
III-13
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
MULAI
Survei Lapangan
Pengolahan Data
SELESAI
A. Sekat Kanal
Kegiatan survei Kontruksi antara lain :
• Identifikasi pemanfaatan kanal oleh masyarakat sekitar. Berkoordinasi dengan
instasi terkait dan kepala desa, camat dan pemangku Kawasan serta fasilitator desa
jika ada. Konsultan akan memastikan zona area yang terdiri dari area budidaya,
area konservasi atau lindung dan area konsesi. Pemilihan tipe sekal kanal
didasarkan dari zona area.
III-14
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
• Survei harga upah pekerjaan dan harga bahan, ketersediaan bahan baku, Analisa
akses mobilisasi alat dan bahan ke lokasi pekerjaan konstruksi dan dituangkan
dalam formulir hasil survei.
Sumber data penelitian yaitu :
- Rencana Anggaran Biaya (RAB) proyek yang bersangkutan
- Upah Borongan mandor tiap hari pada pekerjaan struktur pada proyek sekat
kanal
- Jumlah dan komposisi tenaga kerja
B. Sumur Bor
Pengujian pengeboran sumur bor dilakukan dengan tahapan:
• Penentuan titik lokasi uji coba (harus mendapat persetujuan dari Pejabat
Penandatangan Kontrak).
• Pengeboran lokasi sampling untuk mengetahui kedalaman air tanah, debit air dan
lapisan tanah.
• Perekaman data sampling kedalam tabel, log bor dan peta.
• Penggambaran As Built Drawing Sumur Bor Uji sesuai dengan hasil pembangunan.
Tahapan Pemboran
Tahapan pemboran adalah sebagai berikut (Setiawan, dkk, 2015) :
1. Menentukan titik uji sumur bor berdasarkan rencana RTT Provinsi Kalimantan barat
dan penempatan jumlah titik sesuai preposisi jumlah titik sumur uji yang
direncanakan pada RTT dan wilayah.
2. Melakukan pemboran secara manual dikerjakan oleh pengebor lokal dengan
kedalaman yang disesuaikan hasil rencana.
3. Pemboran dihentikan sampai kedalaman akifer yang keberadaan lapisannya telah
diperkirakan sebelumnya.
4. Pemasangan casing beserta screen atau saringan sesuai dengan kedalaman
sumur.
5. Pengecoran pada casing atau grouting.
6. Pengurasan sumur untuk mengeluarkan lumpur dan material pasir atau kerikil yang
menyumbat pada screen dengan menggunakan sistem surging atau penyemprotan
dengan air menggunakan pompa air dengan memasukkan selang diameter 1,5
III-15
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
inchi kedalam sumur selama 1-2 jam sampai mencapai kondisi air tanah yang
relative bersih.
7. Pemasangan pompa redam (submersible pump) sesuai kapasitas, yang dilengkapi
dengan PVC outlet diameter 1,5 inchi dan tambang pengaman pompa.
8. Uji pemompaan.
9. Uji pemompaan yang dilakukan dengan uji pemompaan menerus beserta uji
kambuh (recovery) dengan menggunakan suatu nilai debit tertentu sampai
mencapai kondisi keseimbangan (steasy state). Dengan mengukur debit yang
keluar menggunakan ember, volumetrik dan stopwatch. Selama uji pomompaan
ini dilakukan pengukuran level air setiap 30 menit menggunakan water level meter.
10. Pengukuran debit air menggunakan tabung air volume 5 liter dan stopwatch.
11. Pengukuran diulang sebanyak 4 kali dan hasil akhirnya adlah rata-ratanya.
Pekerjaan survei hidrologi dimaksudkan untuk mengumpulkan data iklim dan cuaca dari
stasiun iklim dan cuaca terdekat sesuai dengan kebutuhan perencanaan, yang antara
lain meliputi perhitungan debit banjir. Sedangkan survei hidrometri dimaksudkan untuk
mendapatkan gambar mengenai parameter hidrometri seperti tinggi muka air, kecepatan
arus, elevasi muka air rata-rata terhadap lahan, luas daerah genangan pasang surut bila
ada dan banjir, debit run off dan profil penampang kanal. Diagram alir survei hidrologi
dan hidrometri dapat dilihat pada gambar 3.6.
III-16
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
MULAI
PERSIAPAN PERSONIL
& ALAT
Analisis Distribusi
Frekuensi Curah Hujan
SELESAI
A. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan Persiapan Sebelum ke Lapangan :
▪ Mengumpulkan dan mempelajari data-data sekunder seperti, data iklim dan
III-17
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
Semua kegiatan persiapan di atas harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Direksi
atau Supervisor yang ditunjuk, sebelum berangkat ke lapangan.
Pekerjaan Lapangan
I Persiapan di Lapangan
▪ Penyiapan sarana Survei baik untuk pengukuran muka air maupun kecepatan
air.
▪ Penyiapan tenaga lokal dengan jumlah disesuaikan dengan kebutuhan,
kenyamanan bekerja, tingkat kesulitan di lapangan, dan keamanan.
▪ Pengenalan lapangan dan pemasangan tanda-tanda pengukuran sesuai
dengan peta pengukuran.
III-18
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
III-19
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
Pengukuran profil melintang kanal dilakukan pada setiap lokasi pengukuran kecepatan
arus dan tempat lain yang dianggap perlu. Pengukuran penampang di saluran dapat
dilakukan dengan rambu. Pengukuran ini harus berkoordinasi dengan tim topografi.
Mulai
Persiapan
- Kajian Pustaka
- Survei Awal Lokasi
Inventarisasi Data
Pengolahan dan
Analisis Data
SELESAI
III-20
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
A. Lingkup Pekerjaan
1. Persiapan
Pekerjaan persiapan meliputi perencanaan titik-titik pengamatan dengan
penggambaran pada peta kerja (melalui konsultasi telebih dahulu dengan
Direksi), penyiapan bahan - bahan dan peralatan Survei.
