PDF 20221218 131338 0000
PDF 20221218 131338 0000
Language
Aisah | Anthropology
Sociology of Religion
JACK DAVID ELLER
Introducing
Anthropology
of Relegion
What Is Relegious Language ?
Bahasa : suatu sistem Àgama : sistem yang
lambang berupa bunyi, mengatur tata keimanan
bersifat arbitrer,
dan peribadatan kepada
digunakan oleh suatu
Tuhan Yang Maha Kuasa
masyarakat tutur untuk
serta kaidah yang
bekerjasama,
berhubungan dengan
berkomunikasi, dan
lingkungannya. (KBBI)
mengindentifikasi diri
(Chaer : 2004)
Manusia berbicara satu Manusia berbicara
sama lain dalam banyak tentang dan kepada yang
cara dan untuk banyak supranatural untuk
tujuan duniawi. Tapi melepaskan dan
mereka berbicara untuk mengarahkan kekuatan
tujuan lain dan untuk dari dimensi religius
pendengar lain juga Dalam berbagai Genre
(ghaib). Bahasa Agama.
Banyak pengetahuan agama disimpan
dan ditransmisikan dalam bahasa, dan
manusia berinteraksi dengan makhluk,
kekuatan, dan objek keagamaan melalui
bahasa serta media lainnya
Manusia bercerita, menggunakan bahasa lalu menyajikan
kejadian dalam format "narasi" sehingga mereka terhubung
secara berurutan (yaitu berlangsung dari waktu ke waktu).
Peristiwa-peristiwa, dalam bentuk naratif, tidak terjadi secara
acak, tetapi memiliki koherensi dan signifikansi, yaitu, mereka
menandakan sesuatu; ada tema (sering kali "moral") untuk cerita,
bahkan (atau terutama) jika itu adalah kisah hidup atau biografi.
Bahasa agama: sistem komunikasi yang
digunakan suatu kepercayaan untuk
menarasikan spritualitas.
Genre Bahasa Agama
Mitos Doa Ucapan-ucapan
Magis
Amsal / Sastra
Khotbah Nyanyian
Kebijaksanaan Keagamaan /Puisi
Bahasa Agama Non Naratif
Bahasa agama non-naratif memuat lebih banyak sastra lisan
puisi, lagu, himne, doa, kredo, dan khotbah, serta bentuk non-
bukan sekadar cerita yang diceritakan, tetapi sebuah realitas yang dihayati. Mitos
bukan bersifat fiksi, seperti yang kita baca sekarang ini dalam sebuah novel, tetapi
mitos adalah realitas yang hidup, yang diyakini pernah terjadi pada zaman purba, dan
terus berlanjut sejak saat itu untuk mempengaruhi dunia dan nasib manusia.
Suci
identifikasi makna tekstual yang sudah mapan
bukanlah segi yang paling signifikan dari pembacaan
kitab suci, sebaliknya, itu adalah proses mendiskusikan
dan mengevaluasi berbagai kemungkinan makna.