2. Pengumpulan dan penyelidikan parameter tanah yang meliputi pekerjaan-
pekerjaan
a. Pemboran (boring).
B. Metoda Pelaksanaan
Pekerjaan Lapangan :
Pemboran dilaksanakan dengan menggunakan bor gambut. Bor gambut merupakan
suatu metode pemboran yang paling sederhana dan ekonomis pada kedalaman yang
dangkal. Dilakukan dengan cara menekan dan memutar auger masuk kedalam tanah
dasar. Kemampuan pemboran ini terbatas dan hanya cocok untuk kedalaman yang
dangkal. Kelebihan dari pemboran ini adalah : sederhana, mudah dioperaikan dan
gangguan terhadap tanah minimal. Berikut merupakan langkah-langkah kerja untuk
pekerjaan bor tangan :
1. Sambung mata bor dengan stang bor yang kuat
2. Gunakan stang pemutar untuk mulai pengeboran tanah
3. Lakukan pengangkatan setelah dirasa mata bor penuh kurang lebih 20-50 cm
4. Catat ke dalam pengeboran dan lakukan diskripsi tanah secara visual, lakukan
pekerjaan ini berulang kali
5. Amati keadaan setiap pengambilan tanah ini, jenis tanah, warna tanah dan
keadaannya serta muka air bila ada.
6. Lakukan pengambilan contoh sesuai dengan keperluan atau pada setiap
pergantian lapisan dengan cara:
- Ganti mata bor dengan stick apparatus
- Pasang tabung contoh dengan dongkrak yang dipasangkan pada angker dan
ambang
- Pasang kop penahan dan lakukan pemukulan dengan palu untuk mengabil
contoh tanah
- Penekanan tabung harus lebih kecil atau sama panjangnya dengan tabung.
III-21
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
7. Buka stick apparatus dan buang sedikit tanah pada ujungnya dan segera ditutup
dengan parafin dengan kedua ujung-ujungnya.
8. Beri label nama lokasi titik bor dan kedalaman contoh tanah yang diambil
MULAI
Pembuatan Rancangan
Kuisioner
Penyajian dan
Analisis Data
SELESAI
III-22
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
YP = YA + dAP CosAP
III-23
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
Untuk menghitung azimuth poligon dari titik yang diketahui digunakan rumus
sebagai berikut:
12 = 1A + 1
(
= AP + A + 1 − 1 180 )
23 = 21 + 1 = 12 + 2 − 180
(
= AP + A + 1 + 2 − 2 180 )
34 = 32 + 3 = 23 + 3 − 180
(
= AP + A + 1 + 2 + 3 − 3 180 )
(
4B = 43 + 4 = 34 + 4 − 180 )
(
= 43 + A + 1 + 2 + 3 + 4 − 4 180 )
b. Syarat geometriks sudut
∝Akhir ∝Awal - ∝+ n.1800 = f∝
di mana :
∝ = sudut jurusan
∝ = sudut ukuran
n = bilangan kelipatan
f∝ = salah penutup sudut
c. Syarat geometriks absis
m
( X Akhir − X Awal ) − X i =0
i =1
di mana :
Di = jarak vektor antara dua titik yang berurutan
∆xi = jumlah jarak
X = absis
∆X = elemen vektor pada sumbu absis
m = banyak titik ukur
d. Koreksi ordinat
di
KY = − fY
di
di mana :
di = jarak vektor antara dua titik yang berurutan
di = jumlah jarak
III-24
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
Y = ordinat
∆Y = elemen vektor pada sumbu ordinat
m = banyak titik ukur
Untuk mengetahui ketelitian jarak linier-(SL) ditentukan berdasarkan besarnya
kesalahan linier jarak (KL)
SL = ( fX 2
+ fY 2 )
KL =
( fX 2
+ fY 2 )
1 : 5.000
D
Z d = Z u + r 1 d − p i atau
2
m d = mu − r 1 d + p i
2
di mana :
zd = sudut zenith definitif
md = sudut miring definitif
zu = sudut zenith hasil ukuran
mu = sudut zenith hasil ukuran
r = koreksi refraksi
1/2d = koreksi semidiameter
p = koreksi paralax
i = salah indeks alat ukur
Hitungan Kerangka Vertikal
Penentuan posisi vertikal titik-titik kerangka dasar dilakukan dengan melakukan
pengukuran beda tinggi antara dua titik terhadap bidang referensi (BM).
III-25
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
a. Syarat geometris
H Akhir − H Awal = H FH
(
T = 8 D mm )
b. Hitungan beda tinggi
H 1−2 = Btb − Btm
c. Hitungan tinggi titik
H 2 = H 1 + H 12 + KH
di mana:
H = tinggi titik
∆H = beda tinggi
Btb = benang tengah belakang
Btm = benang tengah muka
FH = salah penutup beda tinggi
KH = koreksi beda tinggi
d
= FH
d
T = toleransi kesalahan penutup sudut
D = jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal (kilo meter)
Perhitungan Situasi Detail
Data-data hasil pengukuran situasi detail sebagai berikut:
a. Azimuth magnetis
b. Pembacaan benang diafragma (atas, tengah, bawah)
c. Sudut zenith atau sudut miring
d. Tinggi alat ukur
Untuk menentukan tinggi titik B dari tinggi A yang telah diketahui koordinat (X, Y,
Z), digunakan rumus sebagai berikut:
TB = T A + H
1
H = 100(Ba − Bb )Sin2m + TA − Bt
2
Dd = DOCos2m
Dd = 100(Ba - Bb)Cos2m
di mana :
TA = titik tinggi A yang telah diketahui
TB = titik tinggi B yang akan ditentukan
III-26
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
III-27
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
pembasahan gambut dengan teknik sekat kanal untuk kawasan dengan fungsi
konservasi/lindung bertujuan untuk konservasi air, dengan demikian diharapkan
tinggi muka air yang dipertahankan setinggi-tingginya mendekati muka gambut.
Sementara itu, pembangunan sekat kanal pada kawasan budidaya bertujuan untuk
pengaturan muka air, sehingga ambang batas muka air yang harus dipertahankan
minimal 40 cm di bawah permukaan gambut (PP 57 tahun 2016). Berdasarkan
kedua pendekatan tersebut maka pemilihan jenis dan tipe sekat kanal yang
dibangun direkomendasikan mengikuti tujuan tersebut.
Pada lokasi area budidaya direncanakan tipe sekat kanal dengan sistem
peluap/pelimpas dan wajib mengetahui pemilik lahan. Jenis dan tipe yang
direkomendasikan untuk Kawasan ini terdiri dari sekat kayu, batu, beton, beton
pra-cetak dan pintu air. Sekat-sekat pada kawasn ini direkomendasikan memiliki
perangkat pengatur muka air berupa peluap, namun elevasi peluap tidak boleh
lebih dari 40 cm sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 57 tahun 2016 tentang
pengelolaan dan perlindungan dan pengelolaan ekosistem gambut. Disamping
untuk pengaturan tinggi muka air minimal yang harus dipertahankan, sistem
peluap juga dimaksudkan untuk pengaturan jalur navigasi/transportasi di dalam
kanal dan kegiatan-kegiatan penggunaan kanal lainnya.
Gambar 3.13 Ilustrasi Sekat Kanal dengan Sistem Peluap di Kawasan Budidaya
Pada lokasi areal konservasi direncanakan tipe sekat kanal dengan sistem tanpa
peluap dan tipe penimbunan kanal, khususnya sekat kayu gambut yang dipadatkan
dan sekat karung tanah. Sekat kayu yang dibangun dapat berbentuk satu lapis dan
III-28
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
Gambar 3.14 Ilustrasi Sekat Kanal tanpa Peluap (contoh Spillway) di Kawasan
Konservasi
Tipe Sekat Kanal
Pemantauan, pemeliharaan dan perbaikan sekat dilakukan oleh kelompok
masyarakat (KMPH), yang merupakan salah satu bagian dalam perjanjian
kerjasama pelaksanaan penyekatan parit/kanal dan pengelolaannya.
1. Jenis dan Tipe Sekat Kayu
Sekat dengan bahan konstruksi struktur/rangka utama terbuat dari kayu
(umumnya kayu bulat) terdiri dari dua jenis yaitu sekat dengan rangka satu lapis
(single sheet pile) atau juga sering disebut plank dam dan multi-lapis (multi-sheet
piles) (Stoneman dan Brooks,1997; Suryadiputra, dan lain-lain, 2005, Dohong,
2016).
a) Sekat Kayu Bulat Satu Lapis (Plank Dam)
Tipe sekat kayu bulat satu lapis (plank dam) umumnya dipakai untuk kegiatan
III-29
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
penyekatan kanal atau parit yang berdimensi kecil (lebar kanal kurang dari 2
meter), dengan debit air dan kecepatan air yang relatif sangat kecil. Sekat satu
lapis dapat dilengkapi dengan perangkat peluap/pelimpah air (spillway)
dan/atau tanpa peluap (non-spillway).
Gambar 3.15 Contoh Tipe Sekat Satu Lapis Tanpa Peluap (non-Spiilway) (Foto&
Ilustrasi : Alue Dohong
Gambar 3.16 Contoh Tipe Sekat Satu Lapis Peluap (desain : Lola C dan foto
:Alue Dohong)
III-30
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
Gambar 3.17 Contoh Desain Sekat Kayu Dua Lapis tanpa Peluap
Gambar 3.18 Contoh Desain Sekat Kayu Dua Lapis dengan Sistem Peluap
III-31
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
Gambar 3.19 Contoh Sekat Kayu Dua Lapis dengan Sistem Peluap
III-32
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
III-33
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
Gambar 3.22 Contoh Jenis dan Tipe Sekat Kanal dengan Karung Tanah (soil
bags)
Gambar 3.23 Contoh Tipe Sekat Batu (Desain dan foto: Ng Kok Seng, 2011)
III-34
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
4. Jenis dan Tipe Sekat dari Gambut yang dipadatkan (compacted peat)
Gambar 3.24 Contoh Sekat Kanal Gambut yang dipadatkan (Foto: Deltares)
Jenis dan tipe sekat yang dibangun dari gambut yang dipadatkan dibangun dengan
cara menumpukkan galian tanah gambut pada badan kanal kemudian dipadatkan
dengan menggunakan bucket excavator atau stamper atau alat pemadat lainnya,
sampai tingkat kepadatan dan kestabilan yang mampu untuk menahan arus dan
mempertahankan muka air yang diinginkan. Dimensi compacted peat harus relatif
cukup besar, proporsional dengan ukuran kanal agar konstruksinya kuat dan
mampu menahan air. Bahan tanah gambut yang dipadatkan direkemondasikan
menggunakan gambut matang (hemik/saprik) dan bukan tanah gambut yang
sudah mengalami kekeringan yang berulang karena tanah gambut yang demikian
akan menolak menyerap air (hydrophobic). Sekat dari gambut yang dipadatkan
ini diprediksikan sangat murah dan efisien karena bahan untuk sekat tersedia
setempat dan tahapan konstruksinya tidak terlalu rumit. Sekat jenis ini dapat
dibangun pada kanal-kanal berdimensi sedang hingga besar (>5 meter).
III-35
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
Gambar 3.25 Contoh Tipe Sekat Beton yang dibangun eks PLG oleh Balai Rawa
PU (Triadi, 2015,2016)
III-36
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
muka air pada badan kanal (Ng Kok Seng, 2011). Pada dasarnya sekat bronjong
sama dengan sekat batu, perbedaannya hanya pada pembungkus berupa kawat
beronjong. Sekat bronjong dapat dilengkapi dengan perangkat pengatur muka air
berupa peluap maupun tanpa peluap sekat bronjong disarankan dibangun pada
daerah gambut dengan ketebalan tipis-sedang dengan lapisan tanah mineral
(alluvial) dimana daya dukung lahan sudah relatif kuat dan dimensi kanal/saluran
sedang-besar.
Karena sekat bronjong memiliki pori yang relatif besar (longgar) maka disarankan
agar pemasangannya dilapisi dengan lapisan kedap air (goetextile atau terpal) di
bagian hulu sekat sehingga rembesan air yang berlebihan melalui sekat bisa
diminimalisir/dicegah. Agar sekat lebih awet, batu yang digunakan sebaiknya
cenderung bulat.
III-37
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
Gambar 3.27 Contoh Sekat Beton Pra-Cetak (Foto : Ng Kok Seng, 2011)
III-38
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
Gambar 3.28 Contoh Tipe Sekat Pintu Air (Sumber : Saragih, 2013)
III-39
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
2. Hidrologi
Analisis data hidrologi meliputi :
▪ Pengolahan data klimatologi yang meliputi anasir-anasir suhu, kelembaban
relatif, lama penyinaran matahari, kecepatan angin, curah hujan dan penguapan
(evapotranspirasi).Data yang akan diolah diambil dari stasiun pencatat iklim yang
berada di wilayah studi/terdekat atau yang berada dalam regime iklim yang sama
selama minimum 10 tahun berturut-turut.
▪ Analisis frekuensi hujan harian ekstrim.
▪ Runoff akibat hujan harian ekstrim.
▪ Distribusi frekuensi curah hujan bulanan.
▪ Perhitungan curah hujan maximum, dengan 1,2,3 harian dengan return periode
2,5,10 dan 20 th.
▪ Perhitungan debit banjir dengan return periode 2,5,10 dan 20 th.
Analisa hidrologi ini dimaksudkan untuk mendukung pekerjaan, khususnya dalam
menentukan curah hujan rencana dan karakteristik hidrologi lainnya. Data curah hujan
yang di perlukan adalah curah hujan harian dan jumlah hari hujan. Pada kegiatan ini,
data yang di kumpulkan di peroleh dari buku curah hujan yang diperoleh dari instansi
terkait.
A. Analisa Data Hilang dan Uji Konsistensi Data
Stasiun hujan kadang-kadang tidak dapat bekerja dengan baik sehingga data
curah hujan kurang lengkap. Pengisian kekosongan data hujan/analisa Data
hilang (Missing Data) tersebut dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut :
III-40
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
di mana :
PX = tinggi hujan pada stasiun yang datanya tidak lengkap (mm)
Pa, Pb, Pc = tinggi hujan pada stasiun a, b, dan c (mm)
Anx = tinggi hujan tahunan pada stasiun yang datangnya tidak
lengkap (mm)
m = banyaknya stasiun
Ana, b, c = tinggi hujan tahunan pada stasiun a, b, dan c (mm)
Selanjutnya dilakukan perhitungan Curah Hujan Areal untuk analisa lebih lanjut.
Data hujan dapat menjadi tidak konsisten yang disebabkan karena perubahan
lingkungan atau gangguan lingkungan di sekitar tempat penakar hujan dipasang
misalnya penakar hujan terlindung pohon, terletak berdekatan dengan gedung
tinggi, perubahan cara penakaran dan pencatatan, perubahan letak dan lain-lain.
Hal ini dapat menyebabkan perubahan trend semula. Hal tersebut dapat diselidiki
dengan menggunakan lengkung massa ganda.
III-41
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
III-42
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
𝑁1 . 𝑁2
𝑈− 2
𝑍= 1/2
1
[12 (𝑁1 . 𝑁2 . (𝑁1 + 𝑁2 + 1]
Keterangan :
N1 = jumlah kelompok data 1
N2 = jumlah kelompok data 2
Rm = jumlah peringkat
U = nilai terkecil dari U1 dan U2
Z = nilai uji z yang tergantung dari besarnya derajat
kepercayaan
b. Uji Stasioner/Kestabilan Data
Setelah dilakukan pengujian ketidakadaan trend apabila deret berkala
tersebut tidak menunjukkan adanya trend sebelum data deret berkala
digunakan untuk analisis hidrologi lanjutan harus dilakukan uji stasioner.
Apabila menujukkan adanya trend maka data deret berkala tersebut
dilakukan analisis menurut trend yang dihasilkan. Analisis garis trend
dapat menggunakan analisis regresi. Apabila menunjukkan tidak ada garis
trend maka uji stasioner dimaksudkan untuk menguji kestabilan nilai
varian dan rata-rata berkala dari deret berkala. Pengujian deret berkala
nilai varian dapat dilakukan dengan uji- F, bila nilai variannya tidak
homogen berarti deret berkala tersebut tidak stasiuner dan tidak perlu
melakukan pengujian lanjutan. Apabila varian tersebut menujukkan
III-43
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
Dimana
1/2
𝑛1 . 𝑆1 2 + 𝑛2 . 𝑆2 2
𝜎=( )
𝑛2 + 𝑛2 − 2
Keterangan :
X1 = rata-rata jumlah kelompok data 1
X2 = rata-rata jumlah kelompok data 2
n1 = jumlah kelompok data 1
n2 = jumlah kelompok data 2
S1 = standart deviasi 1
S2 = standart deviasi 2
c. Uji Persistensi
Anggapan bahwa data berasal dari sampel acak harus diuji, yang
umumnya merupakan persyaratan dalam analisis distribusi peluang.
Persistensi (persistence) adalah ketidaktergantungan dari setiap nilai
III-44
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
Keterangan :
Ks = koefisien korelasi spearman
m = N–1
N = jumlah data
di = perbedaan nilai antara peringkat kesatu dengan peringkat
berikutnya
t = nilai distribusi t, pada derajat kebebasan (m – 2) untuk derajat
kepercayaan tertentu
C. Uji Konsistensi
Data yang tidak konsisten dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain:
1. Perubahan mendadak pada sistem lingkungan hidrologis, antara lain
adanya pembangunan gedung-gedung baru, tumbuhnya pohon-pohon,
gempa bumi, gunung meletus, dan lain-lain.
2. Pemindahan alat pengukur hujan.
3. Perubahan cara pengukuran, misainya berhubungan dengan adanya alat
baru atau metode baru.
Uji konsistensi data dapat dilakukan dengan menggunakan kurva massa ganda
(double mass curve). Dengan metode ini dapat dilakukan koreksi untuk data
hujan yang tidak konsisten. Langkah yang dilakukan adalah membandingkan
harga akumulasi curah hujan tahunan pada stasiun yang diuji dengan akumulasi
curah hujan tahunan rerata dari suatu jaringan dasar stasiun hujan yang
berkesesuaian, kemudian diplotkan pada kurva. Jaringan ini dipilih dari stasiun-
stasiun hujan yang berdekatan dengan stasiun yang diuji dan memiliki kondisi
III-45
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
meteorologi yang sama dengan stasiun yang diuji (Subarkah, 1980 : 28).
Untuk memperbaiki kurva maka perlu dikalibrasi dengan faktor koreksi, sehingga
akan mempunyai kemiringan yang sama. Faktor koreksi tersebut adalah:
𝑧
∆𝑡𝑔 𝛼 =
𝑋
𝑡𝑔 𝛼𝑜 ∆ = 𝑌𝑜 /𝑋𝑜
𝑡𝑔 𝛼
𝐻𝑧 = ( ) 𝐻 ∆𝑡𝑔 𝛼
𝑡𝑔 𝛼𝑜 𝑜
Dengan:
Hz = data hujan setelah diperbaiki (mm)
Ho = data hujan hasil pengamatan (mm)
D. Hujan Wilayah
Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan rancangan pemanfaatan air
adalah curah hujan rata-rata di seluruh daerah yang bersangkutan. Stasiun-
stasiun pengamat hujan yang tersebar pada suatu daerah aliran dapat dianggap
sebagai titik (point). Tujuan mencari hujan rata-rata adalah mengubah hujan titik
(point rainfall) menjadi hujan wilayah (regional rainfall) atau mencari suatu nilai
yang dapat mewakili pada suatu daerah aliran, yaitu :
a. Cara Rata-rata Aljabar
Cara ini merupakan perhitungan rata-rata hujan secara aljabar biasa,
dengan cara menjumlahkan sesuai data yang ada dari sejumlah stasiun
hujan untuk waktu tertentu kemudian dibagi dengan jumlah stasiun
hujan tadi. Lebih jelasnya diformulasikan di bawah ini.
𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3 + … … … … … … . . +𝑅𝑁
𝑅=
𝑁
Dimana :
R1, R2, R3,..., RN = Besarnya Curah Hujan (mm),
N = Jumlah Pos Pengamatan.
b. Cara Poligon Thiessen
Metode ini dikenal juga sebagai metode rata-rata timbang (weighted
mean). Cara ini memberikan proporsi luasan daerah pengaruh pos
penakar hujan (pos pengamatan) untuk mengakomodasi
ketidakseragaman jarak. Daerah pengaruh dibentuk dengan
menggambarkan garis-garis sumbu tegak lurus terhadap garis
III-46
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
c. Cara Isohyet
Metode ini merupakan metode yang paling akurat untuk menentukan
hujan rata-rata, namun diperlukan keahlian dan pengalaman. Cara ini
III-47
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
III-48
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
Keterangan :
𝑋̅ = Nilai yang diharapkan terjadi untuk kala ulang tertentu (mm)
X = Nilai rata-rata hitung data X (mm)
K = Faktor frekuensi
𝑌𝑇 − 𝑌𝑛
=
𝑆𝑛
YT = Reduced mean atau nilai reduksi data dari variabel yang
diharapkan terjadi pada periode ulang tertentu
𝑇𝑟 (𝑥) − 1
= −𝐿𝑛 {−𝐿𝑛 [ ]}
𝑇𝑟 (𝑥)
Yn = Nilai rata-rata dari reduksi data, nilainya tergantung dari jumlah
data (n) dan dapat dilihat pada Tabel.
Sn = Reduced Standar Deviation yang nilainya tergantung dari
jumlah data (n) dan dapat dilihat pada Tabel.
S = Simpangan baku
∑𝑛 (𝑋𝑖 − 𝑋)2
= √ 𝑖=1
𝑛−1
n = Jumlah data
CS = koefisien kepencengan
= 1,1396
CK = koefisien kurtosis
= 5,4002
III-49
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
Tabel 3.2
Hubungan Reduksi Data Rata-Rata (Yn) dengan Jumlah Data (n)
∑𝑛 (𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑡 − 𝐿𝑜𝑔𝑋 2
= √ 𝑡=1
𝑛−1
𝐶𝑆 = 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑝𝑒𝑛𝑐𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛
𝑛. ∑(log 𝑋𝑡 − 𝐿𝑜𝑔 𝑋)2
=
̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
(𝑛 − 1)(𝑛 − 2)(𝑆𝑙𝑜𝑔 𝑋)3
𝐶𝐾 = 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑢𝑟𝑡𝑜𝑠𝑖𝑠
III-50
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
𝑛2 ∑(𝐿𝑜𝑔 𝑋 − ̅̅̅̅̅̅̅̅̅
𝐿𝑜𝑔 𝑋)4
=
̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
(𝑛 − 1)𝑥(𝑛 − 2)𝑥(𝑛 − 3)(𝑆𝑙𝑜𝑔 𝑋)4
III-51
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
k
2
(EF − OF)2
x hitung = ∑
EF
i=1
Keterangan :
X2 hitung = Parameter chi-kuadrat terhitung
OF = Frekuensi pengamatan (Observed Frequency)
EF = Frekuensi teoritis (Expected Frequency)
Harga curah hujan harian maksimum Xt diplot dengan harga probabilitas
Weibull (Soetopo, 1996:12) :
𝑛
𝑆𝑛 (𝑥) = . 100 %
𝑁+1
Keterangan :
Sn (X) = Probabilitas (%)
n = Nomor urut data dari seri yang telah diurutkan
N = Jumlah total data
Hitung harga χcr dengan menentukan taraf signifikan α =5% dan
dengan derajat kebebasan yang dihitung dengan menggunakan
persamaan :
Dk = K – (P+1)
III-52
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
Keterangan :
DK = Derajat kebebasan
P = Parameter yang terikat dalam agihan frekuensi
K = Jumlah kelas distribusi
= 1 + (3.322 . log n)
Tabel 3.4
Nilai Kritis untuk Distribusi Chi-Kuadrat (Uji Satu Sisi)
Dk Derajat Kepercayaan
0,995 0,99 0,975 0,950 0,050 0,025 0,01 0,005
1 0,0000393 0,000157 0,00098 0,00393 3,841 5,024 6,635 7,879
2
2 0,0100 0,0201 0,0506 0,103 5,991 7,378 9,210 10,597
3 0,0717 0,115 0,216 0,352 7,815 9,348 11,345 12,838
4 0,207 0,297 0,484 0,711 9,488 11,143 13,277 14,860
5 0,412 0,554 0,831 1,145 11,070 12,832 15,086 16,750
6 0,676 0,872 1,237 1,635 12,592 14,449 16,812 18,548
7 0,989 1,239 1,690 2,167 14,067 16,013 18,475 20,278
8 1,344 1,646 2,180 2,733 15,507 17,535 20,090 21,955
9 1,735 2,088 2,700 3,325 16,919 19,023 21,666 23,589
10 2,156 2,558 3,247 3,940 18,307 20,483 23,209 25,188
11 2,603 3,053 3,816 4,575 19,675 21,920 24,725 26,757
12 3,074 3,571 4,404 5,226 21,026 23,337 26,216 28,300
13 3,565 4,107 5,009 5,892 22,362 24,736 27,688 29,819
14 4,075 4,660 5,629 6,571 23,685 26,119 29,141 31,319
15 4,601 5,229 6,262 7,261 24,996 27,488 30,578 32,801
16 5,142 5,812 6,908 7,962 26,296 28,845 32,000 34,267
17 5,697 6,408 7,564 8,672 27,587 30,191 33,409 35,718
18 6,265 7,015 8,231 9,390 28,869 31,526 34,805 37,156
19 6,844 7,633 8,907 10,117 30,144 32,852 36,191 38,582
20 7,434 8,260 9,591 10,851 31,410 34,170 37,566 39,997
21 8,034 8,897 10,283 11,591 32,671 35,479 38,932 41,401
22 8,643 9,542 10,982 12,338 33,924 36,781 40,289 42,796
23 9,260 10,196 11,689 13,091 36,173 38,076 41,638 44,181
24 9,886 10,856 12,401 13,848 36,415 39,364 42,980 45,558
25 10,520 11,524 13,120 14,611 37,652 40,646 44,314 46,928
26 11,160 12,198 13,844 15,379 38,885 41,923 45,642 48,290
27 11,808 12,879 14,573 16,151 40,113 43,194 46,963 49,645
28 12,461 13,565 15,308 16,928 41,337 44,461 48,278 50,993
III-53
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
K = 1 + (3.322 . log n)
m = nomor urut kejadian, atau peringkat kejadian
N = jumlah data pengamatan
PT = peluang teoritis dari hasil penggambaran data pada kertas
distribusi (persamaan distribusinya) secara grafis, atau
menggunakan fasilitas perhitungan peluang menurut
wilayah luas dibawah kurva normal.
G. Analisis Intensitas Hujan
Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan per satuan luas waktu.
Sifat umum hujan adalah makin singkat hujan berlangsung, intensitasnya
cenderung makin tinggi dan makin besar periode ulangnya makin tinggi pula
intensitasnya. Hubungan antara intensitas, lama hujan dan frekuensi hujan
biasanya dinyatakan dalam lengkung Intensitas-Durasi-Frekuensi (IDF =
Intensity – Frequency Curve). Diperlukan data hujan jangka pendek, misalnya 5
menit, 10 menit, 30 menit, 60 menit dan jam-jaman untuk membentuk lengkung
IDF. Data hujan jenis ini dapat diperoleh dari pos penakar hujan otomatis.
Selanjutnya, berdasarkan data hujan jangka pendek tersebut lengkung IDF dapat
III-54
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
III-55
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
Apabila data hujan jangka pendek tidak tersedia, yang ada hanya data
hujan harian, maka intensitas hujan dapat dihitung dengan rumus
Mononobe.
Untuk menentukan besarnya intensitas hujan tiap jam digunakan rumus
Mononobe sebagai berikut :
𝑅24 24 2/3
𝐼= ( )( )
24 𝑇
Dimana :
I = Intensitas Hujan (mm/jam)
t = Lamanya Hujan (jam)
R24 = Curah Hujan Maksimum Harian (Selama 24 jam) (mm)
H. Debit Rancangan
Untuk mendapatkan kapasitas saluran drainase, terlebih dahulu harus dihitung
jumlah air hujan dan jumlah air kotor atau buangan yang akan dibuang melalui
saluran drainasi tersebut. Debit rancangan adalah debit air hujan ditambah debit
air kotor.
Debit Akibat Curah Hujan
Metode yang digunakan untuk menghitung debit air hujan pada saluran-
saluran drainasi dalam studi ini adalah Metode Rasional (Subarkah,
1980:48). Rumus ini banyak digunakan untuk sungai-sungai biasa
dengan daerah pengaliran yang luas dan juga untuk perencanaan
drainasi daerah pengaliran yang sempit. Bentuk umum persamaan ini
adalah sebagai berikut:
Q = 0,278 . C . I . A
Dimana :
Q = debit banjir maksimum (m3/dt)
C = koefisien pengaliran
I = intensitas hujan rerata selama waktu tiba banjir
III-56
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
(mm/jam)
A = luas daerah pengaliran (km2)
0,278 = faktor konversi
Adapun arti dari rumus ini adalah jika terjadi curah hujan selama 1 jam
dengan intensitas I mm/jam dalam daerah seluas 1 km2, maka besarnya
debit banjir adalah 0,278 m3/det. Dimana debit banjir tersebut akan
melimpas merata selama 1 jam.
Metode Rasional dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa hujan yang
terjadi mempunyai intensitas seragam dan merata di seluruh daerah
selama paling sedikit sama dengan waktu konsentrasi (tc). Jika asumsi
ini terpenuhi maka curah hujan dan aliran permukaan tersebut dapat
digambarkan dalam grafik di bawah ini. Pada gambar d tersebut
menunjukkan bahwa hujan dengan intensitas seragam dan merata di
seluruh daerah berdurasi sama dengan waktu konsentrasi. Jika hujan
yang terjadi lamanya kurang dari tc. Maka debit puncak yang terjadi
lebih kecil dari Q q, karena seluruh daerah tidak dapat memberikan
konstribusi aliran secara bersama-sama pada titik kontrol (outlet).
Sebaliknya jika hujan yang terjadi lebih lama dari tc, maka debit puncak
aliran permukaan akan tetap sama dengan Q p.
III-57
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
III-58
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
Dimana :
Cm = Koefisien pengaliran rata-rata
C1,C2,…….,Cn = Koefisien pengaliran yang sesuai kondisi
permukaan.
Daerah pengaliran (cachment area) adalah daerah tempat curah hujan
mengalir menuju saluran. Biasanya ditentukan berdasarkan perkiraan
dengan pedoman garis kontur. Luas daerah dihitung di atas peta
topografi dengan menggunakan planimeter. Jika tersedia foto udara,
penentuan luas daerah aliran akan lebih mudah dan teliti.
Luas lahan yang didrainase dimaksudkan sebagai bidang lahan yang
akan didrainasi oleh saluran drainasi. Jika suatu lahan dilayani oleh
beberapa saluran maka lahan yang ada harus dibagi bagi sesuai dengan
arah aliran air menuju saluran yang bersangkutan. Pembagian luas
lahan juga didasarkan pada kemiringan permukaan tanah dari peta
topografi dan diusahakan agar setiap bagian luas mempunyai luasan
yang hampir sama agar dimensi saluran tidak terlalu bervariasi.
III-59
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
3.2.4 Desain
Setelah lay-out definitif ditetapkan, Konsultan akan melanjutkan kegiatan perhitungan
dan perencanaan teknis yang lebih detail. (design calculation and design drawing).
III-60
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
faktor diatas adalah cukup sulit. Untuk itulah maka dapat dilakukan beberapa
penyederhanaan, misalnya dengan mengabaikan beberapa faktor yang kecil
pengaruhnya, diantaranya :
1. Persamaan aliran dirumuskan dalam satu dimensi, yaitu dalam arah aliran.
2. Kecepatan sesaat disetiap titik pada suatu irisan penampang melintang saluran
dianggap sama dengan kecepatan rata-rata.
3. Air dianggap tidak mampu mampat (incompressible flow).
4. Distribusi tekanan air yang bekerja pada irisan penampang melintang saluran
adalah tekanan hidrostatis, percepatan vertikal dianggap kecil.
5. Gesekan yang terjadi pada dinding saluran dianggap sama dengan gesekan
yang terjadi pada aliran langgeng (steady flow) dan dicari dengan hubungan
emiris dari rumus Chezy atau Manning.
6. Pengaruh angin pada gesekan permukaan diabaikan.
7. Pengaruh putaran bumi (gaya Coriolis) diabaikan.
8. Limpasan samping tegak lurus arah aliran diabaikan sehingga tidak akan
mengakibatkan tambahan momentum dalam arah aliran.
Dengan menggunakan anggapan-anggapan diatas dan menerapkan hukum
kekekalan massa dan momentum maka dapat diturunkan persamaan-persamaan
pengatur.
Persamaan Kontinuitas
Persamaan kontinuitas untuk aliran tak tunak dapat disusun berdasarkan konservasi
massa dengan pendekatan ruang titik.
t cv
.dV + v.dA = 0
cs
(3.1)
Laju besaran (massa, momentum) yang masuk ruang titik – laju besaran (massa,
momentum) yang keluar ruang titik = laju kenaikan volume besaran (massa,
momentum) di dalam ruang titik.
III-61
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
t + dt
( h) ( uh)
+ = q
t x
h uh
+ =q (3.2)
t x
A Q
+ =q (3.3)
t x
III-62
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
A h
Jika, =B dan q = 0
t t
h Q
maka : B + =0 (3.4)
t x
A1 = u( uh) − u( uh) x − u( uh) − u( uh) x = − ( u 2 h)
x 2 x 2 x
Q2
A1 = − (3.5)
x A
dimana :
u
2
dA
= (3.6)
u2 A
Untuk saluran yang tersusun dengan kekasaran yang berbeda, harga dapat dihitung
sbg :
N 2
K
A i
i =1 Ai
= 2
(3.7)
N
Ki
i =1
III-63
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
2/3
Ai Ri
Ki = (jika digunakan persamaan Manning)
ni
Ai = penampang bagian I
N
A = Ai
i =1
A1 A3
A2 = (uh )x
t
Q
A2 = x (3.8)
t
Fg = gASo x (3.9)
III-64
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
FP1 FP2
Gambar 3.35 Gaya yang Bekerja pada Ruang Titik
2. Gaya hidrostatik ; Fp
❑ Akibat terjadinya perbedaan tinggi muka air, Fp1
❑ Akibat terjadinya perbedaan rapat massa, Fp2
Akibat Perbedaan Tinggi Muka Air :
F p
Selisih gaya hidrostatis ; F p1 − F p 2 ' = − x
'
x
h h
F p ' = p( z )dz = g (h − z )dz
0 0
h h
F p ' = pdz = g (h − z ) ( z )dz
0 0
Fp '
h
x
=
x 0
g (h − z ) ( z )dz = gI
x
III-65
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
( x) ( x)
( x) ( x)
F ( x, y )dy = F ( x, y)dy + F ( x, ( x) ) −F ( x, ( x) )
x ( x ) ( x)
x x x
F p ' h
= gx (h − z ) ( z )dz
x 0
x
h h
( z)
= gx
x 0
( z )dz + gx (h − z )
0
x
dz
h
= gxA (3.10)
x
Selisih gaya hidrostatis akibat perbedaan rapat massa (pengaruh salinitas atau
sedimen) :
F
2
− Fp 2 − p x
2 2
F
x
p1
Fp s
2 h
x 0
= gx (h − z ) ( z )dz
x
s = + as a = 0,075
s = salinitas %o
(h − z ) ( z )dz
0
= Statis momen penampang saluran = luas penampang A x
III-66
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
=g x (3.11)
x 2 x
Sf = kemiringan energi yang harganya dapat dicari dari hubungan empiris (Chezy
atau Manning)
2
nu
S f = 2/3
R
atau :
Q2 R1 / 6
Sf = C=
A2C 2 R n
QQ
Fs = − gA x (3.12)
A2C 2 R
Q Q 2 h gAR s
+ + gA + − gA( S o + S f ) = 0
t x A x 2 x
Q Q 2 h gAR s QQ
+ + gA + − gAS o + g 2 = 0 (3.13)
t x A x 2 x AC R
Untuk fluida dengan kerapatan yang sama maka persamaan (3.10) menjadi :
Q Q 2 h QQ
+ + gA − gASo + g =0 (3.14)
t x A x AC 2 R
III-67
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
Q Q2 QQ
+ gI + − gAS o + g =0 (3.15)
t x A AC 2 R
Kekuatan.
Stabilitas.
III-68
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
2 2
Q = C d .Cv
1.5
g .b.h1
3 3
dimana
Q = debit, m3/det
Cd = koefisien debit
b= lebar normal, m
Cv = 1,0 untuk aliran di atas potongan segi empat dimana kecepatan datang
tidak dihitung.
Cd = Nilainya dapat dilihat dari grafik pada Gambar 6.1 pada KP 04. Nilai Cd
bergantung pada nilai H1/L.
2
v1
b
2g
H1 h1
p1
6) L
Gambar 3.37 Sketsa pintu sorong saat terluapi air.
III-69
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
Q = Cd .b.h 2 g
dimana
Q = debit, m3/det
Cd = koefisien debit ( 1,05)
b = lebar pintu, m
h = kedalaman air, m
g = percepatan grafitasi, m/det2 ( 9,81)
b
2 aliran tak tenggelam
v1
2g aliran tenggelam
H1 h1 h2
a h2
amaks variabel
Q = K ..a.b 2 g.h1
dimana
Q = debit, m3/det
= koefisien debit
III-70
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
a = bukaan pintu, m
b = lebar pintu, m
b = lebar standar pintu undersluice adalah 0,50, 0,75, 1,00, 1,25 dan 1,50
m. Kedua ukuran yang terakhir memerlukan dua stang pengangkat.
K = Nilainya dapat dilihat dari grafik pada Gambar 6.3 pada KP 04 dimana
bergantung nilai h1/a dan h2/a.
= Nilainya dapat dilihat dari grafik pada Gambar 6.4 pada KP 04 dimana
bergantung nilai h1/a.
▪ Menentukan ukuran, jumlah dan jenis paket konstruksi (lelang lokal, LCB/lelang
internasional ICB).
▪ Kondisi umum kontrak sesuai dengan standar PU.
▪ Penyusunan spesifikasi teknik pekerjaan.
▪ Penentuan volume / kwantitas pekerjaan (B.O.Q).
▪ Pengurutan dan Penjadwalan pekerjaan secara tentatif.
▪ Perkiraan biaya konstruksi.
▪ Penyusunan gambar - gambar tender.
3.2.7. Gambar-gambar.
Gambar-gambar desain, berikut peta dasar yang dipakai dalam perencanaan akan dibuat
dengan jelas dan rinci dengan tingkat ketelitian yang diperlukan untuk pelaksanaan.
III-71
LAPORAN ANTARA
Penyusunan SID dan DED Infrastruktur Pembasahan Gambut
Provinsi Kalimantan Barat
III-72